• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Gravetter & Forzano (2012), variabel merupakan karakteristik ataupun kondisi yang dapat mengubah atau memiliki nilai yang berbeda pada individu yang berbeda. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Terikat (dependent variable) : Subjective Well-Being b. Variabel Bebas (independent variable) : Resiliensi

23 3.2.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah prosedur untuk mengukur dan mendefinisikan konsrtruk. Definisi operasional menetapkan prosedur pengukuran untuk mengukur perilaku eksternal yang dapat diamati, dan menggunakan pengukuran yang dihasilkan sebagai define konstruk hipotetis (Gravetter & Forzano, 2012).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : a. Resiliensi

Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi, bertahan, bangkit, dan menunjukkan perkembangan positif ketika berada dalam kondisi atau keadaan terpuruk yang mencakup aspek kompetensi personal, kepercayaan pada diri sendiri, menerima perubahan secara positif dan dapat menjalin hubungan yang aman dengan orang lain, kontrol diri, dan pengaruh spiritual. Resiliensi diukur dengan The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Resiliensi dapat dilihat dari total skor yang diperoleh melalui pengukuran. Semakin tinggi total skor yang diperoleh mencerminkan individu memiliki kemampuan resiliensi yang lebih baik.

b. Subjective well-being

Subjective well-being merupakan penilaian individu mengenai kehidupannya kepuasan hidup (life satistification) dan keadaan emosional diri seperti emosi atau suasan hati yang menyenangkan maupun tidak. Yang mecakup komponen mengalami kepuasan hidup, banyak afek positif, dan sedikit afek negatif. Subjective well-being diukur dengan The Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE).

24 3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh kumpulan individu yang menarik bagi seorang peneliti (Gravetter & Forzano, 2012). Populasi merupakan suatu wilayah umum yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kualitas atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang duduk di bangku sekolah tingkat SD atau SMP.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sekumpulan individu yang dipilih dari suatu populasi dan biasanya dimaksudkan untuk mewakili populasi tersebut dalam suatu studi penelitian (Gravetter & Forzano, 2012). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dengan pendekatan accidental sampling. Teknik non-probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara tidak acak dan bersifat subjektif. Setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sedangkan, accidental sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel jika orang tersebut dianggap tepat sebagai sumber data. Dalam penelitian ini kriteria sampel yang dibutuhkan adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang berstatus sebagai pelajar SD atau SMP, dan berdomisili di kota Medan. Untuk menentukan jumlah subjek yang akan dijadikan sampel,

25

peneliti menggunakan rumus menurut Cochran (dalam Sugiyono, 2017) untuk menentukan ukuran sampel dengan populasi yang tidak diketahui sebagai berikut :

n = n = ( ) ( )( )

( )

= 96,04

keterangan : n = Ukuran sampel.

= Tingkat kepercayaan 95%.

p = proporsi kategori dari total seluruh kategori (50% = 0,5) q = proporsi kategori lain selain p (50% = 0,5)

e = Margin error 10%

Dari perhitungan diatas maka jumlah sampel yang digunakan adalah 96,4 responden. Dalam penelitian ini, peneliti akan membulatkan menjadi 100 subjek sebagai sampel penelitian.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala. Skala adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur atribut non-kognitif (Azwar, 2012). Jenis skala yang digunakan adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini, terdapat tiga skala yang digunakan, yaitu satu skala untuk mengukur resiliensi dan dua skala untuk mengukur subjective well-being.

3.4.1. Skala Resiliensi

Skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi pada ibu rumah tangga yaitu skala adaptasi dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh

26

Wahyudi, dkk., (2020). Skor dari skala diperoleh dari hasil jawaban subjek yang mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable) terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat pada skala resiliensi. Setiap aitem dari skala terdiri dari 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam menentukan skor masing-masing subjek, norma skor ditetapkan berdasarkan lima pilihan jawaban sebagai berikut.

