• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ideologi Pengarang, yakni Idiologi yang Berdasarkan Subjek atau Penutur Karya Sastra

Babak I , Bait kedelapan

7. Mitos asal terjadinya bayi dalam rahim ibu

5.2 Bentuk-bentuk Ideologi dalam Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur. Binjai Timur

5.2.1 Ideologi Pengarang, yakni Idiologi yang Berdasarkan Subjek atau Penutur Karya Sastra

Telah disebutkan pada babak sebelumnya , bahwa Syair Dendang Siti Fatimah ini bersifat anonim atau tanpa pengarang. Syair ini merupakan sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Namun demikian, menurut informan Syair Dendang Siti Fatimah ini berasal dari nama anak Nabi Muhammad SAW, yang bernama Fatimah. Berawal dari kebiasaan bersyair ketika menidurkan anaknya di dalam ayunan. Hingga akhirnya kebiasaan itu diikuti oleh generasi selanjutnya yang taat kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan ini menjadi seni sastra yang disampaikan dan dikembangkan secara lisan hingga jadilah sastra lisan. Kemudian sastra lisan ini berkemban menjadi tradisi lisan. Hal ini disebabkan karena sastra atau Syair Dendang Siti Fatimah ini digunakan

sebagai nyanyian pada acara menabalkan nama anak atau pemberian nama seorang bayi yang baru saja dilahirkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Fatimah anak nabilah yang menciptakan syair ini pada awalnya namun disampaikan secara lisan ke generasi berikutnya.

Pernyataan di atas didukung oleh larik syair berikut: Habislah nasehat tamatlah kalam

Dendang Fatimah yang punya salam

Janganlah lupa siang dan malam Kepada Tuhan Khalikul alam

Kata salam diatas bisa berarti milik Fatimah atau Syair Dendang Siti Fatimah ini berasal dari Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Kata salam juga dapat diartikan sebagai ajakan atau persuasi dari Dendang Fatimah yang berarti Dari Fatimah anak nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini penulis memperkuat keterangan diatas dengan mengutip penggalan artikel sebagai berikut, “ Tetapi setelah Rasulullah SAW wafat, Fatimah menuturkan bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa beliau akan meninggal karena sakitnya ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi bahwa putrinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya Fatimah tertawa”.

(Haekal dalam

Ideologi pengarang dalam hal ini Fatimah anak Nabi Muhammad SAW bersifat internal. Yakni penanaman pemikiran tertentu di antara anggota kelompok atau komunitas tertentu. Dalam hal ini Fatimah anak nabi adalah pengikut Islam

yang taat, karena ayahnya adalah manusia pilihan dan rasul sekaligus nabi utusan Allah. Dengan demikian dapat dikatakan, melalui syair ini secara tidak sengaja kita telah mengikuti idiologi yang dipakai oleh beliau. Dengan kata lain melalui Syair ini Fatimah sebagai pengikut Islam yang taat ingin menyebarkan idiologi yang beliau yakini yakni sebagai pengikut Islam yang setia. Idiologi ini tentu ditularkan kepada sesama pemeluk Islam. Itulah tadi yang disebut dengan bersifat internal. Jadi dikonsumsi bagi sesama pemeluk Islam.

Idiologi dan konsep pemikiran Fatimah yang Islami ingin mengajarkan kepada kita bahwa:

1. Manusia itu harus memiliki nama, karena nama itu juga sebagai doa untukkeselamatan dan kebaikannya selama hidupnya di dunia sampai akhir nanti. Konsep ini terkandung dalam kutipan syair berikut:

“Tetapkan olehmu taat dan iman

Selamat sempurna di dalam aman”. (babak I bait pertama) kemudian,

“Zat dan sifat ada bersama

Keadaan zat menyatakan asma”. (babak I bait kedua) .

2. .Manusia jika memulai sebuah pekerjaan hendaklah dengan menyebutkan bismilah termasuk ketika ingin menabalkan atau ingin menetapkan anak kita.Bait yang mendukung:

3. Manusia yang Islam harus mengikuti rukun Iman sebagai mana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Rukun Iman tentu meliputi keyakinan kepad Allah , Kepada Malaikat Allah, Nabi Allah, Kitab Allah , dan hari kiamat atau hari akhir dan Mempercayai adanya takdir Allah. Bait yang mendukung:

“Dititahkan Allah Halikurrahman Menyuruhkan ia membawa iman Kepada nabi akhiru zaman

Kepada umatnya beberapa zaman”. (babak I bait ketiga)

4. Insan yang Islami sebagai keturunan dari Nabi Adam harus menyakini tentang kebenaran Al-Quran yang dibawa oleh Malaikat melalui wahyu kepada Nabi Muhammad. Al- Quran diakui kebenaranya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Bait yang mendukung:

“Asalnya wahi nurul izan Dipercaya empat nasirul Adam

Dipecahnya pula sekalian alam”. (babak I bait keempat)

5. Insan yang Islami harus mengetahui dan memahami serta mengimani keesaan Allah , bahwa Ialah yang mengawali kehidupan ini dan Ia pulalah yang mengkahiri kehidupan ini. Bait yang mendukung”

“Ialah awal ialah akhir

Demikianlah ia batin dan zahir Nyata kepada arif yang mahir

6. Insan yang Islami harus mengetahui tentang proses penciptaan kita, atau dari mana sebenarnya kita berasal, yakni dari kekuasaan Allah melalui Malaikat terbentuklah kita dalam rahim ibu kita melalui perkawinan kedua orang tua kita. Dengan kekuasaan Allah pula maka kita mengalami perkembanagan dari setetes air hina sampai menjadi segumpal darah hingga kita memiliki sifat sebagai manusia yang bernafas, bergerak, dan mendengar. Kesemuanya itu berkat kekeuasaan Allah, maka kita merasa aman di dalam rahim ibu menunggu masa kelahiran kita yakni lebih kurang sembilan bulan. Bait yang mendukung:

“Adalah asal kejadianmu Nur setitik ketahui olehmu Dengan kuderat iradat Tuhanmu Malikat membawa kepada bapakmu

Shulbi bapakmu rahim ibumu Empat puluh hari natepah namamu Delapan puluh hari Alqah namamu Seratus dua puluh hari Mazrah namamu

Dengan kuderat Tuhan yang kaya Empat bulan bersifatlah ia

Dikandung ibumu sentausalah ia

7. Sebagai insan yang Islami, kita harus memahami bahwa orang tua kita telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbanan jiwa dan raga. Begitu besarnya pengorbanan ibu dan orang tua kita itu sehingga kasih ibu tidak terbatas dan tidak terbilang. Bait yang mendukung:

“Memperanakkan engkau beberapa kesakitan Memeliharakan engkau beberapa kesusahan Tat kalau sudah diperanakkan

Sakit dan demam dipeliharakan

Tidur dan duduk tak senang rasanya Selagi belum besar tubuhnya

Jaram dan obat disediakanya Sanak saudara menghadapinya

Kasihkan anak sehabis cita Mata mengantuk lidah berkata Beratlah tangan meraba rasa Anak tak lupa di dalam cita “.

Memeliharakan anak sangatlah susah Tidak pernah merasa mudah

Alih ke kiri ke kanan basah

Berlumur dengan kencing dan muntah’.(babak II bait kedua - kelima) Sebagai insan yang Islami kita harus mengetahui bahwa ibu bapak kita tidak boleh dilawan. Hal ini disebabkan karena kasihnya orang tua kita tidak terbilang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbana jiwa dan raga. Siapa

yang melawan berarti durhaka kepada orang tua. Anak yang durhaka tidak selamat hidupnya dunia dan akhirta. Konsep ideologiini tertulis juga dalam Al-Quran, yang artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika Salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. AlQS.

Al-Isra’ : 23-24).

Mengingkari kitab suci berarti mengingkari Tuhan sebagai penciptanya. Kemudian diperjelas juga dalam hadis nabi atau perkataan Nabi Miuhammad SAW dalam hadisnya, yakni berbunyi:

“Abu Hur air ah r adhiallahu 'anh ber k at a:

Seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya:

“Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layan dengan sebaik baiknya?”

Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Baginda menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”

Baginda menjawab: “Ayah kamu.” (Albukhari Muslim:5971)

Berdasrkan hadis ini seorang ibu tiga kali lipat ayah untuk dihormati. Begitu tinggi kedudukan ibu di mata Allah yang telah melahirkan kita. Ideologidan konsep pemikiran ini begitu kental pada bait syair berikut:

“Ayuhai anak muda bangsawan Ibu bapakmu jangan di lawan

Dipeliharakan daripada angin dan hujan

Takut terkena penyakit sawan”. ( babak II bait keenam)

“Karena hadis yang menyatakan Barang katanya jangan dilawan Mintalah doa kepada Tuhan

Turut taqwa sedia beriman”.(babak III bait kedua)

8. Ideologi pengarang ini menyuruh kita untuk memahami bahwa shalat adalah wajib dan dikerjakan sebanyak lima kali sehari semalam. Konsep ideologiini jelas terlihat dalam kutipan berikut:

“Sembahyang tuan jangan berhenti

Darilah hidup sampai ke mati ”. (babak III bait keempat) “Janganlah lupa siang dan malam

Kepada Tuhan Khalikul alam”. (babak IV bait ketiga)

Konsep pemahaman perintah sembahyang ini tertulis dalam Al- Quran sebagai kitab Suci dan pedoman hidup umat Islam yang artinya,” Dirikanlah shalat

dari matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikanoleh Malaikat.”(Al- Israa’: 17).

dapat mendoakan dan memintakan ampunan kepada allah atas dosa dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia. Itulah keistimewaan anak yang shaleh. Konsep pemikiran ideologiIslami ini tertuang dalam hadis nabi, yang berbunyi:

“Abu Usaid Malik Bin Rabi’ah As-Sa’idi Ra. meriwayatkan, “Ketika kami

sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau menjawab, “Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya.” (HR. Abu Daud, Ibnu

Majah, dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya) Konsep ideologi ini didukung pada kutiban Berikut: “Selamat sempurna di dalam aman

Beroleh sentosa dalam kesenangan Anak yang shaleh Allah menganugrahkan

Supaya dapat ia mendoakan”. ( babak IV bait pertama)

10. Kita sebagai Insan yang Islami dianjurkan untuk senantiasa berbagi kebaikan kepada sesama dan siapa saja dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsep ini nampak jelas pada kutipan berikut:

“Janganlah lupa sehari-hari

Senang sentausa semua diberi” (babak IV bait kedua)

11.Kita diajarkan untuk selalu meminta kepada Allah sebab, hanya Allah pemilik dunia dan isinya ini. Kemudian selain meminta sesuatu insan yang baik tak lupa juga meminta ampun dan maaf atas semua kesalahan dosa yang telah diperbuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Konsep pengarang ini bersesuaian dengan konsep

Islam yang hanya meminta sesuatu apapun kepada Allah dan juga meminta ampun atas kesalahan dan dosa karena manusia tidak luput dari dosa. Konsep idiologi pengarang ini jelas tampak pada kutipan berikut:

“Mendoakan kepada Rabbul’ijati

Kami sekalian mengampun jari”. (babak IV bait ketiga)

5.2.2 Ideologi Islamisme, yakni Ideologi yang Berdasarkan Konsep