• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangandaran merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis, dan sah menjadi Kabupaten Pangandaran pada 17 November 2012 berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Pangandaran mencakup 10 wilayah kecamatan, yaitu: Parigi, Cijulang, Cimerak, Cigugur, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, dan Sidamulih. Dari 10 kecamatan itu memiliki 92 Desa dengan total penduduk sekitar 450 ribu jiwa (http://www.antarajawabarat.com).

Kecamatan Parigi merupakan ibu kota kabupaten Pangandaran, dipimpin oleh penjabat Bupati Endjang Naffandi yang dilantik pada 22 April 2013 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (http://www.mypangandaran.com). Kabupaten Pangandaran mempunyai batas-batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar; timur dengan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; selatan dengan Samudera Hindia; dan barat dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Pantai Pangandaran secara administratif berada di wilayah Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Iklim di Kecamatan Pangandaran bervariasi dengan suhu maksimal 39 0C dan suhu minimum 19 0C, sedangkan curah hujan rata-rata di Kecamatan Pangandaran sebesar 219 mm per tahun dengan jumlah hari hujan yang terbanyak adalah 19 hari. Wilayah Pangandaran termasuk pada KSPN, tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta KSPN Pangandaran 60

Instansi dan Organisasi Pariwisata Pangandaran

Setelah terlepas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Ciamis, objek wisata Pangandaran dikelola oleh Dinas Pariwisata-Perindagkop dan UMKM, terletak di Jalan Kidang Pananjung No. 03 Kota Pangandaran, telepon +62265-631156. Kepala Dinas Pariwisata-Perindagkop dan UMKM mendelegasikan urusan kepariwisataan kepada Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata, yang mengurusi pengelolaan dan promosi objek dan daya tarik wisata. Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata mempunyai fungsi sebagai: perencanaan dan pengelolaan lokasi objek wisata; penyiapan dan penyusunan bahan fasilitas objek dan daya tarik wisata; pelaksanaan inventarisasi dan pemetaan objek wisata; pengumpulan dan penyusunan bahan promosi dan daya tarik wisata; pelayanan perijinan bidang objek dan daya tarik wisata. Memiliki satu kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di pintu gerbang menuju kawasan pariwisata Pantai Pangandaran.

Potensi ODTW Pangandaran

Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pangandaran terdiri dari ODTW alam (Gambar 4) yaitu:

(1) Pantai Pangandaran

Pantai Pangandaran merupakan primadona objek wisata pantai di Jawa Barat, terletak di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran, memiliki berbagai keistimewaan seperti: (a) Dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama; (b) Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman, tersedia tim penyelamat wisata pantai; (c) Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih dan taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona.

Acara tradisional yang terdapat di sini adalah Hajat Laut, yakni upacara yang dilakukan nelayan di Pangandaran sebagai perwujudan rasa terima kasih mereka terhadap kemurahan Tuhan YME dengan cara melarung sesajen ke laut lepas. Acara ini biasa dilaksanakan pada tiap-tiap bulan Muharam, dengan mengambil tempat di Pantai Timur Pangandaran. Event pariwisata bertaraf internasional yang selalu dilaksanakan di sini adalah Festival Layang-layang Internasional (Pangandaran International Kite Festival) dengan berbagai kegiatan pendukungnya yang bisa kita saksikan pada tiap bulan Juni atau Juli.

(2) Cagar Alam Pananjung

Objek wisata ini merupakan satu-satunya objek wisata hutan yang ada di Kabupaten Pangandaran. Keadaan topografi sebagian besar landai dan di beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang terjal. Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar, antara lain tando, monyet ekor panjang, lutung, kalong, banteng, rusa, dan landak. Jenis burung antara lain burung cangehgar, cipeuw, dan jogjog. Jenis reptilia adalah biawak, tokek, dan beberapa jenis ular, antara lain ular pucuk.

