5.2 Model Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten Berkelanjutan
5.2.3 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan langkah penting untuk menetapkan ukuran-ukuran kuantitatif dari berbagai variabel pada pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan. Langkah ini digambarkan dalam bentuk diagram simpal kausal dan dilanjutkan dengan interpretasi ke dalam diagram input-output.
a. Diagram Simpal Kausal
Hubungan antar variabel pada sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dimulai dari sektor kependudukan dalam subsistem sosial. Diagram simpal kausal sektor kependudukan menunjukkan adanya
feedback mechanism yang mengontrol level jumlah penduduk. Sektor ini memiliki
2 loop positif dan 2 loop negatif. R1 merupakan loop positif yang menunjukkan efek kelahiran pada jumlah penduduk. Melalui konstanta kelahiran, peningkatan jumlah penduduk mendorong laju kelahiran yang lebih tinggi, sehingga makin meningkatkan jumlah penduduk. R2 merupakan loop positif yang menunjukkan efek imigrasi pada jumlah penduduk. Melalui konstanta imigrasi, peningkatan jumlah penduduk mendorong laju imigrasi yang lebih tinggi, sehingga makin meningkatkan jumlah penduduk. B1 merupakan loop negatif yang menunjukkan efek kematian pada jumlah penduduk. Melalui konstanta umur harapan hidup, jumlah penduduk yang meningkat memberi peluang laju kematian yang lebih tinggi, sehingga mengurangi jumlah penduduk. B2 merupakan loop negatif yang menunjukkan efek emigrasi pada jumlah penduduk. Melalui konstanta emigrasi, peningkatan jumlah penduduk mendorong laju emigrasi yang lebih tinggi, sehingga mengurangi jumlah penduduk.
Dalam subsistem biofisik, hubungan antar variabel dalam pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dimulai dari sektor tata guna lahan. Diagram simpal kausal sektor ini menunjukkan adanya feedback
mechanism yang mengontrol level lahan sawah dan tambak. Sektor ini memiliki 4
buah loop negatif, yaitu B3, B4, B5 dan B6 yang menunjukkan efek peningkatan luas lahan permukiman dan industri pada penurunan luas lahan sawah dan tambak. Kebutuhan lahan permukiman dan industri yang melonjak mendorong tingkat konversi lahan yang tinggi. Alih fungsi lahan menyebabkan penyusutan lahan sawah dan tambak dan meningkatkan luas lahan permukiman dan industri terbangun. Kondisi ini mendorong laju konversi lahan sawah dan tambak yang makin intensif yang disebabkan oleh kebutuhan lahan permukiman dan industri yang makin besar.
Diagram simpal kausal sektor pencemaran dipengaruhi oleh sektor kependudukan dan perindustrian. Kedua sektor ini menghasilkan limbah domestik
dan industri dalam volume yang besar dan mengalirkannya ke Teluk Banten. Hanya sebagian kecil dari total limbah yang bisa diserap ekosistem, sedangkan sebagian besar lainnya menjadi faktor penurun daya dukung.
Diagram simpal kausal sektor ekosistem alami menunjukkan adanya
feedback mechanism yang mengontrol level penutupan mangrove, karang dan
lamun. Sektor ini memiliki 1 loop negatif (B7) yang menunjukkan efek konversi
mangrove pada penutupan mangrove. Jumlah penduduk yang besar mendorong
tingkat konversi mangrove yang tinggi, sehingga penutupan mangrove makin tipis. Kondisi ini menyebabkan aktivitas penanaman mangrove menjadi tidak efisien, sehingga konversi mangrove berlangsung makin intensif. Jumlah penduduk yang besar juga mendorong aktivitas perusakan karang dan lamun yang makin intensif, sehingga penutupan karang dan lamun menurun. Secara bersama -sama, penutupan mangrove, karang dan lamun berperan meminimalisasi limbah melalui penyerapan oleh ekosistem. Volume limbah yang besar menurunkan potensi daya dukung, sehingga akhirnya akumulasi limbah mencapai puncaknya dan penurunan dayadukung perikanan terjadi secara nyata.
Diagram simpal kausal sektor pasir laut menunjukkan adanya feedback
mechanism yang mengontrol level kandungan pasir laut. Sektor ini memiliki 1 loop negatif (B8) yang menunjukkan dampak ekstraksi pada terjadinya deplesi
kandungan pasir laut. Tingginya tingkat ekstraksi pasir laut menyebabkan kerusakan habitat tidak dapat dihindarkan lagi.
Dalam subsistem ekonomi, hubungan antar variabel dalam pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dimulai dari sektor industri. Diagram simpal kausal sektor industri menunjukkan adanya feedback mechanism yang mengontrol level investasi dan jumlah industri. Sektor ini memiliki 1 loop positif (R3) yang menunjukkan efek peningkatan investasi pada jumlah industri. Investasi yang meningkat memberikan kontribusi yang besar pada perindustrian dengan meningkatnya jumlah industri. Jumlah industri yang besar mendorong peningkatan investasi yang lebih tinggi lagi.
Diagram simpal kausal sektor sumberdaya alam hayati menunjukkan terjadinya penurunan produksi perikanan (ikan laut dan ikan tambak) serta rumput laut akibat penurunan daya dukung dan akumulasi limbah yang tinggi. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan masyarakat pesisir, sehingga masyarakat cenderung melakukan aktivitas perusakan habitat sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Dibalik kerusakan habitat yang parah sebagai dampak dari penurunan pendapatan dan ekstraksi pasir laut yang intensif, tersimpan potensi konflik yang besar, yang setiap saat dapat muncul ke permukaan dengan frekuensi yang tinggi. Kondisi ini justru semakin memperburuk keadaan dan berdampak menurunkan jumlah wisatawan yang berkunjung.
Jumlah wisatawan merupakan satu dari tujuh variabel yang menentukan jumlah lapangan kerja yang tercipta selama periode pengelolaan. Variabel lainnya adalah industri, investasi, produksi perikanan (ikan laut dan ikan tambak), produksi rumput laut dan penambangan pasir laut. Sesuai dengan kontribusi masing-masing, tujuh variabel tersebut juga menentukan peranan pesisir pada perekonomian wilayah. Secara keseluruhan, hubungan antar variabel dalam subsistem biofisik, ekonomi dan sosial pada pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan disajikan pada Gambar 18.
b. Diagram Input-Output
Diagram input-output sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan disajikan pada Gambar 19. Input siste m terdiri dari input eksternal dan internal. Input lingkungan bersifat eksternal, mempengaruhi sistem, tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem. Pada sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten, input lingkungan terdiri dari berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah tersebut; di antaranya adalah UU No. 23/1997 (pengelolaan lingkungan hidup), UU No. 32/2004 (pemerintahan daerah), UU No. 26/2007 (penataan ruang) dan UU No. 27/2007 (pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil).
Input internal diperlukan agar sistem memiliki kinerja yang baik. Terdapat 2 macam input internal, yaitu input terkontrol dan tak terkontrol. Input terkontrol berperan penting untuk mengubah kinerja sistem. Input tak terkontrol peranannya tidak cukup penting, tetapi tetap diperlukan agar sistem dapat berfungsi dengan baik.
jumlah penduduk emigrasi imigrasi s o B2 s s R2 kelahiran s s R1 kematian o B1 jumlah industri investasi limbah industri kebutuhan lahan industri lahan industri terbangun s kebutuhan lahan permukiman lahan permukiman terbangun total limbah limbah domestik s s s penutupan mangrove penanaman mangrove konversi mangrove s s s penutupan karang perusakan karang s s penutupan lamun perusakan lamun o daya dukung perikanan s s produksi
ikan laut produksi ikantambak produksi rumput laut pendapatan masyarakat pesisir kandungan pasir laut deplesi B8 konversi sawah konversi tambak lahan tambak s o s s lahan sawah s s s s o s s B6 B3 s B4 B5 kontribusi industri s s s R3 produksi limbah industri produksi limbah domestik s s s limbah terserap ekosistem o o B7 o s s potensi daya dukung o s s s s o o s s s dampak penambangan s kerusakan habitat s dampak penurunan pendapatan o o o s s potensi konflik frekuensi konflik s s potensi penurunan jumlah wisatawan jumlah wisatawan s o lapangan kerja potensi peran peranan pesisir kontribusi lapangan kerja s s s s s s total produksi s s s s s s o s s s s s s o
Gambar 18. Hubungan antar variabel dalam subsistem biofisik (biru), ekonomi (hitam) dan sosial (merah) pada sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan.
Gambar 19. Diagram input-output sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan.
Pada sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan, input terkontrol berupa penggunaan lahan industri, lahan permukiman, teknologi pengendalian limbah dan pengendalian laju kelahiran. Input tak terkontrol berupa pergantian musim (kemarau-penghujan) dan pasang-surut air laut.
Output sistem terdiri dari output yang dikehendaki dan tak dikehendaki. Output yang dikehendaki merupakan respons sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Output yang tak dikehendaki merupakan hasil samp ingan yang tak dapat dihindarkan selama sistem memproduksi output yang dikehendaki. Pada sistem pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten, output yang dikehendaki berupa pertumbuhan industri yang tinggi, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat pesisir, lingkungan yang terkendali dan rendahnya tingkat pencemaran. Output yang tak dikehendaki berupa peledakan jumlah penduduk, deplesi SDA, tingkat pencemaran yang tinggi dan penggunaan lahan yang tak terkendali.
Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten
berkelanjutan
Output yang dikehendaki : - Pertumbuhan industri yang tinggi - Perluasan lapangan kerja
- Peningkatan pendapatan masyarakat - Lingkungan yang terkendali - Rendahnya tingkat pencemaran
Output yang tidak dikehendaki : - Peledakan jumlah penduduk - Deplesi SDA
- Tingkat pencemaran tinggi - Penggunaan lahan tak terkendali Input lingkungan:
-UU No. 23/1997 (pengelolaan lingkungan hidup) -UU No. 32/2004 (pemerintahan daerah)
-UU No. 26/2007 (penataan ruang)
-UU No. 27/2007 (pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil)
Umpan balik Input terkontrol :
- Penggunaan lahan industri - Penggunaan lahan permukiman - Teknologi pengendalian limbah - Pengendalian laju kelahiran
Input tak terkontrol :
- Pergantian musim (kemarau- penghujan)
5.2.4 Permodelan Sistem