• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mitologi Melayu Dalam Syair Dendang Siti Fatimah Pada Masyarakat Melayu Binjai Timur: Kajian Strukturalisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mitologi Melayu Dalam Syair Dendang Siti Fatimah Pada Masyarakat Melayu Binjai Timur: Kajian Strukturalisme"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

MITOLOGI MELAYU DALAM SYAIR DENDANG SITI

FATIMAH PADA MASYARAKAT MELAYU BINJAI TIMUR:

KAJIAN STRUKTURALISME

Tesis

Oleh

107009030/LNG

ASMAN , S.S.

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MITOLOGI MELAYU DALAM SYAIR DENDANG SITI

FATIMAH PADA MASYARAKAT MELAYU BINJAI TIMUR:

KAJIAN STRUKTURALISME

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Sains Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

107009030/LNG

ASMAN , S.S.

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada

Tanggal 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.. Anggota : 1. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si

2. Dr. Masdiana Lubis, M.Hum

(4)

Judul Tesis : MITOLOGI MELAYU DALAM SYAIR DENDANG SITI FATIMAH PADA MASYARAKAT MELAYU

BINJAI TIMUR: KAJIAN STRUKTURALISME

Nama Mahasiswa : A s m a n Nomor Pokok : 107009030 Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Analisis Wacana Kesusastraan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Prof.Dr.Ir.H.A.Rahim Matondang, MSIE

(5)

PERNYATAAN

TESIS

MITOLOGI MELAYU DALAM SYAIR DENDANG SITI

FATIMAH PADA MASYARAKAT MELAYU BINJAI TIMUR:

KAJIAN STRUKTURALISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Lingusitik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah merupakan hasil karya sya sendiri.

Adapaun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan. Oktober 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : A s m a n

Tempat, Tanggal Lahir : Binjai, 01 Desember 1969 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : I s l a m

Alamat : Jln. Pintu Air IV Gg. Ternak nomor 5B Kwala Bekala, Medan Johor 20155

Pendidikan Formal : 1. 1977-1983 SD Inpres Binjai 2. 1983-1986 SMP N 2 Binjai 4. 1986-1989 SMA N 1 Binjai

5. 1991-1995 Fakultas Sastra Sastra Melayu Universitas Sumatera Utara (Sarjana/S1)

6. 2010-2012 Sekolah Pasca Sarjana USU Medan Pekerjaan : 1.Guru Bahasa Indonesia di SMA Perguruan Al-

Azhar Medan (1999-2005)

2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Al- Azhar Medan (2005-2008)

3. Kepala Sekolah SD Al-Azhar Medan (2008-1010) 4. Guru Bahasa Indonesia di SMA Plus Perguruan Al-Azhar Medan (2010-2012)

(7)

ABSTRAK

Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang Mitologi Melayu dalam Syair

Dendang Siti Fatimah pada masyarakat Melayu Binjai Timur Sumatera Utara.

Tradisi Syair Dendang Siti Fatimah merupakan identitas budaya etnik Melayu Binjai Timur yang di dalamnya banyak terkandung nilai-nilai luhur dan religi, seharusnya tetap dilestarikan oleh masyarakat Binjai Timur. Akan tetapi, kenyataannya dalam kemajuan iptek dan budaya saat ini, tradisi Syair Dendang Siti Fatimah ini sudah mulai ditinggalkan.

Semua nilai-nilai yang terkandung dalam syair ini sangat perlu sekali diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan kita khususnya masyrakat Melayu sehingga dapat menjadi kearifan lokal sekaligus menjadi resistensi budaya dari pengaruh asing yang tidak sesuai dengan norma masyarakat kita.

Masalah yang diteliti dirumuskan dalam dua pertanyaan berikut ini. (1) Bagaimanakah bentuk-bentuk mitos Melayu yang terdapat pada teks Syair Dendang

Siti Fatimah ini sebagai resistensi budaya di Kecamatan Binjai Timur?.(2)

Bagaimanakah bentuk-bentuk Ideologi dari Syair Dendang Siti Fatimah saat ini di Kecamatan Binjai Timur? Tesis ini menggunakan pendekatan strruktural-semiotik, artinya sebuah syair dapat dikaji dengan menghubungkan aspek-aspek struktural dangan tanda-tanda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika budaya untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk mitos Melayu dan ideologi Islam dalam masyarakat Melayu Binjai Timur. Masyarakat Binjai Timur menjalankan tradisi Syair Dendang

Siti Fatimah ini dengan satu keyakinan, bahwa semua mitos yang dikandungnya

adalah sebuah kebenaran yang patut diyakini kebenarannya. yang ditemukan dalam

Syair Dendang Siti Fatimah ini seluruhnya adalah mitos pengukuhan (myth of concern).

Terdapat beberapa bentuk mitos dalam syair ini, yakni mempercayai akan kebenaran adanya Allah sebagai pencipta alam semesta, kemudian percaya akan adanya Malaikat Allah, kemudian percaya akan adanya Rasul Allah dan Muhammad adalah rasul akhir zaman, lalu percaya kepada adanya Kitab-Kitab Suci Allah (taurat, injil, dan Al-quran), kemudian percaya akan adanya hari akhir atau hari kiamat (hari pembalasan), dan terakhir percaya akan adanya takdir Allah (ketetapan yang tidak dapat dirubah oleh siapapun). Selain itu disebutkan juga tentang mitos tentang kejadian asal usul manusia di dalam rahim ibu berkat kuasa Allah sebagi Tuhan yang Maha mencipta.

Sedangkan ideologi yang ditemukan dalam Syair Dendang Siti Fatimah ini adalah ideologi pengarang dan ideologi Islamisme yang terdiri dari ideologi Islam manusiawi dan ideologi Islam Fitrah manusia, serta ideologi sosialis.

(8)

ABSTRACT

This thesis is the result of research on Malay mythology in the poem Dendang Siti Fatimah's Malay community Binjai in Eastern North Sumatra. Siti Fatimah Dendang poem tradition is the cultural identity of ethnic Malay East Binjai in which are contained the noble values and religion, should remain preserved by the people of East Binjai. However, the facts in the progress of science and technology and culture today, the tradition of Poetry Dendang Siti Fatimah is already becoming obsolete.

The purpose of the poem Dendang Siti Fatimah tradition is to provide instruction and education of the science of divinity and devotion to parents who have instilled early on to our children to always love God and his mother and father. All of the values contained in this verse is very essential to be applied and developed in our lives especially the Malay society so that local knowledge can be both a cultural resistance from foreign influences that do not conform to the norms of our society.

The problem under study is formulated in the following two questions. (1) How Malay myth forms contained in the text of this poem Dendang Siti Fatimah as cultural resistance in the Eastern District of Binjai?. (2) How Ideology forms of verse Dendang Siti Fatimah today in the District of East Binjai? This thesis strruktural-semiotic approach, meaning that a poem can be assessed by linking the structural aspects of the view of the signs. The theory used in this research is the theory of cultural semiotics to analyze the first and second issues. This study used qualitative methods. Data collection in this study was done by using observation, interviews, and literature. The results of this study indicate the forms of myth and ideology in Malay Malay society Binjai East. Community East Binjai running tradition Dendang Siti Fatimah's poem with the belief that all myths it contains is believed to be a truth that deserves the truth. found in the poem is entirely Dendang Siti Fatimah was the inaugural myth (myth of concern).

Here are some myths in the form of this poem, which believe in the truth of God as creator of the universe, then believe in the existence of angels of God, and believed in the Messenger of Allah and Muhammad is the apostle of the end times, and believe in the Scriptures of God (the law , gospel, and the Qur'an), and believed in the hereafter or the Hour (day of Judgment), and the last believed in destiny Allah (provision can not be changed by anyone). n addition it also mentioned about the myth of the origin of human events in the womb due to the power of the Lord God Almighty As with creation.