Tabel 1. Norma Skor Skala Resiliensi

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Tidak Sesuai (STS) 0

Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi

No. Aspek Favorable Total

1. Kompetensi personal, standar tinggi, dan kegigihan 6, 10, 16, 19,

23, 25 6

2. Keyakinan terhadap insting, toleransi terhadap efek negatif, dan efek menguatkan dari stress

4, 14, 15, 17,

18 5

3. Penerimaan positif terhadap perubahan dan

hubungan lekat dengan orang lain. 1, 2, 5, 7, 8 5

4. Kontrol 11, 12, 13,

21, 22, 24 6

5. Pengaruh spiritual 3, 9, 20 3

Total 25

3.4.2. Skala Subjective Well-Being

1. The Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Skala pertama yang digunakan untuk mengukur subjective well-being pada ibu rumah tangga yaitu skala adaptasi dari The Satisfaction

27

with Life Scale (SWLS) oleh Yusak Novanto (diakses melalui eddiener.com). Skala 5 aitem ini ditujukan untuk mengukur salah satu aspek subjective well-being yaitu, kepuasan hidup berdasarkan teori Diener.

Skor dari skala diperoleh dari hasil jawaban subjek yang mendukung (favorable) terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat pada skala SWLS. Setiap aitem dari skala terdiri dari 7 alternatif jawaban, dimulai dari Sangat Sesuai (SS), hingga Sangat Tidak Sesuai (STS).

Dalam menentukan skor masing-masing subjek, norma skor ditetapkan berdasarkan tujuh pilihan jawaban sebagai berikut.

Tabel 3. Norma Skor Skala SWLS

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

Tabel 4. Blue Print Skala SWLS

No. Komponen Favorable Total

1. Kepuasan Hidup 5 5

Total 5

2. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

Skala kedua yang digunakan untuk mengukur subjective well-being pada ibu rumah tangga yaitu skala adaptasi dari Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) oleh Hanif Akhtar (diakses melalui

28

eddiener.com). Skala 12 aitem ini mencakup 6 aitem untuk menilai perasaan positif dan 6 aitem untuk menilai perasaan negatif.

Skor dari skala diperoleh dari hasil jawaban subjek yang mendukung (favorable) terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat pada skala SPANE. Setiap aitem dari skala terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimulai dari Sangat Sesuai (SS), hingga Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam menentukan skor masing-masing subjek, norma skor ditetapkan berdasarkan lima pilihan jawaban sebagai berikut.

Tabel 5. Norma Skor Skala SPANE

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Jarang / Tidak Pernah 1

Tabel 6. Blue Print Skala SPANE

No. Komponen Favorable Jumlah

1. Afek Positif 6 6

2. Afek Negatif 6 6

Total 12

3.5.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian 3.5.1. Validitas Alat Ukur Penelitian

Menurut Azwar (2012) validitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity. Validitas isi adalah relevansi aitem dengan indikator keperilakuan dengan

29

tujuan ukur yang membutuhkan penilaian dari penilai yang kompeten (expert judgement) (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti meminta dosen pembimbing sebagai expert judgement untuk menilai kelayakan skala yang telah diadaptasi.

3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Salah satu ciri alat ukur yang berkualitas adalah reliabel, yaitu dapat menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil (Azwar, 2012).

Menuurut Gravetter & Forzano (2012) reliabilitas suatu prosedur pengukuran adalah konsistensi pengukuran. Jika individu yang sama diukur dalam kondisi yang sama, prosedur pengukuran yang reliabel menghasilkan pengukuran yang identik (atau hampir identik). Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS. Alat ukur dapat dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2012).

3.5.3. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aitem dapat membedakan antara individu atau suatu kelompok individu yang mempunyai dan tidak mempunyai atribut yang diukur. Aitem yang memperoleh koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan (Azwar, 2012).

