• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Studi Pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran Wawancara

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP adalah

dengan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang

tahapannya dimulai dari sosialisasi substansi P2KP, Rembug Kesiapan

Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan (RK), Pemetaan Swadaya (PS),

Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Perencanaan Jangka

Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis), Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM). (Bapak Alfian, Kepala Kelurahan Dagang

Kelambir)

2. Apa tujuan kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk memberikan bantuan dan

pemahaman kepada warga peserta penerima manfaat program penanggulangan

kemiskinan mengenai tujuan, visi, misi serta strategi implementasi kebijakan

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan.

3. Apa tahap-tahap kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pada tahap-tahap ini, dilakukan diskusi atau rembug oleh Koordinator

BKM, Faskel dan Masyarakat yang mewakili dari setiap lingkungan. Tujuan dari

(2)

pikiran kepada seluruh implementor agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada sasaran.

4. Apa sasaran dan tujuan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar

mampu secara mandiri untuk mengembangkan lingkungan permukiman yang

berkelanjutan. Sasaran kegiatan ini berfokus pada konsep tridaya, yaitu dalam

pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan.

5. Apa kriteria bagi penerima manfaat dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Adapun kriteria bagi penerima manfaat program P2KP baik calon anggota

lembaga swadaya masyarakat maupun perorangan adalah sebagai berikut :

1. Memiliki Kartu Identitas Penduduk

2. Kepada Rumah Tangga Tidak Memiliki Pekerjaan

3. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Banyak

4. Kondisi Rumah Tidak Layak (Butuh Perbaikan)

6. Bagaimana kualitas kinerja para pelaksana program P2KP dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan tersebut?

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh lembaga-lembaga masyarakat

pada Desa Dagang Kelambir sudah cukup baik untuk melaksanakan kebijakan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada pada lembaga-lembaga tersebut.

(3)

swadaya masyarakat serta memfasilitasi berbagai pertemuan-pertemuan untuk

mendiskusikan berbagai persoalan yang timbul di masyarakat.

7. Bagaimana ketersediaan dana yang dialokasikan dalam mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan tersebut?

Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang telah diberikan

ke Kelurahan Dagang Kelambir sebesar Rp. 150.000.000,00 yang dialokasikan

untuk kegiatan Tridaya (sosial, ekonomi dan lingkungan).

Pelaksanaannya dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

yang merupakan panitia pelaksana program yang telah ditetapkan. Dana tersebut

dibagikan untuk kegiatan Tridaya diantaranya dalam alokasi lingkungan 70%,

alokasi sosial 10% dan alokasi kegiatan ekonomi 20%.

8. Bagaimana proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi terhadap implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di Desa Dagang Kelambir?

Proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi terhadap implementasi

kebijakan program penanggulangan kemiskinan di Desa Dagang Kelambir

berjalan dengan baik kepada pihak-pihak terkait seperti Faskel, BKM maupun

KSM.

Proses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak BKM kepada KSM melalui

jumpa warga, sosialisasi seperti ini perlu dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman kepada penerima manfaat program dan pemahaman ini juga

(4)

9. Bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas dalam mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan? Dan bagaimana pembentukan organisasi yang dilakukan?

Struktur organisasi dalam mengimplementasikan program

penanggulangan kemiskinan adalah lembaga-lembaga dan unit-unit pengelola

telah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing.

10. Bagaimana persepsi dan pemahaman pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat mengenai adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

Persepsi pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan

masyarakat mengenai adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

sangat baik dan sangat mendukung karena dengan adanya program ini masyarakat

lebih memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bekerja sehingga angka

kemiskinan yang ada di desa ini juga berkurang.

11. Bagaimana intensitas sosialisasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang disampaikan kepada masyarakat mengenai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat pada dasarnya merupakan

penyebaran atau bertukar ide sampai menemukan gagasan yang baru dalam suatu

sistem sosial sehingga pemerintah atau lembaga-lembaga masyarakat maupun

masyarakat memahami defenisi sosialisasi, tujuan atau isi materi sosialisasi serta

(5)

12. Apakah pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat mendukung dengan adanya program P2KP ini?

Pemerintah desa/kelurahan dan lembaga-lembaga keswadayaan

masyarakat menyatakan sangat mendukung sekali dengan adanya program ini

agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan

yang berlaku

13. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di Desa Dagang Kelambir?

Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang

mengacu pada konsep tridaya yang terdiri dari komponen sosial, ekonomi dan

lingkungan. Masih banyak permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan pada

Desa Dagang Kelambir masih sangat memprihatinkan karena tidak adanya

tempat penampungan untuk orangtua jompo atau lanjut usia (lansia).

14. Apakah pemerintah desa/kelurahan, lembaga-lembaga dan masyarakat juga setuju dengan adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

Pemerintah desa/kelurahan, lembaga-lembaga dan masyarakat sangat

mendukung untuk pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dengan turut

berpartisipasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan demi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri untuk mengembangkan

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. 1998. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

______________. 2000. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik; Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta; Media

Pressindo.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi.

Yogyakarta; Lukman Offset YPAPI.

Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Edward III, George C. 1980. Implementacy Theory, Congressional Quartel

Press, Washington DC.

Singarimbun, Masri. 1995. Metodologi penelitian survey. LP3S, Jakarta.

Supriatna. Tjaha. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan.

Rineke Cipta. Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok Kebijaksanaan,

Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Pembangunan

Tingkat Nasional dan Regional, Rajawali, Jakarta.

Dwijdowijoto, N Riant dan Wrihatnolo R Randy. 2007. Manajemen

Pemberdayaan, Elex Media Komputindo, Jakarta.

(7)

Jakarta.

Mubyarto. 1999. Reformasi Sistem Ekonomi, Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi

Kerakyatan Edisi Kedua, Aditya Media, Yogyakarta.

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

PT. Grasindo, Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metodologi penelitian survey. LP3S, Jakarta.

Supriatna. Tjaha. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan.

Rineke Cipta. Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok Kebijaksanaan,

Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Pembangunan

Tingkat Nasional dan Regional, Rajawali, Jakarta.

Syaukani, Gaffar, affan dan rasyid, M. Ryaas 2002, Otonomi Daerah dalam

Negara Kesatuan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan : dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.

Wibawa, Samodra. 2000. Kebijakan Publik. Gadjah Mada University,

(8)

Refrensi Lain

Jurnal Pedoman Umum P2KP-3. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya- Departemen Pekerjaan Umum. Edisi Revisi Maret 2007.

Jurnal Petunjuk Pelaksana PNPM-P2KP. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umun. 2007.

Prosiding seminar hasil program pengembangan diri 2006 Bidang Ilmu Sosiologi.

2007. Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia

Barat Forum HEDS.

Website

http :

(9)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Profil Singkat Kecamatan Tanjung Morawa

Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli

Serdang, Sumatera Utara. Mengingat keberadaan lokasinya yang dekat dengan

Kota Medan menjadikan Tanjung Morawa menjadi salah satu sentra industri

penting di daerah ini. Beberapa industri atau pabrik yang rata-rata sudah berdiri

sejak 1985 dapat ditemui disini diantaranya PT. Kedaung Group, PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk, PT. Siantar Top dan banyak lagi industri lainnya.

Kecamatan Tanjung Morawa terletak dibagian timur Kabupaten Deli

Serdang dengan ketinggian 30 meter dari permukaan laut dan memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan

Percut Sei Tuan dan Kota Medan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan

Kecamatan Pagar Merbau.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan

Kecamatan Beringin.

