5.2 Model Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten Berkelanjutan
5.2.5 Simulasi dan Optimasi Model
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan perilaku model antar skenario. Optimasi bertujuan untuk memperoleh solusi optimal. Optimasi dilakukan dengan menetapkan dan mendefinisikan objective variables, decision
variables dan asumsi-asumsi yang digunakan (Lampiran 11). Metode yang digunakan dalam optimasi adalah goal seeking methods dari powersim solver
analysis tools.
Pada skenario konvensional, kebijakan insentif investasi telah berhasil menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga mendorong peningkatan volume investasi secara eksponensial (exponential growth) (Gambar 21). Peningkatan volume investasi sebenarnya juga terjadi pada skenario new
urbanism, tetapi dalam volume yang sedikit lebih kecil. Hasil optimasi
menunjukkan, bahwa volume investasi pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 6,37% per tahun hingga mencapai USD 580.432.136,37 (Lampiran 12).
jumlah penduduk
kelahiran kematian
umur harapan hidup
kepadatan penduduk pengganda kepadatan penduduk lahan tersedia pembatas kelahiran imigrasi emigrasi konstanta emigrasi konstanta imigrasi jumlah industri prtumbuhan industri reduksi industri lapangan kerja pertumbuhan jumlah lapangan kerja tingkat pertumbuhan lapangan kerja investasi reduksi investasi laju investasi tingkat reduksi investasi jumlah wisatawan pertumbuhan jumlah wisatawan penurunan jumlah wisatawan jumlah penduduk total limbah reduksi limbah laju akumulasi limbah tingkat reduksi limbah potensi permintaan rumput laut
produksi ikan tambak
laju produksi ikan tambak reduksi produksi ikan tambak tingkat produksi ikan tambak tingkat reduksi produksi ikan tambak produksi ikan laut
laju produksi ikan laut
reduksi produksi ikan laut
tingkat reduksi produksi ikan laut
tingkat produksi ikan laut
produksi rumput laut
permintaan rumput laut aktual tingkat permintaan rumput laut laju produksi rumput laut reduksi produksi rumput laut tingkat produksi rumput laut tingkat reduksi produksi rumput laut total limbah
total limbah faktor reduksi
limbah-tambak faktor reduksi
limbah-laut faktor reduksi
limbah-rumput laut
kandungan pasir laut
deplesi permintaan pasir laut aktual tingkat deplesi tingkat permintaan pasir laut permintaan ikan laut aktual potensi permintaan ikan laut tingkat permintaan ikan laut persen ikan laut terserap pasar
potensi permintaan ikan tambak
tingkat permintaan ikan tambak persen ikan tambak
terserap pasar
permintaan ikan tambak aktual
potensi permintaan pasir laut
pasir laut terserap pasar potensi kebutuhan lahan permukiman kebutuhan lahan permukiman aktual tingkat kebutuhan lahan permukiman lahan sawah lahan tambak konversi tambak konversi sawah potensi kebutuhan lahan industri kebutuhan lahan industri aktual tingkat kebutuhan lahan industri tingkat konversi sawah tingkat konversi tambak lahan industri terbangun lahan permukiman terbangun laju pembangunan permukiman laju pembangunan perindustrian tingkat pembangunan perindustrian tingkat pembangunan permukiman
penutupan mangrove laju penanamanmangrove
konversi mangrove penutupan lamun penutupan karang laju perusakan karang jumlah penduduk tingkat konversi mangrove tingkat perusakan karang tingkat penanaman mangrove potensi penanaman mangrove potensi konversi mangrove penanaman mangrove aktual konversi mangrove aktual
persen luas tanam per penduduk persen konversi mangrove per penduduk laju perusakan lamun potensi perusakan
karang perusakan karang aktual persen perusakan karang per penduduk jumlah penduduk potensi perusakan lamun persen perusakan lamun per penduduk perusakan lamun
aktual persen perusakan lamun penutupan lamun penutupan karang penutupan mangrove daya dukung perikanan peningkatan daya dukung reduksi daya dukung total limbah potensi daya dukung konstanta pengganda potensi daya dukung
