BAB III METODE PENELITIAN
B. Identivikasi Variabel
Variable yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri. 2. Variabel Tergantung
C. Definisi Operasional
1. Konsep Diri
Konsep diri merupakan pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial maupun psikologis. Pandangan ini diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam hidupnya (Brooks, dalam Rakhmat, 2002).
Konsep diri seseorang meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Berzonsky, 1981) :
a. Physical self
Meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki (tubuh, pakaian, benda, dll).
b. Social self
Meliputi penilaian individu terhadap performannya dan peranan sosial yang dimainkan
c. Moral self
Meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
d. Psychological self
Meliputi pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu.
Pengukuran tingkat konsep diri pada subjek penelitian menggunakan skala yang berkaitan dengan dengan keempat aspek tersebut. Tingkat konsep diri didapat dari skor total penelitian, yang memiliki arti semakin
tinggi skor total yang diperoleh subjek, semakin positif pula konsep dirinya.
2. Motivasi Berprestasi
Mc Clelland (dalam Robin, 1996) mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan berusaha untuk mendapatkan keberhasilan. Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang berorientasi pada tugas, suka bekerja dengan tugas-tugas yang menantang dimana penampilan individu pada tugas tersebut dapat dievaluasi dengan berbagai cara, bisa dengan cara membandingkan penampilan dengan orang lain atau dengan standar tertentu. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar.
b. Memiliki tanggungjawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
c. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya.
d. Menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas dengan tingkat kesukaran sedang.
e. Inovatif.
Pengukuran tingkat motivasi berprestasi pada subjek penelitian menggunakan skala yang berkaitan dengan dengan keenam indikator tersebut. Tingkat motivasi berprestasi didapat dari skor total penelitian, yang memiliki arti semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, semakin tinggi pula tingkat motivasi berprestasinya.
D. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, subyek penelitian yang dipakai adalah berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia 12 tahun sampai dengan 18 tahun.
Alasan pemilihan subyek dengan rentang usia tersebut adalah mengacu pada rentang usia yang ditulis oleh Bukatko (2008). Peneliti menggunakan rentang usia yang ditulis oleh Bukatko dikarenakan peneliti mengacu pada referensi terbaru mengenai batasan usia perkembangan manusia.
2. Menderita cacat fisik atau termasuk dalam kategori bagian D (SLB D). Subyek tersebut merupakan orang-orang yang memiliki cacat fisik yang memiliki kemampuan inteligensi normal, layaknya orang normal pada umumnya, sehingga dimungkinkan dapat bekerjasama dengan baik dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subyek yang berada atau menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso, dengan pertimbangan bahwa subyek-subyek
yang tinggal di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa tersebut merupakan orang-orang yang menderita cacat fisik yang memiliki kemampuan inteligensi normal seperti orang-orang normal pada umumnya. Selain itu, saat ini BBRSBD Prof. Dr. Soeharso menampung pasien yang usianya berkisar antara remaja sampai dengan dewasa sehingga batasan usia remaja yang digunakan peneliti masuk dalam usia tersebut.
E. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Rating yang Dijumlahkan (Summated Rattings Method). Skala Rating yang dijumlahkan merupakan suatu himpunan butir pernyataan sikap yang kesemuanya dipandang kira-kira sama dengan “nilai sikap”, subyek menanggapi setiap butir itu dengan mengungkapkan taraf (intensitas) kesetujuan dan ketidaksetujuan pada pernyataan tersebut. Kemudian skor-skor tiap butirnya dijumlahkan, dirata-rata untuk mendapatkan skor-skor sikap individu. Skor itulah yang nantinya diolah dan akan menempatkan individu pada suatu kontinum kesepakatan dengan sikap yang ditanyakan (Kerlinger, 1985). Oleh karena itu, dalam metode ini, untuk mendapat skor mentah tiap subyek dengan cara menjumlahkan skor-skor tiap aitemnya sesuai dengan nilai skala yang ada.
2. Skoring
Pertama-tama peneliti menyusun skala konsep diri, yang terdiri dari 48 aitem, yaitu 24 aitem bersifat favorabel dan 24 aitem bersifat unfavorabel. Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu ‘SS’ (Sangat Setuju), ‘S’ (Setuju), ‘TS’ (Tidak setuju), dan ‘STS’ (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan yang bersifat favorabel untuk jawaban ‘SS’ diberi nilai 4, ‘S’ diberi nilai 3, ‘TS’ diberi nilai 2, dan ‘STS’ diberi nilai 1. Sedangkan pernyataan yang bersifat unfavorable, untuk jawaban ‘SS’ diberi nilai 1, ‘S’ diberi nilai 2, ‘TS’ diberi nilai 3, dan ‘STS’ diberi nilai 4.
