Seperti diketahui semua ilmu pengetahuan itu merupakan kesatuan, merupakan bagianbagian dari ilmu pengetahuan dalam keseluruhan dan keutuhannja. Ditindjau dari sudut objeknja jang dimaksud dengan kesatuan itu ialah sifat kesatuan dunia, dan ditindjau dari sudut subjeknja ialah sifat kesatuan manusia, terutama akalnja, djadi satu sama lainnja dapat dikatakan tidak terlepas, lebihlebih ilmu2 jang mengenai objek jang tergolong sedjenis akan tetapi malahan dengan sendirinja saling butuhmembutuhkan. Akan tetapi masih ada persoalanpersoalan lain jang bersangkutpaut.
Demikianlah mengenai ilmu pendidikan ada soal dalam hal hubungan nja dengan ilmu pengetahuanilmu pengetahuan kerohanian dan terutama jang mengenai pula objeknja ialah tindakantindakan manusia.
Ada jang berpendirian, bahwa ilmu pendidikan sama sekali berada dibawah penguasaan ilmu pengetahuan — ilmu pengetahuan lain, dan psy chologi jang menentukan alatalat pendidikan dan ethika jang menetapkan tudjuan pendidikan. Ada pula jang menganggap bahwa ilmu pendidikan menguasai ilmu pengetahuan — ihmu pengetahuan lain, karena pendidikan itu psyhologi praktis. Djuga ada pendapat jang menjatakan bahwa kedudu kan ilmu pendidikan itu sama sekali bebas dari penguasaan ilmu pengetahuan lain atau tidak membutuhkan ilmu pengetahuan lain.
Kita setudju dengan jang memberi tempat kepada ilmu. pendidikan ditengahtengah ilmu pengetahuan — ilmu pengetahuan jang segolongan, ialah mempunjai kedudukan sendiri, membutuhkan bantuan ilmu pengeta huan — ilmu pengetahuan lain dan sebaliknja djuga dibutuhkan bantuannja. Untuk mengetahui djelasnja, maka perlulah lapangan pendidikan digolong golongkan dalam objek alat2 dantu djuannja. Satu sama lain terlepas ke dudukannja.
Mengenai objek, ialah hubungan antara pendidik dan jang dididik, jang berudjud perbuatanperbuatan, dibutuhkan pengetahuan tentang diri pihak jang dididik, terutama kanakkanak, tentang djiwanja, keadaankeadaan jang terdjadi dalam sanubarinja serta susunansusunan daripadanja. Dalam hal ini ilmu pendidikan tidak dapat bertindak sendiri, akan tetapi mendasar kan diri atas atau lebih tepat menggunakan hasilhasil ilmu psychologi. Adapun kanakkanak, manusia jang dalam keadaan tumbuh itu tidak hi dup menjendiri, akan tetapi hidup ditengahtengah orangorang lain, didalam suatu keadaan kebudajaan dan masjarakat, jang mempengaruhi dirinja karenanja pendidikan memerlukan pula pengetahuan tentang kebudajaan serta masjarakat dan sesuatu keadaan dalam masjarakat jang perlu diperha tikan.bagi pendidikan, dan inilah hanja dapat diperoleh dari ilmu kebudaja an dan sosiologi.
Berhubung dengan alatalatnja, karena segala alat harus selaras dengan gunanja, maka dalani mentjari dan memperuntukkannja bagi pendidikan pun diperlukan hasilhasil dan pengertianpengertian jang diperoleh ilmu psychologi, kebudajaan dan sosiologi. Adapun bantuan ketiga ilmu ini se baiknja hanjalah berupa pemberian bahan sadja, dengan maksud agar supaja
ilmu pendidikan dapat mengerti subjek daripada objekna dan alatalat pendidikan, dan bukan memberi petundjukpetundjuk atau pedoman pedoman untuk penjelenggaraan pendidikan; karena itu kedudukan ketiga ilmu terhadap pendidikan itu hendaknja hanja sebagai ilmu pengetahuan pembantu sadja. x)
Ada djuga pendapat jang mengadjukan biologi sebagai ilmu pengetahuan pembantu pula. Jang demikian itu bertalian dengan pendapat bahwa perlu sekali diadakan perbaikan keturunan, sehingga timbul ilmu pengetahuan baru (eugenese). Pendapat ini dimulai di Inggeris dan terutama berkembang di Amerika Serikat. Akibat daripadanja ialah bahwa pada permulaan abad ke XX ini dibeberapa negara bagian Amerika Serikat diadakan peraturan peraturan sterilisasi, jang membuat orangorang. jang ada dalam keadaan degenerasi, seperti pendjahat jang tidak dapat diperbaiki lagi, epileptisi, pemabuk2 psychopat tidak lagi dapat mempunjai keturunan dengan djalan disterilisasi, atau diasingkan dalam asrama atau dilarang kawin. Akan tetapi oleh karena hal itu tidak dapat menarik simpati kalangan umum, maka peraturan itu lalu dihapus lagi. Dalam hubungannja dengan pendidikan, hal perbaikan keturunan itu, dapat dilakukan dengan djalan jang tidak be gitu radikal seperti sterilisasi tadi, ialah dilihat sebagai kemadjuan dalam hal kerohanian, jang berarti tidak lain daripada djalan untuk mengatasi rintanganrintangan jang ditimbulkan oleh kodrat jang ada pada generasi sebelumnja. Djika pendidikan tak mengindahkan hasilhasil biologi, maka tidak dapat manusia mengadakan keturunan jang lebih kuat tubuhnja dan oleh karenanja tak akan dapat mengurangkan rintanganrintangan kodrat tadi dan dari sebab itu tak akan dapat menghasilkan kemadjuan dalam lapangan kerohanian. Terhadap pendirian ini dapat ditundjukkan kesalahan nja dalam prernisnja, bahwa suatu djenis manusia jang bertubuh sentausa pasti mempunjai bakat kedjiwaan dan kebudajaan jang tinggi.
Dalam pada itu diadjukan sebagai penentuan sikap, bahwa karena manusia itu adalah machluk biologis, dan didalam pertumbuhannja mem punjai unsurunsur biologis, maka dalam pendidikan memang perlu atau sebaiknja hal diatas itu diperhatikan djuga. xx)
Bersangkutan dengan tudjuan pendidikan dapat diperbedakan antara tudjuan jang umum, mengenai pedomanpedoman dan petundjukpetundjuk jang umum terlepas dari segolongan manusia tertentu, dari waktu tertentu dan dari tempat tertentu, dan tudjuan jang chusus mengenai suatu djenis pendidikan jang selaras dengan atau untuk sesuatu atau segolongan manusia tertentu, pada sesuatu tempat tertentu atau waktu tertentu. Tudjuan jang chusus ini berdasarkan atas tudjuan jang umum dan djuga atas pedomanpedoman umum jang diperuntukkan kepada keadaankeadaan sesuatu atau segolongan manusia sesuai dengan sifatsifat daripadanja, keadaan masjarakatnja dan permintaan djaman.
Demikianlah djelasnja, mengapa dalam dalildalil ini disebutkan, bahwa tudjuan pendidikan dalam Negara kita hendaknja terdiri atas dua sifat.
x) Tjatatan: Pada Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada tiga ilmu itu termasuk djuga dalam susunan peladjaran, diantaranja ilmu psychologi mempunjai kedudukan jang penting.
xx) Pada Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada diberikan pula anthropobiologi sebagai mata peladjaran pembantu.
Berhubung dengan tudjuan jang chususpun pendidikan membutuhkan bantuan ilmu psychologi, kebudajaan dan sosiologi.
Akan tetapi jang penting bagi tudjuan pendidikan adalah jang mengenai pedomannja. Didunia Timur selalu, didunia Barat jang hidup dalam ling kungan agama djuga selalu, jang diluar agama lambat lawn, jang dimaksud kan disini dengan kesadaran djuga, tudjuan pendidikan itu dihubungkan erat dengan pandangan hidup. Jang demikian itu sudah selajaknja, karena pemusatan perhatian dalam pendidikan ialah untuk mentjapai barang sesuatu dengan dan dalam pihak jang dididik, perhatian selalu diarahkan kepada masa jang akan datang, bagi manusia, bagi bangsa, bagi kebudajaan dan agama, bagi ideal, bagi masjarakat, bagi lembagalembaga dalam masja rakat, bagi Negara.