Hile ideology is found in verse Dendang Siti Fatimah is the ideology of the author and the ideology of Islamism that consists of Islamic ideology and the ideology of Islamic human Human nature, as well as the socialist ideology.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah yang telah memberi kemudahan dan

kemurahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis ini penulis beri judul “Mitologi Melayu Dalam Syair Dendang Siti

Fatimah Pada Masyarakat Melayu Binjai Timur: Kajian Strukturalisme.” Tesis ini membicarakan bentuk-bentuk mitos Melayu dan bentuk-bentuk ideologi yang

terkandung dalam Syair Dendang Siti Fatimah pada masyarakat Melayu Binjai Timur. Tesis ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh Gelar Magister

Humaniora dalam Program Studi Linguistik Konsentrasi Analisis Wacana Kesusastraan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Apa yang penulis lakukan ini adalah sedikit sumbangan bagi kelangsungan puisi Melayu lama dalam bentuk Syair. Sekaligus pelestarian sebuah tradisi lisan pada masyarakat Melayu Binjai Timur yang selama ini sudah kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Kemudian kajian ini juga merupakan suatu wadah untuk memperkenalkan Syair Dendang Siti Fatimah kepada masyarakat luas agar lebih dikenal. Di sisi lain penulisan tesis ini merupakan realisasi dari pengetahuan penulis khususnya bidang Konsentrasi Analisis Wacana Kesusastraan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(10)

lapangan yang jelas mengalami benturan pendanaan. Di lapangan penulis harus bekerja keras untuk mendapatkan keterangan dan sumber data yang lengkap. Namun, semua hambatan dan rintangan itu dapat penulis atasi berkat usaha dan tekad penulis yang sungguh-sunguh. Semuanya itu tentu tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing penulisan tesis ini. Selain itu penyelesaian tesis ini juga tidak terlepas dari bantuan para informan dan aparat Kelurahan dan Kecamatan Binjai Timur yang telah memberikan izin kepada penulis serta dorongan semangat dari orang tua penulis sendiri.

Penulis telah berusaha untuk menjaga keilmiahan tesis ini, namun tidak ada

gading yang tak retak. Demikian jugalah penulisan tesis ini tidak luput dari

kelemahan dan kekurangan. Kelemahan dan kekurangannya itu sudah menjadi tanggung jawab penulis. Namun begitu, demi untuk penyempurnaan tesis ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak yang ingin menyumbangkan pemikirannya. Semoga penulisan tesis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi masyarakat Melayu Binjai Timur khususnya dan pembaca umumnya.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Wassaalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Medan, Agustus 2012 Penulis

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Di dalam penyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan

menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak berikut ini. 1. Prof.Dr.Syahril Pasaribu,DTMH,M.Sc (CTM), SpA(K)

2. Prof.Dr.Ir.H.A.Rahim Matondang,MSIE. selaku Direktur Pascasarjana USU

beserta Staf Akademik dan Administrasinya.

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Prof.T.Silvana Sinar,M.A.,Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik

Konsentrasi Analis Wacana Kesusastraan USU beserta Dosen dan Staf Administrasinya..

4. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I

5. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II

6. Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. selaku Dosen yang menjabat Dekan Fakultas Sastra

USU Medan.

7. Dr. T.Thyrhaya Zein, M.A. selaku dosen penguji 8. Dr. Masdiana Lubis, M.Hum. selaku dosen penguji

9. Segenap Dosen Di Program Studi Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana

USU Medan

10. Sahabat mahasiswa Program Studi Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana

USU angkatan 2010/2012. Antara lain Syaiful Hidayat yang berwibawa, Meri

(12)

kak Rospita Uli yang rajin, Nurul Azmi yang pintar, Dona, Tolha, Adi, Rani,

Mutia, dan lain –lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 11. Teman seprofesi penulis SMA perguruan Al-Azhar Medan.

12. Ibunda dan ayahanda tercinta( Maliah dan Nurali) yang selalu mendoakan Penulis 13. Mertua Tercinta Sapon yang selalu mendukung secara moral dan material kepada

penulis

14. Istri Tercinta Sri Muliani yang terus memberikan dukungan moral dan material

kepada penulis.

15. Anak-anak tercinta Balqis Melza Asri, Zaid Mukshit, Umam Rasid Tifada sebagai

jambangan mata penulis, dan memberikan memotivasi penulis.

16. Abang Dariantto yang mendukung secara moral dan makaterial kepada penulis. 17. Pihak-pihak yang tidak disebutkan dalam tesis ini.

Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan, sehingga selesainya tesis ini. Untuk itu penulis hanya dapat berserah diri kepada

Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, untuk membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga Allah SWT memberikan kemurahan

rezeki dan kemudahan jalan hidup bagi kita. Amin.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTARISI...vii

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rmusan Masalah...14

1.3 Tujuan Penelitian... 15

1.4 Manfaat Penelitian...15

1.4.1 Manfaat Teoretis...15

1.4.2 Manfaat Praktis...16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, dan LANDASAN TEORI...17

2.1 Kajian Pustaka...17

2.2 Konsep...21

2.2.1 Mitologi...21

2.2.2 Budaya Melayu.Langkat...25

2.3 Landasan Teori...28

(14)

2.3.2 Teori Semiotika... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...38

3.1 Data dan Sumber Data...38

3.2 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ...39

3.3 Pendekatan dan Metode Yanng digunakan...39

3.4 Analisa Data...41

3.5 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data...45

3.6 Lokasi Penellitian dan Waktu Penelitian...46

BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG SYAIR DENDANG SITI FATIMAH DAN MELAYU BINJAI TIMUR 4.1 Gambaran Umum Melayu Binjai Timur...48

4.1.1 Letak Geografis...48

4.1.2 Demografi...50

4.1.3 Agama ...56

4.1.4 Bahasa dan Kesenian...57

4.1.4.1. Bahasa...57

4.1.4.2 Kesenian...59

4.2 Pengenalan Syair Dendang Siti Fatimah...60

4.2.1 Pengertian...60

4.2.2 Asal Usul... 63

(15)

Timur…...70

4.4 Transkrip Syair Dendang Siti Fatimah...75

BAB V PEMBAHASAN DATA TEMUAN PENELITIAN...80

5.1 Menganalisis Bentuk-bentuk Mitos Melayu dalam Syair Dendang Siti Fatimah Pada masyarakat Melayu Binjai Timur Dengan Pendekatan Semiotika Riffaterre... ….80

5.1.1 Pembacaan Heuristik...81

5.1.2 Pembacaan Hermeneutik...93

5.1.3 Bentuk-bentuk Mitos-mitos Melayu dalam Syair Dendang Siti Fatimah Kecamatan Binjai...…...115

5.2 Bentuk-bentuk Ideologi dalam Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan BinjaiTimur…………...………...……...133

5.2.1 Ideologi Pengarang, yakni Idiologi yang Berdasarkan Penutur Karya SubjekatauPenuturkaryaSastra...135

5.2.2 Ideologi Islamisme, yakni Ideologi yang Berdasarkan Konsep Pemikirannya...144

5.3.3 Idiologi Sosialis, yakni Idiologi yang Berdasarkan Konsep Pemikiranya...148

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……...149

6.1 Simpulan...149

6.2 Saran...150

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Informan...157

2. Daftar Pertanyaan...160

3. Peta Binjai Timur...162

(17)

ABSTRAK

Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang Mitologi Melayu dalam Syair

Dendang Siti Fatimah pada masyarakat Melayu Binjai Timur Sumatera Utara.

Tradisi Syair Dendang Siti Fatimah merupakan identitas budaya etnik Melayu Binjai Timur yang di dalamnya banyak terkandung nilai-nilai luhur dan religi, seharusnya tetap dilestarikan oleh masyarakat Binjai Timur. Akan tetapi, kenyataannya dalam kemajuan iptek dan budaya saat ini, tradisi Syair Dendang Siti Fatimah ini sudah mulai ditinggalkan.

Semua nilai-nilai yang terkandung dalam syair ini sangat perlu sekali diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan kita khususnya masyrakat Melayu sehingga dapat menjadi kearifan lokal sekaligus menjadi resistensi budaya dari pengaruh asing yang tidak sesuai dengan norma masyarakat kita.

Masalah yang diteliti dirumuskan dalam dua pertanyaan berikut ini. (1) Bagaimanakah bentuk-bentuk mitos Melayu yang terdapat pada teks Syair Dendang

Siti Fatimah ini sebagai resistensi budaya di Kecamatan Binjai Timur?.(2)

Bagaimanakah bentuk-bentuk Ideologi dari Syair Dendang Siti Fatimah saat ini di Kecamatan Binjai Timur? Tesis ini menggunakan pendekatan strruktural-semiotik, artinya sebuah syair dapat dikaji dengan menghubungkan aspek-aspek struktural dangan tanda-tanda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika budaya untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk mitos Melayu dan ideologi Islam dalam masyarakat Melayu Binjai Timur. Masyarakat Binjai Timur menjalankan tradisi Syair Dendang

Siti Fatimah ini dengan satu keyakinan, bahwa semua mitos yang dikandungnya

adalah sebuah kebenaran yang patut diyakini kebenarannya. yang ditemukan dalam

Syair Dendang Siti Fatimah ini seluruhnya adalah mitos pengukuhan (myth of concern).

Terdapat beberapa bentuk mitos dalam syair ini, yakni mempercayai akan kebenaran adanya Allah sebagai pencipta alam semesta, kemudian percaya akan adanya Malaikat Allah, kemudian percaya akan adanya Rasul Allah dan Muhammad adalah rasul akhir zaman, lalu percaya kepada adanya Kitab-Kitab Suci Allah (taurat, injil, dan Al-quran), kemudian percaya akan adanya hari akhir atau hari kiamat (hari pembalasan), dan terakhir percaya akan adanya takdir Allah (ketetapan yang tidak dapat dirubah oleh siapapun). Selain itu disebutkan juga tentang mitos tentang kejadian asal usul manusia di dalam rahim ibu berkat kuasa Allah sebagi Tuhan yang Maha mencipta.

Sedangkan ideologi yang ditemukan dalam Syair Dendang Siti Fatimah ini adalah ideologi pengarang dan ideologi Islamisme yang terdiri dari ideologi Islam manusiawi dan ideologi Islam Fitrah manusia, serta ideologi sosialis.

(18)

ABSTRACT

This thesis is the result of research on Malay mythology in the poem Dendang Siti Fatimah's Malay community Binjai in Eastern North Sumatra. Siti Fatimah Dendang poem tradition is the cultural identity of ethnic Malay East Binjai in which are contained the noble values and religion, should remain preserved by the people of East Binjai. However, the facts in the progress of science and technology and culture today, the tradition of Poetry Dendang Siti Fatimah is already becoming obsolete.

The purpose of the poem Dendang Siti Fatimah tradition is to provide instruction and education of the science of divinity and devotion to parents who have instilled early on to our children to always love God and his mother and father. All of the values contained in this verse is very essential to be applied and developed in our lives especially the Malay society so that local knowledge can be both a cultural resistance from foreign influences that do not conform to the norms of our society.

The problem under study is formulated in the following two questions. (1) How Malay myth forms contained in the text of this poem Dendang Siti Fatimah as cultural resistance in the Eastern District of Binjai?. (2) How Ideology forms of verse Dendang Siti Fatimah today in the District of East Binjai? This thesis strruktural-semiotic approach, meaning that a poem can be assessed by linking the structural aspects of the view of the signs. The theory used in this research is the theory of cultural semiotics to analyze the first and second issues. This study used qualitative methods. Data collection in this study was done by using observation, interviews, and literature. The results of this study indicate the forms of myth and ideology in Malay Malay society Binjai East. Community East Binjai running tradition Dendang Siti Fatimah's poem with the belief that all myths it contains is believed to be a truth that deserves the truth. found in the poem is entirely Dendang Siti Fatimah was the inaugural myth (myth of concern).

Here are some myths in the form of this poem, which believe in the truth of God as creator of the universe, then believe in the existence of angels of God, and believed in the Messenger of Allah and Muhammad is the apostle of the end times, and believe in the Scriptures of God (the law , gospel, and the Qur'an), and believed in the hereafter or the Hour (day of Judgment), and the last believed in destiny Allah (provision can not be changed by anyone). n addition it also mentioned about the myth of the origin of human events in the womb due to the power of the Lord God Almighty As with creation.

Hile ideology is found in verse Dendang Siti Fatimah is the ideology of the author and the ideology of Islamism that consists of Islamic ideology and the ideology of Islamic human Human nature, as well as the socialist ideology.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Menurut Koentjaraningrat (2002:190), sistem nilai budaya adalah suatu rangkaian konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap mempunyai makna penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Dalam kehidupan masyarakat, sistem nilai ini berkaitan erat dengan sikap dan tingkah laku manusia. Sistem nilai adalah bagian terpadu dalam etika moral, yang dalam manifestasinya dijabarkan dalam norma-norma sosial, sistem hukum dan adat yang berfungsi sebagai tata kelakuan untuk mengatur masyarakat.

Selanjutnya Koentjaraningrat (2002:190) juga menambahkan bahwa nilai budaya daerah tentu saja lebih bersifat partikularistik, artinya khas berlaku umum dalam wilayah budaya suku bangsa tertentu saja. Sejak kecil individu telah diresapi oleh nilai budaya masyarakatnya, sehingga nilai budaya itu telah berakar dalam mentalitasnya dan sukar digantikan oleh nilai budaya lain dalam waktu yang singkat. Secara konkret, manifestasi nilai budaya tersebut dapat mencerminkan streotipe tertentu, misalnya orang Melayu diidentifikasikan sebagai orang-orang yang santun, lemah lembut, bertutur kata halus, dan sebagainya.

Eppink dalam mengatakan,“Kebudayaan

(20)

suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Herkovits dan Malinawski bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun .

Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, bahasa, peralatan, hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. kebudayaan adalah seperangkat kompleksitas keyakinan, nilai,dan konsep, yang memungkinkan bagi suatu kelompok untuk kehidupannya atau sebagai pandangan hidup (world

view). Dalam sebuah kebudayaan tiap-tiap anggota pendukungnya secara mental

memiliki suatu kerangka pikiran tertentu.

(21)

Identitas suku atau etnik tersebut dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, tradisi, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan santun, standar etika, dan moral yang berbeda antarkomunitas. Perbedaan itu tampak kontradiktif. Namun, sejarah menunjukkan adanya inti budaya yang sama (sharing of culture) yang dapat saling menerima dan saling mengerti perbedaan itu (Purwasito,2003:224). Hal ini dapat ditemukan dalam suku Melayu yang bermukim di Lingkungan IX Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur, Binjai. Suku Melayu memiliki tradisi budaya tersendiri yang menjadi identitasnya dalam hidup berdampingan dengan suku-suku lain di lokasi pemukimannya, yakni di Binjai Timur yang dihuni oleh beberapa etnik di setiap kelurahan.

Suku Melayu di lingkungan IX Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur ini memiliki budaya atau tradisi yang disebut dengan Syair Dendang Siti

Fatimah . Syair ini merupakan syair budi pekerti dan pendidikan yang telah disadur

dari kesusastraan Arab Parsi atau Islam (Waluyo, 1991:131). Pendapat ini diperkuat lagi oleh Sinar dan Syaifuddin (2002:17) yang mengatakan bahwa hubungan Islam dan Melayu di abad ke -15 adalah masa peng-Islaman di alam Melayu. Sehingga yang dikatakan Melayu itu adalah beragama Islam, berbahasa Melayu, dan menjalankan adat resam budaya Melayu. Kemudian lahirlah falsafah suku Melayu, yakni,”Adat bersendikan hukum syarak dan syarak bersendikan Kitabullah”. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa syair ini mutlak mengandung konsep Islam.

(22)

seniman pada teladan yang agung, yakni semesta sebagai ciptaan Tuhan: Pencipta yang Maha Esa. Ini artinya Syair ini tergolog ke dalam sastra Melayu Klasik yang mendapat pengaruh estetika Arab di zaman abad pertengahan, yakni peneladanan seniman pada ciptaan Tuhan yang Maha Agung.

Syair Dendang Siti Fatimah ini adalah tradisi milik masyarakat Melayu

khususnya Melayu Binjai Timur. Syair ini biasa dipakai pada acara atau ritual pemberian nama seorang anak yang baru beberapa hari dilahirkan bagi masyarakat Melayu Binjai. Tradisi ini disebut juga pelengkap ritulan penabalan nama seorang anak Melayu dan Islam secara umum.

Bait-bait syair ini melantunkan nilai-nilai religi yang mengisahkan tentang sejarah asal usul kejadian umat manusia secara umum sebagai ciptaan Allah Tuhan semesta alam ketika berada di dalam kandungan atau rahim setiap ibu. Bila kita simak baik-baik maka dapat menambah kecintaan kepada ibu yang telah melahirkan dan membesarkan setiap manusia. Konsep ini sesuai dengan ajaran Islam yang tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran tentang ajaran perintah taat pada kedua orang tua terutama pada ibu dan taat kepada Allah dan rasulnya. Kemudian dikuatkan juga dengan hadis Nabi Muhammd S.A.W. bahwa derajat kehormatan ibu itu tiga tingkat di atas bapak. Artinya ketaatan pada ibu tiga kali lipat dari ketaatan pada bapak.

(23)

ketuhanan dan bakti kepada kedua orang tua yang sejak dini harus ditanamkan kepada anak kita agar senantiasa mencintai Allah dan ibu bapaknya. Semua nilai-nilai yang terkandung dalam syair ini sangat perlu sekali diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan kita khususnya masyrakat Melayu sehingga dapat menjadi kearifan lokal sekaligus menjadi resistensi budaya dari pengaruh asing yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Tradisi ini sebenarnya juga dimiliki oleh masyarakat Melayu yang berada di beberapa tempat yang berbeda seperti Asahan, Serdang, Langkat, Deli, dan di belahan bumi lainya seperti Malaysia. Hanya saja terdapat perbedaan nama dan jenisnya sedangkan konten dan isinya sama. Di Malaysia kita mengenal Dodoi, dan Syair Dendang Siti Fatimah juga. Di asahan dikenal Senandung walaupun di Langkat dan Deli dikenal nama yang sama.

Tradisi ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Melayu Binjai Timur. Namun, sayangnya tradisi ini khususnya di Binjai Timur belum didokumentasikan dan belum dikembangkan sebagaimana layaknya.

Syair Dendang Siti Fatimah ini digolongkan dengan tradisi lisan karena

dikembangkan secara lisan dari mulut ke mulut, diwariskan turun-temurun. Sedangkan para penuturnya semakin lama semakin berkurang. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada langkah-langkah ke arah pelestarianya maka jelaslah syair ini akan lenyap ditelan zaman.

(24)

syair ini di tengah perkembangan zaman yang terus maju. Atas kekhawatiran itu muncul keinginan penulis untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang sudah penulis lakukan atas syair ini untuk judul skripsi pada saat meneyelesaikan sarjana di Fakultas Sastra USU medan tahun 1995. Hal ini tentu sebagai upaya untuk pelestarian sebuah karya sastra Melayu lama yang dimiliki oleh Melayu Binjai Timur. Dengan harapan syair ini akan tetap ada dan dikenal oleh masyarakat umum maupun masyarakat Melayu khusunya karena bentuknya sudah tertulis.

Alasan lain pengkajian ini adalah masih minimnya para peneliti khususnya di Sekolah Pascasarjana Linguistik USU pengkajian syair ini walaupun ada hanya beberapa orang saja yang sudah melakukan itu. Itupun, Khusus Sayir Dendang Siti Fatimah Binjai Timur baru penulis sendiri. Sedangkan Syair Dendang Siti Fatimah daerah Langkat sudah dilakukan pengkajiannya oleh Edi Siswanto di tahun 2012.

(25)

Menurut Giddens (2003:67), globalisasi membawa prinsip budaya modernitas sehingga memunculkan berbagai permasalahan sosial dalam peradaban manusia. Melalui ideologibudaya konsumerisme, globalisasi telah banyak menimbulkan konflik, kesenjangan dan bentuk-bentuk stratifikasi baru. Globalisasi telah membersihkan hampir semua jenis tatanan sosial tradisional dan menggiring umat manusia umumnya dan masyarakat Melayu khususnya pada pola persamaan budaya atau homogenitas budaya yang menentang nilai-nilai dan identitas kelompok. Hal ini mengancam eksistensi budaya lokal menjadi rusak atau bahkan mengantarkan budaya lokal menuju kepunahan.

Hal yang sama dikemukakan oleh Kleden (1996:239) bahwa kalau sistem budaya itu tidak cukup kuat lagi untuk menjadi landasan sistem sosial, sistem sosial terpaksa berubah karena didesak oleh perubahan. Di lapisan material kebudayaan, maka yang terjadi ialah dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, muncul semacam entropi kebudayaan, yaitu sistem nilai kebudayaan bersangkutan tidak mati, tetapi kehilangan dayanya untuk memotivasi dan mengontrol sistem sosial yang ada. Kemungkinan yang kedua, bisa terjadi bahwa kekuatan kebudayaan sebagai sistem kognitif dan sistem normatif memang telah berakhir, dan tinggal peranannya sebagai embel-embel yang berfungsi sebagai hiasan lahiriah (paraphernalia) yang tidak fungsional pada cara pikir dan cara bertingkah laku.

(26)

pemahaman makna dan fungsi para generasi muda terhadap ritual syair itu sendiri juga pengaruh arus globalisasi yang telah meluluhlantahkan pengetahuan-pengetahuan tradisional yang dianggap mitos dan digantikan dengan mengagungkan pemikiran rasional. Sementara ritual Syair Dendang Siti Fatimah ini sangat penting bagi masyarakat suku Melayu Lingkungan IX kelurahan Binjai Timur karena hal itu dapat menjadi kearifan lokal dalam mewujudkan resistensi budaya yang tangguh di abad modern ini.

Apakah hal ini berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat Melayu Binjai Timur? Menurut pengamatan penulis dan pengakuan informan hal ini tentu memberikan pengaruh yang signifikan karena secara tidak sadar generasi Binjai Timur telah mengalami degradasi moral. Generasi Binjai Timur sekarang kurang menaati dan kurang menghormati orang tuanya dan jika demikian halnya ketaatan kepada Allah pun pasti berkurang. Hal ini sebenarnya cukup beralasan, karena hakikatnya Syir Dendang Siti Fatimah ini selain hiburan juga sebagai alat pengajaran moral, agama yang mengajarkan tentang keharusan, kewajiban kita sebagai manusia untuk menaati orang tua dan menaati Allah sebagai pencipta. Jadi sangat kental dengan ilmu keesaan Allah. Kenyataanya, ajaran moral dan ketuhanan yang terkandung dalam Syair Dendang Siti Fatimah ini sudah mulai jarang dilakukan. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti.

(27)

sosial sebagai bagian dari kebudayaan yang menyiratkan masalah tradisi, konvensi, norma, genre, simbol, dan mitos. Hal itu terjadi karena sastrawan dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat (Wellek dan Austin, 1985:120). Sastra yang ditulis pada suatu waktu kurun tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu. Sastra pun dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisis sistem masyarakat. Ini sesuai dengan pendapat Luxemburg, dkk. (1989:26) menyatakan bahwa sastra dipergunakan sebagai sumber dalam menganalisis sistem masyarakat.

Nasution (2009:2) mengatakan bahwa karya sastra yang ditulis atau diciptakan oleh sastrawan tidak hanya untuk dinikmati sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan amanat yang disampaikan lewat karya itu dapat menjadi pencerahan dan nilai yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Hal ini membuktikan, bahwa karya sastra merupakan wadah bagi pengembangan nilai-nilai kebudayaan. Dengan kata lain, karya sastra berfungsi sosial budaya. Sedangkan Damono (1998:234) mengatakan bahwa karya sastra adalah benda budaya; ia tidak jatuh dari langit, tetapi diciptakan manusia yang merupakan individu sekaligus bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.

(28)

kebudayaan sendiri itu, sastrawan tidak merasa ragu memanfaatkan ungkapan, nilai, norma, pengertian, dan gagasan yang terwujud dalam mitologi, untuk mengutarakan maksudnya.

Bagaimanapun mitologi adalah alat yang paling efektif untuk menyampaikan maksud dalam sastra, sebab sastra merupakan hasil sulingan, perasaan, atau rekaman dari kebudayaan. Agar bisa menjadi alat komunikasi yang efektif, sastra harus menyangkutkan diri pada mitologi, tidak bisa dibayangkan adanya sastra yang sama sekali lepas dari mitologi (Damono, 1998). Dari pernyataan ini dapatlah di simpulkan bahwa, mitos adalah sisi penting dalam menghasilkan nilai keindahan sebuah karya sastra. Bahkan dikatakan mustahil sebuah karya sastra tanpa mitos. Demikian jugalah puisi Syair Dendang Siti Fatimah ini tentu syarat dengan mitos - mitos.

(29)

Mitologi Melayu menjadi tumpuan dalam penelitian ini ingin dilihat dan dikaji sejauh mana kandungannya dalam Syair Dendang Siti Fatimah yang merupakan ekspresi budaya masyarakat Melayu Binjai Timur. Bagaimana korelasi antara teks dan konteks, seni menyatu dalam wujud mitos Melayu terdapat dalam

Syair Dendang Siti Fatimah ini. Unsur-unsur mitos tentu sarat dalam lirik syair

tersebut.

Selain itu syair ini mengandung unsur pendidikan untuk mendidik anak – anak agar jangan durhaka kepada ibunya, sehingga hal ini menjadi mitos pengukuhan (myth of concern

Tradisi lisan menurut Pudentia (dalam Nasution dan Sinar, 2011:1) dalam berbagai bentuknya sangat kompleks dan mengandung, tidak hanya berupa cerita , mitos, dan dongeng tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya seperti kearifan lokal, sistem nilai kepercayaan dan eligi serta berbagai hasil seni lainya.

(30)

Ritual Tradisi Syair Dendang Siti Fatimah merupakan tradisi lisan folklor, yaitu folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Yang termaksud folklor sebagian lisan adalah kepercayaan rakyat, adat-istiadat, permainan rakyat, upacara pesta rakyat, (Dananjaja,1986:22). Unsur lisan dari ritual

Syair Dendang Siti Fatimah terletak dalam doa pada lirik-liriknya. Unsur bukan lisan

dapat dilihat dalam perlengkapan, pemotongan kambing.

Tradisi lisan menghubungkan generasi masa lalu, sekarang dan masa depan. Tradisi lisan itu diturunkan dari generasi ke generasi, dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran, perkataan, dan perilaku secara individu dan kelompok adalah implemtasi senyatanya dari teks-teks tulisan itu. J.J. Kusni (1994) menegaskan bahwa tradisi lisan bisa dipandang sebagai rangkaian berkesinambungan dari dokumen sejarah, yang kemudian dapat dijadikan sebagai bukti sejarah; sejarah keberlangsungan hidup dan kehidupan sebuah suku bangsa.

Menkaji bahasa dan sastra adalah suatu hal yang menarik. Sebagai alat komunikasi dan repleksi budaya, bahasa dan sastra bagai ladang yang sangat luas untuk digarap dan menjadi hal yanh bermanfaat bagi kita. Bahasa dan sastra adalah dua hal yang saling melengkapi ; bahasa adalah system tanda , dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tadak terpisahkan satu sama lain.

(31)

terkandung bahasa- bahasa komunikasi yang ingin disampaikan dari pencipta kepada penikmat. Untuk mengkaji sastra adalah tidak mungkin jika kita mengabaikan bahwa sastra adalah sistem tanda atau yang lebih kita kenal dengan semiotika atau semiologi, yakni ilmu yang membahas tentang tanda. Selanjutnya, juga tidak mungkin jika kita ingin menelaah suatu karya sastra tetapi menafikan fungsinya sebagai gejala kemasyarakatan dan budaya. Dan juga, kajian ilmiah tidak mungkin dilakukan tanpa mengikutsertakan aspek kemasyarakatnya, yakni sastra sebagai tindak komunikasi (Teeuw, 1984: 43).

Komunikasi sastra adalah bukan sekedar komunikasi biasa yang menggunakan bahasa biasa; komunikasi sastra adalah komunikasi luar biasa jika dibandingkan dengan komunikasi biasa. Pemahaman komunikasi sastra tidak mungkin didapatkan tanpa memperhatikan asfek komunikatifnya, sastra sebagai tanda, sign, atau dengan istilah sekarang kita kenal dengan gejala semiotika. Ini pulalah salah satu daya tarik yang melatarbelakangi tulisan ini.

Karya sastra adalah repleksi dari pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni, bahasa yang memuat tanda–tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semiologi. Semiologi juga sering dinamakan semiotik, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra (Endraswara, 2008:63).

(32)

demikian halnya, karena semiotik memaklumi bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strruktural-semiotik, artinya sebuah syair dapat dikaji dengan menghubungkan aspek-aspek struktural dangan tanda-tanda. Kajian srtuktural dan semiotika dapat diterapkan untuk menemukan konsep dan makna yang terdapat dalam Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur.

Teori semiotika menurut Riffaterre (dalam Endraswara, 2008:67) yang menggunakan langkah pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif) dianggap layak digunakan untuk menemukan konsep dan makna sebuah syair tersebut. Konsep itu dapat merupakan sebuah mitos ataupun ideologi tertentu. Mitos dan ideologi ini adalah sebuah indikasi nilai estetika sebuah syair atau puisi. Dengan kata lain tiada keindahan sebuah syair atau puisi tanpa diwarnai oleh mitos tertentu. Mitos dan ideologi dalam sebuah syair merupakan hal yang baru dalam sebuah kajian menyebabkan kajian ini menjadi sangat menarik untuk dikaji.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk mitos Melayu yang terdapat pada teks Syair

Dendang Siti Fatimah ini sebagai resistensi budaya di Kecamatan Binjai

Timur sesuai dengan teori semiotika Riffaterre ?

(33)

1.3Tujuan Penelitian

1. Menganalisis bentuk-bentuk mitos Melayu yang terdapat pada teks Syair

Dendang Siti Fatimah ini sebagai resistensi budaya lokal dari budaya asing

sesuai dengan teori semiotika Riffaterre.

2. Menganalisis bentuk-bentuk ideologi dari Syair Dendang Siti Fatimah saat ini di kecamatan Binjai Timur sesuai dengan dengan teori semiotika Riffaterre.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan untuk merangsang penelitian sastra Indonesia yang selama ini berfokus pada penelitian intrinsik dan struktural.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kajian budaya/tradisi lisan Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur

3. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk menambah khazanah pengetahuan tentang perkembangan sastra Indonesia dan puitika sastra Indonesia.

(34)

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membantu masyarakat untuk memahami mitos Melayu sebagai resistensi budaya Melayu di Kecamatan Binjai Timur dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita .

2. Menumbuhkan semangat masyarakat untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan daerah masing-masing.

3. Bahan pertimbangan bagi pemerintah Kecamatan Binjai Timur dalam pembinaan , pengembangan dan pelestarian sastra lisan yang menyatu dalam upacara adat penabalan nama anak.

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.5 Kajian Pustaka

Penelitian Syair Dendang Siti Fatimah sudah dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi S1, Bahasa dan Sastra, Universitas Sumatera Utara (1995) yakni “Analisis Struktural Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur”. Hal yang dikaji adalah hakikat puisi( tema, rasa, nada, amanat) dan metode puisi (diksi, imajinasi, gaya bahasa, rima dan ritma).

Edi Siswanto (2010) Program Studi Linguistik Konsentrasi Wacana Kesusastraan Sekolah Pasca Sarjana USU, dengan judul Kajian Semiotika Budaya Terhadap Syair Dendang Siti Fatimah Pada Upacara Mengayun Anak Masyarakat

Melayu Tanjung Pura. Teori yang digunakan adalah teori semiotika Charles Sanders

Peirce.

Erma Satifa (2009), Program Studi Linguistik Pasca Sarjana USU dengan judul Syair Mahidin pada Adat Perkawinan Banjar di langkat: Kajian Prosodi dan

Fungsi. Penelitian itu menggunakan teori fonetik akustik dan fungsional. Lokasi

(36)

Suzan Ahmad (dalam Kesyukuran. Dalam artikel Harian Bintang Populer membahas sebuah nyayian “Berendoi” Tanda Kesukuran yang juga menggunakan nama Dendang Siti Fatimah. Lirik-lirik yang berlaku di sana berbeda dengan lirik syair yang ada di Binjai Timur ini, namun konsep utamanya sama yakni sebuah nyanyian tanda kesyukuran yang dibawakan dalam acara bercukur seorang bayi yang berusia tujuh hari. Biasanya buaian akan dihiasi indah. Bayi yang dicukur rambutnya akan diletakkan di dalam buaian, dan mulailah nyanyian berendoi yang sarat dengan bait lirik yang memuji Rasullullah.

Ketika adat berendoi, bayi akan diletakkan di dalam buaian dengan menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan-lahan ketika upacara berlangsung. Ketika itu juga nazam atau marhaban dialunkan oleh sekumpulan lelaki atau wanita (Ical dalam Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat cukur rambut. Berendoi masih bergerak aktif sampai hari ini dan boleh ditonton paling banyak di Perlis, Kedah, Selangor dan Perak. Di Perak, nyanyian berendoi menggunakan nama “Dendang Siti Fatimah “dan senikatanya berlainan dengan senikata yang dibawa kumpulan Berendoi di Perlis dan Kedah.

(37)

menceritakan perihal susah payah ibu mengandung dan melahirkan anak, selain juga nasihat kepada anak-anak. Antara lain liriknya, "Ayuhai anak didalam buaian, Pejamkan mata jangan tangiskan, Lagu Berendoi kami dendangkan, Di dalam majlis tanda kesyukuran ... Lamalah sudah kami menanti, Namun engkau tak kunjung tiba, Dengan takdir Ilahi rabbi, Kini engkau sudah menjelma."

Dalam sebuah Artikel Anak atau ﻖﻧﺃ ﻍﺪﻨﻳﺩ merupakan sebuah Kumpulan Muzik Kesenian adalah Duta Kebudayaan Terengganu yang ditetapkan sebagai satu gerakan kesenian yang membawa imej kecil penggiat seni dan ahli pengkaji sejarah ( dikenali sebagai "Raqeem" selaku nama pena nya), berawal di sebuah perkampungan yang letaknya di Hulu Kuala Terengganu seawal tahun 1997.

(38)

Dalam sejarah Melayu itu juga ada ditulis tentang rombongan Sultan Malaka dan rombongan Inderagiri yang di utus sultan untuk meminang. Dari pernyataan itu dapatlah disimpulkan bahwa, riwayat dendang anak juga ditulis dalam sejarah Melayu. Itu artinya bahwa dendang anak bukanlah semata-mata sebuah kesenian belaka yang hanya mementingkan seni hiburan atau unsur utilenya saja lebih dari itu dendang anak adalah sebuah amanah dari sejarah untuk tetap kita pertahankan karena mengandung ajaran moral bagi generasi selanjutnya. Dengan demikian akan terwujudlah sebuah negara yang bermartabat, bermoral, dan berbudaya (wikipedia.org/wiki/Dendang_anak, 2010)

Penelitian Syair Dendang Siti Fatimah ini adalah mencoba membahas dan meneliti kandungan bentuk mitos dan ideologi pada teks dan konteks Syair Dendang

Siti Fatimah dengan menggunakan teori semiotik Riffatere dan pendekatan struktural.

Jadi, penelitian ini menggunakan kajian strruktural-semiotik, artinya penelitian ini menghubungkan aspek-aspek struktural dangan tanda-tanda.

Makalah tentang mitos juga penulis temukan pada hasil tulisan Hamza Mustafa Njozi dari Malaysia tahun 1993. Makalah itu berjudul “ Mystic Numbers in

Sejarah Melayu.” Hamza Mustafa menulis bahwa Spekulasi dan kepercayaan

(39)

ini di dalam Sejarah Melayu serta kemungkinannya kepercayaan ini hingga mempengaruhi persepsi dan pemahaman seseorang terhadap alam di sekelilingnya.

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa konsep mitos yakni sesuatu yang dipercayai kebenaranya telah ada di alam Melayu sejak dahulu kala. Walaupun yang dimitoskan itu berupa angka yang membawa kebaikan dan keburukan. Bila dikaitkan hubunganya dengan kajian ini adalah konsep mitosnya. Syair Dendang Siti

Fatimah ini sarat dengan mitos–mitos yang diyakini oleh penganutnya yaitu

masyarakat Melayu Binjai Timur. Mitos-mitos itu disakralkan sebagai sesuatu yang suci, baik dan luhur serta membawa kebaikan, keselamatan. Justru apabila ditinggalkan maka membawa keburukan bagi masyarakat pendukungnya.

2.2.Konsep

2.2.1 Mitologi

(40)

primitif untuk menyusun suatu cerita, maka dalam pengertian modern mitos adalah struktur cerita itu sendiri. Mitos sebagai cerita yang mempunyai struktur berarti mitos dibangun oleh satuan-satuan minimal yang bermakna. Satuan minimal yang membangun struktur cerita mitologis sehingga struktur itu sendiri mengandung makna.

Frye (Junus, 1981:92) membagi mitos atas dua bagian yaitu, mitos pengukuhan (myth of concern) dan mitos pembebasan (myth of freedom). Yang pertama, mempertahankan apa yang terwujud, sedangkan yang kedua menginginkan sesuatu yang baru dengan melepaskan diri dari apa yang telah terwujud. Dengan begitu, karya sastra juga bukan sesuatu yang rasional, yang melihat segalanya dengan suatu pertimbangan yang jernih, segala sesuatu dalam karya sastra dapat bersifat mitos. Kalau karya sastra tersebut merupakan mitos pembebasan, segala sesuatu yang telah terwujud dan mapan akan dilihat sebagai sesuatu yang buruk, sesuatu yang mesti dilawan dan ditiadakan. Sebaliknya, bila karya sastra itu merupakan mitos pengukuhan maka segala yang baru akan dianggap tidak baik dan jahat.

(41)

Junus (1981:90) mengatakan bahwa hubungan antara mitos dan realitas itu sangat dekat, bergantung pada cara pandang seseorang. Beliau menambahkan bahwa mustahil ada kehidupan tanpa mitos. Manusia itu hidup dengan mitos-mitos yang membatasi segala tindak-tanduknya. Ketakutan dan keberanian terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos-mitos di sekelilingnya. Banyak hal yang sukar dipercayai dapat berlaku hanya karena penganutnya mempercayai sebuah mitos. Ketakutan manusia akan sesuatu lebih disebabkan ketakutan akan suatu mitos, bukan ketakutan yang sebenarnya. Kehadiran suatu mitos merupakan keharusan terutama pada hal-hal yang bersifat abstrak, sesuatu yang tidak jelas tentang baik dan buruknya, sesuatu yang

ambiguous. Suatu mitos dari masa lampau akan tetap berlaku dalam masanya. Sekali

ditinggalkan masa itu, ia tak akan berlaku lagi.

Cassirer (1987:114) mengatakan bahwa mitos adalah sebuah kepercayaan bahwa objeknya nyata, tanpa kepercayaaan maka mitos kehilangan hakikatnya. Mitos bagi masyarakat primitif merupakan suatu sejarah kudus yang terjadi pada waktu permulaan yang menyingkap tentang aktivitas supranatural hingga saat ini. Namun, mitos penciptaannya tidak mengantarkan manusia pada sebab pertama atau dasar eksistensi manusia, melainkan sebagai jaminan eksistensinya. Berkaitan dengan aktivitas yang supranatural mitos dianggap sebagai yang benar, suci, dan bermakna, serta menjadi pedoman berharga bagi yang mempercayai dari lingkungan tempat tinggalnya.

(42)

menyusun suatu cerita, maka dalam pengertian modern mitos adalah struktur cerita itu sendiri. Barthes (2004:152) menyebutkan bahwa mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Karya sastra jelas bukan mitos, tetapi sebagai bentuk estetis karya sastra adalah manifestasi mitos itu sendiri. Mitos adalah sebuah bahasa. Bahasa membutuhkan syarat khusus untuk dapat menjadi mitos yang harus ditekankan kuat-kuat adalah bahwa mitos adalah sebuah sistem komunikasi, yakni sebuah pesan. Segala sesuatu dapat menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana . Mitos tidak disajikan oleh sebuah objek pesannya, namun oleh cara mengutarakan pesan itu sendiri.

(43)

2.2.2 Budaya Melayu Langkat

Kata ‘kebudayaan’ berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti ‘budi’ atau ‘akal’. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa kata budaya sebagai suatu perkembangan dari budi-daya, yang berarti ‘daya dari budi’. Oleh karena itu, mereka membedakan ‘budaya’ dengan ‘kebudayaan’. Demikianlah, budaya adalah ‘daya dari budi’ yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Sementara itu, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu ditiadakan. Kata ‘budaya’ di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari ‘kebudayaan’ dengan arti yang sama.

Suku Melayu adalah salah satu suku yang berdiam di Sumatra Utara. Dalam ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu (1991) disebutkan bahwa Melayu adalah kelompok masyarakat yang berbahasa Melayu, mengamalkan Adat Melayu

dan bergama Islam. Kesan perjalanan sejarah yang menjadikan nama Melayu sebagai

identitas kelompok beragama Islam berbeda dengan kelompok yang masih beragama tradisi. Maka identitas Islam itu bersamaan dengan nama Melayu sebagai ciri ke-Melayu-annya.

(44)

mengatakan hal yang sama tentang orang Melayu, yakni menggunakan bahasa Melayu, beragama Islam, dan menjalankan adat Istiadat Melayu.

Menurut Sinar dalam bahwa budaya Melayu di Sumatera Utara adalah berasal dari daerah yang sama yakni Melayu Sumatera Timur yang beribukota di Medan (1915). Kemudian, dalam sejarah tersebut disebutkan bahwa daerah Binjai Timur adalah termasuk dalam wilayah Kesultanan Langkat. Kesultana Langkat terbagi dua daerah lagi yakni Langkat Hulu dan Langkat hilir. Maka, Kecamatan Binjai Timur adalah termasuk dalam wilayah Langkat Hulu yang berpusat di Binjai. Dengan demikian Syair Dendang Siti Fatimah di Kecamatan Binjai Timur ini merupakan hasil karya dari masyarakat Melayu Langkat.

Berangkat dari definisi Melayu di atas maka dapatlah kita katakan, bahwa budaya masyarakat Melayu secara umum memiliki kesamaan. Hal ini mungkin disebabkan karena bangsa Melayu itu sudah pasti menjalankan adat istiadat Melayu selain beragama Islam dan menggunakan bahasa Melayu. Oleh karena itu tidak salah jika di negeri jiran seperti Malaysia pun memiliki tradisi yang sama dalam penyambutan kelahiran anak.

Menurut Admin dalam

(45)

nyanyian rakyat paling tua, yang lahir dari tengah kehidupan rakyat biasa, karena itu, tema-tema lagu juga berkaitan dengan kehidupan harian mereka. Dalam lagu dodoi tercermin kepercayaan, pikiran, keinginan dan harapan rakyat. Secara umum, terdapat empat aspek utama dalam lagu dodoi yaitu: pembelajaran bahasa; permainan anak-anak; pesan nilai dan norma kehidupan; dan aspek keagamaan.

Dalam masyarakat Melayu, lagu ini dinyanyikan oleh seorang ibu (terkadang kakak atau saudara) dengan suara yang lemah-lembut, merdu, mendayu-dayu dan berulang-ulang sambil mengayun atau membuai anak yang berada dalam ayunan (buaian) hingga tertidur. Usia anak yang ditidurkan dengan lagu dodoi ini biasanya masih bayi, belum mengerti bahasa formal.

(46)

2.3 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, untuk membedah masalah diapresiasikan secara ekletik digunakan pendekatan dan teori struktural secara bersamaan. Adapun teori yang digunakan adalah pendekatan struktural dan teori semiotika.

2.3.1 Pendekatan Struktural

Teeuw (1988:135) berpendapat, “Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semendetail serta semendalam Mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh “. Analisis struktural bukanlah merupakan penjumlahan anasir-anasir itu, namun yang lebih penting lagi adalah justru sumbangan yang diberikan oleh gejala pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinannya (antara fonemik, morfologi, sintaksis, semantik). Dengan kata lain tujuan analisis struktur justru ingin mengupas semendetail mungkin keseluruhan makna dari anassir-anasir yang membangun struktur tersebut.

(47)

struktural ini adalah bersifat close reading; pembacaan karya sasstra sebagai ciptaan bahasa.

Apa yang diuraikan di atas sangat berkaitan dengan pernyataan Hartoko (1982:36), “ ... kebanyakan penganut aliran struktural secara langsung atau tidak langsung berkiblat pada strukturalisme dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Desasure”. Strukturalis ala Desausure itu menekankan dua aspek yang sangat penting dalam bahasa. Pertama adalah signifiant yang berarti aspek bentuk dalam lambang atau tanda. Sedangkan yang kedua adalah signifie yang berarti yang diartikan atau petanda. Dengan menggabungkan kedua unsur ini (tanda dan petanda) maka kita dapat mengatakan sesuatu hal dalam kenyataan. Hubungan antara arti dan yang diartikan umumnya dilakukan secara konvensional dan sewenang-wenang; jadi tidak menurut kodrat alam yang sudah ditetapkan. Umumnya pula konvensi itu berbeda dari suatu tempat ke tempat lainya karena sudah dipengaruhi oleh lattar belakang sosial budaya serta geografis tertentu.

(48)

mencapai tahap penafsiran puncak, yakni diperoleh intergrasi makna secara total dan makna bagian-bagian yang maksimal.

Proses bagian ini biasanya bagi pembaca awam berlaku secara implisit dan tidk sadar; hanya penafsiran secara akademis yang profesionalah yang berhasil memahami sebuah karya sastra. Sebaliknya jika seseorang tidak berhasil mencapai interpretasi intergral dan total maka, hanya ada dua kemungkinan; karya itu gagal atau pembaca bukanlah seorang pembaca yang baik.

Konsep Aristoteles mengenai karya sastra yang otonom tidak pernah menghilang dari dunia sastra Barat bahkan tetap dipertahankan cukup setia oleh npenulis maupun pembaca sebagai konvensi dasar sastra. Konvensi ini dianggap wajar, alamiah, dan universal. Namun begitu, apa yang dianggap umum pada suatu zaman bisa saja berubah untuk waktu yang akan datang.

(49)

Sifat utama bahasa sebagai sistem tanda ialah sifat rasionalnya; berarti keseluruhan relasi atau oposisi anatara unsur-unsurnya harus dipahami terlebih dahulu, kemudian secara efektif dapat ditelusuri perubahannya dalam sejarah. Konsep inilah awal mula aliran atau mazhab ilmu bahasa yang disebut teori strukturalis yang selama berpuluh-puluh tahun menjadi dominan dalam ilmu bahasa di Eropah; seperti di Paris, Genewa, Praha, Amsterdam, maupun di Amerika Serikat.

Aliran sruktural ini dirintis oleh kaum formalis Rusia ini yang ingin membebaskan karya sastra dari kungkunga ilmu-ilmu lain: psikologi, sejarah, ataupun kebudayaan. Kaum formalis menganggaap bahwa syair atau puisi secara umum adalah pemakaian bahasa yang mengarah kepada tenda-tanda bukan mengarah kepada kenyataan. Dengan kata lain konsep pemahaman formalis ini adalah memahami karya sastra menggunakan prosede atau sarana yang secara distingkif dimanfaatkan oleh penyair. Sarana yang dimaksud tentu bunyi bahasa (rima, matra, irama, aliterasi, asonansi). Kemudian, bidang morfologi, sintaksis, dan semantik. Dengan begitu karya sastra dengan perangkat unsur-unsurnya adalah sebagai sistem tanda yang lepas dari fungsi reprensial atau mikmetiknya.

(50)

menghasilkan bahwa pendekatan struktural terhadap karya sastra sungguh tidak dapat dimutlakkan. Pendekatan ini harus harus ditempatkan dalam keseluruhan model semiotik sastra; pembaca, penulis, kenyataan, serta sejarah sastra. Semua itu memberikan peranan dalam menginterpretasikan sastra secara menyeluruh. Namun begitu, analisis struktur dalam rangka semiotik tetap dipentingkan dan sangat perlu, sebab analisis struktur adalah sarana atau jembatan ke arah proses pembaca memahami karya sastra (Teeuw, 1988: 145)

2.3.2 Teori Semiotika

Semiotik berasal dari kata Yunani: semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representatif. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semiologi. Istilah pertama, merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik maupun semiologi sering digunakan secara bersama-sama, tergantung di mana istilah itu dipopulerkan. Biasanya istilah semiotik lebih mengarah pada tradisi Saussurean. Tradisi ini diikuti oleh Piercean. Sedangkan istilah semiologi banyak digunakan oleh Barthes (Endraswara, 2008: 64).

(51)

baik lisan maupun juga bahasa isyarat. Semiotik juga menganut dikotomi bahasa yang dikembangkan De Saussure, yakni karya sastra memiliki hubungan dengan penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Penanda adalah asfek formal atau bentuk tanda itu, sedangkan petanda adalah makna atau konsep dari penanda itu. Dengan kata lain, semiotik adalah penelitian sastra yang mendasarkan semiologi . Semiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tanda–tanda bahasa dalam karya sastra. Pada prinsipnya, melalui ilmu ini karya sastra akan terpahami arti di dalamnya. Namun, arti dalam pandangan semiotik adalah meaning of meaning atau disebut juga makna (significance).

Substansinya, karya sastra adalah repleksi dari pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni, bahasa yang memuat tanda–tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semiologi. Semiologi juga sering dinamakan semiotik, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra(Endraswara, 2008:63). Model ini muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap kajian srtuktural. Jika struktural sekedar menitikberatkan aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya, karena semiotik memaklumi bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strruktural-semiotik, artinya penelitian ini menghubungkan aspek-aspek struktural dangan tanda-tanda.

(52)

Jabrohim, 2001:70) bahwa semiotik itu merupakan lanjutan atau perkembangan strukturalisme. Alasanya adalah karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda , tanda dan maknanya, dan konvensi tanda , struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal.

Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini mengaanggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti-arti.(Pradopo dalam Wulandari dan Jabrohim, 2001:71).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan di bahas sebagai tanda–tanda . Tentu saja , tanda tanda itu telah ditata oleh pengarang sehingga ada sistem, konvensi, dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh peneliti. Tanpa memperhatikan hal-hal yang terkait dengan tanda-tanda, maka pemaknaan karya sastra tidaklah lengkap.

(53)

cara memahami makna yang ada di dalamnya.Namun demikian, keterkaitan itu bersifat konvensional.

Semiotika sebagai ilmu terdiri dari semiotika strukturalis dan semiotika pragmatis. Semiotika strukturalis melihat tanda sebagai hubungan dua komponen yang terstruktur . Sedangkan semiotik pragmatis melihat tanda sebagai suatu proses semiosis tiga tahap melalui pancaindra. Kemudian, kedua jenis semiotik ini mengarahkan perhatiannya pada kajian tentang budaya. Dengan demikian, semiotik melihat kebudayaan sebagai tanda yang diberi makna oleh masyarakat sesuai dengan konvensi yang berlaku.

Syair Dendang Siti Fatimah ini merupakan hasil budaya masyarakat Melayu Binjai Timur. Untuk itu, tepat sekali jika digunakan ilmu semiotik untuk memberi makna pada syair itu sesuai dengan konvensi yang berlaku pada masyarakat Binjai Timur. Semiotika yang digunakan tentu semiotika budaya sebab objek kajiannya adalah sebuah hasil budaya dari kebudayaan masyarakat Melayu Binjai Timur. Walaupun begitu tentu tidak bisa melepaskan unsur semiotika strukturalis yang dikotomis antara tanda dan petanda. Upaya memahami kebudayaan- Syair Dendang

Siti Fatimah- dengan menggunakan semiotika adalah sebuah usaha untuk

menjelaskan gejala-gejala dalam kehidupan sosial, dan budaya masyarakat Melayu Binjai Timur itu sendiri ( Hoed, 2011:49).