Secara kewilayahan Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 26 Kelurahan

dengan jumlah penduduk kurang lebih 175.703 Jiwa. Luas wilayah Kecamatan

Tanjung Morawa 13.175 Ha yang terdiri dari areal persawahan, perkebunan,

pemukiman penduduk, industri dan peternakan dengan mata pencaharian bertani,

(10)

Adapun Kelurahan pada Kecamatan Tanjung Morawa yaitu :

1. Kelurahan Aek Pancur

2. Kelurahan Bandar Labuhan

3. Kelurahan Bangun Rejo

4. Kelurahan Bangun Sari

5. Kelurahan Bangun Sari Baru

6. Kelurahan Buntu Bedimbar

7. Kelurahan Dagang Kelambir

8. Kelurahan Dagang Kerawan

9. Kelurahan Dalu 10 A

10. Kelurahan Dalu 10 B

11. Kelurahan Lengau Serpang

12. Kelurahan Limau Manis

13. Kelurahan Medan Sinembah

14. Kelurahan Naga Timbul

15. Kelurahan Pekan Tanjung Morawa

16. Kelurahan Penara Kebun

17. Kelurahan Perdamaian

18. Kelurahan Punden Rejo.

19. Kelurahan Sei Merah

20. Kelurahan Tanjung Baru

21. Kelurahan Tanjung Morawa A

22. Kelurahan Tanjung Morawa B

(11)

24. Kelurahan Telaga Sari

25. Kelurahan Ujung Serdang

26. Kelurahan Wonosari

III.1.1 Potensi Daerah Kecamatan Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Deli

Serdang dengan luas wilayahnya sekitar 13.175 Ha. Dimana kecamatan ini

merupakan pusat-pusat kawasan dan pergudangan industri.

Di Kecamatan Tanjung Morawa ini terdapat potensi wilayah berupa

Kawasan Industri Medan (KIM) dimana perusahaan-perusahaan industri di

Kecamatan Tanjung Morawa ini lebih didominasi oleh industri besar dan sedang.

Terdapat lebih dari 150 industri besar, sedang, kecil dan industri rumah tangga.

Dengan keberadaan perusahaan-perusahaan industri ini membuat masyarakat

memiliki pekerjaan serta dapat mengurangi angka pengangguran sehingga angka

kemiskinan juga menurun.

III.2 Gambaran Umum Desa Dagang Kelambir III.2.1 Letak Geografis

Desa Dagang Kelambir merupakan salah satu desa dari enam (6) desa yang

berada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini

wilayah administratifnya meliputi 4 lingkungan dan juga berbatasan dengan :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Blumai.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Morawa A.

(12)

Kelurahan Tanjung Baru.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Dalu 10 A.

III.2.2 Keadaan Penduduk Desa Dagang Kelambir

Desa Dagang Kelambir dilihat dari data kependudukan, jumlah penduduk

secara keseluruhan adalah 4.220 Jiwa yang terdiri dari 2.129 Jiwa penduduk

laki-laki dan 2.091 Jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah keluarga sebanyak

1.076 KK.

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel III.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Dusun Laki-laki Perempuan L+P JLH KK

1 I 617 567 1.184 303

2 II 448 461 909 243

3 III 374 370 744 193

4 IV 690 690 1.380 334

Jumlah Total 2.129 2.091 4.220 1.073

Sumber : Data Kelurahan Dagang Kelambir

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel III.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat Sekolah 639

2 Tidak Tamat SD 259

(13)

4 Tamat SMP 1.267

5 Tamat SMA 480

6 Tamat Perguruan Tinggi 741

Total 3.810

Sumber : Kelurahan Desa Dagang Kelambir

3. Berdasarkan Sosial Ekonomi

Tabel III.3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1 Petani 1.230 828

2 Buruh Tani 278 286

3 Pegawai Negeri Sipil 25 21

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga 30 15

5 Pedagang 87 64

6 Peternak 114 55

7 Dokter Swasta - -

8 Bidan Swasta - 20

9 Pensiunan TNI/POLRI 14 -

10 Perawat - 38

11 TNI/POLRI 9 -

Jumlah 1.787 1.327

Sumber : Data Kelurahan Dagang Kelambir

4. Berdasarkan Sosial Budaya dan Agama

(14)

selain agama Islam ada juga masyarakat yang menganut agama Kristen, Hindu dan

Budha yang hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Adat istiadat di Desa yang mayoritasnya suku Jawa masih terpelihara

dengan baik sebagai norma kehidupan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya kegiatan budaya yang dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti

Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Besar Agama Islam dan

pesta-pesta rakyat dan lainnya.

Tabel III.4 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 2.108 2.078

2 Kristen 12 10

3 Katolik 4 3

4 Hindu 3 -

5 Budha - 2

Jumlah 2.129 2.091

Sumber : Data Kelurahan Dagang Kelambir 2016

Dalam menjalankan pemerintahan desa dengan tujuan untuk menciptakan

pemerintahan yang terbuka dan berjalan secara demokrasi, pemerintahan desa

menyusun struktur pemerintahan desa secara demokrasi dan bertanggung jawab.

Nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel III.5 : Nama-Nama Perangkat Desa Dagang Kelambir

(15)

1 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Ir. Rahmat Effendi

2 Kepala Desa Dagang Kelambir H. Alfian SH

3 Sekretaris Desa Mardiana

4 Kepala Urusan Pemerintahan Rusli

5 Kepala Urusan Pembangunan Herdiansyah

6 Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Arif Rikky

7 Kepala Dusun I Rohadi Marzuki

8 Kepala Dusun II Ruslan

9 Kepala Dusun III Sahrum

10 Kepala Dusun IV Erwin

Sumber : Data Kelurahan Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa 2015

Adapun struktur pemerintahan Desa Dagang Kelambir sebagai berikut :

Bagan III.1 : Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Dagang Kelambir

Kepala Desa Badan Permusyawaratan Desa

(BPD)

Sekretaris Desa

Kepala Urusan Pemerintahan

Kepala Urusan Kesejahteraan

Rakyat Kepala Urusan

Pembangunan

(16)

BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Karakteristik Informan

IV.1.1 Identitas Informan

Berikut adalah hasil data mengenai identitas informan dalam penelitian

ini, yakni delapan (8) orang informan penelitian melalui wawancara :

1. Bapak Alfian SH, yang merupakan Kepala Desa/Kelurahan Dagang Kelambir,

Kecamatan Tanjung Morawa dan memiliki suku Minangkabau.

2. Bapak Ngadirin, yang merupakan Koordinator Badan Keswadayaan

Masyarakat (BKM). Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta dan memiliki

suku Jawa.

3. Bapak Ruslan Spd, yang merupakan Fasilitator Kelurahan Dagang Kelambir.

Beliau bekerja sebagai seorang buruh dan memiliki suku Jawa.

4. Bapak Syahril, perwakilan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang

tinggal di Dusun IV, Kelurahan Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung

Morawa. Beliau bekerja sebagai seorang buruh, memiliki suku jawa dan juga

sebagai penerima manfaat program P2KP.

5. Bapak Rusli, perwakilan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang

tinggal di Dusun III, Kelurahan Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung

Morawa. Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta, memiliki suku Jawa dan

juga sebagai penerima manfaat program P2KP.

6. Ibu Rara Siregar, perwakilan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

yang tinggal di Dusun II, Kelurahan Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung

(17)

Mandailing dan juga sebagai penerima manfaat program P2KP.

7. Ibu Sumiati, perwakilan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang

tinggal di Dusun I, Kelurahan Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung

Morawa. Beliau bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga, memiliki suku

Jawa dan juga sebagai penerima manfaat program P2KP.

Tabel IV.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Orang Persentase %

Laki-laki 5 71,00 %

Perempuan 2 29,00 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Dari data yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa informan penelitian

yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari 5

orang laki-laki (71,00 %) dan 2 orang perempuan (29,00 %). Hal ini menunjukkan

bahwa partisipasi laki-laki terhadap keberadaan program P2KP cukup tinggi,

dengan berpartisipasi dalam program ini diharapkan dapat memanfaatkan dana

tersebut sehingga dengan bantuan dana tersebut tingkat kesejahteraan masyarakat

dapat meningkat.

