• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi pearson’s product moment, hipotesis penelitian berbunyi ada hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada remaja difabel cacat fisik, diterima. Hal tersebut diketahui dari koefisien korelasi yang bernilai 0.720 (p < 0.01) dengan taraf signifikasi 1% (one-tailed).

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin positif konsep diri remaja difabel cacat fisik maka akan semakin tinggi motivasi berprestasinya, begitupun sebaliknya, semakin negatif konsep diri yang dimiliki maka semakin rendah motivasi berprestasi pada remaja difabel cacat fisik.

Penelitian yang dilakukan peneliti tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Blake & Rust (2002). Penelitian membuktikan bahwa jika seseorang dengan ketidakmampuan (disabilities) memiliki persepsi negatif terhadap dirinya sendiri, maka hal tersebut dapat mengganggu interaksi sosialnya. Saat seorang siswa dengan ketidakmampuan mampu untuk mengatasi berbagai hambatan dalam hidupnya untuk tetap menempuh pendidikan maka efikasi-diri sosialnya (social self-efficacy) menjadi lebih tinggi dari siswa normal lainya. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki ketidakmampuan memiliki banyak tantangan dan hambatan dalam hidupnya yang harus diselesaikan dibandingkan individu normal pada umumnya. Untuk itu, murid-murid dengan ketidakmampuan yang mengikuti kuliah merasa bahwa mereka memiliki semangat ekstra. Dari hal ini Blake & Rust mengemukan bahwa harga diri (self-esteem) dan efikasi diri (self-efficacy) secara signifikan berkorelasi atau berhubungan dengan prestasi akademis pada murid-murid atau mahasiswa yang memiliki cacat fisik.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa secara umum konsep diri yang dimiliki seluruh subyek adalah konsep diri positif. Hal ini dibuktikan dari mean empiris yang lebih besar dari mean hipotetik, yaitu mean empiris sebesar 137.50 dan mean hipotetik sebesar 112.5. Selisih tersebut cukup signifikan (t = 11.896 dengan taraf signifikasi 0.000). Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4

Uji Mean Empirik dan Mean Hipotetik Variabel Konsep Diri

One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean konsep diri 50 137.50 14.860 2.102 One-Sample Test Test Value = 112.5 95% Confidence Interval of the Difference T df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper konsep diri 11.896 49 .000 25.000 20.78 29.22

Secara empirik, pada kuisioner penelitian sebagian besar subyek memilih jawaban sangat setuju (SS) dan setuju (S) untuk aitem-aitem yang bersifat faforabel. Subyek juga sebagian besar memilih jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) pada aitem-aitem yang bersifat unfaforabel. Secara hipotetik hal ini berarti subyek memiliki pandangan yang baik terhadap hal-hal yang bersifat fisik yang dimiliki, memiliki hubungan dan peranan terhadap lingkungan sosial, memiliki nilai dan prinsip moral, serta memiliki pandangan yang baik yang menyangkut psikis subyek.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa aspek yang paling dominan dalam variabel konsep diri subyek adalah aspek moral self. Hal ini diketahui dari selisih yang paling besar antara mean empiris aspek moral self dengan mean hipotetiknya, yaitu 7.920 (lihat tabel 4.5 dan 4.6).

Tabel 4.5

Uji Mean Empirik dan Mean Hipotetik

Aspek physical self, social self dan psychological self

One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean aspek fisik 50 33.08 4.080 .577 aspek sosial 50 33.64 3.573 .505 aspek psikis 50 32.86 4.338 .613 One-Sample Test Test Value = 27.5 95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

aspek fisik 9.671 49 .000 5.580 4.42 6.74

aspek sosial 12.152 49 .000 6.140 5.12 7.16

Tabel 4.6

Uji Mean Empirik dan Mean Hipotetik Aspek moral self

One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean aspek moral 50 37.92 4.388 .621 One-Sample Test Test Value = 30 95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

aspek moral 12.761 49 .000 7.920 6.67 9.17

Hasil di atas menunjukkan bahwa subyek cenderung memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan individu. Dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut merupakan hal yang paling dominan dalam membentuk pandangan positif subyek terhadap dirinya sendiri.

Pada skala motivasi berprestasi, secara umum sebagian besar subyek juga memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dari mean empiris yang lebih besar dari mean hipotetik, yaitu mean empiris sebesar 124.12 dan mean hipotetik sebesar 105. Selisih tersebut cukup signifikan (t = 11.076 dengan taraf signifikasi 0.000). Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7

Uji Mean Empirik dan Mean Hipotetik Variabel Motivasi Berprestasi

One-Sample Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean motivasi berprestasi 50 124.12 12.207 1.726 One-Sample Test Test Value = 105 95% Confidence Interval of the Difference t Df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper motivasi berprestasi 11.076 49 .000 19.120 15.65 22.59

Motivasi berprestasi yang dimiliki subyek pada penelitian ini tinggi karena subyek memiliki keinginan atau dorongan-dorongan untuk mencapai prestasi dengan seperangkat standar, memiliki tanggungjawab, memiliki kebutuhan adanya umpan balik, memilih mengerjakan tugas dengan tingkat kesukaran sedang, inovatif dan tidak suka akan keberhasilan yang kebetulan. Dari pemenuhan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan subyek memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi, sehingga subyek dapat berprestasi sesuai dengan keinginannya.

Terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, nilai R Squared (r x r) terhadap variable konsep diri adalah 0.519 yang menunjukkan bahwa 0.519 atau 51.9 % variasi motivasi berprestasi dipengaruhi variable konsep diri, sementara sisanya dipengaruhi oleh sebab-sebab atau variable lain. Hal

tersebut menunjukkan bahwa motivasi berprestasi pada remaja cacat fisik dapat dipengaruhi oleh konsep diri mereka namun juga ada sebab atau hal-hal lain.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi pada remaja antara lain (Fernald dan Fernald (1999)), pengaruh keluarga dan kebudayaan. Selain itu faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah pengaruh dari peran jenis kelamin serta pengakuan dan prestasi. Hal ini terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Hoang (2007) di California, bahwa motivasi pada usia remaja dalam bidang akademis dipengaruhi oleh didikan dari orang tua. Remaja akan merasa kurang termotivasi untuk mengejar cita-cita mereka atau kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka jika orang tua mereka terlalu melibatkan diri dan jika orang tua mereka kurang terlibat atau kurang melibatkan diri.

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan kesimpulan hasil penelitian dan beberapa saran. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil dari analisis data penelitian dan pembahasan penelitian.

Dokumen terkait