3.5.4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Setelah dilakukan professional judgement pada 42 aitem, aitem tersebut kemudian diuji coba. Uji coba alat ukur dilakukan kepada 50 orang ibu rumah tangga yang berdomisili di luar kota Medan. Peneliti menyebarkan skala

30

menggunakan google form. Hasil uji coba skala resiliensi menunjukkan reliabilitas alat ukur pada skala resiliensi diperoleh sebesar 0.939. Terdapat 1 aitem memiliki daya beda aitem dibawah 0,30, yaitu aitem nomor 3 sebesar 0,103.

Tidak ada aitem gugur dan aitem tetap berjumlah 25 aitem.

Tabel 7. Hasil Uji Coba Alat Ukur Skala Resiliensi

Aspek Aitem Jumlah

Kompetensi personal, standar tinggi, dan kegigihan 24, 12, 11, 25, 10,

23, 17, 16 8

Keyakinan terhadap insting, toleransi terhadap efek negatif, dan efek menguatkan dari stress

20, 18, 15, 6, 7,

19, 14 7

Penerimaan positif terhadap perubahan dan hubungan

lekat dengan orang lain. 1, 4, 5, 2, 8 5

Kontrol 23, 13, 21 3

Pengaruh spiritual 3, 9 1

Total 24

Sementara itu, untuk skala subjective well-being SWLS menunjukkan reliabilitas alat ukur pada skala SWLS diperoleh sebesar 0.826. Tidak ada aitem yang memiliki daya beda aitem dibawah 0,30. Maka, tidak ada aitem gugur dan aitem tetap berjumlah 5 aitem.

Tabel 8. Hasil Uji Coba Alat Ukur Skala SWLS

No. Komponen Aitem Total

1. Kepuasan Hidup 1,2,3,4,5 5

Total 5

Begitu pula dengan skala subjective well-being SPANE yang menunjukkan reliabilitas alat ukur pada skala SPANE diperoleh sebesar 0.925 untuk afek positif dan 0,902 untuk afek negatif. Tidak ada aitem yang memiliki daya beda aitem dibawah 0,30. Maka, tidak ada aitem gugur dan aitem tetap berjumlah 12 aitem.

31

Tabel 9. Hasil Uji Coba Alat Ukur Skala SPANE

No. Komponen Aitem Jumlah

1. Afek Positif 1,3,5,7,10,12 6

2. Afek Negatif 2,4,6,8,9,11 6

Total 12

3.6.Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2015) analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah mengumpulkan data dari seluruh responden. Analisis data meliputi pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, membuat tabulasi kemampuan berdasarkan variabel dari semua responden, menampilkan data untuk setiap variabel penelitian, membuat perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS version 25.0 for Windows.

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS version 25.0 for Windows.

Apabila nilai signifikansi p > 0.05 dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal, dan sebaliknya jika p < 0.05 maka dikatakan bahwa data tidak terdistribusi normal (Field, 2009).

3.6.2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi penelitian yaitu independent variable (resiliensi) dan dependent variable (subjective

well-32

being) memiliki hubungan linear atau tidak. Uji linearitas menggunakan teknik Test for Lineaity dengan bantuan SPSS version 25.0 for Windows. Hubungan dikatakan linear atau dianggap terpenuhi apabila Deviation from Linearity Sig. >

0,05 dan nilai Linearity Sig. < 0,05.

3.6.3. Uji Hipotesis

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh independent variable (resiliensi) dan dependent variable (subjective well-being).

Penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS version 25.0 for Windows.

3.7.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

3.7.1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan penelitian yang akan dilakukan.

Diawali dengan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur resiliensi dan subjective well-being. Peneliti menggunakan satu skala untuk mengukur resiliensi yaitu skala modifikasi dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh Connor & Davidson (2003), dan dua skala untuk mengukur subjective well-being yaitu skala modifikasi dari The Satisfaction with Life Scale (SWLS) oleh Diener, dkk., (1985) serta Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) oleh Diener, dkk., (2009). Aitem dari skala modifikasi kemudian dievaluasi oleh professional judgment untuk menilai apakah indikator dan aitem sesuai dengan aspek dari variabel yang diteliti.

33 3.7.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti akan menyebarkan skala yang telah melalui proses uji validitas dan reliabilitas kepada sampel penelitian. Pengambilan data dilakukan menggunakan skala yang akan disebarkan dengan google forms kepada sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

3.7.3. Tahap Pengolahan Data

Setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan terkait penelitian maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Data yang telah diperoleh akan diolah secara statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS.

34

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini berjumlah 125 orang. Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Subjek merupakan ibu rumah tangga yang berusia 25 hingga 53 tahun dan memiliki anak yang bersekolah ditingkat SD atau SMP. Berikut adalah tabel mengenai usia subjek penelitian yang dikelompokkan berdasarkan pembagian usia menurut Hurlock:

Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah(N) Persentase(%)

Dewasa Awal (18-40 tahun) 96 77%

Dewasa Madya (41-60 tahun) 29 23%

TOTAL 125 100%

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia, subjek terbanyak dalam penelitian ini adalah kelompok dewasa awal dengan rentang usia 18-40 tahun sebanyak 96 orang (77%). Kemudian, subjek dalam rentang usia 41-60 tahun atau dewasa madya merupakan subjek yang paling sedikit dalam penelitian ini sebanyak 29 orang (23%).

4.2.Analisa Data

4.2.1. Hasil Uji Asumsi

Dalam melakukan analisa data, perlu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas pada data residu variabel berupa skor, serta uji linearitas

35

untuk mengetahui bentuk korelasi antara tiap-tiap sampel. Pengujian ini kemudian dilakukan dengan bantuan program SPSS version 25.0 for Windows.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi secara normal apabila data memiliki signifikansi p > 0,05.

Tabel 11. Tabel Uji Normalitas

Berdasarkan tabel 11, didapatkan nilai signifikansi pada variabel resiliensi adalah 0,069 > 0,05. Selanjutnya, nilai signifikansi variabel subjective well-being pada komponen kognitif adalah 0,060 > 0,05, komponen afek positif adalah 0,093 > 0,05, dan begitu pula pada komponen afek negatif adalah 0,067 > 0,05. Kedua variabel memiliki nilai signifikansi p > 0,05.

Maka dapat disimpulkan bahwa data pada kedua variabel dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

b. Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel resiliensi memiliki hubungan yang linear atau tidak terhadap variabel subjective well-being. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Resiliensi Kognitif Afek Positif Afek Negatif

N 125 125 125 125

Test Statistic .077 .078 .074 .077

Asymp. Sig. (2-tailed) .069 .060 .093 .067

36

Linearity. Hubungan dikatakan linear apabila nilai deviation from linearity memiliki signifikansi > 0,05 dan nilai linearity memiliki signifikansi < 0,05.

Tabel 12. Tabel Uji Linearitas

Berdasarkan tabel 12, resiliensi dan komponen kognitif memiliki nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,120 > 0,05 serta linearity 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa resiliensi dan komponen kognitif subjective well-being memiliki hubungan yang linear.

Selanjutnya, antara resiliensi dan afek positif memiliki nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,136 > 0,05 serta linearity 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa resiliensi dan afek positif subjective well-being memiliki hubungan yang linear. Demikian pula antara resiliensi dan afek negatif dengan deviation from linearity sebesar 0,551 > 0,05 serta linearity 0,00 < 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa resiliensi dan afek positif subjective well-being memiliki hubungan yang linear.

4.2.2. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resiliensi terhadap subjective well-being pada ibu rumah tangga di masa pandemi COVID-19.

Adapun hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara resiliensi terhadap subjective well-being pada ibu rumah tangga

Sig.

Linearity Deviation from Linearity

Resiliensi – Komponen Kognitif 0,00 0,120

Resiliensi – Afek Positif 0,00 0,136

Resiliensi – Afek Negatif 0,00 0,551

37

selama masa pandemi COVID-19. Oleh karena itu, pengujian antara dua variabel ini menggunakan teknik analisa regresi sederhana.

