• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP)

(Study Kasus pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara

DISUSUN OLEH : RATY SUKMARIA JUFRI

060921010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP)

(Study Pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor Medan)

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Drs. H. M. Husni Thamrin Nst,Msi) (Drs.Marlon Sihombing, MA) NIP : 131 930 631 NIP : 131 568 391

Dekan

(Prof. DR. Arif Nasution, MA)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP)

(Study Pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor Medan)

yang dilaksanakan pada : Hari :

(4)

ABSTRAK

Implementasi Kebijakan

Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur

Kecamatan Medan Johor Medan)

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, Msi

Secara konsepsi Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah masyarakat miskin. Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah telah banyak melakukan usaha untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Salah satu usahanya adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP). Melalui Program ini diharapkan pelaksanaan program ini tidak bersifat parsial, sektoral, dan tidak tepat sasaran, melainkan dengan adanya program ini diharapkan masyarakat secara luas ikut serta dalam memikirkan dan mencari potensi dirinya agar dapat bersama-sama menanggulangi permasalahan kemiskinan dan perduli terhadap kondisi sosial di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), masyarakat dalam bentuk badan keswadayaan masyarakat sebagai lembaga pimpinan kolektif ini memahami akar permasalahan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan prilaku, sikap, dan cara pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan seperti : jujur, dapat dipercaya, ikhlas dan prinsip-prinsip universal kemasyarakatan seperti : transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi.

Implementasi program merupakan faktor penentu dari efektifitas dan efisiensi suatu kebijakan yang dirumuskan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap proses Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilihat dari aspek organisasi, interprestasi, dan penerapan yang diperoleh dengan mengunakan metode deskriptif, diperoleh bahwa masih banyak terdapat kekurangan, ketidakmaksimalan dari kinerja setiap elemen yang telibat di dalamnya. Dari aspek organisasi, pelaksanaan Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan melalui pembentukan Badan Keswadayaan masyarakat telah memiliki struktur kerja yang jelas dan yang terlibat dalam BKM tersebut telah dipilih oleh masyarakat sendiri secara langsung berdasarkan kriteria nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya secara umum sebagai wadah bagi masyarakat miskin khususnya dalam menanmpung ataupun mengakomodir kepentingan masyarakat miskin yang terbentuk dalam suatu kelompok swadaya masyarakat (KSM).

(5)

memanajemen anggaran yang diperlukan untuk setiap kegiatan yang dilakukan karena tidak adanya aturan yang baku. Sedangkan untuk aspek penerapan, segala kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat miskin itu sendiri yang nantinya disesuaikan dengan tujuan dari program penangggulangan kemiskinan di perkotaan ini.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan ataupun dalam pengambilan keputusan.

__________________________________________________________________

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan sebagai rasa syukur saya atas segala

nikmat, berkah dan kesempatan yang diberikanNya kepada seluruh umat manusia

di muka bumi ini kepada Sang Khalik, Pengusa Jagat Raya Yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang Allah SWT. Tak lupa pula shalawat dan salam saya

haturkan kepada Penuntun Kebenaran dan yang menyelamatkan perempuan dari

masa kegelapan yakni Nabi Mummad SAW beserta keluarganya dan semoga

anakmu Fatimah Az-zahra dapat menjadi teladan bagi kaum hawa dalam berjuang

dan terus ”dekat” dengan kaum mustad”afin.

Skripsi ini disusun sebagai bentuk aplikasi secara teoritis dan

pengembangan kemampuan saya dalam membuat suatu karya ilmiah yang akan

menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul ”Implementasi Kebijakan Program

Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Masyarakat Kelurahan

Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan).

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan, motivasi dan kerja

sama dari berbagai pihak belum tentu skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

Untuk itu, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan dan mengucapkan

ribuan rasa syukur dan terima kasih saya yang sebesar-besarnya atas kerjasama

dan motivasi yang sangat berarti bagi saya penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dan mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca. Untuk iu

izinkan saya untuk menyampaikan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada

(7)

kemunafikan dan kezaliman serta mendapatkan nikmat yang sebesar-besarnya.

Amin.

Ucapan terima kasih ini pertama saya tujukan kepada orang yang paling

saya sayangi dan menyayangi saya, yang dengan perjuangannya saya dapat

menikmati indahnya dan kejamnya dunia serta dinamika kehidupan ini. Untuk

Ibunda Syarifah Yusuf yang kubanggakan, yang menjadi spirit untuk terus tegar

dan kuat serta pantang menyerah dalam menjalani hidup. Terima kasih atas kasih

sayang mu, pengertian mu. Terima kasih karena saya telah diberi kesempatan

terlahir dari rahim seorang Ibu yang baik dan sholeh. Semoga ria diberi

kesempatan untuk dapat membahagiakan mu dan tentunya doa ananda mu ini

agar ibunda selalu diberi nikmat dan kebahagiaan. To my father, sory...!!!!

Kepada Bapak Dekan FISIP USU, Prof. Dr. Arif NST. Kepada bapak

ketua jurusan Drs. Marlon Sihombing bersama Ibu seketaris jurusan Dra. Beti

NST. Kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin NST selaku dosen pembimbing saya

dan seluruh Dosen dan Staff pengajar dan para pengabdi di Universitas Sumatera

Utara Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik. Terima kasih telah memberikan ilmu

kepada saya dan telah ”melayani” saya selama ini. Semoga USU bisa menjadi

Perguruan Tinggi NEGERI bagi orang-orang yang Berduit,, !!!

Untuk Qa ku tersayang dan ternarsis Yully Fitria Jufri AmK..makasi ya

bos to all of you have given to me..!!!to my brother, sometime..Hilman but we

call u Mawan study hard bos, salam ya ma vokalis D”Masiv, heee....untuk adek

ku yang paling bontot Haflan or Buna, jangan bandel xxx dan jangan manja ahh,

(8)

To all of my family in Binjai, Medan, Tebing, heeeee....makasi ya for

everything!!!to Ka tuty, dah agak langsingan tu bos, pasti banyak yang naksir!!!

Untuk some one yang sangat berarti, bukan karena bisa dijual atau

digadeiin dengan materi, tapi karena ketulusan, keendahan hati, kesabaran dan

kasih sayang serta kejujuran yang telah diberikannya kepada ku....ya kan bos!

Semoga niat yang suci dan baik itu dapat diridhoi allah SWT, tak tunggu

ya....!Heeeee, salam buat P”Sep dan Buk Sus.

To Komisarait FISIP USU, terima kasih telah memberi ku kesempatan dan

masa-masa yang paling indah walaupun disekelilingnya tak selalu indah, di sini

aku banyak mengetahui dan merasakan yang belum pernah terpikirkan dan

kulakukan. Semoga kau terus ada untuk mengantarkan ”Raty-Raty” yang lain

untuk belajar. Hidup adalah sebuah proses Belajar, belajar sampai Mati!!!

To all of my friend, aku pikir kita sudah banyak mengalami rasa selama

aku mengenal dan bersama sahabat-sahabatku, semoga kita dapat terus berbagi

rasa itu. Sukses ya untuk menerjang babak baru dalam hidup, sahabat-sahabat

yang selalu ada di hati : Uti”, Sri, Ana, Shita, Ama, Ade, Mimi, Nuning, Dini,

Nanda, Rika, Ali (ladys Firts), Choky, Pak Leo (Zul), Fufu, Tata, Anyar, Prima,

Rolan, Migdad, Aulia, Fandi, Veni, Irsan (buat Sha-sha juga), Abas, Walid,

Dhika, Jufri, Andi, Surya, Dayat, yang ga disebut ga aci angek, heee...

Buat purnawirawan, rajab, riri koncek, titin, Bimbi, elis, Eko, Wendi,

Fuad, ”tengok-tengok” la adinda-adinda mu. Buat pengurus HmI Kom”s FISIP

USU Periode 09, jangan sia-siakan waktu mu ntar merugi. Kesempatan mungkin

banyak tapi nga akan pernah sama, so...nikmatilah berproses dengan berbuat

(9)

Ama, Bedul, Lia, Nia, Tika, Dina, Diah, Amar, Ial, Ulfa, Ryan, maaf ya yang tak

tersebutkan satu persatu, titip komisariat!!Changes Started Here!!Lawan atau

Mati!!

Buat panitia TR” 08, yang punya semangat membara, jangan biarkan api

semangatmu padam. Sukses TR nya ya..Keep on Struggle!!!

Buat semua senior yang telah memperkenalkan ku dengan HMI, yang

pernah mempercayaiku, makasi atas semangatnya.

Buat angkatan 06 Ekstensi, makasi ya atas kebersamaannya walaupun

Cuma sebentar. Dan buat teman-teman kecil ku, icut, igin, lana, melly, renni

(maaf ya aku belum sempat liat anakmu), lina (dah melahirkan dirimu?).

Akhir kata, saya ucapkan mohon maaf jika ada kekhilafan yang telah ku

perbuat. Demikianlah skripsi ini saya perbuat dan pastinya pasti ada kekurangan

dan kesalahan, oleh karena itu dengan kerendahan hati saya menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Billahi Taufiq Walhidayah.

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Binjai, Juli 2008-07-04

(10)

DAFTAR ISI

DAFTARISI...i

DAFTAR TABEL...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Perumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian...5

1.4. Manfaat Penelitian………6

1.5. Kerangka Teori……….7

1.5.1. Kebijakan publik……….. .7

1.5.2. Implementasi Kebijakan……….... 9

1.5.3. Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...13

1.5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...15

1.5.5. Kemiskinan………...22

1.6. Defenisi Konsep………... 25

1.7. Defenisi Operasional……….26

1.8. Sistematika Penulisan………28

BAB II : METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian………....29

2.2. Lokasi Penelitian……….29

2.3. Informan Penelitian……….29

2.4. Teknik Pengumpulan Data………..30

(11)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kelurahan Pangkalan Manshyur………32

3.2. Letak dan Keadaan Wilayah………...34

3.3. Komposisi Penduduk………..35

3.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia………..35

3.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...36

3.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...36

3.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...37

3.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………..38

3.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja……….39

3.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Penduduk Cacat Mental...39

3.4. Sarana dan Prasarana………...40

3.5. Kondisi Sosial Ekoknomi Masyarakat………....43

BAB IV : PENYAJIAN DATA 4.1. Organisasi………...45

4.1.1. Struktur Organisasi dan Struktur Kerja………45

4.1.2. Tugas dan Fungsi………..48

4.1.3. Sumber Daya Manusia ………51

4.1.4. Angaran Dana………...54

4.1.5. Prasarana dan Sarana………55

4.2. Penafsiran………...55

4.3. Penerapan……….. 57

4.3.1. Kegiatan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...57

(12)

4.3.3. Partisipasi Masyarakat. ………64

4.3.4. Pengawasan Masyarakat. ……….66

BAB V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan……….68

5.2. Saran ………..72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia...35

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan...36

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...36

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...37

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………..38

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja...39

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur kerja Badan Keswadayaan Masyarakat Peduli Kasih Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan

Lampiran 2 : Daftar wawancara Penelitian

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan Kota Medan

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Kecamatab Medan Johor Medan Lampiran 5 : Surat Permohonan judul Skripsi