Selain itu, TWA ini mempunyai berbagai daya tarik lainnya, dengan ceritera legenda rakyatnya seperti Batu Kalde, salah satu peninggalan sejarah

zaman Hindu. Selain itu, banyak terdapat gua alam dan gua buatan seperti Gua Panggung, Gua Parat, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, dan gua-gua peninggalan Jepang. Daya tarik lainnya yang berada di TWA, baik yang berada di kawasan cagar alam darat maupun cagar alam laut, adalah Batu Layar, Cirengganis, Pantai Pasirputih di kawasan cagar alam laut. Lalu, padang pengembalaan Cikamal, yang merupakan areal padang rumput dan semak seluas 20 ha sebagai habitat banteng dan rusa. Air terjun yang berada di kawasan cagar alam bagian selatan, dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam melalui jalan setapak.

(3) Pantai Batu Hiu

Pantai Batu Hiu bertebing cukup terjal yang memiliki pemandangan lepas kearah samudra hindia. Batu hiu berjarak sekitar 14 km dari pangandaran, di desa Ciliang Kecamatan Parigi. Pantai ini dinamakan Batu Hiu karena ada batu yang terlihat di laut ini dan menyerupai sirip ikan hiu.

Untuk menikmati indahnya pantai, kita bisa naik ke atas bukit kecil di pantai ini. Dari atas bukit yang ditumbuhi pohon-pohon Pandan Wong, terlihat batu yang menyerupai sirip ikan hiu, birunya Samudra Indonesia dengan deburan ombaknya yang menggulung putih, dan merasakan sejuknya angin laut. (4) Pantai Karang Nini

Pantai Karang Nini terletak di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang ± 83 km dari kota Ciamis ke arah Selatan. Sepanjang jalan dari pintu gerbang ke lokasi, terhampar kesejukan hutan jati dengan irama alam liarnya. Pada beberapa bagian terlihat panorama pantai di kejauhan dengan latar belakang Sagara Anakan. Sebelum mencapai pantai terdapat Pondok Wisata yang dikelola oleh Dinas Perhutani. Di pantai ini terhampar batu-batu karang yang salah satunya menyerupai seorang nenek (nini dalam bahasa Sunda) yang sedang menunggu si kakek, sehingga tempat ini dinamakan Pantai Karangnini.

Wana Wisata Karangnini adalah obyek wisata alam yang merupakan perpaduan hutan dan pantai. Terlihat pulau Nusa Kambangan dan teluk Pananjung di selatan, serta kelokan jalan kereta api peninggalan Belanda yang menghilang di ujung terowongan. Ketinggian dari muka laut sekitar 100 meter. dengan suhu 24 - 30 Derajat Celcius dan kelembaban udara rata-rata 85%. Selain keindahan alam dapat dinikmati pula obyek-obyek kunjungan lainnya: Makam Eyang Anggasinga Wencana, Mahapatih Bagaspati, Cikabuyutan dan mata air Sumur Tujuh, beberapa goa keramat seperti Goa Dompet, Goa Panjang, Goa Parat dan Goa Pendek. Konon Gua Panjang merupakan jalan tembus menuju Kasunanan Cirebon. Aquarium alam di muara Cipangbokongan, dimana saat air laut surut, kita dapat menikmati berbagai jenis ikat hias yang terjebak di relung-relung terumbu karang.

(5) Citumang Pangandaran

Obyek wisata alam Citumang merupakan obyek wisata dengan daya tarik khusus, yaitu sungai Citumang yang mengalir membelah hutan jati dengan airnya yang bening kebiruan. Tepian sungai yang terdiri dari ornamen batu-batu padas dengan relung dalam dihiasi relief alam dan aliran sungai yang menembus ke dalam goa. Obyek wisata ini terletak di Desa Bojong Kecamatan Parigi, berjarak kurang lebih 15 km dari Pangandaran ke arah

barat. Nama Citumang berasal dari legenda tentang seekor buaya buntung, Si Tumang. Begitu kuatnya kepercayaan penduduk akan kehadirna buaya buntung tersebut sehingga sampai sekarang meninggalkan nama yang melekat kuat menjadi nama sungai.