(54)

sebagai tanda yang bersifat representatif dan interpretatif. Sedangkan hermeneutika memberikan penekanan pada teks sebagai fenomena budaya tidak terlepas dari produksi teks dan lingkungannya. Hal ini menjadi menarik karena kadar interpretasi pembaca diharapkan lebih besar dari penulisnya sendiri (Gedamer dalam Hoed, 2011:107). Hal ini sejalan dengan pendapat Eco (dalam Hoed, 2011: 107) yang mengatakan bahwa teks adalah sesuatu karya yang bersifat terbuka. Hal ini sesuai denga pola kehidupan dan dinamika budaya masyarakat kita.

Pendekatan hermeneutika dan pendekatan semotik terhadap gejala budaya adalah sebuah pencarian makna yang terkandung dalam budaya itu. Pencarian makna ini dalam dunia sastra seakan tidak ada akhirnya. Dimulai dari teori konotasi Barthes teori pascastruktural de Sausure hingga foucault dan Derrida. Pemikiran mereka akhirnya tidak hanya ingin mencari makna tetapi lebih dari itu apa ideologi di belakang teks tersebut. Dengan demikian faktor interpretasi peneliti semakin menonjol dalam sebuah penelitian

(55)

teori semiotika menurut Riffaterre (dalam Endraswara, 2008:67) yang menggunakan langkah pembacaan ( heuristik) dan (2) hermeneutik (retroaktif) dalam aplikasinya.

Teks atau puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik,Riffaterre memperlakukan semua kata menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah teks dalam hal ini puisi menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu:

1. Pembaca harus menemukan kata kunci atau matriks yang terdapat dalam sebuah sajak atau teks.

2. Pembaca juga harus melakukan pembacaan secara heuristik, yaitu sesuai dengan kompetensi bahasa dan struktur kebahasaannya

3. Seorang pembaca dituntut untuk melakukan pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan pada tingkat makna.

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

Data utama atau data primer penelitian ini adalah berbentuk transkrip teks

Syair Dendang Siti Fatimah yang di dapat dari hasil wawancara dengan informan

kunci. Sedangkan data sekunder atau data tambahan ditemukan melalui sumber tertulis berupa buku maupun hasil tulisan para penulis lain yang berupa artikel, jurnal, makalah dan lain-lain termasuk data online. Data yang kedua ini adalah data penunjang untuk melengkapi tesis ini.

(57)

3.2 . Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data

Data utama atau data primer ini ditemukan melalui teknik wawancara mendalam tetapi terbuka (in-depth interview), pengamatan atau observasi tidak berstruktur. Ketika melakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu tape rekorder. Sedangkan dalam melakukan pengamatan tidak berstruktur peneliti juga menggunakan alat bantu pengamatan, yakni berupa, kamera untuk melakukan pengambilan gambar (visual) dan suara yang berupa video pada kegiatan yang diamati. Kamera yang digunakan adalah kamera digital Canon IXUS 980 IS (Bungin, 2007:108-119).

3.3 Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Berdasarkan filsafat rasionalisme bahwa suatu ilmu yang valid diperoleh dari pemahaman intelektual dan kemampuan berargumentasi secara logis. Dalam realitas empirik adalah tunggal (sama dengan positivism penganut paham monism) tetapi realitas tersebut tidak diinterpretasikan dari prespektif (Muhadjir, 1995 : 83-84).

(58)

langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode kualitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman dengan pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Maleong, 2004:9).

Metode kualitatif adalah sebuah paradigma Naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Metode ini menekankan pada teknik kualitatif. Sebagai paradigma alamiah metode kualitatif menggunakan kriteria relevansi. Relevansi ini adalah signifikasi dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya. Usaha menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal yang penting dalam penelitian ilmiah. Paradigma alamiah ini mencoba menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Model penelitian alamiah ini mencoba menemukan data empiris dari hasil wawancara dan pengamatan atau observasi di lapangan (Denzin, 2009:2).

Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif karena ingin menggambarkan konstruksi teks yang mengandung ideologi dan mitos dalam Syair Dendang Siti

Fatimah ini dihubungkan dengan konteks sosial budaya masyarakat yang

menciptakan syair tersebut.

(59)

berarti tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menggali sistem yang terstruktur dari tanda.

Metode semiotika digunakan dalam menganalisis syair (puisi) ini, yaitu dengan menganalisis syair-syair ke dalam unsur-unsur yang memperhatikan hubungan keseluruhan unsur-unsur yang ada. Kemudian setiap unsur syair diberi makna sesuai dengan konvensi syair tersebut. Setelah itu memberi makna terhadap keseluruhan syair tersebut. Metode semiotik ini digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk ideologi yang terdapat dalam syair ini. Sedangkan untuk menggali dan menganalisis bentuk-bentuk mitos dalam Syair Dendang Siti Fatimah ini penulis menggunakan pendekatan struktural.

3.4 Analisis Data

. Pengetahuan adalah hasil konstruksi interpretatif, kebenaran berdasarkan perspektif/paradigma peneliti. Oleh sebab itu kajian ini sangat bergantung pada interpretasi. Sebagaimana pendapat Ricour (dalam Bungin, 2007b:193) mengatakan bahwa hermeneutika sebagai ilmu yang secara operasional membahas teori pemahaman dan interpretasi yaitu interpretasi teks. Sebagai kajian karya sastra hal ini berarti mengacu pada penerjemahan dan penafsiran dan tidak bermuara pada kebenaran objektif dan universal.

(60)

akan dianalisis dalam syair ini. Kedua representasi ini baik mitos maupun ideologi dalam teks Syair Dendang Siti Fatimah ini dianalisis menggunakan ilmu semiotik yang berhubungan dengan ilmu tanda serta dilengkapi dengan ilmu strukturalisme untuk membongkar makna-makna yang tersembunyi di dalam teks syair ini.

Pada tahap penelitian teks, peneliti menggunakan menggunakan analisis semiotika Riffaterre karena objek kajian ini adalah sebuah syair yang sarat dengan pesan. Pesan ini tersebunyi dalam tanda-tanda bahasa yang dikaitkan dengan perspektif sosial yang ada. Kata–kata dalam syair cendrung bermakna implisit- tidak bermakna tunggal- di samping eksplisit. Data primer dari penelitian ini adalah merupakan transkrip bahasa teks yang didapat dari wawancara kepada informan kunci. Oleh karena itu kategorisasi analisis data ini adalah masuk ke dalam kelompok metode analisis teks dan bahasa, maka peneliti menggunakan teknik analisis semiotika Riffaterre (dalam Endraswara, 2008:67) yang menggunakan langkah pembacaan ( heuristik) dan (2) hermeneutik (retroaktif) dalam aplikasinya.

Menurut Riffaterre (dalam Endraswara, 2008:66) mengatakan, “dalam penelitian semiotik perlu memperhatikan beberapa hal yakni, (1)displacing of

meaning (pergantian arti), (2) distorsing of meaning (penyimpangan arti), creating of

meaning (penciptaan arti) “. Penggantian arti berupa penggunaan metafora dan

Gambar

Tabel 4.1.1 Luas Wilayah Kecamatan Binjai Timur Menurut Kelurahan Tahun 2010
Tabel: 4.1.1 Luas Wilayah Kecamatan Binjai Timur Menurut Kelurahan Tahun 2010
Tabel 4.1.2 Luas , Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk  Menurut Kelurahan        Tahun 2010 Kelurahan Luas(km2) Jumlah Kepadatan
Tabel 4.1.2 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis dan  Kelamin Kelurahan Tahun         2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data dengan menggunakan komputer sangat membantu dalam kegiatan proses transaksi pembayaran dan juga berperan dalam pemeriksaan data-data penjualan hingga data-data

[r]

Database yang dibuat penulis dalam penulisan ilmiah ini, menggunakan Microsoft Access Visual Basic 6.0 yang mudah untuk diaplikasikan pada

[r]

Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan sistem yang terkomputerisasi guna untuk membantu dalam penerimaan siswa baru dengan Visual Basic 6.0 agar informasi yang diinginkan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. SEKRETARIAT

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konstruksi pada Satuan Kerja Kantor SAR Kendari, Pekerjaan Pemagaran Tempat Sandar Kapal dengan ini kami mengundang saudara untuk mengikuti

Dengan menyatakan bahwa judul skripsi “RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (KAJIAN TERHADAP PERATURAN DAERAH NOMOR 33 TAHUN 2008)” benar merupakan