• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian II : ANCAMAN TERHADAP PERTAHANAN SEMESTA NKRI

1. Lingkungan Strategis

Dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan NKRI, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki. Keberadaan bangsa dan negara sangat tergantung pada kemampuan seluruh Warga Negara Indonesia dalam upayanya mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar negeri dan /atau dari dalam negeri.

Ancaman terhadap pertahanan bangsa Indonesia dan NKRI senantiasa berubah sesuai dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional, diantaranya:23

a. Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia Pasifik

Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang sangat dinamis, cepat berubah, dan penuh ketidakpastian. Situasi tersebut berdampak bukan hanya dalam masalah ekonomi, melainkan juga dalam masalah keamanan. Ada sekurang-kurangnya tiga perkembangan yang perlu dicermati dalam kurun waktu lima tahun ke depan yang dapat berimplikasi pada stabilitas keamanan kawasan, yaitu: perkembangan kekuatan militer Tiongkok; perkembangan kebijakan strategis Amerika Serikat di kawasan; dan perkembangan di Laut Tiongkok Selatan (South

China Sea). Pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang tinggi menyebabkan

Tiongkok memiliki peluang untuk melakukan upaya modernisasi kekuatan dan peningkatan kapasitas militernya. Disisi lain Amerika Serikat (AS) telah menerapkan suatu kebijakan strategis yang dinamakan “US Rebalancing

Strategy”, yang menentukan perubahan lingkungan strategis di masa depan.

Selain itu, beberapa negara di kawasan Asia Pasifik juga telah melakukan upaya modernisasi kekuatan pertahanan, terutama yang dipicu dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

10

b. Isu Perbatasan Antarnegara

Di kawasan Asia Pasifik masih terdapat sengketa perbatasan yang belum sepe-nuhnya dapat diselesaikan oleh semua pihak. Fakta empiris menyatakan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya perang adalah persoalan batas wilayah. Beberapa contoh antara lain: Di laut Tiongkok Timur masih terjadi saling klaim atas kepemilikan Pulau Senkaku (Jepang) atau Diaayu (Tiongkok) antara Tiongkok dan Jepang; Sementara itu di laut Tiongkok Selatan masih terjadi persoalan tumpang tindih pengakuan batas wilayah di Kepulauan Spratly dan Paracel yang melibatkan Tiongkok dengan beberapa negara Asia Tenggara yaitu, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunai; Juga Indonesia dan Papua New Guinea (PNG) masih memiliki permasalahan perbatasan.

c. Konflik Intra dan Antarnegara

Konflik intra masih terjadi di kawasan Afrika bahkan sampai perang saudara yang menyebabkan terjadinya korban kekerasan, dan pengungsian penduduk. Konflik terjadi karena dipicu masalah pertarungan politis dan kekuasaan, ketidak-puasan dan ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan akses ke sumber daya, penindasan serta kepemimpinan yang korup dan tidak demokratis. Konflik intranegara cenderung bereskalasi dan bertransformasi. Konflik yang terjadi di beberapa kawasan di Kongo, Mali, Suriah, Sudan, Afrika Tengah, Israel-Palestina, Irak, Afghanistan, dan Pakistan masih terus berlangsung, bahkan cenderung meningkat dan berubah menjadi perang sipil yang sulit diselesaikan.

Sementara, Konflik Antarnegara masih berpotensi terjadi di Semenanjung Korea karena pihak yang terlibat cenderung saling melakukan tindakan yang bersifat provokatif. Penyelesaian konflik masih membutuhkan pendekatan baru.

d. Kecenderungan Konflik Kontemporer

Pada dekade terakhir, pola konflik bersenjata mengalami perubahan yang signifikan. Perkembangan teknologi pertahanan, upaya untuk menghindari jatuh-nya korban, biaya perang yang tinggi, dan semakin ketatjatuh-nya penerapan

kaidah-11

kaidah hukum dan konvensi internasional yang terkait dengan perang, telah mempengaruhi kecenderungan bentuk konflik di dunia.