Gambar 4. Peta Pariwisata Pangandaran

(Sumber: www.mypangandaran.com) (6) Pantai Karapyak

Keindahan alam dan pantai Karapyak melebihi keindahan pantai di Pangandaran maupun Batu Hiu, terletak di Desa Bagolo, Kec. Kalipucang,

Kab. Ciamis. Sekitar 20 km dari Pantai Pangandaran atau 78 km dari Alun- alun Kota Ciamis. Pantai ini mempunyai kelebihan hamparan pasir putih yang memanjang sepanjang kurang lebih 5 km dipadu dengan tonjolan batu karang. Pantai Karapyak terbilang masih alami dan perawan. Ini ditandai masih bersihnya pantai dari serbuan sampah plastik maupun sejenisnya. Kondisi alamnya pun masih alami dan terawat. Pantai ini lokasinya sangat dekat Pulau Nusakambangan, terdapat muara Sungai Citanduy atau lebih dikenal dengan sebutan Sagara Anakan. Jauh di tengah laut, berdiri tegak dua batu karang yang membentuk pintu masuk ke Sagara Anakan, menjadi benteng pertahanan Dermaga Sagara Anakan dari serbuan ombak yang ganas.

(7) Cukang Taneuh (Green Canyon)

Cukang Taneuh terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km. Di dekat objek wisata ini terdapat objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru. Nama asli yaitu Cukang Taneuh, sedangkan nama Green Canyon dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada tahun 1993. Cukang Taneuh punya arti yaitu jembatan tanah. Hal itu dikarenakan di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan dari tanah yang digunakan oleh para petani di sekitar sana untuk menuju kebun mereka.

Selain produk wisata pantai/bahari, pihak pengelola juga menawarkan produk-produk wisata lainnya yaitu: (a) produk wisata kuliner, dengan tersedianya berbagai macam restoran dan café, (b) produk wisata belanja, dengan terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier, (c) produk wisata religius, yang rutin diselenggarakan seperti Hajat Laut, (d) produk wisata pendidikan, dengan terdapatnya Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka dan terdapat juga Goa Alam dan Goa-goa buatan peninggalan penjajahan Jepang, dan (e) produk wisata budaya yang berupa kesenian daerah, upacara tradisional dan terdapat juga situs-situs budaya yang berupa makam.

Profil Wisatawan Pangandaran

Kawasan Pangandaran dapat dijangkau dengan mudah oleh angkutan umum maupun pribadi, selama 7 jam perjalanan dari ibu kota provinsi (Bandung) dengan jarak kurang lebih 236 km dan jarak dari ibukota kabupaten (Ciamis) kurang lebih 90 km dengan jarak tempuh selama 2 jam perjalanan. Dari Jakarta ke Pangandaran dapat ditempuh dengan jalur darat kurang lebih 355 km, sedangkan jalur udara dengan naik pesawat Jakarta-Nusawiru (Pangandaran) dari Bandara Halim Perdanakusuma menggunakan Susi Air.

Peringkat tiga besar pengunjung Pantai Pangandaran adalah berasal dari kota-kota di Jawa Barat seperti Bandung (38,03%), Ciamis (15,49%), dan Tasikmalaya (14,08%). Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan lokal yang lebih banyak berkunjung, untuk Jakarta saja persentase pengunjung 5,63%. Berdasarkan pengelompokkan menurut umur, kelompok umur 15-21 dan 29-35 tahun memiliki persentase terbesar sebesar 23,94%. Sebanyak 64,79% pengunjung datang secara rombongan (tidak termasuk rombongan keluarga), yaitu rombongan karyawan kantor, organisasi sosial, dan rombongan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung backpacker (perorangan) belum mendominasi.

Sebagian besar pengunjung Pantai Pangandaran ini bermalam atau menginap (60,56%). Pengunjung yang bermalam di Pantai Pangandaran ini umumnya adalah pengunjung yang menempuh perjalanan jauh. Hanya sebesar 39,44% pengunjung yang tidak bermalam atau pulang pergi dalam satu hari untuk melakukan perjalanan rekreasi. Pengunjung Pantai Pangandaran yang sebagian besar datang secara bersama-sama secara rombongan menggunakan bermacam- macam kendaraan untuk melakukan perjalanan rekreasi, yaitu menggunakan jasa kendaraan umum, mobil sewa atau carteran, kendaraan instansi, dan kendaraan pribadi.