Tabel 13. Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Resiliensi dengan Komponen Variabel Subjective Well-Being

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 13, diketahui bahwa antara resiliensi dengan komponen kognitif, afek positif, dan afek negatif memiliki nilai signifikansi yang sama, yaitu sebesar 0,000 < 0,05. Jika nilai p < 0,05, maka H0

ditolak (Field, 2009), dan Ha diterima. Maka dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini ada pengaruh variabel resiliensi terhadap komponen kognitif, afek positif, serta afek negatif variabel subjective well-being.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh independent variable (resiliensi) terhadap dependent variable (subjective well-being), maka dilakukan uji determinasi R2. Adapun hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 14. Hasil Uji Determinan (R2) Variabel Resiliensi dengan Komponen Variabel Subjective Well-Being

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa koefisien determinan (R-square/R2) yang diperoleh dari pengaruh resiliensi terhadap komponen kognitif subjective well-being adalah sebesar 0,617 (R-square/R2 = 0,617). Hal ini menyatakan bahwa resiliensi memberikan sumbangan efektif sebesar 61,7%

Sig.

Resiliensi – Komponen Kognitif 0,000

Resiliensi – Afek Positif 0,000

Resiliensi – Afek Negatif 0,000

R Square Resiliensi – Komponen Kognitif 0,617

Resiliensi – Afek Positif 0,469

Resiliensi – Afek Negatif 0,184

38

terhadap komponen kognitif subjective well-being. Selanjutnya, koefisien determinan (R-square/R2) yang diperoleh dari pengaruh resiliensi terhadap afek positif subjective well-being adalah sebesar 0,469 (R-square/R2 = 0,469). Ini menyatakan bahwa resiliensi memberikan sumbangan efektif sebesar 46,9%

terhadap afek positif subjective well-being. Demikian dengan koefisien determinan (R-square/R2) yang diperoleh dari pengaruh resiliensi terhadap afek negatif subjective well-being adalah sebesar 0,184 (R-square/R2 = 0,184), yang menyatakan bahwa resiliensi memberikan sumbangan efektif sebesar 18,4%

terhadap komponen afek negatif subjective well-being, sedangkan sisanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap subjective well-being yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh independent variable (resiliensi) terhadap dependent variable (subjective well-being) dapat dilihat dari koefisien regresi pada tabel berikut ini:

Tabel 15. Hasil Analisa Perhitungan Regresi Koefisien

Dalam penelitian ini, resiliensi dilambangkan dengan (X) dan subjective well-being dilambangkan dengan (Y). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bentuk persamaan regresi linear sederhana yang dihasilkan pada variabel resiliensi dengan komponen kognitif subjective well-being yaitu nilai constant (a) adalah

Unstandardized Coefficients

Model B

Resiliensi – Komponen Kognitif (Constant) 4,555

Resiliensi 0,260

Resiliensi – Afek Positif (Constant) 8,478

Resiliensi 0,196

Resiliensi – Afek Negatif (Constant) 26,004

Resiliensi -0,118

39

4,555, sedangkan nilai koefisien variabel X (resiliensi) yang dilambangkan „b‟

adalah 0,260. Oleh karena itu, adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah:

Y = a + b X Y = 4,555 + 0,260 X

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap penambahan satu satuan skor variabel resiliensi (X), maka komponen kognitif subjective well-being (Y) akan bertambah sebesar 0,260. Dalam kata lain menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif resiliensi terhadap komponen kognitif subjective well-being.

Pada variabel resiliensi dengan afek positif subjective well-being nilai constant (a) adalah 8,478, sedangkan nilai koefisien variabel X (resiliensi) yang dilambangkan „b‟ adalah 0,196. Oleh karena itu, adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah:

Y = a + b X Y = 8,478 + 0,196 X

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap penambahan satu satuan skor variabel resiliensi (X), maka afek positif subjective well-being (Y) akan bertambah sebesar 0,196. Dalam kata lain menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif resiliensi terhadap afek positif subjective well-being.

