Modal aspek karakteristik individu pemilik UPW meliputi: umur, pendidikan formal, pengalaman pelatihan, pengalaman kerja, motivasi berusaha, dan tingkat kekosmopolitan; adalah ciri-ciri spesifik yang melekat pada diri pemilik UPW yang diduga melatarbelakangi perilaku dan intensitasnya dalam menatalaksana usaha pondok wisata. Tabel 5 menguraikan pengaruh aspek karakteristik individu yang diharapkan dan kurang diharapkan.
Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi cepat lambatnya adopsi adalah usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan dan kekosmopolitan, keberanian mengambil resiko, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, sifat fatalisme dan diagnosisme (sistem kepercayaan yang tertutup). Pengaruh karakteristik individu terhadap perubahan perilaku, menunjukkan bahwa karakteristik individu mutlak dipertimbangkan dalam program-program penyuluhan.Karateristik lingkungan pemilik UPW adalah faktor-faktor di luar individu pemilik UPW yang diduga memiliki kontribusi terhadap proses pemberdayaan, kompetensi kerja dan perilaku kewirausahaan pemilik UPW dalam menatalaksana usahanya. Aspek-aspek karakteristik lingkungan dalam penelitian ini meliputi: dukungan keluarga, peran
44
Tabel 5. Aspek-aspek karakteristik individu pemilik UPW
Aspek Karakteristik Individu
Pengaruh Karakteristik Individu yang Diharapkan
Pengaruh Karakteristik Individu yang Kurang Diharapkan
Umur Usia 40 s.d 55 tahun merupakan usia
matang untuk keberhasilan pekerjaan dan puncak prestasi dalam wirausaha
Sebelum usia 40 tahun masih bersifat mencoba bisnis, sedang- kan di atas 55 tahun keputusan istirahat bisnis.
Pendidikan Formal Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin luas
pengetahuannya dan perubahan
perilaku ke arah positif.
Pendidikan rendah memiliki
watak negatif, sulit menerima
informasi dan rendahnya
kemampuan analisis.
Pelatihan Pelatihan yang efektif mampu mem-
perkaya pengetahuan, sikap dan kemampuan pemilik UPW
Materi pelatihan yang tidak sistematis dan kurang tepat sasaran akan membingungkan pemilik UPW.
Pengalaman Kerja Lamanya pengalaman kerja menum
buhkan motivasi usaha lebih kuat, Konsekuensi masa depan ditentu kan pengalaman masa lalu, dampak pengalaman, serta pengamatan.
Keragaman usaha merupakan pengalaman kerja juga, namun belum tentu mengefektifkan usaha yang dijalani pemilik UPW Motivasi Berusaha Motivasi merupakan daya dorong
yang mempengaruhi usaha setiap orang. Daya dorong bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.
Tinggi-rendahnya motivasi
seseorang akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
Tingkat
Kekosmopolitan
Keterbukaan menerima perubahan berpengaruh pada peningkatan per- baikan usaha mereka. Semakin intensif berinteraksi maka semakin
banyak mendapatkan informasi
baru.
Ketidakmampuan untuk terbuka, mempengaruhi keputusan untuk menolak atau menerima inovasi.
tokoh masyarakat, sistem nilai budaya, dan peluang pasar. Tabel 6 menggambarkan aspek lingkungan yang diharapkan dan yang kurang diharapkan pemilik UPW.
Ife (1999) menegaskan bahwa faktor lingkungan dapat memberi pengaruh bagi seseorang dalam berperilaku, kadang-kadang kekuatan pengaruhnya lebih besar dari karakteristik individu yang dimiliki, sehingga kekuatan lingkungan mampu mengubah perilaku dan orientasi seseorang.
Proses penyuluhan pemilik UPW adalah aktivitas pendidikan non formal melalui pendekatan pembelajaran orang dewasa, bertujuan mengubah perilaku ke arah yang lebih baik, sesuai dengan potensi dan kebutuhan pemilik UPW. Penyuluhan diharapkan memberi dampak pada kondisi yang mendukung kepentingan wisatawan, kelangsungan usaha pariwisata dan terpeliharanya objek dan daya tarik wisata beserta lingkungannya. Tabel 7 menguraikan tentang aspek- aspek pada proses penyuluhan yang berkaitan erat dengan lembaga penyuluh dan metode penyuluhan yang diterapkan, serta kebutuhan penyuluhan dalam upaya pemberdayaan pemilik UPW.
Penyuluhan harus mampu menciptakan kondisi masyarakat yang aktif dan berdaya dalam meningkatkan kualitas kehidupannya. Inti dari tujuan penyuluhan pembangunan adalah munculnya partisipasi aktif masyarakat dalam program atau gerakan pembangunan untuk mengatasi masalah sosial yang mereka hadapi (Slamet, 2003). Pemilik UPW perlu memiliki standar kompetensi tertentu agar berdaya memenuhi tuntutan pasar tentang kinerja. Standar kompetensi merupakan rumusan kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan pekerjaan atau tugas yang dilandasi ketrampilan, pengetahuan serta sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi kerja pemilik UPW adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap
Tabel 6. Aspek-aspek karakteristik lingkungan pemilik UPW
Aspek Karakteristik Lingkungan
Pengaruh Karakteristik Lingkungan yang Diharapkan
Pengaruh Karakteristik Lingkungan yang Kurang iharapkan Dukungan
Keluarga
Pembentukan sikap dan perilaku diawali dari lingkungan keluarga. Respon afektif terhadap hasil (kepuasan)
kerja dan kesuksesan karir
dipengaruhi keluarga.
Dukungan keluarga juga dapat menutup akses kemandirian.
Peran Tokoh Masyarakat
Hubungan pemilik UPW dengan tokoh formal/informal terpelihara dengan baik. Keterlibatan tokoh formal dan informal diperlukan dalam kegiatan kelompok pemilik UPW.
Tokoh formal dan informal berpengaruh positif terhadap UPW, melalui ide atau
gagasan serta kepedulian untuk
memperbaiki kinerja UPW.
Kekurangharmonisan hubungan
antara pemilik UPW dengan tokoh formal dan informal.
Tokoh formal dan informal bersikap apatis terhadap keberadaan UPW.
Sistim Nilai Budaya
UPW tetap mempertahankan tradisi dan nilai budaya setempat dalam desain pondokan, dekor, keramah-tamahan, maupun kulinari yang tersedia.
UPW menyimpang dari kebiasa- an/tradisi dan nilai budaya yang ada, akan menimbulkan konflik bagi masyarakat setempat.
Peluang Pasar Memenuhi permintaan pasar, berarti suatu usaha memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan melalui jasa yang bermutu.
Setiap perusahaan memiliki dan akan berhadapan dengan banyak kompetitor. Munculnya persa- ingan tidak sehat yang menghalal- kan segala cara.
kerja standar yang diperlukan oleh pemilik UPW untuk dapat menatalaksana usaha pondok wisata. Standar kompetensi kerja minimal yang diperlukan bagi pemilik UPW dalam pengelolaan operasionalnya yaitu: kemampuan kerjasaman dengan kolega dan pelanggan, penanganan reservasi, pelayanan resepsionis, penyediaan layanan housekeeping dan penyediaan roomservice.
Aspek-aspek kompetensi di bidang pengelolaan akomodasi yang mampu menghasilkan kinerja, baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu UPW ditunjukkan dalam Tabel 8 aspek kompetensi minimal perlu dimiliki dan dikuasai pemilik UPW yang sekaligus berperan sebagai operator yang melaksanakan pelayanan tamu. Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai karakter sikap dan perilaku, atau kemampuan individual yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu situasi di tempat kerja.
Tabel 7. Aspek-aspek proses penyuluhan pemilik UPW
Aspek Proses Penyuluhan
Pengaruh Proses Penyuluhan yang Diharapkan
Pengaruh Proses Penyuluhan yang Kurang Diharapkan Peran Lembaga Penyuluhan: -Pemerintah Pusat/Daerah -Perguruan Tinggi -Organisasi Profesi -Perbankan -Badan Promosi Pariwisata Daerah -Kelompok Pengusaha
Para pemangku kepentingan (stake- holder) baik secara langsung ataupun tidak pada kegiatan pemberdayaan pemilik UPW.
Institusi dan lembaga terkait menga- dakan proyek penyuluhan untuk
memberdayakan pemilik UPW
diselenggarakan atas kesadaran turut berpartisipasi dalam pembangunan kepariwisataan.
Proyek pemberdayaan selalu dieva- luasi tentang nilai manfaatnya, apa perlu dilanjutkan atau ditingkatkan materi penyuluhan ke tingkat lebih tinggi.
Penyusunan materi penyuluhan
untuk pengembangan usaha pemilik UPW, melibatkan kelayan dalam upaya menginventarisir kebutuhan pelatihan apa yang diharapkan pemilik UPW.
Penyampaian materi pelatihan, dise- suaikan dengan kapasitas atau latar- belakang lembaga/institusi terkait.
