• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

IDENTIFIKASI KUTULILIN PINUS Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah spesimen kutulilin pinus dari sembilan KPH yang tegakan pinusnya mendapatkan serangan kutulilin pinus, alkohol 75%, alkohol 85%, alkohol murni, aquadest, KOH, canada balsam, acid alkohol, acid fuchsin, glasial acetic acid dan zat pewarna. Adapun alat yang digunakan adalah: tabung reaksi, kompor listrik, petridis, jarum mikro, kuas kecil, mikroskop yang dilengkapi mikrometer kaca preparat (preparate slide) dan penutupnya (cover glass).

Prosedur penelitian

Spesimen kutu diambil dari petak contoh tanaman pinus yang terserang kutulilin pinus di RPH secara acak berlapis (stratified random sampling), di mana spesimen kutu yang diambil diawetkan dengan alkohol 75% untuk digunakan dalam pembuatan slide preparat menurut metode Blackman, Eastop (1984) yang telah dimodifikasi oleh Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

Spesimen direbus dalam alkohol 95% selama lima menit kemudian ditusuk dengan jarum mikro untuk mengeluarkan isi tubuh. Setelah itu direbus kembali dengan KOH 10% sampai transparan. Specimen kemudian dicuci dua

20

kali dengan menggunakan aquadest dan dimasukkan ke dalam acid alkohol 50% (20 ml glacial acetic acid + 80 ml 50% ethanol) selama 10 menit. Kemudian ditambahkan tiga tetes acid fuchsin (250 ml aquadest + 25 ml dari 10% HCL + 0,5 g acid fuchsin stain powder) dan didiamkan selama 20 menit (acid alkohol tidak dibuang). Setelah itu ditambah glacial acetic acid satu tetes dengan jeda selama satu menit (acid fuchsin tidak dibuang) sebelum ditambah alkohol 80% dan didiamkan selama lima menit. Spesiemen kemudian diberikan tiga tetes alkohol murni (absolute) selama 10 menit, disusul dengan tiga tetes acetic acid glacial selama lima menit, dan tiga tetes alkohol murni selama 10 menit, sebelum ditambahkan tiga tetes carbolxyle (0,50% v/v phenol crystals dan xylene, dicampurkan pada temperatur ruang) selama 2 menit, untuk melarutkan lemak. Setelah itu diberikan tiga tetes alkohol murni selama 10 menit dan satu tetes minyak cengkeh dan didiamkan selama 10 menit. Spesimen kemudian dipindahkan ke preparat slide, dikeringkan dengan tisu, dan diberi balsam Canada dan ditutup dengan cover glass.

Gambar 4 Sketsa pengukuran bagian tubuh Kutulilin pinus menurut Blackman dan Eastop (1984).

Dari preparat yang disiapkan, diambil 30 preparat berkualitas terbaik yang mewakili masing-masing KPH. Setiap preparat kemudian dijadikan obyek

P anjang tubuh Lebar tubuh Panjang kepala Panjang rostrum Lebar kepala

pengamatan dan pengukuran bagian tubuh serangga. Bagian tubuh yang diamati ialah bentuk tubuh, panjang dan lebar tubuh, panjang dan lebar kepala, keberadaan dan ruas antena, panjang rostrum, tipe alat mulut, tonjolan pada koksa, keberadaan dan sebaran kelenjar lilin, keberadaan ovipositor. Sketsa tatacara pengukuran parameter-parameter tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 4.

Analisa data

Data yang terkumpul diorganisir dalam program Microsoft Excell kemudian dianalisa keragamannya menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan KPH sebagai perlakuan dan 30 individu sebagai ulangan. Selanjutnya Nilai tengah diuji dengan Uji Duncan. Hipotesis: tidak ada perbedaan bentuk maupun ukuran kutulilin pinus pada masing masing KPH.

Data ukuran tubuh kutulilin pinus direkapitulasi kemudian dijadikan dasar pembuatan Dendrogram dengan bantuan program Minitab 14. Dendrogram dibuat dengan tujuan mengetahui hubungan kekerabatan kutulilin pinus berdasarkan asal KPH.

Proses Identifikasi Hama Kutulilin Pinus

Hasil pengamatan dan pengukuran kutulilin Pinus kemudian dilakukan identifikasi menggunakan kunci dari Annand (1928).