Pola untuk menguasai ruang sudah tidak lagi dilakukan secara frontal, tetapi dilakukan dengan cara-cara nonlinier, tidak langsung dan bersifat “Proxy War”, yaitu penciptaan kondisi lewat propaganda yang dilakukan dengan meman-faatkan kemajuan teknologi informasi dan ruang “cyber” seperti jejaring sosial. Tren untuk menguasai suatu negara dengan menggunakan senjata berupa “isu-isu” seperti : Pelanggaran Hak Asasi Manusia; Senjata Pemusnah Massal; Pemimpin yang Tirani; Ketidakadilan Ekonomi, Sosial Budaya, Korupsi; dan pluralisme suatu negara dengan menebarkan ancaman berdasarkan perbedaan agama/sekte, suku, ras, dan antargolongan, yang kemudian disebarluaskan melalui jejaring sosial di dunia maya atau cyber space.

e. Terorisme

Proses globalisasi yang sedang berlangsung masih memberikan peluang bagi terorisme global untuk berkembang. Berbagai organisasi teroris masih memanfaatkan era keterbukaan untuk mendapatkan informasi dan saling bekerja sama secara internal antara satu organisasi teroris dan yang lainnya. Peluang tersebut masih dipergunakan oleh organisasi-organisasi teroris untuk menga-mankan akses secara geografi dan untuk mendapatkan persenjataan serta du-kungan finansial dan tempat-tempat berlindung, sebagaimana yang terjadi di Afrika Utara, Afrika Tengah, Timur Tengah, Asia Tengah dan Selatan. Pada kon-disi tersebut, organisasi teroris global, termasuk kelompok-kelompok radikal keagamaan, melaksanakan aksi-aksi terror di negara-negara yang situasi politik-nya belum stabil dan pertahanan pemerintahanpolitik-nya belum kuat.

f. Spionase

Kegiatan intelijen dengan berbagai cara dan metode cenderung dilakukan oleh setiap negara. Pada era saat ini hingga lima tahun ke depan, dengan situasi lingkungan strategis berkembang secara dinamis, penuh ketidakpastian, situasi-nya sangat kompleks dan mudah berubah, sangat sulit bagi suatu negara untuk mengidentifikasikan dan mengetahui hakikat ancaman dan tantangan terhadap

12

kepentingan nasionalnya. Oleh karena itu, untuk menjawab hakikat ancaman dan tantangan terhadap kepentingan nasionalnya, negara-negara tersebut akan berusaha mendapatkan informasi strategis.

Upaya mendapatkan informasi akan dilakukan dengan kegiatan intelijen. Berba-gai bentuk kegiatan intelijen antara lain: intelijen dengan menggunakan agen, klandestin atau mata-mata (human intelligence); maupun dengan penggunaan teknologi seperti intelijen citra (imageri intelligence), intelijen sinyal (signals

intelligence), intelijen elektronik (electronic intelligence), dan intelijen sumber

terbuka. Indonesia menyadari dan mewaspadai adanya upaya kegiatan intelijen termasuk penyadapan yang dilakukan pihak asing.

g. Kejahatan Lintas Negara

Kawasan Asia Tenggara masih rawan terhadap kejahatan lintas negara. Sesuai dengan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes (ASEAN-PACTC) tahun 2002, di kawasan Asia Tenggara terdapat 8 (delapan) jenis keja-hatan lintas negara yaitu: perdagangan gelap narkoba, perdagangan manusia, sea-piracy atau pembajakan di laut, penyelundupan senjata, pencucian uang, terorisme, kejahatan ekonomi internasional, dan kejahatan cyber. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki lautan yang luas dan rawan adanya gangguan keamanan.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perkembangan jenis kejahatan lintas negara. Perkembangan teknologi kerap mempengaruhi kecen-derungan peningkatan kejahatan pencurian dan penyelundupan objek-objek budaya, perdagangan kejahatan pencurian dan penyelundupan objek-objek budaya, perdagangan organ tubuh manusia, kejahatan lingkungan seperti antara lain pencurian kayu, pencurian ikan, dan pencurian satwa-satwa liar hidup maupun mati termasuk tumbuh-tumbuhan. Secara umum kejahatan ini merujuk secara luas kepada non-violent crime yang pada umumnya mengakibatkan kerugian finansial.

13

h. Dinamika Perkembangan Perubahan lmu Pengetahuan dan Teknologi

Perubahan strategis dunia saat ini merupakan produk globalisasi yang didorong oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Dunia sedang mengalami kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seperti teknolgi informasi dan komunikasi, bioteknologi, teknologi nano, perkembangan teknologi persenja-taan khususnya teknologi senjata pemusnah massal, maupun pesawat tak ber-awak dan berbagai teknologi lainnya. Kemajuan itu membawa dampak positif maupun negatif.

Revolusi di bidang teknologi informasi telah mengubah lingkungan keamanan strategis secara signifikan. Lingkungan keamanan pada abad ke-21 telah berubah sangat cepat dan signifikan seiring dengan penggunaan jaringan komunikasi dan informasi, terutama internet oleh masyarakat modern, termasuk di sektor pertahanan.

Kemajuan teknologi dan informasi telah menyebabkan berbagai sector kehidu-pan menjadi terhubung dalam suatu ruang maya (cyber space) yang tercipta oleh jaringan, kabel, dan alamat internet protocol (IP) melalui computer dan sarana lain. Perorangan dan komunitas terhubung, tersosialisasi, dan terorganisasi secara mendunia dalam dan melalui cyber space. Disamping memberikan dampak positif dari sisi informasi dan komunikasi, disisi lain dapat menciptakan suatu peluang bagi terjadinya kejahatan cyber (cyber crime). Dari aspek pertahanan, ruang cyber telah menghasilkan domain kelima yang dapat dijadikan sebagai medan peperangan (cyber war), selain medan perang darat, laut, udara, dan ruang angkasa. Aktor negara dan aktor non-negara dapat memanfaatkan ruang cyber untuk mengancam kepentingan, keamanan negara lain.

i. Perubahan Iklim

Perubahan iklim global berpengaruh pada lingkungan kehidupan umat manusia. Perubahan ini telah memperlihatkan kecenderungan naiknya temperature permu-kaan bumi, perubahan suhu air laut, perubahan ekosistem, naiknya permupermu-kaan air laut, perubahan musim yang tidak menentu, meningkatnya curah hujan,

mem-14

perpanjang kekeringan, serta meningkatnya badai dan topan. Kecenderungan tersebut berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada kebutuhan dasar umat manusia, terutama pangan, air, kesehatan, dan energy.

Perubahan iklim secara tidak langsung berpengaruh pada masalah keamanan. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar umat manusia akan menyebabkan tergang-gunya ketahanan, kemampuan beradaptasi dan kemampuan mengelola stress yang pada akhirnya akan menyebabkan kerawanan bila ditinjau dari aspek keamanan. Secara tidak langsung, perubahan akan menyebabkan instabilitas politik, kekacauan perekonomian, krisis air, krisis pangan, munculnya berbagai penyakit pandemik, migrasi penduduk dan konflik, baik konflik horisontal maupun konflik vertikal.

j. Bencana Alam

Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana alam. Sebagai negara yang terletak pada tiga lempeng (plate) yang selalu bergerak dan pada posisi Pacific

Ring of Fire yang memiliki deretan gunung berapi yang aktif, sehingga rentan

terhadap gempa tektonik maupun vulkanik.

Di Indonesia terdapat beberapa kategori bencana. Kategori tersebut dapat dibagi dua, yaitu bencana alam dan bencana sosial. Bencana alam terdiri dari antara lain: tsunami; gempa bumi; banjir; puting beliung; kekeringan; tanah longsor; erupsi gunung berapi; dan kebakaran hutan. Bencana sosial terdiri dari antara lain: kerusuhan sosial; konflik sosial; pencemaran lingkungan hidup, dan kegagalan infrastruktur sosial.

k. Keamanan Pangan, Air dan Energi

Ketersediaan pangan dunia yang semakin berkurang, berpengaruh terhadap pe-menuhan pangan dalam negeri. Penurunan ketersediaan pangan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dunia, peningkatan kualitas hidup manusia, dan ketersediaan lahan yang semakin sempit, serta berkembangnya industri yang mengurangi lahan produktif. Indonesia masih mengalami ketergantungan terhadap beberapa jenis pangan dari luar negeri. Berkurangnya lahan pertanian

15

sebagai akibat pesatnya pertumbuhan dan kebutuhan penduduk, serta berkurangnya SDM pengelola pertanian, merupakan faktor penting penyebab berkurangnya ketahanan pangan di Indonesia.

l. Epidemi - Pandemi

Dunia masih menghadapi epidemic beberapa penyakit infeksi yang berbahaya pada manusia. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) masih memberikan peringatan kepada dunia bahwa penyakit infeksi berbahaya bagi umat manusia masih belum sepenuhnya diatasi, bahkan cenderung semakin meluas penyebarannya. WHO telah mengumumkan sejumlah penyakit yang masih mengancam umat manusia, yaitu antara lain: Penyakit pernafasan Covid-19; Demam berdarah (Dengue Fever); Tuberculosis (TBC); Avian Inflenza (H7N9);

Middle East Respiratory Syndrome (MERS); Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS).

Pandemi Koronavirus 2019-2020. Penyakit pernafasan atau dikenal sebagai Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit koronavirus 2019 di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.24 Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai “pandemic” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.25 Data jumlah kasus per tanggal 21 Juni 2020, di dunia terdata sebanyak 8.755.796 kasus dan meninggal 464.399 penderita. Indonesia terdata 45.891 kasus, meninggal 2.405 penderita dan sembuh 18.404 pasien.26

24 Gorbalenya, Alexander E. "Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus – The species and its viruses, a statement of the Coronavirus Study Group". BioRxiv (dalam bahasa Inggris):

2020.02.07.937862. doi:10.1101/2020.02.07.937862. 11 Februari 2020.

25 World Head Organization. “WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020". diunduh dari: www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-22.

26BBC com. Update Covid-19 di Indonesia: Kurva, data, peta pasien terinfeksi, meninggal, dan sembuh di Indonesia serta dunia, dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51850113, diakses tanggal 22 Juni 2020

16

m. Perkembangan Lingkungan dan Konteks Strategis Nasional

1) Ideologi. Pengamalan ideology Pancasila mengalami degradasi. Pancasila

sebagai ideology bangsa dan cita-cita negara, yang menjadi dasar tata sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, semakin dilupakan dan ditinggalkan. Aksi kekerasan merajalela di masyarakat, hilangnya nilai-nilai multikulturalitas, kebinnekaan dan nilai-nilai keadilan. Kemerosotan nasional-isme memunculkan aktivitas kelompok-kelompok radikal, baik secara terbuka maupun tertutup di dalam lingkungan masyarakat. Berbagai peristiwa keke-rasan, kerusuhan, dan konflik berlatar belakang suku, agama, ras, dan antar-golongan menandakan bahwa sebagian masyarakat mulai mengalami keme-rosotan nasionalisme.

2) Politik

Kondisi politik nasional masih menghadapi sejumlah tantangan jika ditinjau dari infrastruktur politik, suprastruktur politik, dan budaya politik.

Pada tataran Infrastruktur Politik nasional, masih diwarnai dengan isu per-soalan hukum, terutama berkaitan dengan masalah korupsi yang menyan-dera partai politik. Persoalan hukum yang dihadapi oleh partai politik, sering dijadikan sebagai “bargaining” politik oleh lawan politik. Persoalan korupsi menyebabkan sebagian partai politik dinilai belum mampu berfungsi sebagai lembaga pendidikan politik bagi rakyat dan sebagai lembaga yang kredibel dalam menyiapkan kader pimpinan bagi masyarakat.

Pada tataran Suprastruktur Politik, masih terdapat kendala untuk mengem-bangkan komunikasi, kerja sama dan hubungan antar lembaga tinggi negara. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan penafsiran terhadap konstitusi dan produk-produk turunannya, sehingga wacana untuk mengeva-luasi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sering mengemuka.

Pada tataran Budaya Politik, yang berkembang pada era reformasi ini lebih bersifat pragmatis. Hal ini dapat dilihat dengan adanya indikasi penurunan

17

moral dan etika berpolitik yang terjadi pada kalangan elit politik, sehingga struktur politik demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik.

3) Ekonomi

Perkembangan perekonomian dunia masih sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global. Terintegrasinya ekonomi Indonesia dengan perekonomian global membuat Indonesia harus mewaspadai arah dan tren ekonomi global, serta diperlukan suatu kebijakan yang cepat, tepat, dan terukur guna merespon peluang dan tantangan. Setelah mengalami pertum-buhan pesat beberapa tahun terakhir, sejumlah indikator menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sedang memasuki fase perlambatan yang perlu diantisipasi sebagai dampak pandemic covid-19.

4) Sosial Budaya.

Kondisi sosial budaya bangsa Indonesia menghadapi tantangan pergeseran nilai-nilai. Globalisasi serta euphoria reformasi yang sarat dengan semangat perubahan berdampak kepada perubahan nilai-nilai sosial budaya bangsa. Perubahan yang mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan perilaku generasi penerus bangsa dalam menyikapi berbagai permasalahan kebangsaan. Ditengah semakin kaburnya wujud dan bentuk ancaman yang berkembang dewasa ini, kerapuhan jiwa dan semangat kebangsaan merupakan potensi ancaman terbesar bagi keberlangsungan dan keutuhan bangsa. Degradasi pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika, menghambat semangat dan kesadaran bela negara seluruh warga negara Indonesia.

5) Keamanan Dalam Negeri

Indonesia masih rawan terhadap konflik vertical. Gerakan separatis masih menjadi isu keamanan dalam negeri yang mengancam keutuhan wilayah NKRI, dan mengancam kewibawaan pemerintah serta keselamatan masyarakat. Gerakan separatis di Indonesia dilakukan dalam bentuk separatis politik dan gerakan separatis bersenjata. Gerakan separatis politik di luar

18

negeri dilakukan dalam bentuk mendirikan perwakilan-perwakilan seperti di AS, Inggris, Australia, Belanda dan negara-negara di kawasan Pasifik Selatan, dalam rangka mencari dukungan dari dunia internasional. Gerakan separatis bersenjata walaupun masih dalam skala kecil, namun sering menyebabkan terjadinya gangguan keamanan.

Dokumen terkait