Kegiatan pemberdayaan pemilik UPW seolah menjadi tanggungjawab pemerintah saja.
Institusi dan lembaga terkait meng- adakan proyek penyuluhan secara parsial tidak untuk kepentingan memberdayakan pemilik UPW.
Proyek pemberdayaan bersifat sesaat, tidak berkelanjutan dan tidak ada evaluasi proyek sebagai acuan perencanaan proyek selanjutnya.
Pemilik UPW sebagai target
penyuluhan tidak dilibatkan dalam pembuatan perencanaan penyuluhan.
Terjadi tumpang tindih dalam pe- nyampaian materi pelatihan, tidak sesuai kapasitas atau latarbelakang lembaga/institusi. Metode Penyuluhan: - Pelatihan - Pembinaan - Pengabdian pada masyarakat - Bimbingan usaha - Pelatihan - Kursus - Magang - Kemitraan
Informasi, materi pembelajaran, dan ide-ide keberhasilan usaha disampai- kan melalui berbagai metode alter- natif, seefektif mungkin, menganut sistim pendidikan orang dewasa sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
Agen penyuluh mendapatkan
pelatihan agar menguasai banyak
metode penyuluhan, sehingga
mampu meningkatkan kompetensi kerja dan perilaku kewirausahaan yang diharapkan.
Metode penyuluhan dengan cara klasik, bersifat masal dan kaku mengikuti target program yang menjadi ketetapan pemerintah pusat.
Agen penyuluh tidak menguasasi
banyak metode penyuluhan,
sehingga menimbulkan kebosanan, dan tidak mampu meningkatkan kompetensi kerja dan perilaku kewirausahaan yang diharapkan.
Perilaku kewirausahaan pemilik UPW adalah segala bentuk sikap dan tindakan nyata pemilik UPW didasarkan pada aspek kognitif, afektif dan motorik dalam menjalankan usaha (bisnis) pondok wisata. Pada Tabel 9 yaitu aspek perilaku kewirausahaan yang diharapkan dan tak diharapkan bagi pemilik UPW. Aspek perilaku kewirausahaan yang diduga berhubungan dengan kompetensi kerja, dan akan berdampak pada keberhasilan pemilik UPW yaitu integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan, dan fokus pelanggan. Wijandi (1988) mengungkapkan bahwa perilaku kewirausahaan mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang.
Keberdayaan adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki keberdayaan tinggi yaitu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif. Nilai- nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan, kegotongroyongan, kejuangan, dan kebinekaan yang khas pada masyarakat Indonesia. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut ketahanan nasional.
Tabel 8. Aspek-aspek kompetensi kerja pemilik UPW
Aspek Kompetensi Kerja
Pengaruh Kompetensi Kerja yang Diharapkan
Pengaruh Kompetensi Kerja yang Kurang Diharapkan
Kerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan
Memiliki kompetensi sosial me- nyangkut kegiatan interaksi dengan tamu serta kerabat kerja
Melaksanakan interaksi dengan pela- yanan tanpa peduli latar belakang nilai tatakrama dan budaya.
Penanganan Reservasi Kemampuan menyusun dan mene-
rapkan standar penerimaan pesanan kamar melalui telpon atau tamu datang langsung, dan pencatatan administrasinya
Tidak ada tatakrama berkomunikasi saat terima telpon dan menangani tamu yang datang langsung untuk melakukan reservasi, tanpa disertai dokumentasi data tamu.
Pelayanan Recepsionis
Kemampuan menangani adminis- trasi kedatangan dan kepulangan tamu, penanganan guest luggage, dan kesiapan memberikan infor- masi yang dibutuhkan tamu.
Kedatangan dan kepulangan tamu tidak terdokumentasikan, tidak mampu menangani guest luggage
dan tidak mampu memberikan informasi yang dibutuhkan tamu. Penyediaan Layanan
Housekeeping
Kemampuan melaksanakan pena- taan kamar tidur, pembersihan kamar mandi dan fasilitasnya, area umum, dan perawatan furniture.
Tidak ada standar mutu kerja dalam penataan dan perawatan kamar tidur, kamar mandi, area umum berikut fasilitasnya.
Penyediaan Room
Service.
Kemampuan terkait tatacara penca- tatan pesanan makan dan minum tamu, penyiapan/penyajian hidang- an, serta dan kamar.