Tabel IV.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia Kelompok Umur Jumlah Orang Persentase %

25 – 29 1 14,28 %

30 – 34 1 14,28 %

(18)

40 – 44 2 28,57 %

45 – 49 1 14,28 %

50 - 54 2 28,57 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Tabel IV.3 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase

SD 1 14,28 %

SMP 2 28,57 %

SMA 2 28,57 %

S1 2 28,57 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Tabel IV.4 Identitas Informan Berdasarkan Tempat Tinggal Lingkungan Jumlah Orang Persentase (%)

Dusun I 2 28,57 %

Dusun II 2 28,57 %

Dusun III 1 14,28 %

Dusun IV 2 28,57 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

(19)

yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari 2

orang dari setiap lingkungan yang ada di Kelurahan Dagang Kelambir yang terdiri

dari empat (4) lingkungan. Peneliti menetapkan masing-masing 2 orang dari

setiap lingkungan agar dapat mewakili dari semua lingkungan yang ada di

Kelurahan Dagang Kelambir tersebut.

Tabel IV.5 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan Kategori Pekerjaan Jumlah Orang Persentase (%)

Buruh 2 28,57 %

Ibu Rumah Tangga 2 28,57 %

Pegawai Negri Sipil 1 14,28 %

Wiraswasta 2 28,57 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian memiliki

pekerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa

informan penelitian mempunyai pekerjaan sebagai buruh, ibu rumah tangga, PNS

dan wiraswasta.

Tabel IV.6 Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Penghasilan Per Bulan

Tingkat Penghasilan(Rp) Jumlah Orang Persentase (%)

0 - 1.000.000 3 42,85 %

(20)

2.100.000 - 3.000.000 2 28,57 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian yang

mempunyai penghasilan 0 – 1.000.000 merupakan informan terbanyak yaitu 3

orang atau sekitar 42,85 %. Karena di Kelurahan Dagang Kelambir ini banyak

masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan tetap sehingga penghasilan mereka

masih di bawah rata-rata.

Tabel IV.7 Identitas Informan Berdasarkan Etnis/Suku

Etnis/Suku Jumlah Orang Persentase (%)

Jawa 5 71,42 %

Mandailing 1 14,28 %

Minangkabau 1 14,28 %

Jumlah 7 100,00 %

Sumber : Data Sekretariat BKM Kelurahan Dagang Kelambir

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan penelitian memiliki

etnis/suku yang bermacam-macam. Dari persentase diatas terlihat bahwa

masyarakat yang berada di Kelurahan Dagang Kelambir lebih didominasi oleh

(21)

IV.2 Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

IV.2.1 Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) pada Desa Dagang Kelambir

Pelaksanaan kebijakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

dilakukan berbagai upaya-upaya melalui pemberdayaan masyarakat dengan

melakukan kegiatan-kegiatan dibidang sosial, ekonomi dan lingkungan guna

menambah keterampilan dan pengetahuan masyarakat. Pelaksanaan kebijakan

penanggulangan kemiskinan juga dilakukan dengan sosialisasi subtansi P2KP,

Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan (RK), Pemetaan

Swadaya (PS) dan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan

Kemiskinan (PJM-Pronangkis). Pada tahapan-tahapan ini masyarakat Kelurahan

Dagang Kelambir mulai belajar untuk merencanakan, mengelola dan

melaksanakan kegiatan sebagai jawaban dari permasalahan. (Sumber : p2kp.org)

Pertanyaan 1 : Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP adalah

dengan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang

tahapannya dimulai dari sosialisasi substansi P2KP, Rembug Kesiapan

Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan (RK), Pemetaan Swadaya (PS),

Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Perencanaan Jangka

Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis), Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM). (Bapak Alfian, Kepala Kelurahan Dagang

(22)

Pertanyaan 2 : Apa tujuan kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk memberikan pemahaman

kepada warga peserta penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan

mengenai tujuan, visi, misi serta strategi implementasi kebijakan program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan. (Bapak Alfian, Kepala Kelurahan

Dagang Kelambir)

Pertanyaan 3 : Apa tahap-tahap kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pada tahap-tahap ini, dilakukan diskusi atau rembug oleh Koordinator

BKM, Faskel dan Masyarakat yang mewakili dari setiap lingkungan. Tujuan dari

diskusi atau rembug ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atau tukar

pikiran kepada seluruh implementor agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada sasaran. (Bapak Ngadirin,

Koordinator BKM)

Diawali dengan sosialisasi Substansi P2KP yang dilakukan secara

personal maupun melalui forum-forum warga ditingkat kelurahan/desa maupun

ditingkat RT/RW dan dusun. Sosialisasi juga dilakukan melalui media

komunikasi elektronik, diseminasi melalui poster maupun brosur spanduk.

(p2kp.org)

Kemudian Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), pada tahap ini Faskel

mengajak atau mengundang masyarakat Kelurahan Dagang Kelambir untuk ikut

berpartisipasi dalam program P2KP. Rembug atau rapat ini dilakukan untuk

(23)

mengkonfirmasi kembali apakah masyarakat siap menerima atau menolak

pelaksanaan P2KP dengan segala konsekuensi dan kontribusinya. (Bapak Ruslan,

Fasilitator Kelurahan)

Dalam tahap ini dimana hasilnya adalah kesiapan warga dari setiap

lingkungan mendaftarkan dirinya sebagai relawan. Hal ini dibenarkan oleh

masyarakat bahwa Faskel telah mengundang seluruh masyarakat untuk

melakukan rembug atau rapat yang membahas tentang kesiapan masyarakat

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan program P2KP. (Bapak Syahril,

Masyarakat Dusun IV)

Refleksi Kemiskinan (RK) masyarakat membuat kriteria kemiskinan dan

mengenali permasalahan sampai pada penyebab kemiskinan. Adapun tujuan dari

RK adalah sebagai berikut :

1. Membangun kesadaran kritis masyarakat mengenal permasalahan

kemiskinan yang bersumber pada lunturnya nilai-nilai kemanusiaan.

2. Membangun kesadaran masyarakat bahwa mereka harus menjadi bagian

dari pemecahan masalah, bukan sebaliknya. (Bapak Ruslan, Fasilitator

Kelurahan)

Kegiatan ini dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat untuk

mengenali masalah kemiskinan di Desa Dagang Kelambir dengan cara

mengumpulkan seluruh data keluarga miskin yang bertujuan untuk

mengentaskan masalah kemiskinan di desa ini. (Ibu Rara Siregar, Masyarakat

Dusun II)

Tahapan selanjutnya adalah Pemetaan Swadaya (PS) dimana masyarakat

(24)

berdasarkan pada kekayaan informasi lokal. Pada tahap ini masyarakat belajar

untuk memahami masalah-masalah kemiskinan dan potensi, baik sumber daya

manusia maupun kemampuan ekonomis serta memungkinkan perkembangannya

secara utuh. (Buku Pedoman P2KP)

Hal ini bertujuan agar masyarakat belajar untuk mengoptimalkan potensi

yang dimiliki masyarakat itu sendiri dan memanfaatkan potensi tersebut untuk

dapat menanggulangi kemiskinannya dan mengurangi ketergantungan pada

bantuan P2KP ini. (Bapak Ruslan, Fasilitator Kelurahan)

Selanjutnya dilakukan Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) mengingat bahwa program P2KP merupakan program pengentasan

kemiskinan yang melalui pemberdayaan masyarakat berbasis kelembagaan lokal,

yang artinya lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dalam rangka mewujudkan

pemberdayaan masyarakat. (Buku Pedoman P2KP)