SIKLUS HIDUP KUTULILIN PINUS PADA TANAMAN P. Merkusii DI P. JAWA

Bahan dan Alat Penelitian

Total bahan penelitian berupa 10 anakan pinus pada polibag (diameter 25 cm) berumur enam bulan, yang diambil dari KPH Bogor dan ditempatkan di Laboratorium Entomologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Sumber penularan berupa telur kutulilin diambil dari KPH Sumedang, untuk itu dipilih telur-telur yang sudah akan menetas, terlihat dari adanya dua titik hitam pada ujung anterior. Telur yang diambil dari lapangan langsung ditularkan pada tanaman sehat. Adapun alat yang digunakan adalah : mikroskop yang dilengkapi mikrometer,

22

kuas kecil, cawan petri, jarum mikro, kurungan dan penutup dari kain kasa, gembor untuk menyiram tanaman.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini dari setiap anakan pinus diambil tiga cabang yang akan ditulari telur, yaitu cabang utama dan cabang dengan pertumbuhan terbaik (Gambar 5). Setiap cabang diberi nomor untuk memudahkan dalam pengamatan, kemudian diletakkan sebutir telur di ketiak daun. Setelah itu anakan pinus ditutup dengan sungkup berbentuk lingkaran, berdiameter 30 cm yang terbuat dari kain kasa 60-80 mesh. Waktu penularan peletakan telur untuk setiap cabang dicatat.

Gambar 5 Letak penularan telur kutu pada cabang tanaman pinus.

Sebelum dilakukan penularan sebanyak 11 butir telur diamati bentuk, warna dan panjangnya. Perkembangan dan siklus hidup kutulilin pinus diamati setiap hari jam 6.00 pagi sampai jam 18.00. Parameter yang diamati adalah jumlah telur yang hidup, waktu penetasan, waktu ganti kulit, frekuensi ganti kulit dan seluruh waktu yang menggambarkan siklus hidup dari kutulilin pinus. Selain itu dilakukan pengamatan bentuk dan pengukuran panjang nimfa, ukuran dan bentuk tubuh serangga dewasa, dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikro meter. Pergantian kulit diamati melalui bekas ganti kulit yang terdapat pada bagian cabang anakan pinus yang ditulari.

1

Nomor seedling

Nomor cabang penularan

Penentuan siklus hidup dilakukan dengan cara merata-ratakan pengukuran lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap stadium dan setiap instar pada stadium larva dari setiap serangga yang hidup pada masing-masing cabang, kemudian menjumlahkan total waktu yang dibutuhkan dari keseluruhan stadium tersebut. Hipotesis : siklus hidup kutulilin pinus yang menyerang pinus di Jawa sama dengan siklus hidup di sebaran aslinya (Jepang).

PENYEBARAN KUTULILIN PINUS HAMA TANAMAN P. merkusii DI JAWA

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan pinus pada sembilan KPH yang mendapat serangan kutulilin pinus. Adapun alat yang digunakan adalah: termometer bola basah dan kering, haga, meteran, tali dan patok, GPS.

Prosedur penelitian

Pada setiap RPH yang dipilih secara acak ditentukan petak contoh dengan ukuran 20 x 20 m, sebagai petak pengambilan data intensitas serangan, katagori serangan dan data suhu udara, kelembaban udara dan ketinggian tempat dari permukaan laut serta cara pengendalian hama. Persentase serangan diperoleh dengan rumus :

%

Kategori serangan ditentukan melalui pengamatan terhadap cabang terserang dengan melihat adanya tanda tanda pada bagian terserang dan gejala yang ditimbulkan terhadap pohon terserang. Kategori serangan dapat dilihat pada Tabel 2. Pengendalian hama didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan petugas setempat. Daftar nama KPH, BKPH, dan RPH dapat dilihat pada Lampiran 4.

Suhu dan kelembaban udara diukur dengan memasang termometer bola basah dan bola kering di setiap plot contoh yang telah ditentukan. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga titik mendatar dengan jarak masing masing alat 50 m pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah pada jam 12.00-14.30 siang.

24

Pengamatan dilakukan tiap ½ jam (Rushayati 2007). Data ketinggian tempat tumbuh dilakukan pengukuran untuk masing masing areal terserang dilakukan dengan menggunakan GPS. Data tingkat serangan, gejala dan tanda didapatkan melalui pengamatan kondisi pohon di masing masing plot contoh. Data mengenai cara-cara pengelolaan didapatkan dengan melakukan wawancara dengan petugas lapangan maupun melalui penelaahan laporan yang ada.

Analisa data

Analisis hubungan antar variabel lingkungan yang diduga mempengaruhi tingkat serangan kutulilin pinus dihitung dengan menggunakan uji korelasi dengan bantuan program Microsoft Excel dan software Minitab 14. Analisis korelasi ini bertujuan untuk melihat hubungan persentase serangan (PS) dengan masing-masing variabel lingkungan (suhu, curah hujan dan ketinggian dari permukaan laut). Variabel penduga yang baik untuk digunakan dalam model regresi adalah variabel yang saling bebas. Hubungan tingkat kerusakan akibat serangan hama kutulilin pinus terhadap tegakan pinus dengan variabel lingkungan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi. Hipotesisnya adalah sebaran kutulilin pinus di Jawa tidak berbeda dengan sebaran aslinya (Jepang).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait