• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi dalam Menghadapi Ancaman Militer

Bagian III : PEMBANGUNAN PERTAHANAN SEMESTA NKRI

2. Implementasi Pertahanan Negara Menghadapi Ancaman

2.1. Implementasi dalam Menghadapi Ancaman Militer

Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Unsur Utama. Ancaman Militer terdiri dari Ancaman Militer Agresi dan Ancaman Militer “bukan” Agresi, yang akan diuraikan berikut ini:

55 Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Buku Putih Pertahanan Indonesia. op.cit, hal. 54 56 Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Strategi Pertahanan Negara, op.cit., hal: 69-82

37

a. Ancaman Militer Agresi terdiri dari beberapa bentuk antara lain: Invasi; Bombardemen; Blokade; Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat, satuan laut dan satuan udara TNI. Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah NKRI berdasarkan perjanjian yang tindakannya atau keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian tersebut.

Untuk menghadapi ancaman agresi, seluruh kekuatan nasional dikerahkan secara total, terpadu dan saling memperkuat dan disusun secara mendalam melalui usaha-usaha diplomasi, pengerahan Pertahanan Militer, dan penyiapan untuk perang berlarut.

Ancaman Militer Agresi dihadapi dengan men-sinergikan kekuatan Pertahanan Militer dan kekuatan Pertahanan Nirmiliter. Pertahanan Militer dilakukan dengan strategi pengerahan kekuatan militer atau Komponen Utama secara terpadu (Trimatra Terpadu), yang disiapkan untuk melakukan tindakan apabila diplomasi mengalami kegagalan. Sedangkan Pertahanan Nirmiliter dilakukan dengan melaksanakan langkah diplomasi, serta Kementerian/Lembaga menyiapkan elemen-elemen Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung untuk memperbesar dan memperkuat Komponen Utama.

b. Ancaman Militer “bukan” Agresi dihadapi dalam kerangka menegakkan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Pengerahan kekuatan nasional disesuaikan dengan besarnya ancaman dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Besarnya kekuatan yang dikerahkan disesuaikan dengan bentuk dan besarnya derajat ancaman yang dihadapi, misal antara lain:

1) Menangani Pelanggaran Wilayah

Pertahanan Militer untuk menghadapi pelanggaran wilayah, dilakukan dengan mengerahkan Komponen Utama Pertahanan Negara. Penanganan pelanggaran wilayah negara dilakukan melalui pola OMSP, yang dilaksanakan untuk mengendalikan situasi agar tidak berkembang menjadi konflik

38

antarnegara. Pertahanan Nirmiliter dilakukan melalui diplomasi sebagai lini depan pertahanan negara.

2) Mengatasi Gerakan Separatisme.

Pertahanan Militer dilakukan dalam bentuk OMSP dengan menggunakan strategi yang tepat dan efektif. Sedangkan Pertahanan Nirmiliter dilakukan oleh Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan, sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing dengan cara:

a) Meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan informasi yang kredibel dan komprehensif.

b) Meningkatkan kemampuan memberikan kontra informasi, yang lebih intensif dalam hal keberhasilan pembangunan pada daerah yang menjadi medan separatis.

c) Meningkatkan kemampuan melakukan kontrastrategi nirmiliter dengan melakukan pendekatan kultural atau budaya.

3) Mengatasi Pemberontakan Bersenjata

Pertahanan militer untuk mengatasi pemberontakan bersenjata dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan putusan politik negara, menggunakan pola OMSP dengan memperhatikan kaidah-kaidah demokrasi, hukum dan memegang prinsip-prinsip penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). Sedang-kan Pertahanan Nirmiliter mengatasinya dengan melakukan pembangunan nasional di daerah secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna menciptakan kondisi yang kondusif dalam rangka mendu-kung Pertahanan Militer.

4) Menangani Sabotase

Pertahanan Militer dilakukan sebagai langkah tindakan pencegahan dalam kerangka keselamatan bangsa. Penanganan ancaman sabotase juga diarahkan untuk melindungi kepentingan pertahanan, antara lain: menjamin keamanan personel, Alutsista, pangkalan dan instalasi pertahanan. Penaganannya menerapkan pola OMSP dengan strategi dan pola operasi khusus. Sedangan Pertahanan Nirmiliter dilaksanakan oleh Kementerian/

39

Lembaga di luar bidang pertahanan sesuai tugas pokok dan fungsinya guna menumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat untuk memiliki kewas-padaan dini dan tanggap terhadap situasi yang berkembang diling-kungannya, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

5) Menangani Aksi Spionase

Pertahanan Militer dilaksanakan oleh satuan intelijen yang didukung dengan penggunaan intelijen modern. Disamping itu juga mengerahkan perangkat komando kewilayahan sebagai ujung tombak deteksi dini dan cegah dini terhadap aksi spionase. Sedangkan Pertahanan Nirmiliter dalam pena-nganan aksi spionase melaksanakan langkah-langkah, baik secara mandiri maupun bersama-sama, dengan cara:

a) Meningkatkan kewaspadaan dini, serta kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang bahaya spionase.

b) Meningkatkan kehidupan sosial kemasyarakatan agar masyarakat terhindar dari pengaruh kegiatan spionase.

c) Menyusun sistem penanggulangan dan sistem pengamanan kegiatan, dokumen, berita dan personel.

d) Menyiapkan sarana dan prasaran serta SDM yang memiliki kemampuan penguasaan teknologi antispionase.

e) Menyusun perangkat peraturan dan perundang-undangan tentang pencegahan, penanggulangan dan penindakan aksi spionase.

6) Menangani Ancaman Keamanan Laut

Penanganan keamanan laut dilaksanakan oleh kekuatan militer dan nirmiliter secara terpadu untuk mengatasi: ancaman navigasi dan pelayaran; kejahatan lintas negara di laut (perompakan, penyeludupan, pembajakan); penangkapan ikan illegal; serta peredaran obat terlarang melalui laut. Juga untuk keselamatan pelayaran, perlindungan sumber daya alam, kelancaran mobilitas di laut, dan kepentingan pertahanan negara. Pertahanan Militer dilakukan sebagai bagian dari peran Polisionil (constabulary). Sedangkan Pertahanan Nirmiliter, dilakukan sesuai dengan peran dan fungsi pemangku

40

kepentingan di bidang kemaritiman. Pengamanan laut dilakukan secara ter-padu dan terkoordinasi sebagai lini terdepan bersama dengan Pertahanan Militer untuk mewujudkan wilayah laut Indonesia yang aman dan stabil.

7) Menangani Ancaman Keamanan Dirgantara

Pengamanan dirgantara dilakukan melalui penegakkan hukum di udara dengan melakukan pengamatan, identifikasi, dan penindakan dalam rangka menjaga dan menegakkan kedaulatan negara di udara. Pertahanan Militer dilakukan untuk mengidentifikasi, mengusir, melakukan pemaksaan penda-ratan, dan penindakan, jika diperlukan dari setiap gerakan pelanggaran wilayah oleh pesawat asing. Sedangkan Pertahanan Nirmiliter dilakukan untuk koordinasi lintas instansi dengan Kementerian/Lembaga serta pihak swasta dalam pengelolaan ruang udara wilayah kedaulatan NKRI, agar dapat menjamin keselamatan penerbangan. Pengelolaan keamanan dirgantara dilaksanakan melalui peningkatan SDM, penguasaan teknologi, sarana prasarana penerbangan, diplomasi dan regulasi tata ruang udara, serta pengintegrasian, pengawasan dan control ruang udara.

8) Menangani Ancaman Terorisme

Pertahanan Militer untuk menangani ancaman terorisme dilakukan oleh TNI sebagai komponen utama. Penanganan ancaman terorisme dilaksanakan dengan pola OMSP melalui pendekatan “preventif (pencegahan), koersif (dengan kekerasan) dan represif (tekanan/ tindakan hukum),” sesuai dengan perkembangan situasi yang dihadapi serta berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Penanganan melalui “tindakan preventif” dilakukan dengan mengintensifkan peran dan fungsi intelijen, komando kewilayahan, serta unsur-unsur militer lainnya. Fungsi intelijen di setiap kesatuan dan strata, baik dalam wujud intelijen manusia maupun intelijen berbasis teknologi, diberdayakan untuk mengungkap jaringan dan aktivitas teroris. Komando Kewilayahan diberdayakan semaksimal mungkin untuk mengatasi ancaman terorisme di daerah. Unsur-unsur kewilayahan didayagunakan untuk

41

melakukan tindakan deteksi dini dan cegah dini terhadap kemungkinan ancaman terorisme.

Penanganan aksi terorisme internasional atau yang berkolaborasi dengan terorisme dalam negeri, dilaksanakan secara lintas negara, lintas instansi secara terpadu, serta bekerjasama dengan negara lain berdasarkan kebijakan pemerintah dan politik luar negeri.

Sedangkan Pertahanan Nirmiliter untuk mengatasi ancaman terorisme, dilakukan oleh Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan sebagai Komponen Pendukung, sesuai tugas dan fungsinya masing-masing secara bersinergi, terkoordinasi, dan terintegrasi. Hal ini dilakukan melalui tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan ancaman terorisme di wilayah NKRI, yang diuraikan secara singkat pada paparan berikut ini :

a) Pencegahan terhadap radikal-terorisme bukan hanya menjadi wilayah pemerintah tetapi juga masyarakat sipil. Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan melalui 3(tiga) pendekatan yang dilakukan secara simultan yaitu:57

(1) Pendekatan Kesiap-siagaan Nasional, merupakan langkah guna

menciptakan kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana terorisme, melalui proses yang terencana, terpadu, sistematis dan berkesinambungan, yang dilakukan melalui 5 (lima) strategi yaitu: (a) Pemberdayaan Masyarakat.

(b) Peningkatan Kemampuan Aparatur meliputi: ASN; Prajurit TNI; Anggota Polri, yang diselenggarakan oleh BNPT.

(c) Perlindungan Peningkatan Sarana-Prasarana (d) Pengembangan Kajian Terorisme

(e) Pemetaan Wilayah Rawan Paham Radikal-Terorisme

(2) Pendekatan Kontra Radikalisasi, yang dilaksanakan terhadap orang atau kelompok orang yang rentan terpapar paham radikal-terorisme. Kontra Radikalisasi dilakukan: secara langsung antara lain melalui:

57 Peraturan Pemerintah RI, Nomor 77 Tahun 2019, Tentang Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dan Perlindungan Terhadap Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Dan Petugas Pemasyarakatan.

42

sosialisasi, diseminasi, dialog, seminar, dan workshop; atau tidak langsung antara lain melalui: buku, majalah, Koran, media sosial, pamphlet, dan iklan. Pelaksanaan Kontra Radikalisasi dilakukan melalui 3(tiga) strategi yaitu:

(a) Kontra Narasi (b) Kontra Propaganda (c) Kontra Ideologi

(3) Pendekatan Deradikalisasi, stratregi untuk menetralisir paham-paham yang dianggap radikal dan membahayakan dengan cara pendekatan tanpa kekerasan, yang dilakukan kepada:

(a) Tersangka, Terdakwa, Terpidana dan Narapidana, melalui tahapan: · Identifikasi dan Penilaian Awal dan Lanjutan

· Rehabilitasi · Reedukasi

· Reintegrasi Sosial

(b) Mantan Narapidana Terorisme, orang atau kelompok yang sudah terpapar paham radikal-terorisme, melalui:

· Pembinaan Wawasan Kebangsaan · Pembinaan Wawasan Keagamaan · Kewirausahaan

b) Penanggulangan terhadap Ancaman Radikal-Terorisme, dilakukan melalui upaya-upaya antara lain sebagai berikut :58

(1) Tindakan hukuman bagi perilaku radikal-terorisme (2) Perlindungan terhadap korban tindakan radikal-terorisme

(3) Peningkatan peran dan perlindungan bagi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan Petugas Pemasyarakatan.

Dokumen terkait