Apakah barang sesuatu jang mendjadi tudjuan pendidikan itu menurut paham pandangan hidup masingmasing? Terutama bagi jang berpendirian, bahwa segala jang terdapat pada kanakkanak itu sebagai karunia Tuhan adalah baik dan dengan berdasarkan atas kenmrdekaan kanakkanak, pen didikan adalah bantuan dalam tubuh manusia dan barang sesuatu itu jang mendjadi tudjuan pendidikan manusia adalah kebebasan diri manusia. Ada jang mengatakan, bahwa tudjuan pendidikan itu untuk tertjapainja tudjuan hidup manusia, jang menurut satu pihak hanja terletak didunia ini sadja, karena dengan matinja manusia itu lenjap sama sekali pada hal menurut pendirian lain tudjuan hidup manusia itu djustru terletak dialam baka.
Ada lagi jang menjatakan, bahwa Tuhan jang ada dalam diri sendirilah jang mendjadi tudjuan pendidikan, bukannja manusia.
Tudjuan pendidikan jang lain ialah seperti jang pertamatama digam barkan oleh Plato sebagai suatu obor jang rnenjalanjala, jang selalu berulangulang dipindahkan darn tangan ketangan, ialah kebudajaan jang harus selalu diturun temurunkan.
Ada pula jang mementingkan masjarakat atau Negara, jang dalam sistim sosialpaedagogiknja melenjapkan halhal orang pribadi sama sekali.
Masih terdapat jang menjatakan, bahwa tudjuan pendidikan adalah tjita, bersifat penghargaanpenghargaan subjektif.
Achirnja ada lagi pendapat, jang menganggap bahwa manusia sempurna lah jang mendjadi tudjuan pendidikan itu. Pensifatan inilah jang dapat me rupakan suatu kompromi, jang dapat diterima oleh semua aliran.
Akan tetapi tentang isi tudjuantudjuan itu, apakah kebebasan hidup, apakah tudjuan hidup didunia atau diachirat, apakah Tuhan, agama, kebudajaan, masjarakat, Negara, itu semuanja dibalas dengan djawaban jang bermatjam2. Sungguh kita menghadapi persaingan pendapat tentang tudjuan pendidikan.
Semua tudjuan pada hakekatnja mengenai atau bersangkutan dengan persoalan tentang kenjataan, tentang baik dan buruk, sjaratsjarat untuk mentjapai kenjataan dan untuk mengetahui bank dan buruk, dan tentang keindahan dalam anti seluasluasnja, jang semuanja bersangkutpaut dengan hasrat sumbersumber kekuasaan djiwa manusia. Kenjataan adalah hasrat akal, kebaikan adalah hasrat kehendak, keindahan adalah hasrat rasa, padahal sjaratsjarat untuk mentjapai kenjataan dan kebaikan adalah teraturnja akal.
Dalam hal tudjuan itu ilmu pendidikan tidak dapat menghindarkan did dari bantuan ilmu pengetahuanilmu pengetahuan lain, tidak lagi tjukup untuk hanja menerima bahan seperti dari ilmu psychologi, kebudajaan dan sosiologi sadja, akan tetapi merasa perlu pula untuk memperoleh pedoman pedoman dan petundjukpetundjuk bagi susunan dan penjelenggaraan pendidikan. Jaitu pedomanpedoman dalam soal kenjataankenjataan dari ilmu filsafat dan ilmu ketuhanan serta ilmu agama. Antara lain dengan pe rintjian dalam ilmu filsafat mengenai baik dan buruk dari ilmu etika, menge nai keindahan dari ilmu estetika dan mengenai bertindaknja akal dari ilmu logika, jang semuanja itu lalu merupakan pedoman bagi ilmu pendidikan. x) Sudah barang tentu oleh karena pendidikan itu dapat dikatakan ber sangkutpaut dengan semua unsur hidup, dan dengan ilmu pengetahuanilmu pengetahuan jang lain lagi, dapatlah dikatakan bahwa agar pendidikan dapat berhasil dengan baik perht pula diperhatikan hasil berkembangnja semua ilmu pengetahuan seperti dalam lapangan hukum, ekonomi, kesehatan, pertanian, tehnik dan clam kodrat. xx) III. PIKIRANPIKIRAN TENTANG BEBERAPA HAL POKOK PEN DIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN ILMU PENGETAHUAN. Sekarang kita sampai kepada faedah kedua daripada uraian teoretis ini, ialah kesimpulan tentang djalan jang sebaiknja kita lalui, agar supaja kita dapat menjusun suatu sistim pendidikan nasional, jang sesuai dengan sifat sifat bangsa kita, keadaan2 masjarakat dan Negara kita, lagipula dengan permintaan djaman, dan jang kuat sentosa untuk mengikuti hal ichwal bangsa dan Negara kita.
Maka sebagai kesimpulan daripada studikonperensi ini saja mengusul kan putusan untuk mengadjukan pertimbangan kepada jang wadjib, agar supaja penjusunan sistim pendidikan nasional kita dikerdjakan dengan tjara ilmu pengetahuan atas dasar jang luas, karena menurut pendapat saja, itulah djalan jang sebaiknja, jang akan memberikan hasil jang tahan udji. Hanja sadja. saja memperingatkan, bahwa ini bukannja djalan jang tjepat atau mudah, akan minta tempo dan tenaga serta pikiran banjakpun mungkin biaja banjak, akan tetapi baiklah kita ingat kepada pepatah asing bahwa kota Roma tak didirikan dalam satu hari, kita ingat kepada pepa tah nenek mojang kita „djer basuki mawa beja”, kita ingat pula bahwa tugas wadjib tudjuan pendidikan terletak pada djaman jang akan datang untuk keturunan kita, jang sebaiknja kita bexi warisan kehidupan jang lebih bertingkat tinggi dan mulia bahagia daripada hidup kita.
Bahan kita untuk menjusun sistim pendidikan nasional berdasarkan ilmu pengetahuan pada waktu ini menurut pandangan saja belum begitu tersedia dalam keadaan jang masak untuk dipergunakan. Masih banjak sekali kekajaan kerohanian dan kebudajaan kita jang belum kita ketahui
x) Tjatatan: Pada Fakultas Pedagogik Univ. Gadjah Mada ilmu2 tersebut termasuk dalam
susunan peladjaran, diant ranja ilmu filsafat mempunjai kedudukan panting.
xx) Pada Fakultas Pedagogik Univ. Gadjah Mada pada djurusan pendidikan sosial dan pendidikan djasmani ada mata peladjaranmata peladjaran dari golongangolongan ilmu tersebut, sedangkan ilmu kesehatan termasuk dalam semua djurusan sebagai mata peladjaran pembantu.
dengan sadar. Apa jang telah diselenggarakan dalam lapangan ilmu penge tahuan tentang bangsa, masjarakat dan kebudajaan kita, kebanjakan berasal dari pihak asing, jang dalam pandangannja ketjuali beberapa jang sungguh dapat menjelami rohani kita, dipengaruhi oleh sifatsifat, keadaan dan pendirian hidup, sungguhpun tidak disengadja, jang ada padanja. Dua sardjana asing jang termasjhur, jaitu Prof. Dr. Snouck Hurgronje dan Prof Mr. van Vollenhoven almarhum menjatakan, bahwa ilmu pengetahuan jang sesungguhnja tentang bangsa, masjarakat dan kebudajaan Indonesia baru akan terbentuk, djika diselenggarakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Masih banjak sekali jang harus kita kerdjakan mengenai pengetahuan tentang diri kita sendiri baik dalam lapangan kerohanian dan kebudajaan maupun dalam kemasjarakatan. Sudutsudut ilmu pengetahuanilmu pe ngetahuan pembantu, baik dalam lapangan filsafat, keagamaan dalam arti sepiasluasnja, etika, estetika, sudut2 ilmu pengetahuanilmu pengeta huan pedoman jang kita butuhkan untuk menjusun sistim pendidikan nasional kita, belum lagi kita ketahui, setidaktidaknja belum kita ketahui dengan tjukup baik.
Sungguhpun demikian saja tidak berpendapat lain bersikap menunggu jang, anganangan saja malahan tidak hanja seperti dinegeri Djepang, dimana orang dapat menjusun pendidikan dan pengadjaran sehingga dalam 50 tahun dapat mewudjudkan suatu bangsa dan Negara jang dapat berdjadjar dengan bangsabangsa dan Negara jang ulung didunia, akan tetapi dengan menjingkiri keehilafankechilafan dinegeri Djepang, kita hendaknja dapat melaksanakan kedudukan jang demikian dalam tempo jang kurang dari waktu itu.
Maka dari itu kita semua perlu menjingsingkan dengan meskipun dengan hasil jang sementara. Dalam susunan pendidikan, kita dapat dikatakan mengekor kepada sistim pendidikan dan pendapatpendapat tentang pen didikan dinegeri Belanda. Diluar Negeri orang memang tidak terlepas dari pengaruh asing pula, lebihlebih dalam lapangan ilmu pengetahuan, jang melampaui batasbatas nasional itu. Djuga dinegeri Belanda, asal dari sistim pendidikan kita itu, kendati adanja ahliahli pendidikan jang uhmg sistim pendidikannja tidak terlepas dari sistim pendidikan berasal dari lainlain negara dan bangsa. Untuk sementara waktu kita dapat meneruskan keadaan, akan tetapi sistim pendidikan asing ini harus tjepat2 diubah dan diperbaiki; jang tentu sadja harus dilakukan dengan berhatihati dan dengan memper gunakan kesempatan jang diberikan oleh keadaan dan alat modern.
Sebagai tadi telah diperingatkan bagaimana situasinja dalam ilmu pendidikan, meskipun semua sistim. pendidikan mempunjai tudjuan sendiri sendiri, seperti kebebasan hidup, tudjuan hidup didunia atau diachirat, keTuhanan, agama, kebudajaan, masjarakat, negara, tjitatjita, semua aliran dapat menerima difinisi tudjuan manusia jang sempurna itu, karena memang sudah meliputi semuanja. Dapat sesuai dengan semua assts aliran sistim sistim pendidikan, ketuhanan, humanisme, realisme, empirisme, rationalisme, aufklarung, philanthropinisme, dan asasasas aliran daripada para ahli pendidikan modern seperti positivisme, materialisme, individualisme, col' ectivisme, intelectualisme, voluntarisme, pen.dek kata semua aliran psycho logi, baik jang berdasarkan gajagaja sumber kekuasaau djiwa manusia maupun jang materialistis dengan dasar associatie, behaviour, djuga jang praktis seperti psychotehnik experimented, analytis dan massa psycholo
gie, pun jang mendasarkan diri atas kekuatan sanubari seperti intuite dan struktuur psychologie.
Memang sesungguhnja tiaptiap barang sesuatu dalam dhat sifatnja telah mengandung tudjuannja sendiri, jang dapat terlihat dalam hasjrat jang bersifat kodratnja, jaitu hasrat kepada kesempurnaan diri. Bagi manusia pun demikianlah keadaannja; is berhasrat jang tak dapat diungkiri dan di padamkan dengan kesempurnaan diri. Dapat berlainan apa jang dalam dirinja diarahkan kekesempurnaan, akan tetapi kesempurnaanlah jang dikehendakinja ditjapai.
Kita tak dapat mengadjukan tempattempat tertentu dan pasti dalam kesusasteraan kita jang memuatnja, akan tetapi dalam tiaptiap buku jang memuat pituturpitutur seperti Panitisastra, Tjentin, Wcdatama, Wulangreh, Tadjusalatin, sifat sempurnalah jang harus dihasratkan dan ditjapai, tjitatjita hasrat mana dapat dikatakan djuga hidup dalam masjarakat kita. Akan tetapi disamping itu ada pula golongangolongan atau perseorangan jang menjimpang daripadanja atau tidak melaksanakannja; jang demikian itu kebanjakan bukan merupakan prinsip, dan tidak mempergunakan diri se bagai tudjuan pendidikan, akan tetapi hanja soal dalam bidang pelaksana an belaka.
Karena demikian, meskipun menurut keadaan tak ada seorangpun jang dapat mentjapainja, betapa landjut usianja atau tinggi pengetahuannja atau serba baik keadaannja, dalam dalil pertama objek pendidikan disifatkan dalam rumus manusia jang dalam keadaan tumbuh, dalam pengertian mana termasuk tiaptiap warga, djadi tidak terbatas kepada jang belum dewasa sadja.
Maksud jang luas ini termasuk djuga dalam dalil kedua dan ketiga; jang mengenai pendjelasan tudjuan djuga dalam dalil keempat, ketjuali objek pendidikan dalam keluarga, jang hanja mengenai manusia jang belum dewasa sadja.
Selandjutnja tentang hal penjelenggaraan pendidikan hanja diperhati kan pendidikan dalam sekolah. Disini terletak suatu kekurangan jang tidak disinggung mengenai soal pendidikan masjarakat jang penting sekali itu.
Seperti tersebut dalam dalil pertama, jang berbunji „mengingat pendidikan adalah tuntunan kepada manusia jang dalam keadaan tumbuh, padahal pengadjaran adalah salah satu daripada usaha untuk menjelenggarakan tuntunan itu, maka soalnja terdiri atas tudjuan pendidikan, sjaratsjarat untuk mentjapainja dan penjelenggaraan sjaratsjarat itu”.
Dalil pertama ini dalam susunan soalnja tidak lengkap, sebab satu daripada tiga soal suatu sistim pendidikan jaitu objek, alatalat dan tudjuan, soal objek tidak termasuk. Meskipun didalamnja disebutkan tiga soal pula, akan tetapi sesungguhnja jang disebut soal „sjaratsjarat untuk mentjapainja tudjuan” hanja dimaksudkan sebagai rantai persambungan antara soal tudjuan dan soal penjelenggaraan atau alatalat, jaitu bersifat suatu pen djelasan tentang tudjuan dan disamping itu merupakan dasar alasan bagi dalildalil mengenai penjelenggaraan. Tidak hanja dalam formulasinja, djuga dalam materiilnja sudali barang tentu jang demikian itu mempunjai pengaruh, karena tudjuan itu dan djuga alatalat penjelenggaraannja baru dapat ditetapkan udjud dan isi selengkap 4289
nja, apabila subjek jang diarahkan ketudjuan itu jaitu jang merupakan objek pendidikan, telah dapat disifatkan dalam keadaan jang sesungguhnja.
Dalam dalil pertama masih ada sate hal jang minta perhatian, ialah pendidikan diartikan bersifat tuntunan, djadi bukannja seperti menurut se tengah pendapat merupakan suatu paksa jang keras untuk mengendalikan kehendak objek pendidikan dengan maksud menanam suatu tabiat menurut. Djuga tidak seperti pendapat lain, jang menghendaki sikap negatif dari pendidik, jakni kodrat jang seharusnja mendidik, sehingga dapat timbul su atu individualisme jang sosial, jang sajang ada tandatandanja nampak dalam masjarakat kita. Perlu diperhatikan sungguhsungguh soal ini. Jang baik bagi kita, dalam hubungan antara pendidik dan jang dididik ialah jang prin sipiil dan insidentil, menilik keadaan pada waktu ini, djadi bukannja ak tivita pada pihak pendidik dan pasivita pada pihak jang dididik atau se baliknja, akan tetapi aktivita dan pasivita ada pada kedua pihak, berdasarkan kemerdekaan orang pribadi jang terbatas, jaitu hertanggung djawab dan teratur, dalam mana djangan diabaikan akan tetapi dipergunakan unsur paksa dengan mengingat dasar tuntunan itu, djadi untuk kepentingan dan perbaikan pihak jang dididik. Kita tidak boleh menempatkan diri pada salah satu pihak dalam persai ngan tentang soal pokok paksa antara paham absolut, jaitu jang mendasarkan diri atas balasmembalas, dan paham relatif, jang berdasarkan atas perbaikan. Tidak sejogijanja djika dalanm soal pendidikan kita mengikuti pendirian jang sexing pada waktu ini terdengar, jakni bahwa paksa dalam pendidikan itu tidak pada tempatnja dalam djaman merdeka ini, karena itu bertenta ngan dengan maksud kemerdekaan individu dalam anti prinsip kemerdekaan sebagai hak asasi. Paksa dalam anti pendorong, djadi tidak sebagai alat untuk menguasai lain dari kepentingan diri sendiri.
Terlepas dari soal prinsip kemerdekaan itu, memang baik malahan harus dilihat sebagai penjaluran kemerdekaan jang melampaui batas dan sudah selaras dengan dhat sifat manusia sendiri.
Dalam negara kita jang merdeka, jang demokratis berdasarkan kemer dekaan orang sebagai pribadi (jang mempunjai sifathakekat perseorangan dan machluk sosial, dan karenanja disini djuga wadjib) dan keadilan, di manapun djuga dan kapanpun djuga, sifat Negara kith sebagai suatu Negara liukum harus terpelihara. Dan apakah salah satu daripada pokok sandhinja ialah hukum, dan apakah salah satu sifat jang harus terdapat pada hukum, ialah paksa, hukum jang tidak mempunjai/mengandung unsur paksa bukan nja hukum. Bagaimanakah hubungan manusia dengan diri sendiri, adakah kemerdekaan jang tak terbatas, kemerdekaan semaumaunja? Kita tentu telah mengalami semua, bahwa tidak demikianlah halnja. Tiaptiap perbua tan manusia djuga anganangan jang berupa pelanggaran, lebihlebih djika sebelumnja sudah didahului oleh adanja pernilaian atau sikap perintah, la rangan atau pertimbangan terhadap perbuatan jang bersangkutan tentu me ngakibatkan pendjatuhan pidana dalam hati sanubari sendiri, mulai dari