daya dukung aktual konstanta dayadukung tingkat akumulasi limbah pengganda akumulasi daya dukung perikanan faktor pertumbuhan ikan tambak volume pendukung pertumbuhan ikan tambak faktor pertumbuhan ikan laut volume pendukung pertumbuhan ikan laut pendapatan masyarakat pesisir peningkatan pendapatan reduksi pendapatan
produksi ikan laut produksi ikan tambak
potensi pendapatan faktor pengganda potensi pendapatan pendapatan aktual persen peningkatan pendapatan persen reduksi pendapatan frekuensi konflik peningkatan frekuensi penurunan frekuensi potensi konflik konflik aktual kerusakan habitat tingkat dampak deplesi persen peningkatan konflik dampak penurunan pendapatan persen dampak penurunan pendapatan dampak ekstraksi persen penurunan konflik keterlibatan masyarakat dalam konflik potensi permintaan wisata permintaan wisata aktual tingkat permintaan wisata tingkat pertumbuhan jumlah wisatawan tingkat penurunan jumlah wisatawan penutupan mangrove potensi limbah terserap ekosistem limbah terserap ekosistem
persen limbah per penutupan persen rumput laut
terserap pasar angka pertumbuhan industri tingkat akumulasi potensi produksi limbah produksi limbah aktual kontribusi limbah per penduduk kontribusi limbah per industri tingkat pertumbuhan investasi potensi reduksi investasi reduksi investasi aktual persen reduksi investasi per unit limbah potensi kebutuhan lahan industri daya tampung wisata potensi penurunan jumlah wisatawan penurunan wisatawan aktual persen penurunan wisatawan per konflik kontribusi industri per unit investasi
potensi kontribusi industri kontribusi industri aktual tingkat reduksi industri
peranan pesisir pada perekonomian
wilayah pertumbuhan
peranan penurunan peranan produksi rumput laut
produksi ikan tambak
produksi ikan laut
tingkat pertumbuhan peran tingkat penurunan peran jumlah wisatawan investasi jumlah industri kandungan pasir laut
potensi peranan
peranan aktual
peran per unit wisatawan
peran per unit industri peran per unit
investasi peran per unit
produksi peran per unit
kandungan total produksi
potensi kontribusi kontribusi aktual
kontribusi per unit produksi
kontribusi per unit kandungan
kontribusi per unit investasi
kontribusi per unit industri kontribusi per unit
wisatawan
PENGEMBANGAN
INDUSTRI periode awal
pertumbuhan INSENTIF INVESTASI PENGELOLAAN SUMBER DAMPAK PERLINDUNGAN FISIK HABITAT PERLINDUNGAN FISIK HABITAT PERLINDUNGAN FISIK HABITAT REGULASI PERTAMBANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Gambar 20. Struktur model pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan (biru untuk submodel biofisik, hitam untuk ekonomi, merah untuk sosial dan ungu untuk intervensi kebijakan).
200.000.000,00 300.000.000,00 400.000.000,00 500.000.000,00 600.000.000,00 700.000.000,00 800.000.000,00 900.000.000,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode Investasi (USD)
Gambar 21.. Pola pertumbuhan investasi pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah). 150,00 350,00 550,00 750,00 950,00 1.150,00 1.350,00 1.550,00 1.750,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode
Jumlah industri (perusahaan)
Gambar 22. Pola pertumbuhan industri pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah).
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kondisi ini dinilai optimal untuk mendukung upaya pengembangan industri dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip konservasi. Pada skenario konservasi, meskipun kebijakan insentif investasi tidak diberlakukan, tetapi peningkatan volume investasi tetap terjadi
(dalam volume yang jauh lebih kecil). Hal ini terkait dengan asumsi tingkat keamanan investasi yang tinggi dan kemudahan berinvestasi lainnya yang memang sudah terkondisi dengan baik jauh sebelum skenario pengelolaan lingkungan ini ditetapkan.