Variabel resiliensi dengan afek negatif subjective well-being memiliki nilai constant (a) adalah 26,004, sedangkan nilai koefisien variabel X (resiliensi) yang dilambangkan „b‟ adalah -0,118. Oleh karena itu, adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah:

40 Y = a + b X Y = 26,004 + (- 0,118) X

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap penambahan satu satuan skor variabel resiliensi (X), maka afek negatif subjective well-being (Y) akan berkurang sebesar 0,118. Dalam kata lain menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif resiliensi terhadap afek negatif subjective well-being. Dapat disimpulkan, semakin baik resiliensi ibu rumah tangga selama masa pandemi COVID-19, maka akan semakin baik subjective well-being.

4.2.3. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi data yang dilampirkan adalah perbandingan antara mean empirik (mean dari hasil rata-rata skor yang diperoleh responden) dan mean hipotetik (mean dari hasil rata-rata skor minimum dan maksimum yang dapat diperoleh subjek) penelitian.

Data penelitian kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kategorisasi. Kriteria kategorisasi dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategorisasi digolongkan berdasarkan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 16. Norma Kategorisasi

Rentang Nilai Kategorisasi

X < (μ – 1,0 SD) Rendah

(μ – 1,0 SD) ≤ X < (μ + 1,0 SD) Sedang

(μ + 1,0 SD) ≤ X Tinggi

a. Gambaran Resiliensi Ibu Rumah Tangga

41

Pada skala resiliensi terdapat 25 aitem dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur ini menggunakan model skala likert dengan rentang nilai 0 sampai 4. Hasil perhitungan nilai hipotetik dan empirik resiliensi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 17. Perbandingan Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Resiliensi

Nilai Hipotetik Empirik

Min. 0 22

Max. 100 92

Mean 50 64,9

Standar Deviasi 16,67 16,27

Pada tabel 17, dapat diketahui mean hipotetik adalah 50 dengan standar deviasi 16,67. Selanjutnya, mean empirik senilai 64,9 dengan standar deviasi 16,27. Berdasarkan perbandingan tersebut, diketahui bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (64,9 > 50). Hal ini berarti, subjek memiliki resiliensi pada level yang cenderung tinggi atau dapat dikatakan baik.

Berdasarkan norma kategorisasi yang telah ditentukan, didapatkan data hasil kategorisasi skor resiliensi sebagai berikut:

Tabel 18. Kategorisasi Skor Resiliensi

Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase

Resiliensi X < 33 Rendah 5 4%

33 ≤ X < 67 Sedang 58 46%

67 ≤ X Tinggi 62 50%

Total 125 100%

Berdasarkan tabel 18, dapat diketahui bahwa subjek memiliki kemampuan resiliensi pada kategori tinggi sebanyak 62 orang (50%), untuk kategori sedang sebanyak 58 orang (46%), dan pada kategori rendah sebanyak 5 orang (4%). Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

42

kemampuan resiliensi ibu rumah tangga dominan dipersepsikan tinggi dengan skor terbanyak pada kategori tinggi dengan persentase 50%.

b. Gambaran Kepuasan Hidup Ibu Rumah Tangga

Berdasarkan uji reliabilitas skala SWLS, terdapat 5 aitem dari alat ukur yang layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur ini menggunakan model skala likert dengan rentang nilai 1 sampai 7. Hasil perhitungan nilai hipotetik dan empirik SWLS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Berdasarkan uji reliabilitas skala SWLS, terdapat 5 aitem dari alat ukur yang layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur ini menggunakan model skala likert dengan rentang nilai 1 sampai 7. Hasil perhitungan nilai hipotetik dan empirik SWLS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Dokumen terkait