Peran BKM dalam penanggulangan kemiskinan ini untuk membangun

modal sosial dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan

menggalang solidaritas serta kesatuan sosial masyarakat melalui kerjasama guna

memperkuat keswadayaan masyarakat. (Bapak Ngadirin, Koordinator BKM)

BKM ini merupakan organisasi lokal yang dibentuk oleh masyarakat

secara demokratis dari perwakilan di setiap lingkungan. Pembentukan BKM ini

dilakukan untuk membantu aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam merumuskan

kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan

Dagang Kelambir. (Ibu Rara Siregar, Masyarakat Dusun II)

Kemudian tahap Perencanaan Jangka Menengah Program

(25)

bersama relawan, masyarakat serta pemerintah desa/kelurahan dan

lembaga-lembaga lokal. (Buku Pedoman P2KP)

Dalam tahap ini, BKM diharapkan dapat mendorong peran aktif

masyarakat setempat untuk menyampaikan aspirasinya, memberikan masukan

dan saran. BKM juga bekerja sama dengan pemerintah desa untuk memberikan

arahan dan gambaran umum terhadap permasalahan kemiskinan. (Bapak Alfian,

Kepala Kelurahan Dagang Kelambir)

Kegiatan PJM-Pronangkis dapat berjalan dengan baik dan lancar karena

adanya masukan-masukan dan usulan kegiatan yang telah tersusun, sehingga

dalam program jangka menengah ini sesuai dengan permasalahan yang ada di

setiap lingkungan. (Ibu Sumiati, Masyarakat Dusun I)

Pada tahapan ini masyarakat Kelurahan Dagang Kelambir mulai belajar

untuk merencanakan, mengelola dan melaksanakan kegiatan sebagai jawaban

dari permasalahan yang diperoleh pada tahap RK dan PS. Penyusunan ini

dilakukan oleh masyarakat dan Koordinator BKM yang hasilnya dituangkan

dalam PJM-Pronangkis dengan dasar nilai-nilai universal dan prinsip

kemasyarakatan untuk menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan masyarakat

yang madani di Kelurahan Dagang Kelambir. (Bapak Ngadirin, Koordinator

BKM)

Selanjutnya Membangun Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), yang

dimaksud KSM disini adalah sekumpulan atau sekelompok orang yang

mebghimpun secara sukarela dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu

kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok memiliki

(26)

KSM ini adalah wadah, aspirasi untuk menerima dan membahas tentang

cara menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program P2KP yang

dilakukan oleh para relawan yang telah membentuk KSM dan juga sebagai

penerima bantuan program P2KP. KSM ini bukan berada dibawah BKM, namun

dalam melaksanakan kegiatan program P2KP KSM dimonitor dan diawasi oleh

BKM. (Bapak Rusli, Masyarakat Dusun III)

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan program P2KP dilakukan

pengawasan pelaksanaan P2KP, pengawasan pelaksanaan P2KP ini dilakukan

oleh BKM melalui pemantauan untuk memastikan bahwa dana yang disediakan

telah dipergunakan dengan sebagaimana mestinya. (Bapak Ngadirin selaku

Koordinator BKM)

Adapun tujuan dari pengawasan pelaksanaan P2KP adalah :

1. Agar proses pelaksanaan sesuai dengan aturan dan tujuan program.

2. Agar kegiatan dan pemanfaatan dana sesuai dengan rencana dan transparan.

3. Agar dapat mengendalikan pelaku P2KP sesuai dengan tugas dan fungsinya

masing-masing.

Pertanyaan 4 : Apa sasaran dan tujuan dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

1. Tujuan P2KP adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri

untuk mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

b. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan mendorong kelompok

(27)

tumbuh gerakan bersama untuk terwujudnya sinergi dalam

penanggulangan kemiskinan.

c. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat yang miskin

dan kurang mampu secara ekonomi menjadi lebih berdaya, mandiri dan

bermartabat. (Buku Pedoman P2KP)

2. Sasaran P2KP

a. Masyarakat yaitu seluruh masyarakat kelurahan dengan penerima

manfaat langsung adalah keluarga miskin.

b. Pemerintah Daerah yaitu Kecamatan dan Kelurahan.

c. Penerima manfaat program P2KP baik secara kelompok maupun

perorangan.

Secara rinci sasaran kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di

Desa Dagang Kelambir adalah sebagai berikut : (Bapak Ngadirin, Koordinator

BKM)

a. Sasaran di Bidang Sosial

1) Mengadakan santunan jompo

2) Mengadakan santunan anak kurang mampu atau yatim/piatu

b. Sasaran di Bidang Lingkungan

1) Melakukan pengerasan jalan

2) Membuat saluran air (drainase)

3) Membuat irigasi

c. Sasaran di Bidang Ekonomi

1) Mengadakan pelatihan komputer

(28)

Pertanyaan 5 : Apa kriteria bagi penerima manfaat dalam program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Adapun kriteria bagi penerima manfaat program P2KP baik calon anggota

lembaga swadaya masyarakat maupun perorangan adalah sebagai berikut :

1. Memiliki Kartu Identitas Penduduk

Mereka yang berhak untuk dijadikan peserta program P2KP adalah semua

penduduk yang termasuk dalam golongan ekonomi lemah (miskin) yang

tinggal diwilayah administratif pemerintah desa/kelurahan perkotaan. Hal

ini identik dengan kepemilikan KTP, namun demikian bila terdapat

anggota masyarakat yang tidak memiliki KTP tetapi keberadaannya

benar-benar dapat diterima oleh warga dilingkungannya, maka atas persetujuan

musyawarah lembaga-lembaga masyarakat mereka dapat didaftarkan

menjadi peserta program penanggulangan kemiskinan di perkotaan.

2. Kepada Rumah Tangga Tidak Memiliki Pekerjaan

Orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan atau yang bekerja tidak tetap,

memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi peserta program ini dari

pada mereka yang mempunyai pekerjaan tetap meski penghasilannya tidak

mencukupi.

3. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Banyak

Jumlah tanggungan yang banyak di dalam keluarga ini juga memiliki

peluang yang besar untuk menjadi peserta program P2KP.

4. Kondisi Rumah

(29)

yang tidak mempunyai kesempatan untuk menjadikan kualitas tempat

tinggalnya diatas standar umum kehidupan perkotaan merupakan keluarga

yang berpeluang untuk mendapatkan bantuan program penanggulangan

kemiskinan. (Bapak Alfian, Kepala Kelurahan Dagang Kelambir)

Pertanyaan 6 : Bagaimana kualitas kinerja para pelaksana program P2KP dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan tersebut?

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh lembaga-lembaga masyarakat

pada Desa Dagang Kelambir sudah cukup baik untuk melaksanakan kebijakan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada pada lembaga-lembaga tersebut.

Keterlibatan pemerintah kelurahan juga saling bekerja sama dalam penggalangan

swadaya masyarakat serta memfasilitasi berbagai pertemuan-pertemuan untuk

mendiskusikan berbagai persoalan yang timbul di masyarakat. (Bapak Ngadirin,

Koordinator BKM Kelurahan Dagang Kelambir)

Pemerintah kelurahan dalam merealisasikan Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) tetap terlibat dan selalu memberi dukungan sehingga

masyarakat dapat menggunakan dana tersebut dengan baik. BLM disalurkan

langsung dari Bank ke masyarakat melalui BKM yang kemudian dalam

pelaksanaannya dibantu oleh KSM.

Namun hal yang harus diketahui bahwa dalam proses

mengimplementasikan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP) dilaksanakan oleh para sukarelawan yang ada di lembaga-lembaga

masyarakat yang juga merupakan penerima manfaat dari program tersebut

(30)

sasaran.