Peningkatan volume investasi secara eksponensial mendorong peningkatan jumlah industri melalui pola yang sama (Gambar 22). Kondisi ini didukung oleh kebijakan pengembangan industri yang gencar digalakkan, sehingga peran saling melengkapi antara investasi dan pengembangan industri mendorong terciptanya sinergi pertumbuhan yang tinggi. Pada skenario new urbanism, peran saling melengkapi antara investasi dan pengembangan industri juga begitu nyata terlihat, tetapi dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan skenario konvensional. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa jumlah industri pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 0,95% per tahun hingga mencapai 827 perusahaan (Lampiran 13). Dalam konteks pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kondisi ini dinilai optimal untuk mendukung upaya peningkatan peran pesisir pada perekononomian wilayah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip konservasi.Pada skenario konservasi, walaupun peningkatan investasi juga masih terjadi (dalam skala yang jauh lebih kecil), tetapi ternyata justru diikuti oleh penurunan jumlah industri. Kondisi ini dimungkinkan, mengingat peningkatan investasi tidak dialokasikan untuk pengembangan struktur industri baru, tetapi digunakan untuk memperkokoh struktur yang ada, sekaligus untuk meningkatkan kinerja industri agar lebih ramah lingkungan.
Peningkatan kinerja sektor industri dan investasi yang disertai dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi (Gambar 35), mendorong laju peningkatan lahan industri terbangun (Gambar 23) dan permukiman terbangun (Gambar 24). Peningkatan secara eksponensial lahan industri terbangun (Gambar 23) terjadi pada skenario konvensional, mengingat pada skenario ini, kinerja sektor industri dipacu secara maksimal dalam rangka mengejar pertumbuhan. Peningkatan lahan industri terbangun secara lebih terkendali terjadi pada skenario new urbanism. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa laju peningkatan lahan industri terbangun pada skenario new urbanism masih dapat ditekan rata-rata 2,03% per tahun hingga mencapai 54,15 km2. Dibandingkan dengan skenario konvensional, teknik
optimasi bahkan dapat menekan laju peningkatan lahan industri terbangun rata-rata 62,18% per tahun (Lampiran 14). Dalam konteks pengembangan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dengan tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip konservasi, kondisi ini dinilai sesuai dengan target pertumbuhan optimal yang ditetapkan dan pemeliharaan pemanfaatan lahan secara berimbang. Pada skenario konservasi, lahan industri terbangun relatif tidak mengalami perubahan dari kondisi pada awal periode pengelolaan. Hal ini terjadi, mengingat hanya industri yang ramah lingkungan saja yang dikembangkan, sedangkan industri yang polutif tidak dikembangkan, bahkan dihentikan.
Peningkatan secara eksponensial lahan permukiman terbangun pada ketiga skenario (Gambar 24) tidak terlepas dari peningkatan jumlah penduduk yang besar, terutama di pesisir barat Teluk Banten. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa laju peningkatan lahan permukiman terbangun pada skenario new urbanism masih dapat ditekan rata-rata 3,35% per tahun hingga mencapai luasan 92,97 km2 (Lampiran 15). Dalam konteks pemenuhan kebutuhan permukiman dengan tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip konservasi, kondisi ini dinilai sesuai dengan target perkembangan permukiman optimal yang ditetapkan dan pemeliharaan pemanfaatan lahan secara berimbang.
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode
Lahan industri terbangun (km^2)
Gambar 23. Pola pertumbuhan lahan industri terbangun pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah).
30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 110,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode
Lahan permukiman terbangun (km^2)
Gambar 24. Pola pertumbuhan lahan permukiman terbangun pada tiga skenario (biru) dan optimasi (merah).
Meskipun laju peningkatan lahan industri terbangun dan lahan permukiman terbangun dapat diarahkan menuju kondisi optimal, tetapi hal itu tidak menutup kenyataan perlunya dilakukan konversi lahan sawah dan tambak, terutama di pesisir barat Teluk Banten. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa laju konversi lahan sawah dan tambak masih pada skenario new urbanism masih dapat ditekan rata-rata 0,91% per tahun, hingga pada akhir periode pengelolaan, masih tersisa lahan sawah seluas 42,49 km2 dan tambak seluas 20,80 km2. Dibandingkan dengan skenario konvensional, di mana pada akhir periode pengelolaan hanya tersisa lahan sawah seluas 7,76 km2 dan tambak seluas 5,71 km2, teknik optimasi bahkan dapat menekan laju konversi lahan sawah rata-rata 65,19% per tahun dan tambak rata-rata 42,45% per tahun (Lampiran 16).
