• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survei, menurut Sevilla et al. (1993) survei menekankan lebih pada penentuan informasi tentang peubah dibandingkan informasi tentang individu. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada saat yang bersamaan antara peubah X dengan Y. Peubah yang diujikan adalah (1) Karakteristik individu pemilik UPW, (2) Karakteristik lingkungan pemilik UPW, (3) Proses penyuluhan yang diberikan kepada pemilik UPW, (4) Tingkat kompetensi kerja pemilik UPW, (5) Perilaku kewirausahaan pemilik UPW, (6) Tingkat keberdayaan pemilik UPW, dan (7) Tingkat keberhasilan pemilik UPW.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual terhadap peubah yang diujikan dengan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif sehingga memperoleh hasil penelitian yang lebih bermakna. Hasil penelitian diharapkan dapat mendeskriptifkan tentang: (1) karakteristik individu, karakteristik lingkungan, proses penyuluhan, tingkat kompetensi, perilaku kewirausahaan, tingkat keberdayaan, dan tingkat keberhasilan pemilik UPW; dan (2) faktor- faktor dominan yang mempengaruhi proses penyuluhan, kompetensi kerja, perilaku kewirausahaan, tingkat keberdayaan, dan tingkat keberhasilan usaha pemilik UPW. Hasil deskriptif menjadi acuan dalam membangun model pemberdayaan pemilik UPW dan merumuskan strategi pengembangan kompetensi dan perilaku kewirausahaan pemilik UPW.

Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah

Pada tahap ini ditentukan peubah-peubah penelitian yang bertitik tolak dari hasil survei pendahuluan dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Peubah yang diteliti meliputi peubah independen (X) dan peubah dependen (Y) yaitu sebagai berikut:

(1) Peubah independen yaitu Karakteristik Individu (X1) ; (2) Karakteristik Lingkungan Usaha (X2);

(3) Proses Penyuluhan (X3);

(4) Kompetensi Kerja Pemilik UPW (Y1); (5) Perilaku Kewirausahaan Pemilik UPW (Y2); (6) Keberdayaan Pemilik UPW (Y3); dan (7) Keberhasilan Pemilik UPW (Y4).

Definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu peubah, yang sekaligus dapat digunakan sebagi informasi ilmiah yang dapat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan peubah yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1989). Definisi operasional bertujuan memberikan batasan tentang konsep yang digunakan pada peubah yang diteliti, agar pengertian yang dibangun menjadi jelas dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Pengukuran untuk setiap peubah didasarkan pada definisi operasional yang diturunkan berdasarkan kajian teori dan definisi konsep yang melandasinya, selanjutnya dirumuskan definisi peubah sebagai berikut:

Karakteristik individu adalah bagian dari individu pelaku UPW yang melatarbelakangi perilaku, perubahan dan intensitasnya dalam menatalaksana usaha pondok wisata, baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun yang dimiliki karena status dan peranannya, akan memunculkan kekuatan atau dorongan untuk bertindak terutama yang menguntungkan dirinya. Faktor-faktor dalam karakteristik individu tersebut meliputi yaitu: umur, pendidikan formal, pengalaman pelatihan, pengalaman kerja, motivasi berusaha, dan tingkat kekosmopolitan.

Karateristik lingkungan adalah faktor-faktor di luar individu pelaku UPW yang diduga memiliki kontribusi terhadap kompetensi kerja dan perilaku kewirausahaan meliputi yaitu: dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat, sistem nilai budaya dan peluang pasar.

Proses Penyuluhan adalah proses pendidikan non formal yang mampu membawa perubahan yang positif baik aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam upaya meningkatkan kompetensi kerja, perilaku kewirausahaan, keberdayaan dan keberhasilan usaha pemilik UPW. Aktivitas proses penyuluhan meliputi peran lembaga pelaksana penyuluhan, dan metode penyuluhan.

Kompetensi kerja adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi kerja pemilik UPW adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk dapat menatalaksana UPW dalam hal kegiatan yaitu: kemampuan kerjasama dengan kolega dan pelanggan, pengananan reservasi, pelayanan resepsionis, penyediaan layanan housekeeping, dan penyediaan room service. Kegiatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam: (a) Kompetensi sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan tamu/pelanggannya terkait penerapan etika pelayanan pada pemenuhan kebutuhan informasi, pelayanan selama tamu menginap, dan penanganan keluhan tamu; dan (b) Kompetensi teknis adalah bentuk kemampuan terkait yang terkait implementasi teknis, seperti prosedur kerja dalam pelayanan kepada tamu, dan langkah kegiatan pembersihan termasuk dengan penggunaan peralatan kerja.