Pertanyaan 7 : Bagaimana ketersediaan dana yang dialokasikan dalam mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan tersebut?

Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang telah diberikan

ke Kelurahan Dagang Kelambir sebesar Rp. 150.000.000,00 yang dialokasikan

untuk kegiatan Tridaya (sosial, ekonomi dan lingkungan). Pelaksanaannya

dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang merupakan panitia

pelaksana program yang telah ditetapkan. Dana tersebut dibagikan untuk kegiatan

Tridaya diantaranya dalam alokasi lingkungan 70%, alokasi sosial 10% dan

alokasi kegiatan ekonomi 20%. (Bapak Alfian, Kepala Kelurahan Dagang

Kelambir)

1. Alokasi Dana BLM untuk Kegiatan Sosial

Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan sosial di Desa Dagang

Kelambir adalah sebesar Rp. 15.000.000,00. Dalam pelaksanaannya dana ini

dibagi menjadi dua yang digunakan untuk kegiatan santunan jompo dan kegiatan

anak kurang mampu atau yatim/piatu. (Bapak Syahril, perwakilan dari KSM)

Berikut adalah tabel alokasi dana BLM dalam kegiatan sosial P2KP di

Kelurahan Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa :

Tabel IV.7 : Alokasi Dana Kegiatan Sosial

No. Jenis Kegiatan Jumlah Alokasi

Dana

Jumlah

Pemanfaat

(31)

2. Santunan Yatim/Piatu Rp. 7.500.000,00 100 Orang

Total Rp. 15.000.000,00 200 Orang

Sumber : Sekretariat BKM Desa Dagang Kelambir 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam kegiatan sosial ini, santunan

jompo dan santunan anak kurang mampu atau yatim/piatu masing-masing

mendapatkan santunan adalah sebesar Rp. 7.500.000,00 dengan nilai total

santunan adalah sebesar Rp. 15.000.000,00 yang akan dibagikan kepada 200

orang pemanfaat program P2KP. Dalam hal ini setiap orang pemanfaat

masing-masing mendapatkan santunan sebesar Rp. 75.000,00.

2. Alokasi Dana BLM untuk Kegiatan Lingkungan

Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan lingkungan di Desa Dagang

Kelambir adalah sebesar Rp. 105.000.000,00. Pelaksanaan untuk kegiatan

lingkungan terdiri dari proyek drainase dan prasarana irigasi. Dalam tahap ini ada

4 lingkungan yang akan ikut berpartisipasi dalam proyek ini. Berikut adalah tabel

alokasi dana BLM untuk kegiatan lingkungan P2KP yang diberikan kepada

masing-masing lingkungan.

Tabel IV.8 : Alokasi Dana Kegiatan Lingkungan

No. Lingkungan Drainase Irigasi Jumlah Dana

1. 1 15.000.000 10.000.000 25.000.000

2. 2 10.000.000 15.000.000 25.000.000

3. 3 10.000.000 20.000.000 30.000.000

(32)

Total 45.000.000 60.000.000 105.000.000

Sumber : Sekretariat BKM Desa Dagang Kelambir 2015

Dari tabel diatas dapat kita lihat alokasi dana untuk kegiatan sosial merata

dan disesuaikan dengan luas masing-masing lingkungan yang ada di Desa Dagang

Kelambir. Dalam proses pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan oleh masyarakat

itu sendiri secara bergotong-royong sehingga dapat selesai dalam waktu yang

relatif cepat.

3. Alokasi Dana BLM untuk Kegiatan Ekonomi

Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan ekonomi di Desa Dagang

Kelambir adalah sebesar Rp. 20.000.000,00. Ada dua kegiatan yang merupakan

kegiatan pelatihan untuk melatih kemampuan dalam bekerja. Kedua pelatihan

tersebut meliputi pelatihan menjahit dan pelatihan komputer.

Berikut adalah tabel alokasi dana BLM untuk kegiatan Ekonomi P2KP di

Desa Dagang Kelambir :

Tabel IV.9 : Alokasi Dana Kegiatan Ekonomi

No. Jenis Kegiatan Jumlah Dana Lama Pelatihan

1. Pelatihan Komputer Rp. 10.000.000 2 bulan

2. Pelatihan Menjahit Rp. 10.000.000 2 bulan

Total Rp. 20.000.000 2 bulan

Sumber : Sekretariat BKM Desa Dagang Kelambir 2014

Dalam tabel diatas dapat kita lihat kegiatan ekonomi dititik beratkan pada

pelatihan-pelatihan yang produktif, yang nantinya diharapkan kepada masyarakat

selepas mengikuti pelatihan-pelatihan dapat membuka usahanya sendiri atau

(33)

diperoleh pada saat pelatihan.

Dalam pemanfaatan dana BLM tersebut kegiatan-kegiatan yang sudah

dialokasikan dananya yang telah disetujui dan didasarkan pada Perencanaan

Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis).

Kegiatan-kegiatan yang telah selesai akan dibuat laporan pertanggungjawabannya

dan diserahkan kepada BKM dan pemerintah kelurahan. (Bapak Alfian, Kepala

Kelurahan Dagang Kelambir)

Pertanyaan 8 : Bagaimana proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi terhadap implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di Desa Dagang Kelambir?

Proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi terhadap implementasi

kebijakan program penanggulangan kemiskinan di Desa Dagang Kelambir

berjalan dengan baik kepada pihak-pihak terkait seperti Faskel, BKM maupun

KSM. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak BKM kepada KSM melalui

jumpa warga, sosialisasi seperti ini perlu dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman kepada penerima manfaat program dan pemahaman ini juga

merupakan kontrol awal dari implementasi program P2KP. (Bapak Ngadirin,

Koordinator BKM)

Keterlibatan pemerintah desa/kelurahan dalam mendukung pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan dan saling bekerja sama dengan BKM

dalam memsosialisasikan program penanggulangan kemiskinan kepada

masyarakat untuk mendiskusikan permasalahan apa yang timbul dimasyarakat

(34)

keberhasilan program ini baik dari tataran pemerintah desa/kelurahan dan

lembaga-lembaga peduli lainnya. (Bapak Syahril, Masyarakat Dusun IV)

Dalam penyusunan program BKM dan pemerintah desa diharapkan

kepada masyarakat untuk memberikan masukan-masukan terhadap rencana

pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sehingga para pelaksana dapat

menggambarkan permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang

dibutuhkan serta program dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

Pertanyaan 9 : Bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas dalam mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan? Dan bagaimana pembentukan organisasi yang dilakukan?

Struktur organisasi dalam mengimplementasikan program penanggulangan

kemiskinan adalah lembaga-lembaga dan unit-unit pengelola telah memiliki tugas

dan fungsinya masing-masing. Proses pembentukan organisasi masyarakat sangat

penting mengingat bahwa program P2KP merupakan program pengentasan

kemiskinan melalui organisasi seperti BKM sebagai pemberdayaan masyarakat

berbasis kelembagaan lokal.

Kemudian dilaksanakan KSM dalam menjalankan program tersebut.

Pembentukan organisasi ini dipilih sendiri oleh masyarakat dengan menunjuk

warga yang memiliki kemampuan sosial yang baik dengan warga yang lain.

(Bapak Ngadirin, Koordinator BKM)

Struktur organisasi dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di

(35)

Lembaga-Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan Unit-Unit Pengelola Sosial, Lingkungan

dan Keuangan. Maka Kepala Desa Dagang Kelambir mempunyai tanggung jawab

dan tugas sebagai berikut :

1. Kepala Desa/Kelurahan

Kepala Desa berkedudukan sebagai pimpinan dan penanggung jawab

penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala Desa bertindak sebagai lembaga

eksekutif dalam pemerintahan desa untuk menjalankan roda pemerintahan desa.