Pada skenario konvensional, peningkatan industri dan jumlah penduduk (Gambar 35) mendorong peningkatan produksi limbah secara eksponensial (Gambar 25). Kondisi ini terjadi, mengingat skenario ini memang hanya berorientasi pada pertumbuhan saja, sedangkan pengendalian produksi limbah tidak dilakukan sama sekali. Dari Gambar 25 diketahui, bahwa peningkatan produksi limbah pada skenario new urbanism dan konservasi jauh lebih terkendali. Hal ini terkait dengan implementasi kebijakan pengelolaan sumber dampak yang berhasil menekan produksi limbah secara signifikan. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa produksi limbah pada skenario new urbanism masih dapat
ditekan rata-rata 1,15% per tahun hingga mencapai 312.118.075,34 m3. Dibandingkan dengan skenario konvensional, teknik optimasi bahkan dapat menekan laju peningkatan produksi limbah rata-rata 50,75% per tahun (Lampiran 17). Produksi limbah yang minimal dinilai kondusif bagi upaya peningkatan daya dukung dalam rangka peningkatan produksi kelautan secara berkelanjutan.
190.000.000 290.000.000 390.000.000 490.000.000 590.000.000 690.000.000 790.000.000 890.000.000 990.000.000 1.090.000.000 1.190.000.000 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode Total limbah (m^3)
Gambar 25. Pola peningkatan volume limbah pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah).
Perilaku model pada level pendapatan masyarakat pesisir diilustrasikan pada Gambar 26. Pendapatan masyarakat pesisir pada skenario konvensional membentuk pola peluruhan secara eksponensial (exponential decay). Pola ini terbentuk mengikuti pola peluruhan secara eksponensial produksi ikan laut, ikan tambak dan rumput laut (Gambar 27a). Peluruhan produksi perikanan berhubungan erat dengan akumulasi limbah yang meningkat secara eksponensial (Gambar 25), sehingga menurunkan daya dukung perikanan secara tajam (Gambar 28). Kondisi ini menunjukkan, bahwa meningkatnya kinerja sektor industri dan investasi, ternyata justru diikuti oleh melemahnya kinerja sektor kelautan. Tidak adanya sinergi di antara sektor-sektor tersebut, diperburuk oleh kegagalan kebijakan (policy failure) pemberdayaan masyarakat, sehingga berdampak pada semakin terpuruknya komunitas pesisir karena pendapatan yang makin rendah.
0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 Periode
Pendapatan masyarakat pesisir (USD)
Gambar 26. Pola pertumbuhan pendapatan masyarakat pesisir pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah). 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 0 2.000 4.000 6.000 ton Waktu Produksi a 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 0 50.000 100.000 ton Waktu Produksi b 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 0 20.000 40.000 60.000 80.000 ton Waktu Produksi c 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 0 50.000 100.000 150.000 ton Waktu Produksi d
Gambar 27. Pola produksi ikan laut (coklat), ikan tambak (hijau) dan rumput laut (ungu) pada skenario konvensional (a), new urbanism (b), konservasi (c) dan optimasi (d).
Periode Periode
Pendapatan masyarakat pesisir pada skenario konservasi dan new urbanism mengikuti limit to success archetype. Kondisi ini dimungkinkan, mengingat produksi ikan laut, ikan tambak dan rumput laut yang mulai meningkat (Gambar 27b dan c), sejalan dengan akumulasi limbah yang minimal (Gambar 25), sehingga daya dukung perikanan juga meningkat (Gambar 28). Hasil optimasi menunjukkan, bahwa pendapatan masyarakat pesisir pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 0,32% per tahun hingga mencapai USD 9.285,40. Dibandingkan dengan skenario konvensional, teknik optimasi bahkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir rata-rata 123,42% per tahun (Lampiran 18). Kondisi ini diperkuat oleh daya dukung optimal yang meningkat rata-rata 12,28% per tahun hingga mencapai 45.975 fish/1.000m3. Dibandingkan dengan skenario konvensional, teknik optimasi bahkan dapat meningkatkan dayadukung rata-rata 63,07% per tahun (Lampiran 20). Optimasi daya dukung berdampak positif pada optimasi produksi kelautan. Pada kondisi optimal, produksi ikan laut meningkat rata-rata 5,41% per tahun hingga mencapai 79.744,41 ton; produksi ikan tambak meningkat rata-rata 2,19% per tahun hingga mencapai 31.856,50 ton; sedangkan produksi rumput laut meningkat rata-rata 2,46% per tahun hingga mencapai 140.773,60 ton (Lampiran 19). Implementasi kebijakan perlindungan fisik habitat dinilai berhasil memperbaiki, bahkan meningkatkan dayadukung perikanan hingga berdampak pada peningkatan produksi kelautan secara nyata. Kebijakan pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan secara efektif dinilai mampu memberikan akses bagi masyarakat pada berbagai macam sumberdaya, sehingga masyarakat dapat mengembangkan diri dan meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan.
Perilaku model pada level penutupan mangrove, karang dan lamun diilustrasikan pada Gambar 29. Pada skenario konvensional, penutupan
mangrove, karang dan lamun membentuk pola peluruhan secara eksponensial
(Goodman, 1980). Sebagai varian dari tragedy of the common archetype, Kim dan Anderson (1998) mengatakan, bahwa pola ini merupakan indikasi terjadinya
overloads pada aktivitas eksploitasi sumberdaya, sehingga menurunkan fungsi
tidak terkendali berdampak pada terjadinya penyusutan luas lahan mangrove secara signifikan. Keterbatasan kemampuan karang dan lamun dalam mengabsorpsi limbah yang makin tinggi volumenya di perairan Teluk Banten, berdampak pada terjadinya penyusutan luas penutupan ekosistem ini secara nyata.
Pada skenario konservasi dan new urbanism, kondisi penutupan ekosistem jauh lebih baik. Kebijakan perlindungan fisik habitat yang diimplementasikan pada skenario ini memang hanya mampu mempertahankan (tidak berhasil meningkatkan) penutupan karang dan lamun pada luasan 2,5 km2 dan 3,7 km2. Kondisi ini sekaligus merupakan hasil optimal yang dapat dicapai (Lampiran 21). Hal ini terkait dengan kendala teknis di lapangan, bahwa sampai saat ini, percobaan penanaman karang dan lamun di perairan Teluk Banten belum pernah berhasil secara baik. Tingkat sedimentasi dan akumulasi limbah yang makin tinggi menjadi kendala pertumbuhan ekosistem ini. Jika penutupan karang dan lamun tidak berhasil ditingkatkan, tidak demikian halnya dengan penutupan mangrove. Pada skenario konservasi dan new urbanism, penutupan mangrove meningkat secara sederhana hingga membentuk limit to success archetype. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa penutupan mangrove pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 1,19% per tahun hingga mencapai 2,92 km2 (Lampiran 21). Kondisi di lapangan secara nyata menunjukkan keberhasilan itu. Kecenderungan membentuk huruf S (S-shape growth) pada kurva tersebut, dijelaskan oleh Kim dan Anderson (1998) sebagai respons terhadap keterbatasan yang dilakukan oleh sistem, setelah pada periode awal, sistem mengalami keberhasilan perkembangan secara cepat. Secara ekologis, Odum (1995) menjelaskan fenomena ini sebagai respon organisme (mangrove) terhadap daya dukung lingkungan (carrying capacity) yang membatasinya.
Perilaku model pada level kandungan pasir laut diilustrasikan pada Gambar 30. Pola kandungan pasir laut pada skenario konvensional mengikuti tragedy of
the common archetype. Kondisi ini ditengarai sebagai indikasi terjadinya
kegagalan kebijakan penambangan pasir laut dan cara pandang yang salah terhadap pasir laut. Pasir laut selayaknya dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem biofisik, sehingga gangguan terhadap keberadaan pasir laut juga harus dipandang sebagai gangguan terhadap sistem biofisik secara
0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode
Dayadukung perikanan (fish/1.000m^3)
Gambar 28. Pola daya dukung perikanan pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah). 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 km² Periode Penutupan ekosistem a 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 2,0 2,5 3,0 3,5 km² Periode
Penutupan karang dan lamun
b 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 2,850 2,855 2,860 km² Periode Penutupan mangrove c 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 2,85 2,86 2,87 2,88 2,89 2,90 2,91 km² Periode Penutupan mangrove d
Gambar 29. Pola penutupan mangrove (merah), karang (hitam) dan lamun (hijau) pada skenario konvensional (a), konservasi = new urbanism = optimasi (b), new urbanism = konservasi (c) dan optimasi (d).
keseluruhan. Tingginya permintaan menyebabkan pasir laut sering dipandang sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi, sehingga diperlakukan sebagai common properties dan menjadi ajang perseteruan kepentingan bagi para pemodal. Pada skenario ini, kandungan pasir laut mengalami deplesi total dan berdampak negatif baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi.
Pada skenario konservasi, regulasi penambangan dilaksanakan secara konsisten dan larangan penambangan pasir laut diberlakukan sejak dini yang didasarkan atas kajian terhadap dampak biofisik, sosial dan ekonomi. Ketatnya pengawalan terhadap regulasi penambangan memberikan dampak positif dengan tetap terjaganya kandungan pasir laut pada posisi yang sama dengan posisi di awal periode pengelolaan (135.432.083,00 m3) (Lampiran 22). Pada skenario new
urbanism, aktivitas penambangan pasir laut masih berada pada tingkat yang bisa
ditoleransi, karena volume penambangan hanya 0,94% dari total kandungan dan dilakukan mulai tahun 2023. Dengan demikian, kandungan pasir laut masih tetap dapat dijaga (berada pada level 134.159.315,68 m3) (Lampiran 22), sehingga dampak negatif penambangan bisa dihindari. Kondisi ini sekaligus merupakan hasil optimal yang dapat dicapai. Hal ini terkait dengan keterbatasan model, mengingat di dalam model yang dirancang, peningkatan kandungan pasir laut di Teluk Banten tidak mempertimbangkan suplai sedimen dari beberapa sungai besar seperti Ciujung, Cibanten dan Cilengkong.
Perilaku model pada level lapangan kerja diilustrasikan pada Gambar 31. Dari Gambar 31 diketahui, bahwa skenario new urbanism berhasil menciptakan peluang kerja yang jauh lebih besar (menyerap 188.792 jiwa) dibandingkan dengan skenario lainnya. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa lapangan kerja yang tercipta pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 0,89% per tahun hingga mencapai 189.282 jiwa. Dibandingkan dengan skenario konvensional, teknik optimasi bahkan dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja rata-rata 21,93% per tahun (Lampiran 23). Skenario konvensional dengan pertumbuhan industri paling tinggi, bahkan hanya mampu menyerap pekerja hingga 85.013 jiwa. Perbedaan kemampuan menciptakan peluang kerja yang cukup signifikan antar skenario diasumsikan berkaitan dengan perbedaan
pendekatan yang digunakan dalam mekanisme industrialisasi yang dikembangkan. Skenario konvensional yang dicirikan oleh tingkat investasi dan industrialisasi yang tinggi, dikembangkan melalui pendekatan kinerja mesin (machinery
approach) untuk mencapai pertumbuhan setinggi-tingginya dalam tempo yang
secepat-cepatnya. Skenario new urbanism yang juga dicirikan oleh tingkat investasi tinggi tetapi dengan kegiatan industri yang lebih terseleksi, dikembangkan melalui pendekatan kinerja manusia (human approach) untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dan pemberdayaan pekerja. Skenario konservasi mampu menyerap hingga 82.753 pekerja (sedikit lebih rendah di bawah skenario konvensional). Hal ini dimungkinkan, mengingat regulasi yang diberlakukan bersifat menekan pertumbuhan (terutama kinerja sektor industri dan investasi), sehingga menutup peluang terciptanya lapangan kerja baru yang lebih besar jumlahnya. 0,00 20.000.000,00 40.000.000,00 60.000.000,00 80.000.000,00 100.000.000,00 120.000.000,00 140.000.000,00 160.000.000,00 01/01/07 01/01/12 01/01/17 01/01/22 01/01/27 Periode
Kandungan pasir laut (m^3)
Gambar 30. Pola kandungan pasir laut pada skenario konvensional (hitam), konservasi (hijau), new urbanism dan optimasi (merah).
Perilaku model pada level peranan pesisir diilustrasikan pada Gambar 32. Dari Gambar 32 diketahui, bahwa skenario new urbanism memberikan peranan tertinggi pada perekonomian wilayah (mencapai 81,96%) dibandingkan dengan skenario lainnya. Hasil optimasi menunjukkan, bahwa peranan pesisir pada skenario new urbanism masih dapat ditingkatkan rata-rata 0,26% per tahun hingga mencapai 84,16% (Lampiran 24). Skenario konvensional dengan pertumbuhan
industri paling tinggi, bahkan hanya mampu memberikan peranan tertinggi hingga 76,29%. Perbedaan peranan yang cukup signifikan antar skenario diasumsikan berkaitan dengan perbedaan efisiensi pengelolaan. Pada skenario new urbanism (termasuk hasil optimasi), tingkat efisiensi pengelolaan dinilai cukup tinggi; sedangkan pada skenario konvensional, tingkat efisiensinya relatif lebih rendah. Terjadinya unefficiency dimungkinkan karena faktor ekonomi biaya tinggi (high
cost economy) yang merupakan kendala bagi upaya peningkatan peranan pesisir
secara lebih bermakna. Peranan pesisir pada skenario konservasi relatif tidak berubah dari posisi peran pada awal periode pengelolaan (74,01%). Hal ini dimungkinkan, mengingat regulasi yang diberlakukan bersifat menekan pertumbuhan (terutama kinerja sektor industri dan investasi) untuk mendukung kebijakan konservasi yang ditetapkan. Tidak berkembangnya kinerja sektor industri dan investasi berdampak pada peranan pesisir yang relatif stagnan.
65.000,00 85.000,00 105.000,00 125.000,00 145.000,00 165.000,00 185.000,00 205.000,00 01/01/2007 01/01/2012 01/01/2017 01/01/2022 01/01/2027 Periode
Lapangan kerja (jiwa)
Gambar 31. Pola pertumbuhan lapangan kerja pada skenario konvensional (hitam), new urbanism (biru), konservasi (hijau) dan optimasi (merah).
Perilaku model pada level frekuensi konflik diilustrasikan pada Gambar 33. Pada skenario konvensional, frekuensi konflik membentuk pola exponential
growth, sedangkan pada skenario konservasi dan new urbanism, frekuensi konflik
membentuk pola exponential decay. Skenario konservasi memang memberikan peluang tercapainya zero conflict lebih cepat (tidak ada konflik ladi di kalangan
masyarakat mulai tahun 2020) tetapi dengan konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang lambat. Skenario new urbanism masih belum memberi peluang tercapainya
zero conflict, tetapi pertumbuhan ekonomi yang dicapai relatif cepat. Melalui
teknik optimasi diketahui, bahwa frekuensi konflik yang cenderung menurun pada skenario new urbanism masih dapat direduksi rata-rata 63,20% per tahun (Lampiran 25), hingga proses menuju zero conflict dapat dicapai relatif lebih cepat (tahun 2024).
Terjadinya perbedaan mendasar antar skenario disebabkan karena pada skenario konvensional, tingginya kinerja sektor investasi dan industri (Gambar 21 dan 22), justru diikuti oleh penurunan kinerja sektor kelautan (Gambar 27a). Hal ini terjadi karena produksi limbah yang tinggi (Gambar 25) dan tingkat kerusakan habitat yang serius akibat penambangan pasir laut (Gambar 30). Penurunan