Perilaku kewirausahaan pemilik UPW adalah tindakan nyata seseorang yang telah menjalankan usaha, dalam kegiatan berwirausaha tersebut mampu menerapkan kemampuan diri dari aspek kognitif, afektif dan motorik dalam menjalankan usaha (bisnis). Perilaku kewirausahaan pemilik UPW adalah integritas, akuntabilitas, transparansi, disiplin, ketelitian, kecepatan kerja, ketekunan, dan fokus pelanggan.

Keberdayaan pemilik UPW adalah tingkat kondisi yang di capai oleh pemilik UPW menyangkut kemampuan akses teknologi, akses permodalan, akses informasi pasar, akses jaringan bisnis.

Keberhasilan pemilik UPW adalah tingkat kondisi yang di capai oleh pemilik UPW di bidang usaha jasa akomodasi yang ditunjukkan dengan peningkatan: jumlah pendapatan, jumlah pelanggan, loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing. Selanjutnya indikator setiap peubah, parameter, kriteria dan skala pengukuran ada pada Lampiran 2 halaman 209.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini mempergunakan sampel penelitian yang dipilih secara acak perkelompok wilayah (cluster random sampling), supaya populasi setiap wilayah bisa terwakili, jumlahnya ditentukan menggunakan Rumus Slovin (Sevilla et. al., 1993), yaitu:

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran

Dari hasil perhitungan dengan rumus Slovin dengan standar error sekurang- kurangnya 6% dari jumlah sampel penelitian sebanyak 160 orang, yang terdiri dari 40 orang pemilik UPW di Pangandaran, 30 orang di Parangtritis, 37 orang di Karangasem, 32 orang di Pulau Untung Jawa, dan 21 orang di Tanjung Lesung- TNUK. Dari kelompok sampel setiap wilayah dilakukan penstrataan (stratified sampling) untuk lebih menguatkan profil pemilik UPW (Tabel 12).

Tabel 12. Populasi dan sampel pemilik UPW di lima KSPN

Wilayah Jumlah Popoulasi Sampel Peneltian Stratum I (>2 sd 4 kmr) Stratum II (5 sd 7 kmr) Stratum III (8-10 kmr) Pantai Pangandaran 70 40 16 18 6 Pantai Parangtritis 53 30 3 7 20 Pantai Karangasem 65 37 12 13 12 P.Untung Jawa 32 32 25 2 5 Tj Lesung-TNUK 21 21 18 2 1 Jumlah 241 160 74 42 44

Sumber: Kantor Dinas Pariwisata 2013 (Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Bantul, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Kepulauan Seribu, dan Kabupaten Pandeglang)

Tabel 12 menampilkan sampel penelitian pemilik UPW setelah dilakukan konfirmasi data dilapangan, distratifikasi menjadi tiga strata yakni stratum I pemilik UPW jumlah kamar lebih dari dua hingga empat (>2 s.d 4), stratum II pemilik UPW jumlah kamar antara lima hingga tujuh kamar (5 s.d 7), dan stratum III pemilik UPW jumlah kamar delapan hingga sepuluh kamar (8 s.d 10). Mantra et. al. menjelaskan bahwa penentuan strata dilakukan agar subyektivitas peneliti dan keterangan-keterangan statistik yang obyektif bersama-sama memegang peranan (Singarimbun dan Efendi 1989).

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Juli 2013 sampai Februari 2014 di lima wilayah yang sengaja dipilih sebagai bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yaitu: di Pantai Pangandaran Jawa Barat, Pantai Parangtritis D.I Yogyakarta, Pantai Karangasem Bali, Pulau Untung Jawa DKI Jakarta, dan Tanjung Lesung-TNUK Banten. Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi tersebut yaitu: (1) Kabupaten/kota yang termasuk dalam KSPN sesuai data RIPPARNAS Tahun 2010–2025, (2) Kabupaten/kota yang memiliki daerah tujuan wisata pesisir (pantai/bahari), (3) Kabupaten/ kota yang memiliki jumlah usaha

N n =

pondok wisata (UPW) terbanyak, dan (4) UPW di kelima daerah tersebut diharapkan dapat mewakili UPW pesisir dengan kondisi dan lingkungan sosial yang sama di beberapa wilayah Indonesia lainnya.