Kepala Desa dipilih langsung oleh masyarakat desa melalui pemilihan kepala desa

(Pilkades) yang bersifat langsung bila masa pemerintahan kepala desa telah

berakhir. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa memegang jabatan

5 (lima) tahun dan kemudian dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode

masa jabatan. Kepala Desa bukan sebagai pegawai pemerintahan dan harus

melepaskan jabatan sebelumnya untuk menjaga netralitas dalam mewujudkan

otonomi desa.

2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu badan kolektif

masyarakat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan P2KP pada tingkat

kelurahan. Dalam melaksanakan suatu program secara maksimal dan sesuai

dengan tujuan maka perlu adanya pembentukan badan yang bertindak sebagai

pelaksana yang juga sekaligus bertanggung jawab dalam pelaksanaan program.

Pengorganisasian ini bukan hanya sekedar menyangkut unit atau badan

tetapi metode yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan juga telah

ditetapkan. Dengan demikian dapat terwujud program yang terstruktur dan

(36)

Selain BKM, lembaga lain yang penting adalah Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM).

3. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

KSM adalah kelompok orang yang menyatukan diri secara sukarela dan

dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya yang ada di masyarakat dan

juga sebagai penerima manfaat dalam program P2KP tersebut. Anggota KSM

juga sama seperti seperti BKM, mereka adalah orang-orang yang dipilih dan

dipercaya oleh masyarakat dalam pelaksanaan P2KP.

Adapun Struktur Organisasi Pelaksanaan P2KP Desa Dagang Kelambir

sebagai berikut :

Bagan III.2 : Struktur Organisasi Pelaksanaan P2KP Desa Dagang Kelambir

Sumber : Sekretariat BKMKelurahan Dagang Kelambir 2014

b. Fungsi dan Tugas

Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Desa dalam Pelaksanaan P2KP :

1. Membantu sosialisasi tingkat kelurahan/desa dan Rembug

Kesiapan Masyarakat (RKM) yang menyatakan kesiapan

masyarakat untuk mendukung dan melaksanakan P2KP.

Kepala Desa Badan Permusyawaratan Desa

(BKM)

(37)

2. Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus dan

masyarakat dengan Tim Fasilitator Kelurahan dan relawan

masyarakat dalam penyebarluasan informasi dalam pelaksanaan

P2KP.

3. Memfasilitasi terselenggaranya Pemetaan Swadaya (PS) dalam

rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumber daya masyarakat

yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat.

4. Memfasilitasi program pembentukan Lembaga Keswadayaan

Masyarakat (LKM) yang bentuk-bentuk dukungannya disesuaikan

dengan kebutuhan penduduk masyarakat setempat.

5. Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka

Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronagkis)

dan Rencana Tahunan (Renta) oleh masyarakat yang

diorganisasikan oleh LKM.

6. Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan

LKM dan memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta

penanganan dan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan P2KP

diwilayah kerjanya.

Fungsi BKM adalah :

1. Sebagai roda penggerak masyarakat warga untuk senantiasa

menggali dan melembagakan kembali nilai-nilai luhur

kemanusiaan.

2. Sebagai penggalang solidaritas dan kesatuan sosial warga untuk

(38)

dalam penanggulangan kemiskinan.

3. Mengorganisir segenap potensi masyarakat.

4. Membudayakan sikap keberpihakan kepada masyarakat miskin.

5. Membangun gerakan kepedulian dan relawan-relawan masyarakat.

6. Lembaga kepercayaan masyarakat.

7. Sebagai pusat pembelajaran masyarakat melalui pengembangan

komunitas belajar kelurahan.

Tugas BKM :

1. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan keputusan yang berkaitan

dengan pelaksanaan P2KP khususnya dan penanggulangan

kemiskinan umumnya.

2. Menyusun rencana program P2KP diwilayahnya berdasarkan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

3. Melembagakan nilai-nilai universal dalam pelaksanaan

penanggulangan kemiskinan dan kehidupan bermasyarakat

diwilayahnya.

4. Membangun kepercayaan pihak luar untuk dapat menjalin

kerjasama dan kemitraan.

Peran dan Fungsi KSM :

1. Sebagai sarana pendorong dalam proses perubahan sosial.

2. Sebagai wadah pembahasan dan penyelesaian masalah.

3. Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi.

4. Sebagai wadah untuk menggalang tumbuhnya rasa saling percaya.

(39)

masyarakat.

6. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan.

7. Menjaga dan memelihara keberlangsungan kegiatan.

(Sumber : Sekretariat BKMKelurahan Dagang Kelambir 2015)

Pertanyaan 10 : Bagaimana persepsi dan pemahaman pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat mengenai adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

Persepsi pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan

masyarakat mengenai adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

sangat baik dan sangat mendukung karena dengan adanya program ini

masyarakat lebih memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bekerja sehingga

angka kemiskinan yang ada di desa ini juga berkurang.

Pemahaman pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan

masyarakat mengenai adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

juga dinilai baik dalam sosialisasi maupun implementasinya. (Bapak Ngadirin

selaku Koordinator BKM)

Pertanyaan 11 : Bagaimana intensitas sosialisasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang disampaikan kepada masyarakat mengenai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat pada dasarnya merupakan

penyebaran atau bertukar ide sampai menemukan gagasan yang baru dalam suatu

(40)

masyarakat memahami defenisi sosialisasi, tujuan atau isi materi sosialisasi serta

kelompok sasaran. (Bapak Ngadirin selaku Koordinator BKM)

Proses sosialisasi program yang dilakukan oleh para pelaksana sudah

melalui tahapan yang benar sesuai dengan pedoman umum program P2KP.

Sosialisasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, secara

langsung sosialisasi dilakukan dengan para pelaksana program P2KP seperti

kepala desa, faskel, koordinator LKM dan masyarakat.

Sedangkan sosialisasi secara tidak langsung dilakukan melalui media

spanduk, pamflet dan lain-lain. Kendati demikian para pelaksana program P2KP

dituntut untuk lebih mempunyai wawasan yang lebih luas mengenai program

dalam menanggulangi kemiskinan.

Pertanyaan 12 : Apakah pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat mendukung dengan adanya program P2KP ini?

Pemerintah desa/kelurahan dan lembaga-lembaga keswadayaan

masyarakat menyatakan sangat mendukung sekali dengan adanya program ini

agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan

yang berlaku sehingga tujuan yang yang diharapkan dapat tercapai. (Bapak

Ngadirin selaku Koordinator BKM)

Program ini merupakan program pemerintah yang secara substansi

berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan

masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah

dan kelompok peduli setempat. Sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian

(41)

nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal yang telah disajikan di bab

sebelumnya. (Buku Pedoman Umum P2KP)

Pertanyaan 13 : Bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di Desa Dagang Kelambir?

Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang

mengacu pada konsep tridaya yang terdiri dari komponen sosial, ekonomi dan

lingkungan. Masih banyak permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan pada

Desa Dagang Kelambir masih sangat memprihatinkan karena tidak adanya

tempat penampungan untuk orangtua jompo atau lanjut usia (lansia).

Warga miskin juga tidak punya modal dan/atau kekurangan modal untuk

usaha mereka dan kondisi jalan lingkungan sudah tidak layak baik jalan maupun

gang-gang kecil. (Bapak Ngadirin selaku Koordinator BKM)

Pendekatan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan mengangkat

kesejahteraan masyarakat bukan hanya peningkatan kualitas hidup warga negara

tetapi merespon masalah pembangunan yang terdistorsi. Kondisi pembangunan

yang terdistorsi dengan mengkaitkan pembangunan dengan menyatukan tujuan

sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan, seperti penangangan

kemiskinan dengan pembangunan dientaskan dengan cara sosial serta cara

ekonomi dan pembangunan lingkungan, bukannya berdiri sendiri tanpa adanya

keterkaitan.(Bapak Alfian, Kepala Kelurahan Dagang Kelambir)

(42)

kemiskinan di perkotaan?