Setelah itu, peneliti juga menyusun skala motivasi berprestasi yang terdiri dari 60 aitem, yaitu 30 aitem bersifat favorabel dan 30 aitem bersifat unfavorabel. Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu ‘SS’ (Sangat Setuju), ‘S’ (Setuju), ‘TS’ (Tidak setuju), dan ‘STS’ (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan yang bersifat favorabel untuk jawaban ‘SS’ diberi nilai 4, ‘S’ diberi nilai 3, ‘TS’ diberi nilai 2, dan ‘STS’ diberi nilai 1. Sedangkan pernyataan yang bersifat unfavorable, untuk jawaban ‘SS’ diberi nilai 1, ‘S’ diberi nilai 2, ‘TS’ diberi nilai 3, dan ‘STS’ diberi nilai 4.
3. Isi
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan dua macam skala, yaitu Skala Konsep Diri dan Skala Motivasi Berprestasi.
a. Skala Konsep Diri
Konsep diri merupakan pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial maupun psikologis, dimana pandangan ini diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam hidupnya (Brooks, dalam Rakhmat, 2002).
Skala konsep diri ini bertujuan untuk mengukur seberapa tinggi konsep diri subyek yang menderita cacat fisik. Aspek-aspek konsep diri meliputi (Berzonsky, 1981) :
1. Physical self
Meliputi penilain individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya. 2. Social self
Meliputi bagaimana peranan social yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap performannya.
3. Moral self
Meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
4. Psychological self
Meliputi pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Tabel 3.1
Blueprint Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
Favorabel Unfavorabel
No. Bentuk Nomor Jumlah Nomor Jumlah Jumlah
1. Physival Self 1, 9, 17, 25, 33, 41 6 7, 15, 23, 31, 39, 47 6 12 2. Social Self 2, 10, 18, 26, 34, 42 6 8, 16, 24, 32, 40, 48 6 12 3. Moral Self 5, 13, 21, 29, 37, 45 6 3, 11, 19, 27, 35, 43 6 12 4. Psychological Self 6, 14, 22, 30, 38, 46 6 4, 12, 20, 28, 36, 44 6 12 24 24 48
b. Skala Motivasi Berprestasi
Skala motivasi berprestasi ini disusun berdasarkan definisi motivasi berprestasi dan ciri-ciri motivasi berprestasi menurut Mc Clelland (dalam Robin, 1996) yang dikembangkan oleh peneliti. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah :
1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standar itu bisa dihubungkan dengan orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau serta tugas yang harus dilakukannya.
2. Tanggungjawab pribadi.
Memiliki tanggungjawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik
Kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau lebih buruk.
4. Menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas dengan tingkat kesukaran sedang.
5. Inovatif
Dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara-cara yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan.
6. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan yang disebabkan oleh individu itu sendiri.
Tabel 3.2
Blueprint Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba
Favorabel Unfavorabel
No. Bentuk Nomor Jumlah Nomor Jumlah Jumlah
1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar 1, 13, 25, 37, 49 5 7, 19, 31, 43, 55 5 10 2. Tanggungjawab pribadi 2, 14, 26, 38, 50 5 8, 20, 32, 44, 56 5 10 3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik 9, 21, 33, 45, 57 5 3, 15, 27, 39, 51 5 10 4. Menghindarkan tugas sulit atau terlalu mudah 10, 22, 34, 46, 58 5 4, 16, 28, 40, 52 5 10 5. Inovatif 5, 17, 29, 41, 53 5 11, 23, 35, 47, 59 5 10 6. Tidak suka keberhasilan yang kebetulan 6, 18, 30, 42, 54 5 12, 24, 36, 48, 60 5 10 30 30 60
4. Pertanggungjawaban mutu alat
Dalam suatu penelitian, dibutuhkan suatu alat tes atau skala pengukuran yang akurat. Oleh sebab itu, alat tes tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mampu membuat suatu kesimpulan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Azwar (1999) mengemukakan bahwa untuk mengungkap aspek-aspek atau variable-variabel yang ingin kita teliti diperlukan alat ukur berupa skala atau tes yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.
Pada tahap uji coba, peneliti menyebarkan 50 angket yang terdiri atas identitas subyek, skala konsep diri, skala motivasi berprestasi serta dilengkapi dengan petunjuk pengisian. 50 angket yang diberikan kepada subyek, semuanya dikembalikan dan diisi dengan lengkap dan benar.
