• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Dagang Kelambir

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Dagang Kelambir

Pada implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan pada Desa Dagang Kelambir masih banyak yang harus dibenahi karena masih banyak kekeliruan kebijakan yang terjadi, maka jelaslah masalah kemiskinan hingga kini masalah kemiskinan belum juga dapat ditekan hingga titik yang terendah.

Sehingga dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan masih salah sasaran dan tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, perlu dilakukannya peningkatan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di perkotaan di Desa Dagang Kelambir.

Kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan. Keterlibatan pemerintah kelurahan juga saling bekerja sama dalam penggalangan swadaya masyarakat serta memfasilitasi berbagai pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang timbul di masyarakat.

Berdasarkan pernyataan masyarakat, kinerja koordinator BKM dan pengurus KSM yang menangani tentang pelaksanaan P2KP tersebut sudah cukup baik. Tetapi masih minimnya inisiatif untuk membuat kegiatan sendiri dalam menanggulangi kemiskinan tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa dari

sumber daya manusianya baik dari segi kuantitas dan kualitasnya belum mencukupi dan belum melaksanakan tugasnya dengan baik dalam pengimplementasian P2KP tersebut.

Adapun sumber daya keuangan yang tersedia belum mencukupi, hal ini dikarenakan perlunya pelatihan dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan agar penerima manfaat tersebut bisa mandiri dan mampu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.

Dalam variabel sumber daya menurut Van Meter dan Van Horn (1975), implementasi perlu dukungan dari sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia. Hal ini penting agar suatu implementasi program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

Sebab dengan adanya kecukupan sumber daya seluruh proses implementasi akan dapat berjalan dengan baik sehingga mampu memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi banyak orang yang mendapat bantuan dari program P2KP tersebut.

Menurut George C. Edward III (1980), dalam variabel sumber daya, jika isi kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi implementor kekurangan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan, implementasi tidak berjalan dengan efektif. Karena sumber daya adalah faktor yang sangat penting untuk implementasi kebijakan agar efektif dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Selanjutnya proses komunikasi yang dilakukan oleh Fasilitator Kelurahan dan Koordinator BKM ini semakin efektif karena turut dibantu oleh Kepala Kelurahan untuk mengajak dan mengumpulkan warga. Dengan aktifnya Kepala

Kelurahan ini, antusias warga akan semakin meningkat skarena Kepala Kelurahan tentunya dekat dengan warga dan saling mengenal. Sehingga kepercayaan warga untuk mengikuti program yang ada juga semakin meningkat.

Terlibatnya Kepala Kelurahan ini menjadi salah satu bagian penting dalam proses tercapainya tujuan dalam implementasi program penanggulangan kemiskinan di tingkat kelurahan. Demikian halnya dengan keterlibatan BKM. Tentunya dengan adanya kerjasama antara lembaga maupun bidang ini, proses komunikasi dengan warga akan semakin lancar.

Dapat dilihat bahwa Kepala Kelurahan di Desa Dagang Kelambir berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, BKM dan KSM dengan memfasilitasi proses sosialisasi menyelesaikan persoalan dan konflik serta penanganan dan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan P2KP diwilayah kerjanya dan sangat mendukung dengan membantu untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan pengurus BKM maupun KSM.

Kemudian dalam proses pembentukan organisasi BKM dan KSM juga berlangsung dengan demokratis karena melibatkan warga dan bahkan warga memilih sendiri yang menjadi perwakilan mereka di BKM dan KSM tersebut. Hal ini menunjukkan kemandirian warga dan antusias mereka untuk memilih yang menjadi pengurus di BKM dan KSM sudah berjalan dengan baik.

Pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat juga sangat mendukung karena dengan adanya program ini masyarakat lebih memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bekerja sehingga angka kemiskinan yang ada di desa ini juga berkurang. Pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat seperti BKM juga memberikan pemahaman juga

kepada masyarakat tentang adanya program P2KP ini melalui beberapa sosialisasi dan rapat-rapat lainnya.

Dengan beberapa sosialisasi dan rapat-rapat ini tentu membuat masyarakat lebih berpartisipasi dalam implementasi dan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi program penanggulangan kemiskinan di Desa/Kelurahan Dagang Kelambir.

Disposisi yang dilihat penulis adalah terkait kebijakan, pemahaman dan intensitas dari implementor. Dalam implementasi program penanggulangan kemiskinan dapat disimpulkan bahwa pemahaman implementor terkait tupoksinya sudah cukup baik dan memadai. Sehingga dapat terbangun gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan.

Menurut teori Van Meter dan Van Horn (1975) pada variabel disposisi implementor sudah sesuai karena sudah mencakup tiga (3) hal yang penting yakni, respon implementor terhadap kebijakan, pemahaman implementor terhadap kebijakan dan intensitas implementor terhadap kebijakan.

Dalam disposisi implementor terdapat hubungan yang positif antara sikap dengan implementasi penanggulangan kemiskinan, yang berarti apabila sikap para pelaksana program P2KP baik maka implementasi penanggulangan kemiskinan baik pula, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan menurut George C. Edward III (1980), disposisi implementor hampir sama karena dalam teori ini juga memiliki watak dan karakteristik seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Hal ini menentukan implementor memiliki disposisi yang baik agar dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik sesuai dengan yang diinginkan oleh pembuat kebijakan

Pendekatan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan mengangkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya peningkatan kualitas hidup warga negara tetapi merespon masalah pembangunan yang terdistorsi. Kondisi pembangunan yang terdistorsi dengan mengkaitkan pembangunan dengan menyatukan tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan, seperti penangangan kemiskinan dengan pembangunan dientaskan dengan cara sosial serta cara ekonomi dan pembangunan lingkungan, bukannya berdiri sendiri tanpa adanya keterkaitan.

Mengingat masih banyaknya permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan pada Desa Dagang Kelambir masih sangat memprihatinkan karena tidak adanya tempat penampungan untuk orangtua jompo atau lanjut usia (lansia). Warga miskin juga tidak punya modal dan/atau kekurangan modal untuk usaha mereka karena belum tersedianya Koperasi Usaha Rakyat (KUR) atau Pinjaman Dana Bergulir dan kondisi jalan lingkungan sudah tidak layak baik jalan maupun gang-gang kecil.

Berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn (1975), implementasi program penanggulangan kemiskinan mengacu pada sosial, ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi keberhasilan, yakni dengan mendukung atau menolak suatu implementasi kebijakan tersebut.

Oleh karena itu, pada program penanggulangan kemiskinan lebih ditingkatkan pada peningkatan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan penerima manfaat dari program ini. Sehingga proses pengentasan kemiskinan dapat berjalan dengan baik dan berguna bagi masyarakat.

V.2 Kendala-Kendala yang dihadapi dalam dalam Implementasi