• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Remaja

2. Karakteristik remaja

a. Tahap-tahap perkembangan remaja

Dalam perkembangan remaja, terjadi tahap-tahap perkembangan, antara lain :

1) Perkembangan Fisik

Menjelang dan pada saat masa remaja, terjadi perubahan fisik yang cukup mencolok. Hurlock (1994) mengatakan bahwa perubahan tubuh pada masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu perubahan eksternal dan perubahan internal.

Pada perubahan eksternal, perubahan-perubahan yang terjadi adalah : a) Tinggi badan

b) Berat badan c) Proporsi tubuh d) Organ seks

e) Ciri-ciri seks sekunder

Kemudian pada perubahan internal (Hurlock, 1994), perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :

a) Sistem pencernaan b) Sistem peredaran darah c) Sistem pernafasan d) Sistem endokrin e) Jaringan tubuh

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam perkembangan fisik remaja terdapat dua perubahan yang mendasar, yaitu perubahan eksternal dan perubahan internal.

2) Perkembangan Kognitif

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang, membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru (Santrock, 2002). Pemikiran remaja menjadi lebih abstrak, logis dan idealistis. Mereka lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka, serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial.

Pemikiran remaja juga idealistik (Santrock, 2002). Dalam hal ini, remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain. Mereka membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal tersebut. Selama masa remaja, penikiran-pemikiran mereka sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan.

Pada saat yang sama, ketika remaja berpikir lebih abstrak dan idealistis, mereka juga berpikir lebih logis (Kuhn, 1991). Remaja mulai menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan masalah-masalah secara sistematis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam perkembangan kognitif, pemikiran remaja menjadi lebih abstrak, logis dan idealistis.

3) Perkembangan Sosio-Emosi

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil, pengalaman emosi yang ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu mengekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999).

Pada perubahan fisik dan emosi pada masa remaja mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, Monks, dkk (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam perkembangan sosio-emosi remaja terdapat dua perubahan Yang pertama adalah perubahan pengendalian emosi, dari mulai emosi yang labil hingga emosi yang stabil. Perubahan yang kedua, remaja lebih ingin menghabiskan waktu bersama teman sebaya mereka daripada bersama dengan orang tua mereka, karena dengan cara inilah mereka mampu untuk mengekspresikan potensi yang mereka miliki.

b. Tugas-tugas perkembangan remaja

Pada remaja terdapat juga tugas-tugas remaja yang sebaiknya dipenuhi. Menurut Hurlock (1999) semua tugas perkembangan masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja itu adalah :

1) Mencapai peran sosial pria dan wanita.

2) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

6) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

7) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam perkembangannya, remaja memiliki tujuh tugas perkembangan yang sebaiknya dicapai.

c. Konsep diri remaja

Menurut Hurlock (1999) pada masa remaja terdapat delapan masa kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh remaja, yaitu: 1) Usia kematangan

Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang dewasa, akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila remaja matang terlambat dan diperlakukan seperti anak-anak, maka mereka akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bias menyesuaikan diri.

2) Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda dapat membuat remaja merasa rendah diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.

a) Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini member akibat buruk pada perilakunya. b) Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.

c) Hubungan keluarga

Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. d) Teman-teman sebaya

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

e) Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mnembangkan perasaan individualitas dan identitas yang member pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa anak-anak

didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang memiliki perasaan identitas dan individualitas.

f) Cita-cita

Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang relistik, maka akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh usia, kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreativitas, cita-cita serta jenis kelamin.

Dokumen terkait