Profil UPW Pangandaran

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran yaitu dapat memilih bentuk akomodasi yang sesuai dengan seleranya, baik itu akomodasi berbintang seperti hotel dengan tarif perkamar rata-rata dimulai Rp 250.000,- /malam hingga Rp. 1.700.000,-/malam. Hotel berbintang, disesuaikan dengan harga kamar permalam, ada yang dilengkapi fasilitas almari pakaian, kipas angin, televisi, mesin pendingin ruang (AC), bak mandi (bathtube), dan kolam renang. Beberapa hotel menyediakan restoran, makan dan minum yang bisa dipesan (room service), dan cuci-setrika pakaian (laundry). Jam check-in mulai pukul 12.00 dan check-out sampai dengan pukul 12.00 diberlakukan secara ketat, setiap keterlambatan akan dikenakan biaya tambahan. Akomodasi nonbintang cukup bervariasi dari bentuk villa, guest house, cottage, bungalow, homestay atau pondok wisata dari tarif perkamar Rp. 150.000,-/malam hingga Rp. 900.000,- /malam untuk guest house. Akomodasi non-bintang dengan harga relatif mahal, biasanya memiliki kelengkapan fasilitas dan peraturan menginap sama halnya dengan hotel berbintang.

Pondok Wisata yang diusahakan oleh penduduk perumahan di Pangandaran, ditawarkan dalam bentuk harga paket satu rumah Rp. 1.500.000,- permalam dengan jumlah tamu bebas senyamannya. Kelemahan sistem paket ini adalah jumlah tamu yang menginap sulit dikontrol, dan tentunya tidak akan sesuai dengan fasilitas yang tersedia seperti jumlah kamar dan toilet. Jika kasur tidak mencukupi, tamu akan gelar karpet di kamar tidur, ruang tamu bahkan di teras. Hal tersebut terpaksa menjadi pilihan tamu, karena pada saat liburan besar kesulitan mencari penginapan yang memadai. Jika tidak sedang musim liburan, penduduk menawarkan paket harga permalam antara Rp. 150.000,- hingga Rp.250.000,- perkamar dengan isi satu ranjang ukuran besar, atau dua ranjang ukuran kecil, maksimal setiap kamar diisi 3 orang dengan tambahan extra bed. Tamu mendapatkan sajian gratis teh atau kopi khusus di pagi hari. Penginapan tidak menyediakan fasilitas makan dan minum (room service) karena di sekitar penginapan banyak berdiri tempat makan, seperti warung, rumah makan, dan restoran sesuai selera dan kemampuan tamu. Tamu yang membawa keluarga besar, merasa lebih efisien jika bisa memasak sendiri, maka dapat dikomunikasikan kepada pemilik pondokan, selanjutnya dikenakan tarif kekeluargaan untuk penggunaan fasilitas tambahan peralatan memasak, seperti kompor, tabung gas, atau rice cooker.

Beberapa rumah, oleh pemiliknya disewakan sebagai pondok wisata dengan memanfaatkan waktu luangnya dan kondisi lingkungan wisata setempat dengan membuka usaha warung rokok, warung makan, bensin eceran, atau rental sepeda,

motor, atau mobil gowes, perahu, motor pantai hingga banana boat. Peluang usaha tersebut mampu mensejahterakan mereka, jika masyarakat rajin dan berinisiatif tidak akan ada pengangguran. Para pengunjung Pantai Pangandaran tidak hanya disuguhi aktivitas wisata di siang hari, namun juga suasana hiruk- pikuk di malam hari akan terjadi di setiap musim liburan. Wisatawan keliling kota menyusuri pantai menggunakan sepeda dan mobil gowes dengan lampu hias warna-warni dilengkapi dengan sound system terlihat semarak di malam hari. Daftar usaha pondok wisata di Pangandaran terdapat dalam Lampiran 4 halaman 221.

Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di bagian utara, Samudera Indonesia di selatan, Kabupaten Gunung Kidul di timur, dan Kabupaten Kulon Progo di barat. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" tintang selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" bujur timur, luas wilayah 508,85 km2 dengan topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur. Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2, yaitu sungai (kali) Oyo, Opak, Code, Winongo, Bedog dan Progo.