Tidak memiliki dan menerapkan tatacara pencatatan pesanan makan dan minum tamu, penyiapan/pe- nyajian hidangan, serta dan kamar
Keberdayaan Pemilik UPW adalah tingkat kondisi kemandirian yang dicapai oleh pemilik UPW menyangkut kemampuan mengakses teknologi, permodalan, informasi pasar, dan jaringan bisnis. Pada Tabel 10 merangkum tentang aspek keberdayaan pemilik UPW yang diharapkan dan kurang diharapkan.
Pemberdayaan melalui pola kemitraan bagi pemilik UPW meliputi berbagai aspek dimulai sejak proses pembentukan kelompok (community development), pendekatan atau metode penyuluhan tentang penguasaan teknologi, pola pendampingan dalam memperoleh layanan permodalan dan pemberian kebebasan anggota kelompok dalam pengambilan keputusan promosi produk/usaha yang paling cocok, dengan memperkuat keberlangsungan usaha melalui pembangunan jejaring.
Semua komponen-komponen ini diprediksi kuat sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedinamisan kehidupan kelompok pemilik UPW tersebut, karena komponen ini merupakan bagian yang integral dan terkait langsung dengan kehidupan masyarakat tersebut.
Tabel 9. Aspek-aspek perilaku kewirausahaan pemilik UPW
Aspek Perilaku Kewirausahaan
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan yang Diharapkan
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan yang Kurang Diharapkan
Integritas Bertindak konsisten sesuai dengan
kebijakan dan kode etik organisasi.
Pelayanan diberikan tidak standar, diskriminatif, dan tidak transparan. Akuntabilitas Mengelola sumber daya publik secara
bertanggung jawab dan dapat
dipercaya.
Keluhan tamu tentang rendahnya kualitas sarana, fasilitas, dan lingkungan yang ada.
Transparansi Menjamin akses atau kebebasan bagi setiap pelanggan untuk memperoleh informasi tentang kebijakan peru-sahaan, prosedur layanan dan pelaksanaannya.
Informasi kurang akurat, kurang menghargai loyalitas pelanggan, dan
kurang tanggung jawab atas
keamanan lingkungan. Disiplin Memelihara stabilitas perusahaan melalui
batasan sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh setiap staf perusahaan terhadap tamunya.
Kedisiplinan rendah, dan kecende-
rungan menyalahi ketetapan
pemerintah. Ketelitian Selalu melakukan cek & ricek semua
aspek pekerjaan, menjaga ketepatan dan keakuratan hasil kerja, dan mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan atau kesalahan.
Ketelitian tidak menyeluruh
antaralain catatan identitas tamu, administrasi keuangan, perawatan dan pembersihan.
Kecepatan Kerja
Perilaku dan kemampuan diri untuk bekerja efektif menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan, dengan tetap menjaga kualitas hasil.
Kurang efektif dan efisien dalam mencapai target pekerjaan dan hasilnya.
Ketekunan Bersemangat dan antusias dalam rutinitas pekerjaan secara efektif dan berkinerja.
Cepat bosan, sehingga tidak ada keberlangsungan usaha.
Fokus Pelanggan
Strategi perusahaan agar dapat mema- hami kebutuhan, keinginan dan harapan sehingga melayani pelanggan lebih baik. Juga harus mendengar suara pelanggan, baik masukan ataupun keluhan.
Kurang ramah, tidak peka, dan kurang inisiatif dalam melayani pelanggan.
Keberhasilan pemilik UPW adalah tingkat kondisi yang dicapai oleh pemilik UPW di bidang usaha jasa akomodasi yang ditunjukkan dengan tingkat pendapatan, jumlah pelanggan, loyalitas pelanggan, dan kemampuan memperluas pangsa pasar. Hal tersebut dipaparkan dalam Tabel 11.
Keberhasilan usaha, menurut Haryadi dkk. (1998), merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada di dalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan. Dalam pengertian umum, keberhasilan usaha menunjukkan suatu keadaan yang lebih baik atau unggul dari pada masa sebelumnya. Keberhasilan suatu usaha dapat diukur dari beberapa segi, di
Tabel 10. Aspek-aspek keberdayaan pemilik UPW
Aspek Keberdayaan Pengaruh Keberdayaan yang
Diharapkan
Pengaruh Kerberdayaan yang Kurang Diharapkan
Akses Teknologi Kemampuan tinggi mengakses tek-
nologi penggunaan komputer untuk administrasi, handphone untuk pema- saran, dan akses informasi internet.
Tingkat kemampuan tidak lebih dari lima puluh persen mengakses teknologi.
Akses Permodalan Kemampuan mengakses bantuan kre-
dit untuk memenuhi kebutuhan reno- vasi maupun pengembangan usaha.
Kemampuan mengakses bantuan kredit kurang dari lima puluh persen.
Akses Informasi Pasar
Kemampuan mengakses informasi pasar, meliputi penawaran dan permintaan pasar.
Tingkat kemampuan mengakses informasi tidak lebih dari lima puluh persen.
Akses Jaringan Bisnis
Kemampuan presentasi diri pada
stakeholders, dan mengikuti dinami- ka tatanan sosial budaya yang ada
Kemampuan melobi kurang dari lima puluh persen dalam menem- bus tatanan sosial budaya yang ada.
Tabel 11. Aspek-aspek keberhasilan pemilik UPW
Aspek Keberhasilan Usaha
Pengaruh Keberhasilan Usaha yang Diharapkan
Pengaruh Keberhasilan Usaha yang Kurang Diharapkan Tingkat Pendapatan Selisih antara penerimaan dari hasil
UPW dengan biaya, dan selisih tersebut positif. Tingkat keuntungan berpengaruh untuk pengembangan usahanya.
Tingkat pendapatan rendah, tidak lebih dari lima puluh persen dari titik impas.
Jumlah Pelanggan Tingkat kunjungan dan jumlah
hunian tinggi, baik pada saat liburan maupun hari kerja
Merugi karena tidak mendapat kunjungan dan penghasilan selain saat liburan.
Loyalitas Pelanggan Sukses usaha karena terpeliharanya loyalitas pelanggan.
Kurang peduli pada pentingnya kepuasan pelanggan.
Perluasan Pangsa
Pasar
Berusaha merebut hati pasar melalui pemenuhan kebutuhan pelanggan, pencitraan, peningkatan kerjasama, dan diversifikasi usaha.
Tidak mampu memenuhi kepuasan pelanggan, menolak kerjasama, dan berhenti pada bidang usaha yang sama.
Kemampuan Bersaing
Strategi peningkatan kualitas staff, infrastruktur, dan upaya memenuhi tuntutan pelanggan.
Berinovasi untuk melakukan diversi- fikasi layanan.
Bersifat pasif, merasa cukup dengan keberhasilan usaha yang telah diraih.
Tidak mampu mendatangkan pe- langgan secara lebih luas.
antaranya: laba usaha, skala usaha, peningkatan kuantitas, pertambahan jumlah karyawan, peningkatan omzet penjualan dan lain-lain.
Hubungan antar peubah yang menjadi kerangka berpikir penelitian ini selengkapnya dijelaskan dalam Gambar 2.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua peubah atau lebih dan dikemukakan dalam kalimat pernyataan (Kerlinger, 2004). Berpedoman pada latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir penelitian, maka diajukan hipotesis berikut:
(1) Faktor-faktor karakteristik individu (umur, pendidikan formal, pelatihan teknis, pengalaman kerja, motivasi berusaha, dan tingkat kekosmopolitan) dan karakteristik lingkungan (dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat, sistem nilai budaya, dan peluang pasar) berpengaruh nyata dan positif terhadap hasil proses penyuluhan, tingkat kompetensi kerja, dan kualitas perilaku kewirausahaan.
(2) Faktor-faktor proses penyuluhan (peran lembaga penyuluhan dan metode penyuluhan) berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat kompetensi kerja, kualitas perilaku kewirausahaan, dan tingkat keberdayaan pemilik UPW.
(3) Faktor-faktor kompetensi kerja pemilik UPW (kemampuan kerjasama dengan kolega dan pelangan, penanganan reservasi, pelayanan resepsionis, penyediaan housekeeping, dan penyediaan room service berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat keberdayaan dan perilaku kewirausahaan pemilik UPW.
(4) Faktor-faktor perilaku kewirausahaan (integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan, fokus pelanggan) berpengaruh nyata dan positif terhadap terhadap keberdayaan dan keberhasilan pemilik UPW.
(5) Faktor-faktor keberdayaan (kemampuan mengakses teknologi, permodalan, informasi pasar, dan jaringan bisnis) berpengaruh nyata dan positif terhadap terhadap keberhasilan pemilik UPW (tingkat pendapatan, jumlah pelanggan, loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, dan kemampuan bersaing).
(6) Terdapat hubungan positif dan nyata antara kompetensi kerja, perilaku kewirausahaan, dengan keberdayaan, dan keberhasilan pemilik UPW dalam pengelolaan bisnisnya.
51 (1) Umur (2) Pendidikan Formal (3) Pelatihan Teknis (4) Pengalaman Kerja (5) Motivasi Berusaha (6) Tingkat Kekosmo- politan