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang
memiliki validitas rendah. Terkandung di sini pengertian bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 2003).
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah validitas isi telah dipenuhi adalah dengan melihat apakah aitem-aitem dalam tes tersebut telah sesuai dengan blue-print yaitu sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan semula (Azwar, 1999). Kesesuaian validitas isi ini dibuat berdasarkan penilaian personal dari ahli yang berkompeten, misalnya dosen pembimbing skripsi.
b. Seleksi Aitem
Setelah melakukan uji validitas isi, peneliti kemudian melakukan seleksi aitem. Seleksi aitem digunakan untuk melihat dan menentukan aitem mana yang baik serta layak digunakan dalam penelitian. Pengambilan aitem ditentukan dengan melihat koefisien korelasi aitem total tiap aitem yang nilainya lebih dari 0.30, berdasarkan asumsi bahwa aitem yang memiliki daya diskriminasi lebih dari 0.30 adalah
baik dan layak digunakan dalam sebuah penelitian. Jadi, jika terdapat aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total kurang dari 0.30, maka aitem tersebut dinyatakan tidak sahih dan harus dibuang (Azwar, 1999).
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total dipergunakan batasan rix≥ 0.30. semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya memuaskan, sedangkan aitem yang memiliki rix < 0.30 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga dianggap gugur dan tidak diikutsertakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Tabel 3.3 dan tabel 3.4 merupakan hasil pengujian rix.
Tabel 3.3
Hasil Analisis Aitem Skala Konsep Diri
rix Aitem Tot al ≥ 0.30 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48 45 < 0.30 8, 12, 23 3
Tabel 3.4
Hasil Analisis Aitem Skala Motivasi Berprestasi
rix Aitem Total ≥ 0.30 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57, 59 44 < 0.30 5, 6, 7, 11, 12, 16, 17, 27, 33, 34, 46, 47, 54, 55, 58, 60 16
Dalam hasil analisis aitem skala motivasi berprestasi, terdapat dua aitem yang lolos seleksi aitem namun terpaksa peneliti gugurkan karena alasan tertentu, yaitu aitem 8 (dengan rix sebesar 0.420) dan 38 (dengan rIX sebesar 0.448). Hal ini dikarenakan agar jumlah aitem yang lolos dapat seimbang sebelum diolah datanya dan karena kedua aitem tersebut telah diwakili oleh aitem-aitem lain. Untuk hasil lebih jelas dapat dilihat pada lampiran III.
Dalam penelitian ini, aitem yang lolos seleksi adalah aitem-aitem yang memiliki reliabilitas atau rix≥ 0.3.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 45 aitem skala konsep diri dan 42 aitem skala motivasi berprestasi. Aitem-aitem tersebut dipergunakan sebagai alat ukur penelitian. Dapat dilihat pada lampiran 3 (tiga).
Tabel 3.5
Distribusi Aitem Skala Konsep Diri setelah try out
Favorabel Unfavorabel
No. Bentuk Nomor Jumlah Nomor Jumlah Jumlah
1. Physical Self 1, 9, 17, 25, 33, 41 6 7, 15, 31, 39, 47 5 12 2. Sosial Self 2, 10, 18, 26, 34, 42 6 16, 24, 32, 40, 48 5 11 3. Moral Self 5, 13, 21, 29, 37, 45 6 3, 11, 19, 27, 35, 43 6 12 4. Psychological Self 6, 14, 22, 30, 38, 46 6 4, 20, 28, 36, 44 5 11 24 21 45
Tabel 3.6
Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi
Favorabel Unfavorabel
No. Bentuk Nomor Jumlah Nomor Jumlah Jumlah
1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar 1, 13, 25, 37, 49 5 19, 31, 43 3 8 2. Tanggungjawab pribadi 2, 14, 26, 50 4 20, 32, 44, 56 4 8 3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik 9, 21, 45, 57 4 3, 15, 39, 51 4 8 4. Menghindarkan tugas sulit atau terlalu mudah 10, 22 2 4, 28, 40, 52 4 6 5. Inovatif 29, 41, 53 3 23, 35, 59 3 6 6. Tidak suka keberhasilan yang kebetulan 18, 30, 42, 3 24, 36, 48 3 6 21 21 42
c. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas memiliki berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat diprcaya (Azwar, 2003).
Hasil estimasi reliabilitas variabel konsep diri menghasilkan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.949 dan untuk variabel motivasi berprestasi menghasilkan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.928.