Pemerintah desa/kelurahan, lembaga-lembaga dan masyarakat sangat

mendukung untuk pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dengan turut

berpartisipasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan demi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat agar mampu secara mandiri untuk mengembangkan

lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

Selanjutnya juga mendorong kelompok peduli untuk bekerjasama dengan

organisasi masyarakat setempat agar tumbuh gerakan bersama untuk terwujudnya

sinergi dalam penanggulangan kemiskinan. (Bapak Ngadirin selaku Koordinator

BKM).

Dengan adanya pelaksanaan kegiatan P2KP tersebut masyarakat jadi

memahami masalah-masalah kemiskinan dan potensi, baik sumber daya manusia

maupun kemampuan ekonomi. Masyarakat juga dapat menggali potensi dengan

memanfaatkan fasilitas yang tersedia dan mengoptimalkan potensinya dengan

mengurangi ketergantungan bantuan dana dari pemerintah. (Bapak Alfian,

Kepala Kelurahan Dagang Kelambir)

VI.2.2 Kendala-Kendala apa yang dihadapi dalam Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)?

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi penanggulangan

kemiskinan di perkotaan P2KP, kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah tidak dapat mendata semua masyarakat miskin di desa

tersebut, sehingga program penanggulangan tersebut belum berjalan sesuai

(43)

2. Masyarakat yang layak mendapat bantuan program penanggulangan

kemiskinan masih banyak masyarakat yang tidak memiliki KTP atau KK

sehingga tidak semua masyarakat miskin yang dapat bantuan program

P2KP. Namun demikian bila terdapat anggota masyarakat yang tidak

memiliki KTP tetapi keberadaannya benar-benar dapat diterima oleh

warga dilingkungannya, maka atas persetujuan musyawarah para

pelaksana P2KP mereka dapat didaftarkan.

3. Tidak sesuainya kebutuhan masyarakat dengan anggaran dana yang

disediakan dalam implementasi penanggulangan kemiskinan, sementara

masih banyak kegiatan-kegiatan dan perbaikan-perbaikan pembangunan

yang perlu dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan tersebut.

4. Belum tersosialisasikannya Program Koperasi Usaha Rakyat (KUR) dan

Pinjaman Dana Bergulir kepada masyarakat sehingga masyarakat masih

belum bisa untuk membuka usahanya sendiri karena kurangnya modal

usaha.

5. Program-program penanggulangan kemiskinan pemerintah masih

bertumpu pada pendekatan “the needy” (“untuk yang miskin saja”) yaitu

pendekatan targeted. Sementara banyak bidang memerlukan pendekatan

yang universal (untuk semua), seperti dalam hal jaminan kesehatan,

(44)

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Dagang Kelambir

Pada implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di

perkotaan pada Desa Dagang Kelambir masih banyak yang harus dibenahi

karena masih banyak kekeliruan kebijakan yang terjadi, maka jelaslah masalah

kemiskinan hingga kini masalah kemiskinan belum juga dapat ditekan hingga

titik yang terendah.

Sehingga dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan masih salah

sasaran dan tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,

perlu dilakukannya peningkatan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan

di perkotaan di Desa Dagang Kelambir.

Kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan suatu kebijakan harus

terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya yang berkualitas sesuai

dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan

memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan

kebijakan. Keterlibatan pemerintah kelurahan juga saling bekerja sama dalam

penggalangan swadaya masyarakat serta memfasilitasi berbagai

pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang timbul di masyarakat.

Berdasarkan pernyataan masyarakat, kinerja koordinator BKM dan

pengurus KSM yang menangani tentang pelaksanaan P2KP tersebut sudah cukup

baik. Tetapi masih minimnya inisiatif untuk membuat kegiatan sendiri dalam

(45)

sumber daya manusianya baik dari segi kuantitas dan kualitasnya belum

mencukupi dan belum melaksanakan tugasnya dengan baik dalam

pengimplementasian P2KP tersebut.

Adapun sumber daya keuangan yang tersedia belum mencukupi, hal ini

dikarenakan perlunya pelatihan dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan agar

penerima manfaat tersebut bisa mandiri dan mampu mengembangkan

keterampilan dan pengetahuan mereka.

Dalam variabel sumber daya menurut Van Meter dan Van Horn (1975),

implementasi perlu dukungan dari sumber daya manusia maupun sumber daya

non-manusia. Hal ini penting agar suatu implementasi program penanggulangan

kemiskinan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

Sebab dengan adanya kecukupan sumber daya seluruh proses

implementasi akan dapat berjalan dengan baik sehingga mampu memberikan

dampak positif dan bermanfaat bagi banyak orang yang mendapat bantuan dari

program P2KP tersebut.

Menurut George C. Edward III (1980), dalam variabel sumber daya, jika

isi kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi

implementor kekurangan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber

daya keuangan, implementasi tidak berjalan dengan efektif. Karena sumber daya

adalah faktor yang sangat penting untuk implementasi kebijakan agar efektif dan

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Selanjutnya proses komunikasi yang dilakukan oleh Fasilitator Kelurahan

dan Koordinator BKM ini semakin efektif karena turut dibantu oleh Kepala

(46)

Kelurahan ini, antusias warga akan semakin meningkat skarena Kepala Kelurahan

tentunya dekat dengan warga dan saling mengenal. Sehingga kepercayaan warga

untuk mengikuti program yang ada juga semakin meningkat.

Terlibatnya Kepala Kelurahan ini menjadi salah satu bagian penting dalam

proses tercapainya tujuan dalam implementasi program penanggulangan

kemiskinan di tingkat kelurahan. Demikian halnya dengan keterlibatan BKM.

Tentunya dengan adanya kerjasama antara lembaga maupun bidang ini, proses

komunikasi dengan warga akan semakin lancar.

Dapat dilihat bahwa Kepala Kelurahan di Desa Dagang Kelambir

berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, BKM dan KSM dengan memfasilitasi

proses sosialisasi menyelesaikan persoalan dan konflik serta penanganan dan

pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan P2KP diwilayah kerjanya dan sangat

mendukung dengan membantu untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan

dengan pengurus BKM maupun KSM.

Kemudian dalam proses pembentukan organisasi BKM dan KSM juga

berlangsung dengan demokratis karena melibatkan warga dan bahkan warga

memilih sendiri yang menjadi perwakilan mereka di BKM dan KSM tersebut. Hal

ini menunjukkan kemandirian warga dan antusias mereka untuk memilih yang

menjadi pengurus di BKM dan KSM sudah berjalan dengan baik.

Pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat juga

sangat mendukung karena dengan adanya program ini masyarakat lebih memiliki

keterampilan dan kemampuan dalam bekerja sehingga angka kemiskinan yang

ada di desa ini juga berkurang. Pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga

(47)

kepada masyarakat tentang adanya program P2KP ini melalui beberapa

sosialisasi dan rapat-rapat lainnya.

Dengan beberapa sosialisasi dan rapat-rapat ini tentu membuat

masyarakat lebih berpartisipasi dalam implementasi dan sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu implementasi program penanggulangan kemiskinan di

Desa/Kelurahan Dagang Kelambir.

Disposisi yang dilihat penulis adalah terkait kebijakan, pemahaman dan

intensitas dari implementor. Dalam implementasi program penanggulangan

kemiskinan dapat disimpulkan bahwa pemahaman implementor terkait

tupoksinya sudah cukup baik dan memadai. Sehingga dapat terbangun gerakan

kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan.

