• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Ikan Pelagis

Ikan pelagis adalah organisme yang hidup di laut terbuka, lepas dari dasar perairan. Ikan pelagis merupakan organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak tergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin (Nybakken, 1988). Ikan pelagis terdiri dari dua jenis yaitu ikan pelagis besar yang hidup di perairan oseanis (laut lepas) dan ikan pelagis kecil yang banyak terdapat di perairan pantai (Dahuri, 2003).

Beberapa ikan pelagis melakukan migrasi vertikal harian (diurnal vertical migrations). Pada saat migrasi normal ikan naik dari dekat dasar atau dekat lapisan termoklin menuju dekat lapisan permukaan pada saat gelap, berpencar dan akhirnya turun dan berkelompok di lapisan yang lebih dalam atau dekat lapisan dasar pada saat

6

fajar/dini hari. Hal disebabkan dengan kecenderungan ikan yang akan berenang menghindari suhu yang lebih tinggi dan menuju ke sebelah dalam pada waktu suhu permukaan lebih tinggi dari biasanya (Laevastu dan Hayes, 1981).

Menurut Aziz et al (1987) in Wahyuningsih dan Alexander (2006) penyebaran ikan pelagis di Indonesia merata di seluruh perairan. Jenis-jenis ikan pelagis yang terdapat di perairan Indonesia antara lain :

1) Ikan pelagis besar yaitu ikan pelagis yang berukuran besar (100-250 cm) seperti tuna (Thunnus sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus sp), tenggiri (Scomberomorini commersoni), dan lain-lain.

2) Ikan pelagis kecil yaitu jenis-jenis ikan permukaan yang biasanya bermigrasi cukup jauh. Salah satu sifat ikan pelagis ini adalah suka bergerombol sehingga penyebarannya pada suatu kolom perairan tidak merata dan umumnya ikan ini mempunyai ukuran yang relatif (5-50 cm) seperti kembung (Rastrelliger spp), lemuru (Sardinella spp), layang (Decapterus russet), teri (Stolephorus spp). selar (Sclav spp).

Umumnya densitas ikan pelagis kecil memiliki kelimpahan sangat tinggi di daerah terjadinya pengangkatan massa air ke permukaan (upwelling)yang merupakan daerah subur akibat adanya pengangkatan zat hara ke daerah permukaan laut (Dahuri, 2003).

7

7 2.4. Target Strength

Dalam pendugaan stok ikan dcngan metode akustik, faktor terpenting yang harus diketahui adalah target strength. Target strength (TS) adalah kekuatan dari suatu target untuk mcmantulkan suara. Target strength dari seekor ikan dipengaruhi oleh ukuran, kekompakan daging, struktur dan anatomi, dan bentuk yang secara bersama-sama membentuk bangun tubuh ikan secara keseluruhan. Oleh sebab itu spesies, karakteristik refleksi, orientasi, dan dimensi dari gelembung renang ikan akan mempengaruhi target strength (Johannesson dan Mitson, 1983).

Target strength didefinisikan sebagai sepuluh kali nilai logaritma dari intensitas yang dipantulkan pada jarak satu meter dari ikan (Ii), dibagi dengan intensitas yang mengenai ikan (Ii) (Johannesson dan Mitson, 1983). Target strength dapat

didefinisikan menjadi dua, yaitu intensitas target strength dan energi target strength. Berdasarkan intensitas, target strength diformulasikan sebagai berikut :

TSi = 10 Log i r

I

I

...(1)

TSi = Intensitas target strength

Ir = Intensitas suara yang dipantulkan yang diukur pada jarak 1 m dari target

Ii = Intensitas suara yang mengenai ikan

8 Tse = 10 Log i r

E

E

...(2)

TSe = Energi target strength

Er = Energi suara yang pantulkan yang diukur pada jarak 1 m dari target Ei = Energi suara yang mengenai ikan

Acousticscattering cross section (σ) merupakan jumlah energi suara yang dipantulkan ketika suatu objek dikenai sinyal akustik. Backscattering cross section (σbs) merupakan perbandingan intensitas suara yang dipantulkan oleh target (Ir) dengan intensitas suara yang mengenai target (Ii). Hubungan TS dan σbs dapat dirumuskan sebagai berikut:

σbs = …………...(3) σbs = Backscattering cross section

Ir = Intensitas suara yang dipantulkan yang diukur pada jarak 1 m dari target

Ii= Intensitas suara yang mengenai ikan

sehingga persamaan TS dapat dirumuskan menjadi:

TS = 10 Log (σbs) ...(3) TS = Target strength

9

9 2.5. Volume Backscattering Strength

Volume backscattering strength didefinisikan sebagai rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelornpok single target yang diinsonifikasikan secara sesaat yang diukur pada jarak 1 m dari target dengan intensitas suara yang mengenai target. Pengertian volume backscattering ini sama dengan target strength, dimana target strength untuk target tunggal sedangkan volume backscattering untuk kelompok/gerombolan ikan (Johannesson dan Mitson, 1983).

Masing-masing individu target merupakan sumber dari reflected sound wave, jadi output dari integrasi akan proporsional dengan kuantitas ikan dalam kelompok. Ada dua metode dasar yang digunakan untuk memperoleh data kelimpahan ikan dengan metode akustik yaitu echo counting dan echo integration. Jika densitas ikan pada volume yang disampling rendah, maka echo dari ikan-ikan tunggal dapat dengan mudah dipisahkan dan kemudian dihitung satu-persatu dengan memakai echo

counting. Metode echo counting jarangdigunakan dalam menduga kelimpahan ikan karena ikan pada umumnya ikan bergerombol, sehingga menyebabkan overlap dari echo ikan. Hal lain yang menyebabkan metode ini jarang digunakan adalah karena densitas ikan tidak homogen dan pada umumnya tinggi. Jika densitas ikan tinggi atau membentuk gerombolan. dimana echo dari target ganda menjadi overlap dan ikan tunggal sulit dipisahkan maka total biomass dapat diduga dengan menggunakan echo integrator. Pada dasarnya echo integrator berguna untuk mcngubah energi total dari echo ikan menjadi densitas ikan dalam ikan/m3 atau kg/m3. Echo integrator ini banyak digunakan untuk survei kelautan karena dalam survei akustik umumnya

10

densitas ikan pada daerah survei tidak merata. Metode echo integration yang digunakan untuk mengukur volume backscattering berdasarkan pada pengukuran total power backscattered pada transducer (Johannesson dan Mitson, 1983).

Selanjutnya volume reverberasi digunakan untuk mendapatkan volume backscattering strength dari kelompok ikan. Menurut Johannesson dan Mitson (1983) total intensitas suara yang dipantulkan oleh suatu multiple target adalah

jumlah dari intensitas suara yang dipantulkan oleh masing-masing target tunggal atau:

Ir total = Irl + Ir2 + Ir3 + ....+ Irn...(4)

Dimana :

n= jumlah individu ikan

Maka jika n memiliki sifat akustik yang serupa, nilai rata-rata intensitasnya dapat diduga dengan:

Ir total = n.Ir ...(5)

Dimana :

Ir = intensitas rata-rata yang direfleksikan oleh target tunggal Hingga acoustic cross section rata-rata tiap target adalah :

11

11

Nilai juga dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

= 4π

Ii

Ir

...(7) Sehingga Ir =

4

.Ii

dan Ir total dapat dicari dengan persamaan :

Ir total =

Ii

n

.

4

.

...(8)

Dengan persamaan diatas, akan memugkinkan untuk mencari nilai TS rata-rata

(TS). Bila ρf = n/ volume, dalam bentuk persamaan logaritma dengan satuan dB, nilai SV ( volume backscattering strength ) dapat diselesaikan dengan persamaan :

SV = 10 Log ρf + TS...(9) Dimana ρf adalah densitas ikan.

2.6. Seleksi sebaran puncak Volume Backscattering Strength (SV)

Dokumen terkait