• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Akad Ijarah Muntahiyah bittamlik dalam produk KPR di

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

D. Implementasi Akad Ijarah Muntahiyah bittamlik dalam produk KPR di

memaparkan temuan penelitian berdasarkan hasil wawancara serta dokumentasi dengan para informan, yaitu Bapak Aditya Ramadhan selaku Account Officer (AO) Bank BRI Syariah KCP Bintaro, Tbk. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, penulis mendapat beberapa informasi dan temuan yang akan dipaparkan dan dijelaskan secara rinci mengenai implementasi dan penerapan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik dalam produk KPR.

Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik merupakan akad sewa menyewa yang dilakukan antara bank dengan nasabah, yang diakhiri dengan perpindahan objek sewa dari milik bank menjadi milik nasabah. Dengan cara dihibahkan atau dijual belikan. Dalam penelitian yang peneliti lakukan di Bank BRI Syariah KCP Bintaro, akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik ini diterapkan dalam Produk KPR iB, dalam bentuk Refinancing Aset (Pembiayaan Ulang). Sementara untuk pembelian aset sendiri menggunakan Akad Murabahah. Bank BRISyariah dalam hal ini tidak menyediakan objek barang / aset yang disewakan, jadi Nasabah yang melakukan pengajuan untuk Refinancing Aset miliknya ke Bank Syariah.

Dalam fatwa DSN-MUI No.89/DSN-MUI/XII/2013 tentang Pembiayaan Ulang (Refinancing) syariah disebutkan bahwa pembiayaan ulang (refinancing) syariah adalah pemberian fasilitas pembiayaan baru bagi nasabah baru atau nasabah yang belum melunasi pembiayaan sebelumnya berdasarkan prinsip syariah.

Refinancing Aset dalam Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik ini, Bank sebagai pihak yang memberikan pembiayaan dan nasabah yang mengajukan pembiayaan ulang (Refinancing Aset) melakukan kesepakatan terlebih dahulu. Akan tetapi seluruh dokumen atas objek/aset tersebut nasabah serahkan ke Bank Syariah dalam hal ini perjanjian dibawah tangan.

Dokumen atas objek / aset tersebut sebagai jaminan bagi Nasabah selama proses pembiayaan, maksud dan tujuannya antara lain :

a. Guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunaasan dengan barang-barang agunan tersebut, bilamana cidera janji atau tidak bisa membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian

b. Memberikan dorongan kepada nasabah untuk memenuhi janjinya, dalam hal pembayaran angsuran pokok tiap bulannya.38

Bank Syariah juga memiliki persyaratan dan ketentuan yang dibuat untuk nasabah yang akan melakukan pengajuan pembiayaan ini, kemudian ditinjau lebih lanjut oleh Bank Syariah. Bank BRISyariah membuat lampiran perjanjian untuk jual beli / hibah atas objek atau asset ijarah tersebut diakhir masa periode setelah mendapat persetujuan dari pimpinan (komite pembiayaan) Bank BRISyariah dimana nasabah mengajukan pembiayaan tersebut. Kemudian Nasabah melakukan pembayaran sewa setiap bulannya sesuai dengan kesepakatan. Jika masa sewa telah berakhir, nasabah memiliki dua opsi : (1) Membeli objek sewa atau (2) Bank Syariah menghibahkan objek sewa tersebut. Dalam hal ini Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik yang diterapkan di Bank BRISyariah KCP Bintaro pada praktik Refinancing Aset (Pembiayaan Ulang), maka opsi perpindahan yang dilakukan adalah dengan cara dihibahkan. Untuk kemudian Bank Syariah diakhir masa sewa menyerahkan seluruh dokumen dan bukti kepemilikan atas objek / asset yang diserahkan pada awal akad, diberikan kembali kepada nasabah.

38 Djawahir Hejazziey, Hukum Perbankan Syariah (Yogyakarta : deepublish publisher, 2013) hlm.

103

Dalam melaksanakan kegiatan perbankan syariah, tentunya Bank BRISyariah tidak terlepas dari dasar hukum / peraturan yang mengatur terkait setiap produk yang dikeluarkannya. Dalam hal ini dasar hukum yang digunakan dan diterapkan pada Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik dalam produk KPR antara lain :

a. Undang-Undang Perbankan Syariah

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia c. PT. Bank BRI Syariah, Tbk.

Bank sebagai pihak yang memberikan pinjaman juga memilik aturan atau ketentuan sendiri terkait produk perbankan yang dijalankannya serta peraturan-peraturan lain yang menjadi acuan terkait dengan pelaksanaan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik sejalan dengan hukum atau aturan yang berlaku di Indonesia.

Pada tahun 2020 ini sampai bulan Juli sendiri tercatat dalam laporan Bank BRISyariah KCP Bintaro, tidak ada nasabah yang melakukan pengajuan pembiayaan menggunakan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik dalam produk KPR ini. Namun, dilihat dari data lima tahun kebelakang, terdapat 29 Nasabah yang melakukan pembiayaan menggunakan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik dalam produk KPR ini, dan 3 Nasabah telah selesai pembiayaannya. Untuk calon nasabah sendiri terbagi menjadi dua kategori : (1) Fix income, yaitu Calon Nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan dengan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik pada produk KPR dengan penghasilan / pendapatan tetap, dengan syarat dan ketentuan yang ada didalamnya. (2) Non Income, yaitu Calon Nasabah merupakan pengusaha yang ingin mengajukan pembiayaan dengan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik pada produk KPR, dengan syarat dan ketentuan yang ada didalamnya.

Dari awal perjanjian sampai akhir masa penyewaan tentunya tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya-biaya yang keluar selama proses pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik dalam produk KPR di Bank BRISyariah sendiri antara lain :

a. Biaya Administrasi 1 % dari plafond b. Asuransi Kebakaran

c. Asuransi Jiwa d. Biaya Notaris

Yang semuanya bekerjasama dengan Bank BRISyariah. Untuk prosentase penentuan atas biaya pemeliharaan antara Bank Syariah dan Nasabah, bahwasanya seluruh biaya yang keluar selama proses pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik ini menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya, dan apabila terjadi kerusakan pada objek sewa juga menjadi tanggung jawab nasabah. Dasar penetapan yang digunakan dalam penentuan atas biaya-biaya tersebut adalah ketentuan dari Bank BRISyariah yang tertuang dalam akad / awal perjanjian. Bank Syariah dalam hal ini juga melakukan review setiap tahun selama proses pembiayaan produk KPR ini, pada praktiknya biaya-biaya angsuran pokok tersebut tidak berubah-ubah artinya tetap sesuai dengan kesepakatan di awal. Sedangkan untuk angsuran ujrahnya akan besar di awal dan semakin lama akan menurun sampai akhir pelunasan.

Dokumen terkait