Menurut teori Van Meter dan Van Horn (1975) pada variabel disposisi

implementor sudah sesuai karena sudah mencakup tiga (3) hal yang penting

yakni, respon implementor terhadap kebijakan, pemahaman implementor

terhadap kebijakan dan intensitas implementor terhadap kebijakan.

Dalam disposisi implementor terdapat hubungan yang positif antara sikap

dengan implementasi penanggulangan kemiskinan, yang berarti apabila sikap

para pelaksana program P2KP baik maka implementasi penanggulangan

kemiskinan baik pula, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan menurut George C. Edward III (1980), disposisi implementor

hampir sama karena dalam teori ini juga memiliki watak dan karakteristik seperti

komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Hal ini menentukan implementor

memiliki disposisi yang baik agar dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik

(48)

Pendekatan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan mengangkat

kesejahteraan masyarakat bukan hanya peningkatan kualitas hidup warga negara

tetapi merespon masalah pembangunan yang terdistorsi. Kondisi pembangunan

yang terdistorsi dengan mengkaitkan pembangunan dengan menyatukan tujuan

sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan, seperti penangangan

kemiskinan dengan pembangunan dientaskan dengan cara sosial serta cara

ekonomi dan pembangunan lingkungan, bukannya berdiri sendiri tanpa adanya

keterkaitan.

Mengingat masih banyaknya permasalahan sosial, ekonomi dan

lingkungan pada Desa Dagang Kelambir masih sangat memprihatinkan karena

tidak adanya tempat penampungan untuk orangtua jompo atau lanjut usia

(lansia). Warga miskin juga tidak punya modal dan/atau kekurangan modal untuk

usaha mereka karena belum tersedianya Koperasi Usaha Rakyat (KUR) atau

Pinjaman Dana Bergulir dan kondisi jalan lingkungan sudah tidak layak baik

jalan maupun gang-gang kecil.

Berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn (1975), implementasi

program penanggulangan kemiskinan mengacu pada sosial, ekonomi dan politik

yang dapat mempengaruhi keberhasilan, yakni dengan mendukung atau menolak

suatu implementasi kebijakan tersebut.

Oleh karena itu, pada program penanggulangan kemiskinan lebih

ditingkatkan pada peningkatan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan penerima

manfaat dari program ini. Sehingga proses pengentasan kemiskinan dapat

(49)

V.2 Kendala-Kendala yang dihadapi dalam dalam Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Dalam implementasi program penanggulangan kemiskinan pemerintah

tidak dapat mendata semua masyarakat miskin di desa tersebut karena masih

kurangnya masyarakat yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP),

sehingga jumlah masyarakat yang mampu mengakses program tersebut tidak

sesua dengan kuota yang tersedia.

Selain itu, proses pendataan juga belum berjalan dengan maksimal. Hal ini

disebabkan implementor masih belum sepenuhnya mampu menggunakan

teknologi yang ada untuk melakukan pendataan. Selain itu juga disebabkan

kurangnya pemahaman implementor dalam melakukan proses pendataan.

Dalam setiap menjalankan suatu program tentu dapat dipastikan ada

masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan suatu program. Khususnya

sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan.

Sumber daya manusia dan sumber daya keuangan dalam pelaksanaan program

P2KP ini masih belum memadai.

Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi atau komunikasi kepada para

pelaksana dan kurangnya dana dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan

sehingga masyarakat yang seharusnya mendapat bantuan tidak terdata dengan

baik dan anggaran dana yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan karena

masih banyak kegiatan dan perbaikan-perbaikan pembangunan yang perlu

(50)

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil

analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun kesimpulan dari

penelitian ini adalah :

1. Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan (P2KP) (Studi pada Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung

Morawa).

Pada aspek ukuran dan tujuan kebijakan, secara keseluruhan pelaksanaan

program P2KP di Desa Dagang Kelambir sudah sesuai dengan aturan yang ada

meskipun tidak berjalan dengan maksimal dan masih ada kegiatan yang kurang

sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan P2KP tersebut

tentu ada kekurangan disamping keberhasilannya.

Dalam aspek sumber daya kinerja para pelaksana P2KP yang menangani

tentang implementasi P2KP tersebut sudah cukup baik. Maka Dapat disimpulkan

bahwa dari sumber daya manusianya baik dari segi kuantitas dan kualitasnya

belum mencukupi dan belum melaksanakan tugasnya dengan baik dalam

pengimplementasian P2KP

Kemudian dana yang digunakan untuk proses implementasi program

penanggulangan kemiskinan juga dianggap kurang memadai karena masih

banyak kegiatan-kegiatan dan pelatihan-pelatihan yang dilakukan dalam program

penanggulangan kemiskinan.

(51)

terhadap implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di Desa

Dagang Kelambir berjalan dengan baik kepada pihak-pihak terkait seperti Faskel,

BKM maupun KSM.

Para pelaksana penanggulangan kemiskinan dengan saling bekerja sama

dalam melakukan sosialisasi melalui jumpa warga, sosialisasi seperti ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kepada penerima manfaat program

dan pemahaman ini juga merupakan pondasi tercapainya tujuan dari

implementasi program P2KP.

Pada aspek disposisi implementor, persepsi pemerintah daerah dan

lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat mengenai adanya program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan sangat baik dan sangat mendukung

karena dengan adanya program ini masyarakat lebih memiliki keterampilan,

kemampuan dalam bekerja sehingga angka kemiskinan yang ada di desa ini juga

berkurang dan pelaksanaan program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan

aturan yang berlaku sehingga tujuan yang yang diharapkan dapat tercapai .

Pada aspek kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, penanggulangan

kemiskinan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang mengacu pada konsep

tridaya yang terdiri dari komponen sosial, ekonomi dan lingkungan. Terdapat

permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan pada Desa Dagang Kelambir yang

masih sangat memprihatinkan karena tidak adanya tempat penampungan untuk

orangtua jompo/lansia, warga miskin tidak punya modal usaha dan kondisi

lingkungan yang masih harus dibenahi.

(52)

masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan suatu program. Khususnya

sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan.

Sumber daya manusia dan sumber daya keuangan dalam pelaksanaan program

P2KP ini masih belum memadai.

Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi atau komunikasi kepada para

pelaksana dan kurangnya dana dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan

sehingga masyarakat yang seharusnya mendapat bantuan tidak terdata dengan

baik dan anggaran dana yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan karena

masih banyak kegiatan dan perbaikan-perbaikan pembangunan yang perlu

dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan tersebut.

VI.2 Saran

Adapun saran dari peneliti tentang proses Implementasi Kebijakan

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) studi pada Desa

Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

1. Dalam implementasi penanggulangan kemiskinan di perkotaan di Desa

Dagang Kelambir, perlu dilakukan peningkatan kinerja untuk melaksanakan

tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing agar proses penanggulangan

kemiskinan pada desa ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan dengan mendata semua masyarakat miskin yang ada di desa.

2. Menambahkan kegiatan atau pelatihan-pelatihan guna menggali potensi dan

Gambar

Tabel III.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel III.3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel III.4 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel IV.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unlike in the case of rational expectations, where securitization allows an appropriate increase in leverage and investment, when market participants neglect tail risks,

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

Karena untuk mengatasi kemacetan juga dibutuhkan partisipasi dari masyarakat, sistem pengawasan lalu lintas ini juga melakukan pelayanan publik secara live mode

[r]

Agar dapat melihat Aktivitas Organisasi Sekolah (Osis) peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 1 dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Pontianak secara rinci dapat dilihat

[r]

Diantaranya adalah suatu paham yang tidak dapat menjawab persoalan yang dihadapi suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut akan beralih pada paham lain yang menurutnya mampu

(2008), yakni: 1) kentuntasan belajar dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal