5.2 Model Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten Berkelanjutan
5.2.4 Permodelan Sistem a. Submodel Biofisik
Submodel biofisik merupakan main model dari keseluruhan model yang dirancang. Submodel ini memberikan ilustrasi tentang interaksi yang terjadi di antara variabel-variabel di dalam komponen submodel (ekosistem alami, tata guna lahan, pasir laut dan pencemaran). Di dalam submodel biofisik, komponen ekosistem alami dikategorikan menjadi 3 level, yaitu penutupan mangrove, karang dan lamun. Pengelompokan ini didasarkan pada existing condition di lapangan dan untuk melihat secara lebih jelas dinamika masing-masing ekosistem. Penutupan mangrove dipengaruhi oleh rate penanaman dan rate konversi
mangrove, sedangkan penutupan karang/lamun dipengaruhi oleh rate perusakan
karang/lamun. Laju penanaman/konversi mangrove ditentukan oleh tingkat penanaman/konversi dan penanaman/konversi mangrove aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi penanaman/konversi mangrove. Laju perusakan karang/lamun ditentukan oleh tingkat perusakan dan perusakan karang/lamun aktual, yang merupaka n fungsi non-linear dari potensi perusakan karang/lamun. Potensi penanaman dan konversi mangrove serta perusakan karang dan lamun dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan persen penanaman/perusakan per penduduk. Implementasi kebijakan perlindungan fisik habitat berperan menentukan keberhasilan penanaman mangrove, pencegahan perusakan lamun dan karang.
Daya dukung perikanan dipengaruhi oleh rate peningkatan dan rate reduksi daya dukung. Laju peningkatan daya dukung ditentukan oleh konstanta daya dukung dan daya dukung aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi daya dukung. Potensi daya dukung ditentukan oleh penutupan mangrove, penutupan karang, penutupan lamun dan faktor pengganda potensi daya dukung. Laju reduksi daya dukung ditentukan oleh total limbah, tingkat akumulasi limbah dan faktor pengganda akumulasi.
Komponen pencemaran hanya memiliki satu level saja, yaitu total limbah yang dipengaruhi oleh rate akumulasi dan rate reduksi limbah. Laju akumulasi limbah ditentukan oleh tingkat akumulasi dan produksi limbah aktual, yang
merupakan fungsi non-linear dari potensi produksi limbah. Potensi produksi limbah ditentukan oleh jumlah penduduk, jumlah industri, kontribusi limbah per penduduk dan kontribusi limbah per industri. Laju reduksi limbah ditentuka n oleh tingkat reduksi limbah dan limbah terserap ekosistem, yang merupakan fungsi
non-linear dari potensi limbah terserap ekosistem. Potensi limbah terserap
ekosistem dipengaruhi oleh penutupan mangrove, penutupan karang, penutupan lamun dan persen limbah terserap per penutupan. Implementasi kebijakan pengelolaan sumber dampak berperan menahan laju akumulasi limbah sehingga total limbah dapat dikurangi.
Komponen pasir laut hanya memiliki satu level saja, yaitu kandungan pasir laut yang dipengaruhi oleh rate deplesi. Laju deplesi ditentukan oleh tingkat deplesi dan permintaan pasir laut aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi permintaan pasir laut. Potensi permintaan pasir laut ditentukan oleh tingkat permintaan pasir laut dan pasir laut terserap pasar. Regulasi pertambangan merupakan bagian tak terpisahkan dari implementasi kebijakan pengelolaan sumber dampak yang berperan dalam pencegahan deplesi pasir laut secara lebih dini.
Komponen tata guna lahan dikategorikan menjadi 4 level, yaitu lahan industri terbangun, lahan permukiman terbangun, lahan sawah dan lahan tambak. Lahan industri/permukiman terbangun dipengaruhi oleh rate pembangunan perindustrian/permukiman; sedangkan lahan sawah/tambak dipengaruhi oleh rate konversi lahan sawah/tambak. Laju pembangunan perindustrian/permukiman ditentukan oleh tingkat pembangunan dan potensi kebutuhan lahan. Potensi kebutuhan lahan ditentukan oleh tingkat kebutuhan lahan dan jumlah penduduk (untuk lahan permukiman terbangun) serta jumlah industri (untuk lahan industri terbangun). Laju konversi lahan sawah dan tambak dipengaruhi oleh tingkat konversi dan kebutuhan lahan permukiman/industri aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi kebutuhan lahan permukiman/industri.
b. Submodel Ekonomi
Submodel ekonomi merupakan co-model yang memberikan ilustrasi tentang interaksi yang terjadi di antara variabel-variabel di dalam komponen submodel
(industri dan SDA hayati). Di dalam submodel ekonomi, komponen industri dikategorikan menjadi 2 level, yaitu jumlah industri dan investasi. Jumlah industri dipengaruhi oleh rate pertumbuhan dan rate reduksi industri. Laju pertumbuhan industri ditentukan oleh angka pertumbuhan industri, periode awal pertumbuhan dan kontribusi industri aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi kontribusi industri. Potensi kontribusi industri ditentukan oleh kontribusi industri per unit investasi dan investasi itu sendiri. Laju reduksi industri ditentukan oleh tingkat reduksi industri. Implementasi kebijakan pengembangan industri berperan dalam peningkatan jumlah industri.
Investasi merupakan level yang dipengaruhi oleh rate investasi dan rate reduksi investasi. Laju investasi ditentukan oleh tingkat pertumbuhan investasi. Laju reduksi investasi ditentukan oleh tingkat reduksi investasi dan reduksi investasi aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi reduksi investasi. Potensi reduksi investasi ditentukan oleh total limbah dan persen reduksi investasi per unit limbah. Implementasi kebijakan yang berupa pemberian insentif investasi berperan dalam peningkatan laju investasi.
Komponen SDA hayati dikategorikan menjadi 3 level, yaitu produksi rumput laut, ikan laut dan ikan tambak. Produksi rumput laut dipengaruhi oleh
rate produksi dan rate reduksi produksi rumput laut. Laju produksi rumput laut
ditentukan oleh tingkat produksi dan permintaan rumput laut aktual, yang merupakan fungsi non-linear dari potensi permintaan rumput laut. Potensi permintaan rumput laut ditentukan oleh tingkat permintaan dan persen rumput laut terserap pasar. Laju reduksi produksi rumput laut ditentukan oleh tingkat reduksi, total limbah dan faktor reduksi limbah-rumput laut.
Produksi ikan laut/tambak dipengaruhi oleh rate produksi dan rate reduksi produksi ikan laut/tambak. Laju produksi ikan laut/tambak ditentukan oleh tingkat produksi, faktor pertumbuhan ikan, volume pendukung pertumbuhan, daya dukung perikanan dan permintaan ikan laut/tambak aktual yang merupakan fungsi
non-linear dari potensi permintaan ikan laut/tambak. Potensi permintaan ika n
laut/tambak ditentukan oleh tingkat permintaan ikan laut/tambak dan persen ikan laut/tambak terserap pasar.
Pendapatan masyarakat pesisir dipengaruhi oleh rate peningkatan dan rate reduksi pendapatan. Laju peningkatan pendapatan ditentukan oleh persen peningkatan pendapatan dan pendapatan aktual yang merupakan fungsi non-linear dari potensi pendapatan. Potensi pendapatan ditentukan oleh produksi ikan laut, ikan tambak, rumput laut dan faktor pengganda potensi pendapatan. Laju reduksi pendapatan ditentuka n oleh persen reduksi pendapatan. Dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat pesisir, kebijakan pemberdayaan masyarakat berperan meningkatkan akses masyarakat pada sumberdaya yang ada melalui peningkatan produksi sektor perikanan.
Jumlah wisatawan yang berkunjung dipengaruhi oleh rate pertumbuhan dan
rate penurunan jumlah wisatawan. Laju pertumbuhan jumlah wisatawan
ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dan permintaan wisata aktual yang merupakan fungsi non-linear dari potensi permintaan wisata. Potensi permintaan wisata ditentukan oleh tingkat permintaan wisata dan daya tampung wisata. Laju penurunan jumlah wisatawan ditentukan oleh tingkat penurunan jumlah wisatawan.
Peranan pesisir pada perekonomian wilayah dipengaruhi oleh rate pertumbuhan dan rate penurunan peranan. Laju pertumbuhan peranan ditentukan oleh tingkat pertumbuhan peranan dan peranan aktual yang merupakan fungsi
non-linear dari potensi peranan. Potensi peranan ditentukan oleh total produksi
perikanan dan rumput laut, investasi, jumlah industri, cadangan pasir laut, jumlah wisatawan dan persen peran perekonomian per unit produksi.
c. Submodel Sosial
Submodel sosial merupakan co-model yang memberikan ilustrasi tentang interaksi yang terjadi di antara variabel-variabel di dalam komponen submodel (penduduk dan konflik sosial). Di dalam submodel sosial, komponen penduduk hanya memiliki satu level saja, yaitu jumlah penduduk yang dipengaruhi oleh rate kelahiran, rate kematian, rate imigrasi dan rate emigrasi. Laju kelahiran ditentukan oleh angka kelahiran dan pembatas kelahiran yang merupakan fungsi
non-linear dari pengganda kepadatan. Pengganda kepadatan ditentukan oleh
harapan hidup. Laju imigrasi ditentukan oleh konsta nta imigrasi. Laju emigrasi ditentukan oleh konstanta emigrasi.
Lapangan kerja dipengaruhi oleh rate pertumbuhan lapangan kerja yang ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dan kontribusi aktual. Kontribusi aktual merupakan fungsi non-linear dari potensi kontribusi yang ditentukan oleh total produksi perikanan dan rumput laut, investasi, jumlah industri, cadangan pasir laut, jumlah wisatawan dan kontribusi lapangan kerja per unit produksi.
Frekuensi konflik dipengaruhi oleh rate peningkatan dan rate penurunan frekuensi. Laju peningkatan frekuensi konflik ditentukan oleh persen peningkatan konflik dan konflik aktual yang merupakan merupakan fungsi non-linear dari potensi konflik. Potensi konflik ditentukan oleh keterlibatan masyarakat dalam konflik dan tingkat kerusakan habitat, yang merupakan dampak dari ekstraksi pasir laut dan penurunan pendapatan. Secara keseluruhan, model pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan disajikan pada Gambar 20. Persamaan powersim-nya disajikan pada Lampiran 10.