Pemerintahan kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan yaitu Srandakan (2 desa; 43 dusun), Sanden (4 desa; 62 dusun), Kretek (5 desa; 52 dusun), Pundong (3 desa; 49 dusun), Bambanglipuro (3 desa; 45 dusun), Pandak (4 desa; 49 dusun), Pajangan (3 desa; 55 dusun), Bantul (5 desa; 50 dusun), Jetis (4 desa; 64 dusun), Imogiri (8 desa; 72 dusun), Dlingo (6 desa; 58 dusun), Banguntapan (8 desa; 57 dusun), Pleret (5 desa; 47 dusun), Piyungan (3 desa, 60 dusun), Sewon (4 desa, 63 dusun), Kasihan (4 desa, 53 dusun), Sedayu (4 desa, 54 dusun).

Data kependudukan berdasarkan hasil registrasi peduduk awal tahun 2012 yaitu: total penduduk 1.015.465 jiwa, dengan komposisi laki-laki 502.762 jiwa (49.52%) dan perempuan 512.703 jiwa (50.48%). jumlah kepala keluarga (KK) 306.515, tingkat kepadatan penduduk 2.012,93 jiwa/km2. Penduduk kabupaten Bantul, berdasarkan tingkat pendidikan memiliki data yang masih rendah, yaitu masih dominan penduduk yang tidak atau belum pernah sekolah tidak atau belum tamat SD sebesar 25,1%, jika dibandingkan dengan yang sekolah sampai dengan tingkat SD (24%), SLTP (17%), SLTA (24%), Akademi D1/D2/D3 (4%), D4/S1 (6%), S2/S3 (0.24%). Mata pencaharian penduduk terseba pada bidang pertanian (26%), pertambangan dan penggalian (2%), industri (19%), konstruksi (9%), perdagangan (21%), komunikasi/ transportasi (5%), keuangan (2%) dan jasa (17%). Tingkat pengangguran di Kabupaten Bantul sebesar 5,9%. Wilayah Parangtritis termasuk pada KSPN, tersaji pada Gambar 5.

Instansi dan Organisasi Pariwisata Bantul

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pariwisata dan kebudayaan, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah melaksanakan urusan rumah tangga pemerintahan daerah dan tugas pembantuan di bidang pariwisata dan kebudayaan. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bantul dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi: perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan dan pariwisata; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kebudayaan dan pariwisata; pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kebudayaan dan pariwisata; pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Gambar 5. Peta KSPN Parangtritis

Kebijakan pembangunan pariwisata Kabupaten Bantul yaitu: (a) Melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan daerah, mendorong upaya cross- cultural understanding, dan mendukung upaya pengembangan budaya yang khas dan sesuai nilai-nilai setempat; (b) Memperhatikan pendekatan yang berwawasan budaya dan lingkungan, pemanfaatan dan kelestarian potensi, kerjasama lintas sektoral dan lintas wilayah, perencanaan yang sistematis dan berkesinambungan, dan pelibatan semua stakeholder pariwisata; (c) Mengutamakan profesionalisme dan pelayanan prima kantor pariwisata; (d) Memperhatikan aspek pemasyarakatan SAPTA PESONA serta berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan kepada wisatawan; dan (e) Mengutamakan materi informasi dan promosi yang informatif, menarik, efisien, efektif, dan sesuai sasaran.

Potensi ODTW Bantul

Potensi obyek dan daya tarik wisata Bantul Yogyakarta tersaji pada Gambar 6. antara lain:

(1) Obyek dan daya tarik wisata alam

Wisata pantai antara lain: Parangtritis, Parangkusumo, Depok di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek; Samas di Desa Srigading, Kecamatan Sanden; Patehan di Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden; Pandansimo di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan; dan Kuwaru di Desa Poncosari, Kecamatan, Srandakan.

Wisata pegunungan, antara lain: Hargodumilah di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan; dan Tugu Pandang Nganjir di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo.

Wisata goa antara lain: goa Gajah di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo; goa Cerme di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri; goa Jepang di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong; goa Sunan Mas (Surocolo) di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong; goa Nogobumi di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong; goa Payaman di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu; dan goa Lawa di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri.