Data dan Instrumentasi

Instrumentasi penelitian berkaitan dengan alat pengukuran yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Instrumen yang disiapkan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah kuesioner yang berisi butir-butir pertanyaan yang berhubungan dengan peubah penelitian, tersaji pada Lampiran 12. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada tujuan penelitian dan identifikasi peubah penelitian yang diterjemahkan menjadi instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang merupakan data mentah dan selanjutnya diolah dengan menggunakan metoda yang telah ditentukan. Guna memperoleh data maksimal dan akurat, kuesioner berisi pertanyaan/pernyataan dengan tipe jawaban berikut: (1) jawaban terbuka yaitu responden bebas menuliskan informasi atau persepsi sesuai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dikuasai; (2) jawab tertutup yaitu jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu, responden tinggal pilih sesuai tingkatan persetujuan (skala Likert), atau memilih lebih dari satu alternatif jawaban. Skala Likert yang digunakan yaitu: (a) Angka 4 digunakan untuk menyatakan Sangat Setuju; (b) Angka 3 digunakan untuk menyatakan Setuju; (c) Angka 2 digunakan untuk menyatakan Tidak Setuju; dan (d) Angka 1 digunakan untuk menyatakan Sangat Tidak Setuju (Riduan dan Engkos, 2007). Skala empat digunakan untuk menghindari kecenderungan responden memilih angka tengah, meski selanjutnya untuk memudahkan proses analisis, data empat skala dikonversi menjadi tiga skala (tinggi, sedang dan rendah).

(2) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi yang lebih relevan mengenai kepuasan pelanggan. Kepada para pelanggan, yang dalam hal ini diwakili oleh tamu wisatawan yang menyewa dan menggunakan fasilitas pondok wisata. Daftar pertanyaan kepuasan pelanggan tersebut mencakup tiga hal, yaitu pemberian penilaian tentang pelayanan yang diterima, ketanggapan dan profesionalisme operator pondok wisata. Wawancara mendalam, tentang kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan pemilik UPW, juga dilakukan kepada pihak yang mewakili seperti: Dinas Pariwisata Kabupaten, Perguruan Tinggi yang memiliki Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LP2M), organisasi profesi Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR), dan LSM pemerhati lingkungan dan kepariwisataan, dan tokoh masyarakat setempat.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang akan diukur. Apabila validitas suatu alat ukur semakin tinggi ketepatannya.

Metoda yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan korelasi Product Moment (Sugiono, 2005) dan persamaannya dapat dilihat dibawah ini, yaitu:

Keterangan:

r = Korelasi

X = Skor item dalam peubah Y = Total skor item dalam peubah n = Jumlah responden

Uji Hipotesis dengan menentukan H0 dan H1

H0 : ρ = 0, artinya tidak ada korelasi item dalam peubah H1 : ρ > 0, artinya ada korelasi positif item dalam peubah Uji Statistik, dihitung dengan persamaan di bawah ini, yaitu:

         2 1 1 r n r t

Kriteria Penolakan H0 : H0 ditolak jika thitung > ttabel

Keputusan terhadap Hipotesis dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya:

butir pertanyaan dinyatakan valid. Jika nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya:

butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas terhadap peubah yang diwakili oleh 190 butir pertanyaan yang diajukan kepada 30 orang responden pemilik UPW di kawasan Gunung Salak Bogor, menghasilkan:

- 156 butir (82%) pertanyaan dinyatakan valid karena thitung > ttabel berkisar antara 0,246 sampai dengan 0,974,

- 34 butir (18%) pertanyaan dinyatakan tidak valid karena thitung < ttabel berkisar antara 0,013 sampai dengan 0,168 (Lampiran 3 halaman 218).

Untuk beberapa pertanyaan yang tidak valid dilakukan revisi agar lebih dipahami oleh responden.

Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2009), Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kepercayaan dari hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh angka yang disebut sebagai Koefisien Reliabilitas. Metode yang digunakan untuk menguji keandalan alat ukur dalam penelitian ini adalah menggunakan Metode Cronbach (Alpa/Reliability Analysis). Berikut ini rumus Koefisien Alpa Cronbach (

α

):

        

2 2 1 1 t i i S S k k r

Keterangan :

ri = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k = Jumlah item

2

Dokumen terkait