(2) Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya

Petilasan/ziarah, antara lain: Goa Selarong di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan; Ki Ageng Mangir di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan; Pandansari di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan; Pandan Payung di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan; Pandansimo di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan; Parangkusumo di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek; dan Ambarbinangun di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan.

Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek. Makam Raja-raja Mataram di Desa Girirejo Kecamatan Imogiri; Sunan Cirebon di Desa Wukirsasi Kecamatan Imogiri; Syeh Belabelu di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek; Syeh Maulana Maghribi di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek; Pangeran Pekik di Desa Girirejo Kecamatan Imogiri; dan Sunan Geseng di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan. Museum antara lain: museum wayang kekayon di Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan; dan museum batik di Dusun Ketandan Tengah, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri.

Gambar 6 Peta Pariwisata Parangtritis (sumber: www.visitingjogja.com)

Profil Wisatawan Parangtritis

Data Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Parangtritis Tahun 2009 yaitu: Wisatawan Domestik 1,407,535 orang, dan Wisatawan Asing 28,725 orang. Pada tahun 2011 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, pernah menargetkan jumlah 200.000 wisatawan selama libur Lebaran. Jumlah kunjungan yang ditargetkan itu lebih tinggi dari jumlah kunjungan yang ditargetkan tahun sebelumnya atau meningkat 10 persen. Bantul memiliki 40 lebih desa wisata, namun yang sudah siap menerima kunjungan berkisar 11 desa wisata, di antaranya Desa Wisata Kasongan, Sentra Kerajinan Batik Kayu Krebet, Kebon Agung, Makam Raja-Raja Imogiri, dan lain sebagainya. Hingga saat ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama seluruh pemangku kepentingan terus berbenah diri agar target seluruh Desa Wisata dapat menerima kunjungan.Hal itu karena semakin banyak tempat wisata di Bantul khususnya pantai yang menjadi andalan wisatawan. Bukan hanya Parangtritis saja yang terkenal, sejumlah pantai baru seperti Pantai Kuwaru dan Pantai Gua Cemara juga mulai dikenal dan mendapat perhatian masyarakat sebagai tujuan pariwisata. Kunjungan didominasi wisatawan dari wilayah seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.

Profil UPW Parangtritis

Jenis usaha akomodasi yang berkembang di sekitar wilayah Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul dapat dikelompokkan menjadi akomodasi berbintang dan non-bintang. Akomodasi hotel berbintang tersedia dari mulai bintang 1, 2, dan 3. Untuk non-bintang berbentuk pondok wisata dari mulai dari menyediakan 4 hingga 10 kamar, hingga yang menyediakan lebih dari 10 kamar, sedangkan jenis losmen menyediakan di atas 20 kamar. Berbeda dengan wilayah lain, usaha pondok wisata di Parangtritis dan Kabupaten Bantul hampir mirip dengan usaha losmen, yaitu setiap kamar dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi sendiri yang tersedia di dalam kamar. Perbedaannya dengan losmen adalah pemilik usaha pondok wisata lebih banyak berinteraksi dengan tamunya sperti untuk kegiatan menonton TV ataupun makan bersama di meja yang tersedia. Untuk Losmen tidak mungkin, mengingat jumlah tamunya lebih banyak. Harga atau tarif yang dikenakan adalah per kamar, dalam satu kamar tidak lebih dari 2 orang, karena ukuran kamar kecil-kecil. Melihat kenyataan dan permintaan pasar, seluruh pengelola mengapresiasi permintaan tamu.

Tamu yang berkunjung ke pondok wisata di Parangtritis diberikan alternatif pilihan tarif transit yang hanya setengah hari (6 sampai 8jam) sekedar tamu melepas lelah dengan menikmati panorama pantai. Pantai Parangtritis dikenal dengan „Penginapan Tiga Jaman‟, yang artinya bisa menyewakan kamar hanya untuk tiga jam saja. Untuk tamu yang bermalam dikenakan tarif dua kali lipatnya, dengan waktu check-in di atas pukul 12.00 dan check-out sebelum pukul 12.00

Dokumen terkait