Lampiran 6 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

(15)

ABSTRAK

Implementasi Kebijakan

Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur

Kecamatan Medan Johor Medan)

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, Msi

Secara konsepsi Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah masyarakat miskin. Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah telah banyak melakukan usaha untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Salah satu usahanya adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP). Melalui Program ini diharapkan pelaksanaan program ini tidak bersifat parsial, sektoral, dan tidak tepat sasaran, melainkan dengan adanya program ini diharapkan masyarakat secara luas ikut serta dalam memikirkan dan mencari potensi dirinya agar dapat bersama-sama menanggulangi permasalahan kemiskinan dan perduli terhadap kondisi sosial di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), masyarakat dalam bentuk badan keswadayaan masyarakat sebagai lembaga pimpinan kolektif ini memahami akar permasalahan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan prilaku, sikap, dan cara pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan seperti : jujur, dapat dipercaya, ikhlas dan prinsip-prinsip universal kemasyarakatan seperti : transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi.

Implementasi program merupakan faktor penentu dari efektifitas dan efisiensi suatu kebijakan yang dirumuskan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap proses Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilihat dari aspek organisasi, interprestasi, dan penerapan yang diperoleh dengan mengunakan metode deskriptif, diperoleh bahwa masih banyak terdapat kekurangan, ketidakmaksimalan dari kinerja setiap elemen yang telibat di dalamnya. Dari aspek organisasi, pelaksanaan Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan melalui pembentukan Badan Keswadayaan masyarakat telah memiliki struktur kerja yang jelas dan yang terlibat dalam BKM tersebut telah dipilih oleh masyarakat sendiri secara langsung berdasarkan kriteria nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya secara umum sebagai wadah bagi masyarakat miskin khususnya dalam menanmpung ataupun mengakomodir kepentingan masyarakat miskin yang terbentuk dalam suatu kelompok swadaya masyarakat (KSM).

(16)

memanajemen anggaran yang diperlukan untuk setiap kegiatan yang dilakukan karena tidak adanya aturan yang baku. Sedangkan untuk aspek penerapan, segala kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat miskin itu sendiri yang nantinya disesuaikan dengan tujuan dari program penangggulangan kemiskinan di perkotaan ini.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan ataupun dalam pengambilan keputusan.

__________________________________________________________________

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Indonesia adalah Negara yang terkenal akan keberagaman sumber daya

alamnya baik itu sumber daya alam yang terdapat di darat maupun di laut. Sebagai

Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak menjamin rakyat

yang hidup di dalamnya hidup dengan sejahtera. Namun, pada kenyataananya

sebagian besar rakyatnya tergolong miskin.

Pada tahun 1998-1999 Indonesia mengalami puncak krisis di bidang ekonomi

dan hampir di seluruh aspek kehidupan. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin

bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 1996-1997,

angka kemiskinan di Indonesia rata-rata berada di bawah 20 % dan tahun

1998-1999 angka kemiskinan ini naik menjadi 24 % dari jumlah penduduk pada saat itu

yang hampir mencapai 40 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 angka

kemiskinan tersebut menurun menjadi 18 %. Namun, pada tahun 2006, jumlah

masyarakat miskin menjadi 37,4 % dari total penduduk yang mencapai 227 juta

jiwa lebih. Ini membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa jumlah

penduduk miskin akan terus menurun atau semakin bertambah. (Prosiding

seminar program pengembangan diri 2006 bidang Ilmu Sosiologi, 2007 : 180).

Gejala ini tentunya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil

dan memutuskan setiap kebijakan-kebijakan selanjutnya yang akan diputuskan.

Seperti diketahui bahwa pemerintah belum lama ini telah menaikkan kembali

harga bahan baku minyak (BBM) sekitar 30 %, yang pada awalnya seharga Rp.

(18)

akan terjadi setelah kebijakan tersebut ditetapkan, salah satunya adalah kenaikan

harga di pasar untuk bahan pokok, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut akan

mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan kondisi di Indonesia seperti di bidang

ekonomi dan keamanan. Belum lagi seperti yang kita ketahui tingkat

pengangguran di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi.

Kemiskinan terus menjadi fenomena sepanjang sejarah Indonesia sebagai

nation state. Sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak dapat mengenyam pendidikan

yang berkualitas, sulit membiayai kesehatan, kurangnya akses kepelayanan

publik, kurangnya lapangan pekerjaan, bahkan lebih parah lagi jutaan rakyat tidak

dapat lagi memenuhi kebutuhan mendasarnya.

Fenomena ini sudah mulai tampak di berbagai daerah di Indonesia, seperti

beberapa kali tayangan salah satu media elektronik yang menayangkan beberapa

kepala rumah tangga yang tak mampu lagi memberi makan anak-anaknya dengan

nasi dan lauk pauk yang layak dan bergizi. Karena mereka hanya mampu untuk

memberi makan anak-anaknya sehari - hari dengan mengkonsumsi “nasi aking”.

Nasi aking adalah sisa nasi yang sudah dimasak, dijemur kemudian dimasak

kembali. Biasanya nasi aking ini digunakan oleh peternak untuk memberi makan

unggas seperti : bebek.

Secara keseluruhan fenomena kemiskinan kini telah mewarnai segala akses

mendasar manusia seperti : hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak,

memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman, memperoleh akses atas

(19)

memperoleh hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik,

berinovasi dan ikut serta dalam menata pemerintahan yang baik.

Kemiskinan dewasa ini juga tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, namun

ironisnya kemiskinan kini telah merambah ke daerah perkotaan. Semakin banyak

kantung-kantung kemiskinan di perkotaan di tengah-tengah pembangunan yang

semakin megah dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi ke atas.

Namun, ternyata di sekelilingnya terdapat masyarakat miskin. Khusus di wilayah

perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat miskin adalah tidak

memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan

kualitas perumahan dan pemukiman yang tidak layak huni serta mata pencaharian

yang tidak menentu.

Salah satu daerah yang termasuk kategori di atas adalah daerah Kelurahan

Pangkalan Mansyhur Kecamatan Medan Johor. Seperti yang kita ketahui bahwa

daerah Medan Johor adalah daerah yang terkenal akan daerah perumahan elit,

karena di daerah Medan Johor ini banyak sekali terdapat perumahan-perumahan

elit seperti perumahan Citra Wisata, Johor Indah, Johor Baru dan lain sebagainya.

Namun di sisi lain ternyata masih banyak terdapat masyarakat yang tergolong

miskin. Salah satunya adalah masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur

Kecamatan Medan Johor yang memiliki total penduduk 34.034 jiwa pada tahun

2007 dan diantaranya terdapat 6.883 kepala keluarga yang tergolong miskin.

(Sumber : Data Based Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor).

Masalah kemiskinan di daerah Medan Johor ini dapat dikategorikan ke dalam

(20)

masyarakat dalam ruang-ruang publik, serta tidak tersedianya akses ke prasarana

dan sarana yang tersedia.

Melihat jumlah kemiskinan yang semakin bertambah tentunya pemerintah

tidak tinggal diam. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah. Mulai

dari program perkreditan, bantuan tunai langsung (BLT), pemberian subsidi

kesehatan gratis (askim), dan lain sebagainya. Namun hal itu belum menunjukkan

hasil yang maksimal dan perlu dikembangkan dan dikaji kembali terutama

menyangkut efektifitasnya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1999, pemerintah

Indonesia melalui Dinas Pekerja Umum Direktorat Cipta Karya mengeluarkan

kebijakan melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri yang mampu mengatasi berbagai

persoalan kemiskinan di wilayahnya.

Hal ini dilaksanakan karena pemerintah menganggap bahwa orientasi

program penanggulangan kemiskinan yang terdahulu ternyata tidak mampu

menjawab permasalahan kemiskinan karena pendekatan program kepada

masyarakat hanya bersifat parsial, sektoral serta tidak menyentuh akar kemiskinan

itu sendiri. Akibatnya program-program yang telah dilaksanakan tidak mampu

menumbuhkan kemandirian masyarakat, namun sebaliknya masyarakat menjadi

manja dan ketergantungan.

Melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini

diyakini bahwa masalah kemiskinan sebenarnya hanya dapat ditanggulangi oleh

(21)

kelompok-kelompok peduli setempat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi dan pelestarian program-program pembangunan. Sehingga, jelas bahwa

faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menempati

posisi yang sangat strategis dalam penyiapan kemandirian dan keberlanjutan

upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah di

atas dengan mengambil judul mengenai “Implementasi Kebijakan Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Studi Kasus pada Masyarakat

Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor.”

1.2. Perumusan Masalah.

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan terarah dan tepat sasaran, maka

perumusan masalah harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan judul penelitian

di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana Implementasi

Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di

Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor.

1.3. Tujuan Penelitian.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP).

2. Untuk mengetahui tentang program penanggulangan kemiskinan di

perkotaan (P2KP). Untuk mengetahui manfaat dari program

(22)

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

1.4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

kemampuan penulis dalam menganalisis gejala-gejala sosial yang muncul

di masyarakat dan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya

ilmiah.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

empiris dalam pemecahan masalah, perumusan kebijakan, dan penyusunan

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di masa yang

akan datang.

3. Bagi masyarakat, untuk dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya di

bidang Administrasi Negara mengenai pelaksanaan kebijakan

penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) melalui proses

pemberdayaan masyarakat.

4. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan ke

depan dalam menetapkan kebijakan khususnya dalam kebijakan-kebijakan

(23)

1. 5. Kerangka Teori. 1.5.1. Kebijakan Publik.

Menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah

untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui

berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Woll juga

mengatakan bahwa dalam pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan publik terdapat

juga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu :

1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai

pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk

mempengaruhi kehidupan masyarakat.

2. Adanya output kebijakan dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini

menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan

personil, dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempenggaruhi

kehidupan masyarakat.

3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. (Woll dalam Tangkilisan, 2003 : 2)

Sedangkan Hugh Heclo (dalam Tangkilisan, 2003 : 6) mengatakan bahwa

kebijakan publik adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan

beberapa permasalahan. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa kebijakan publik

adalah hal-hal yang berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan oleh

pemerintah mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi.

Sementara itu, Dunn, Thomas R. Dye, Edward, dan Sharkanshy (dalam

(24)

dimana kebijakan sebagai tindakan, pilihan dan keputusan baik yang dilakukan

oleh pemerintah dalam hal pencapaian tujuan kebijakan.

Selain itu, Anderson memberikan defenisi kebijakan publik sebagai suatu

tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah

pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Anderson juga membagi kebijakan

menjadi dua yaitu : kebijakan substantif dan prosedural. Kebijakan substansif

adalah apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah sedangkan kebijakan

prosedural adalah siapa dan bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan.

(Anderson dalam Nurcholis, 2007 : 264).

Menurut Charles O. Jones, (1991, 269) kebijakan adalah

keputusan-keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah yang diutarakan atau

dapat juga kebijakan diartikan sebagai suatu keputusan untuk mengakhiri atau

menjawab pertanyaan yang diajukan kepada kita. Penekanan aktivitas birokrasi

pemerintah pada proses kebijakan publik lebih pada tahapan implementasi dengan

menginterprestasikan kebijaksananan menjadi program, proyek dan aktivitas.

Menurut Charles O Jones, ada beberapa kompenen yang harus

diperhatikan dalam kebijakan yaitu :

1. Goal atau tujuan yang diinginkan.

2. Plans atau proposal yaitu pengertian yang spesipik untuk mencapai tujuan.

3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

4. Decision atau keputusan yaitu tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

(25)

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

pada dasarnya berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat. Masalah kemiskinan adalah masalah yang cukup krusial dan

harus segera ditindak lanjuti, salah satunya adalah melalui program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

1.5.2. Implementasi Kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu

kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang

telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, implementasi kebijakan

mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

Menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 1990 : 51) merumuskan

proses implementasi atau pelaksana adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah ataupun swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan –tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky, implementasi diartikan

sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam

mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam

hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

(Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002 : 295).

Lebih lanjut Patton dan Sawicki (Tangkilisan, 2003 : 9) menyatakan

bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

(26)

mengorganisir, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah

diseleksi.

Lebih lanjut, Edward III (1980 : 17) menyebutkan kebutuhan utama bagi

keefektifan pelaksanaan kebijakan adalah bahwa mereka yang menerapkan

keputusan haruslah mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika

kebijakan ingin dilaksanakan dengan tepat, arahan serta petunjuk pelaksanan tidak

hanya diterima tetapi juga harus jelas, dan jika tidak jelas maka para pelaksana

akan kebingungan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan akhirnya

mereka akan mempunyai kebijakan sendiri dalam memandang penerapan

kebijakan tersebut.

Edward III juga menawarkan model efektifitas implementasi kebijakan

dengan menyebutkan empat faktor krusial dalam melaksanakan suatu kebijakan

yaitu :

a. Komunikasi

Syarat pertama dalam pelaksanaan kebijakan yang efektif adalah bahwa

yang melaksanakan tugas tersebut mengetahui apa yang harus mereka lakukan.

Jadi, ada suatu kejelasan tentang apa yang harus mereka lakukan. Selanjutnya

dalam komunikasi perlu adanya konsistensi dari aspek komunikasi yaitu

bagaimana penetralisiran tugas dan fungsi tertentu yang akan dilakukan. Agar

implementasi menjadi efektif maka mereka yang mempunyai tanggungjawab

untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya

mereka lakukan. Sukses tidaknya implementasi yang dilihat dari aspek

komunikasi adalah bagaimanaa pentransmisian tugas atau fungsi tertentu yang

(27)

b. Sumber daya

Sumber yang penting dalam suatu pelaksanaan kebijakan meliputi sumber

daya manusia yakni kompetensi implementator, serta sumber daya finansial.

c. Disposisi

Kecenderungan para pelaksana sangat menentukan dalam pelaksanaan suatu

kebijakan, tingkah laku para pelaksanan dan peraturan-peraturan yang telah

ditentukan sebelumnya mempengaruhi hasil selanjutnya. Tingkah laku ini juga

menyangkut cara pandang terhadap sesuatu hal atau tentang kebijakan tersebut.

d. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Salah satu dari aspek stuktur yang penting

dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standart.

Sementara itu, Wibawa (1994 : 20) mengatakan bahwa tujuan

implementasi adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat

direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Selanjutnya, Wibawa

menyebutkan bahwa keseluruhan proses penetapan kebijakan baru bisa dimulai

apabila tujuan dan sasaran yang semula bersifat umum telah diperinci, program

telah dirancang dan sejumlah dana telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan

dan sasaran tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur

pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan

menunjang implementasi karena dalam program tersebut dimuat berbagai aspek

antara lain :

(28)

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai

tujuan tersebut.

c. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Selanjutnya Jones (Tangkilisan 2003 : 17) menyebutkan beberapa dimensi

dari implementasi pemerintahan mengenai program-program yang sudah

disyahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor-aktor yang

terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor.

Selanjutnya Jones mengatakan apakah suatu program terimplementasikan dengan

efektif atau dapat diukur dengan standar penilaian yaitu :

1. Organisasi yaitu : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan

program ke dalam tujuan kebijakan. Organisasi tersebut harus memiliki

struktur organisasi/struktur kerja, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana.

2. Penafsiran yaitu : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna

program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

3. Penerapan yaitu : yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan demi terealisasinya tujuan dari program tersebut.

Dengan demikian, implementasi merupakan suatu proses mengubah

gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara

menjalankan perubahan tersebut agar tujuan dari program tersebut dapat berjalan

(29)

1.5.3. Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan

sejak tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang

tertuang dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede).

Namun program tersebut terhenti di tengah jalan akibat krisis politik tahun 1965.

Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan kembali program penanggulangan

kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), khususnya

Repelita I-IV yang ditempuh secara reguler melalui program sektoral dan

regional. Pada Repelita V-VI, pemerintah melaksanakan program penanggulangan

kemiskinan dengan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan

sosial-ekonomi. Jalur pembangunan ditempuh secara khusus dan mensinergikan program

reguler sektoral dan regional yang ada dalam koordinasi Instruksi Presiden

(Inpres) Nomor 3 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan

yang akhirnya diwujudkan melalui program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Upaya

selama Repelita V-VI pun gagal akibat krisis ekonomi dan politik tahun 1997.

Selanjutnya guna mengatasi dampak krisis lebih buruk, pemerintah

mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dikoordinasikan

melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 190 Tahun 1998 tentang

Pembentukan Gugus Tugas Peningkatan Jaring Pengaman Sosial. Pelaksanaan

berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan dan kendala pelaksanaannya

selama 40 tahun terakhir meyakinkan pemerintah bahwa upaya penanggulangan

(30)

Melihat semakin urgennya permasalahan kemiskinan di Indonesia maka

melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 124 Tahun 2001 junto Nomor 34

dan Nomor 8 Tahun 2002 maka dibentuklah Komite Penanggulangan Kemiskinan

(KPK) yang berfungsi sebagai forum lintas pelaku dalam melakukan koordinasi

perencanaan, pembinaan, pemantauan dan pelaporan seluruh upaya

penanggulangan kemiskinan. Untuk lebih mempertajam keberadaan Komite

Penanggulangan Kemiskinan maka pada tanggal 10 September 2005 dikeluarkan

Peraturan Presiden (Peppres) Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Keberadaan Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) diharapkan melanjutkan dan memantapkan

hasil-hasil yang telah dicapai oleh Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK).

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tugas dari Tim

Koordinasi Penanggulangan kemiskinan (TKPK) adalah melakukan

langkah-langkah konkret untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin di

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui koordinasi

dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan

penanggulangan kemiskinan.

Program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilaksanakan antara

lain P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE

(Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam

Koperasi Unit Desa), UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT

(Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), P3DT

(Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), PPK (Program

(31)

Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis

Ekonomi, P2MPD (Proyek Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah),

dan program pembangunan sektoral telah berhasil memperkecil dampak krisis

ekonomi dan mengurangi kemiskinan. (http: www.tkpki.org/28/04/08).

1.5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

1.5.4.1. Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

Masalah kemiskinan di Indonesia tidak hanya melanda wilayah pedesaan,

tetapi juga di wilayah perkotaan. Khusus di wilayah perkotaan, salah satu ciri

umum kondisi masyarakat miskinnya adalah tidak adanya prasarana dan sarana

dasar perumahan dan pemukiman yang memadai, serta kualitas lingkungan yang

kumuh dan tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan

multidimensional yang mencakup politik, sosial, aset dan lain-lain. Karakteristik

kemiskinan tersebut, serta krisis ekonomi yang terjadi, telah menyadarkan semua

pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan

selama ini perlu diperbaiki ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat.

Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka

membangun organisasi masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah

perjuangan kaum miskin yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan

aspirasi serta kebutuhan mereka. Di samping itu, keberdayaan semacam itu

diharapkan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan upaya pemberdayaan warga miskin di tingkat lokal, baik dari aspek sosial,

(32)

Berdasarkan karakteristik kemiskinan di kawasan perkotaan tersebut,

model program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) diharapkan

mampu memberikan kontribusi bagi penyelesaian persoalan kemiskinan yang

bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan

dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, model program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) diharapkan mampu

menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan

pendapatannya ataupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan

keputusan. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

(P2KP) merupakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan dari

masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.

1.5.4.2. Pendekatan dan Tujuan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Pendekatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)

didasarkan pada pendekatan pembangunan yang bertumpu pada kelompok

(community based development approach). Dengan pendekatan ini, kelompok-kelompok dapat terjadi atau dibangun atas dasar ikatan-ikatan : kesamaan tujuan,

kegiatan, dan domisili yang mengarah pada efisiensi, efektifitas, serta mendorong

tumbuh dan berkembangnya kapital sosial. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) mencakup :

1. Visi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah

terwujudnya masyarakat madani yang maju, mandiri dan sejahtera.

2. Misi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah

(33)

penyediaan sumber daya, dan membangun masyarakat mandiri yang mampu

menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok

peduli setempat dalam menaggulangi kemiskinan secara efektif dan

berkelanjutan.

3. Prinsip-prinsip program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)

adalah demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan desentralisasi.

4. Nilai-nilai yang dianut dalam pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP) yang harus dijunjung tinggi, ditumbuh

kembangkan, dan dilestarikan oleh semua pelaku program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP) dalam melaksanakan program adalah dapat

dipercaya, ikhlas/kerelawanan, kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan

kebersamaan dalam keragaman.

Sedangkan tujuan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)

adalah :

1. Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan,

prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pada pembangunan

berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/suara

masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu

menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian konflik atau

permasalahan yang ada di wilayahnya.

2. Terciptanya organisasi masyarakat (Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM)

yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang refresentatif, akseptabel,

(34)

masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam

proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik.

3. Meningkatkan akses bagi masyarakat miskin ke pelayanan sosial, prasarana,

dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan

kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan

pihak-pihak terkait tersebut terhadap masyarakat (Badan Keswadayaan

Masyarakat). (http:www/p2kp.org.24/04/08).

1.5.3.3. Sasaran P2KP.

Adapun sasaran dari program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

(P2KP) ini adalah :

1. Masyarakat

Kelompok sasaran penerima manfaat program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah warga masyarakat miskin perkotaan,

sesuai dengan rumusan kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga,

termasuk masyarakat miskin perkotaan baik masyarakat yang telah lama miskin,

masyarakat yang pendapatannya menjadi tidak berarti karena inflasi, maupun

masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi.

2. Sasaran Lokasi

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) untuk tahun

2007 telah dilaksanakan pada 33 provinsi, 249 kota/kabupaten, 834 kecamatan

dan 7273 kelurahan/desa yang terbagi atas 2 kategori, sebagai berikut :

a. Lokasi lama (sudah/sedang melaksanakan program penanggulangan

(35)

b. Lokasi baru (belum ada program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

(P2KP). (Buku Petunjuk Pelaksana PNPM-P2KP 2007 : 3)

1.5.3.4. Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

Strategi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)

adalah mendorong gerakan masyarakat untuk keberdayaan dan kemandirian

dalam penanggulangan kemiskinan dengan jalan :

1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa, partisipasi masyarakat,

dan transparansi, sehingga proses transpormasi sosial dari masyarakat

tidak berdaya /miskin menuju masyarakat berdaya.

2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan organisasi yang berakar di

masyarakat, khususnya dalam membuka akses bagi masyarakat miskin ke

sumber daya kunci yang disediakan program penanggulangan kemiskinan

di perkotaan (P2KP) melalui bantuan langsung masyarakat (BLM), secara

transparans dan akuntabilitas.

3. Menjalin sinergi penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan masyarakat

melalui kemitraan antar pelaku pembangunan.

4. Mendorong tumbuhnya kepedulian berbagai pihak sebagai upaya

pengendalian sosial (kontrol sosial) terhadap keberhasilan program

penanggulangan kemiskinan. (http:www.p2kp.org/24/04/08).

1.5.3.4. Siklus Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

1. Refleksi Kemiskinan : refleksi kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan

kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah kemiskinan.

(36)

seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan

masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya. Dalam

pelaksanaannya, dua hal yang harus dilakukan yaitu olah rasa dan olah pikir. Olah

pikir merupakan analisis kritis terhadap permasalahan kemiskinan yang dihadapi

masyarakat, untuk membuka mekanisme-mekanisme yang selama ini sering tidak

tergali dan tersembunyi di dalamnya. Sedangkan olah rasa adalah upaya untuk

merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan perilaku mereka

terhadap permasalahan kemiskinan.

2. Pemetaan swadaya : pemetaan swadaya adalah proses identifikasi

kebutuhan masyarakat yang dilakukan dengan cara antara lain :

a. Menggali informasi, bagaimana kondisi nyata dari masalah-masalah yang

dikemukakan dan dirumuskan pada saat refleksi kemiskinan (sosial,

ekonomi, lingkungan, kelembagaan, dan kepemimpinan).

Masalah-masalah tersebut harus didukung oleh data dan fakta sehingga diperlukan

proses penelitian untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.

b. Mengkaji, informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji

secara bersama.

c. Merumuskan masalah, pada tahapan ini masalah yang sudah ditemukan

disepakati bersama dikelompokkan kemudian dianalisis hubungan sebab

akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah.

3. Pembangunan badan keswadayaan masyarakat (BKM), siklus ini

merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya organisasi

masyarakat warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh

(37)

Posisi organisasi masyarakat warga ini di peroleh dari di luar institusi pemerintah,

di luar institusi militer, di luar instirusi agama, di luar institusi pekerjaan atau

usaha dan di luar institusi keluarga yang dipimpin oleh pemimpin kolektif yang

beranggotakan 9 sampai 11 orang, dan kolektif ini secara generik diberi nama

badan keswadayaan masyarakat (BKM).

4. Pengembangan kelompok swadaya masyarakat (KSM), adalah kelompok

sosial pada tingkat akar rumput, yang mempunyai kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan, ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.

5. Program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM-Pronangkis), adalah perencanaan partisipatif warga untuk mengembangkan

program penanggulangan kemiskinan, baik jangka pendek selama satu tahun atau

jangka panjang menengah selama tiga tahun.

6. Sinergi program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM Pronangkis) dengan Perencanaan Pembangunan Daerah, setelah masyarakat

mempunyai program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM pronangkis) tentu ini bisa menjadi bagian dari perencanaan program

kelurahan. Artinya program jangka menengah program penanggulangan

kemiskinan (PJM Pronangkis) harus diperjuangkan oleh badan keswadayaan

masyarakat (BKM) agar menjadi bagian dari proses perencanaan kelurahan

melalui Musrenbang. Agar program jangka menengah program penanggulangan

kemiskinan (PJM Pronangkis) bisa diakomodir dalam perencanaan pembangunan

daerah, badan keswadayaan masyarakat (BKM) juga dapat langsung

mempresentasikan program kepada Dinas-dinas terkait dalam proses perencanaan

(38)

7. Pelaksanaan program dan pemantauan program, program yang telah

disusun akan dilaksanakan oleh warga masyarakat sesuai dengan penanggung

jawab masing-masing sub program. Kegiatan ini bisa dilaksanakan oleh panitia

pembangunan prasarana, kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang difasilitasi

oleh relawan yang tergabung dalam unit-unit pengelola pada badan keswadayaan

masyarakat (BKM). Selain keterlibatan seluruh warga secara khusus badan

keswadayaan masyarakat (BKM), unit-unit pengelola dan relawan akan

melakukan pemantauan untuk mengetahui bagaimana jalannya kegiatan yang

dilakukan oleh panitia, kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan lembaga

lainnya.

8. Evaluasi program, evaluasi program dilakukan dengan dua cara yakni :

evaluasi rutin pada saat program sedang berjalan, untuk mengetahui apakah dalam

pelaksanaan program harus diperbaiki. Kemudian evaluasi akhir program atau

disebut review program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM Pronangkis), kelembagaan, keuangan dan evaluasi lainnya sesuai dengan

kebutuhan. (Jurnal Pedoman Umum P2KP-3, Maret 2007)

1.5.4. Kemiskinan.

1.5.4.1. Defenisi Kemiskinan.

Secara umum terdapat beberapa definisi kemiskinan dan kriteria garis

kemiskinan yang digunakan saat ini sehingga mengakibatkan perbedaan strategi

penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan. Kemiskinan adalah suatu situasi

atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu

(39)

(Bappenas, 2002). Kemiskinan meliputi dimensi politik, sosial budaya dan

psikologi, ekonomi dan akses terhadap aset. Kondisi tersebut menyebabkan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti : sandang, pangan, papan, afeksi,

keamanan, kreasi, kebebasan, partisipasi, dan lain-lain.

Menurut Randy dan Riant Nugroho (2007 : 77), kemiskinan di Indonesia

dipandang sebagai kemiskinan budaya dan kemiskinan struktural. Namun, ada

juga yang berpendapat bahwa kemiskinan bukanlah ketentuan atau takdir Tuhan,

bukan pula salah kita, tetapi proses pemiskinan adalah suatu bencana buatan

manusia karena akibat dari suatu kebijakan. ( Mansour Fakih, 2003 : 1).

Dengan kata lain, bertambahnya masyarakat miskin diakibatkan dari suatu

proses, kebijakan, dan institusi ataupun mekanisme. Akan tetapi, persoalan

kemiskinan yang dihadapi oleh kaum miskin tidaklah sesederhanan itu. Menurut

Mansour Fakih (2003, 12) bahwa persoalan kemiskinan tidak hanya berakar

dalam lingkungan kebijakan Negara yang dalam hal ini dilaksanakan oleh

pemerintah tetapi juga diperkuat dengan telah dilucutinya Negara sebagai

pelindung rakyat dan telah dilucutinya konsep Negara dalam proses

mensejahterakan rakyat, seperti pencabutan subsidi dan hilangnya berbagai sistem

perlindungan jaminan sosial akibat adanya mekanisme persaingan bebas dalam

perdagangan bebas serta globalisasi, yang menyebabkan Negara mengabaikan

tugas utamanya sebagai pelindung hak-hak rakyat.

Namun, ada yang berpendapat penyebab kemiskinan itu dikarenakan

beberapa hal yaitu :

 Dilihat dari kajian kepemimpinan : yang menyebabkan kemiskinan karena

(40)

dirinya sendiri, keluarga, dan golongan atau kelompok pemimpin tersebut

berasal, mendahulukan kepentingan individu dari pada masyarakat

sehingga timbul ketidakadilan dan keserakahan.

 Dilihat dari kajian kelembagaan : insitusi pengambil keputusan yang tidak

mampu menerapkan nilai-nilai universal kemanusiaan.

 Dilihat dari kajian kebijakan : adanya kebijakan yang tidak berpihak atau

adil.

 Dilihat dari berbagai kajian masalah ekonomi, sosial dan lingkungan

politik, yang tidak membuka akses kepada kaum miskin dan kurangnya

partisipasi. Ekonomi yang tidak memihak, tidak ada kesempatan, tidak ada

akses untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat sehingga tidak

memperoleh akses dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Sosial yang

segregatif, marginalisasi, internalisasi budaya miskin, serta banyaknya

lingkungan kumuh dan ilegal. (http: www.p2kp.org/28/04/08).

1.5.4.2. Karakteristik Kemiskinan.

Menurut rumusan konkrit yang dibuat oleh Bappenas, indikator-indikator kemiskinan sebagai berikut :

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan.

2. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan.

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan

4. Terbatasnya kesempatan kerja dan lemahnya perlindungan terhadap aset

usaha serta perbedaan upah, dan lemahnya perlindungan tenaga kerja.

5. Terbatasnya layanan perumahan sanitasi.

(41)

7. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah.

8. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

9. Lemahnya jaminan rasa aman.

10.Lemahnya partisipasi

11.Besarnya beban kependudukan.

Sedangkan, menurut Emil Salim bahwa ada lima karakteristik penduduk

miskin yaitu :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

tanganya sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan

atau pendidikan yang memadai. (Supriatna, 2000 : 124).

1.6. Defenisi Konsep.

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi

pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat

menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa

kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainya. (Singarimbun, 1995: 33).

1. Implementasi Kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek/sasaran yang

(42)

Dalam hal ini implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan

di perkotaan (P2KP).

2. Program Penanggulangan Kemiskinan Di perkotaan adalah program yang

dilaksanakan dalam pemberdayakan masyarakat miskin melalui

pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan membangun

masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan

pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menaggulangi

kemiskinan secara efektif dan berkelanjutan.

3. Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau

kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya dan

memenuhi kebutuhannya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,

pendidikan, dan kesehatan.

3.5. Defenisi Operasional.

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut

dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung proses analisa dari

variabel-variabel tersebut. Adapun indikator dari implementasi kebijakan program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah :

a. Organisasi yaitu:

 Kejelasan struktur organisasi.

 Kejelasan tugas pokok dan fungsi.

 Ketersediaan sumber daya manusia

(43)

 Prasarana dan sarana yang dimiliki.

b. Penafsiran yaitu :

 Terdapatnya petunjuk pelaksana, artinya ada kesesuian pelaksana

program dengan petunjuk pelaksana peraturan yang sudah dijabarkan.

 Terdapatnya petunjuk teknis yaitu adanya kesesuaian pelaksana

kebijakan dengan peraturan teknis dalam operasionalisasikan program

yang bersifat strategik di lapangan agar dapat berjalan efektif, efesien

dan realistis.

c. Penerapan yaitu :

 Adanya kegiatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan

(P2KP).

 Kejelasan sasaran atau tujuan program.

 Keikutsertaan partisipasi masyarakat dalam pelaksanana program.

 Pengawasan terhadap pelaksanaan program.

3.6. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep,

definisi operasional, dan sistematika penulisan.

(44)

Bab ini berisikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa

data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian,

yaitu Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor

Medan.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di

lapangan untuk dianalisis.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990 : 64) bahwa metode deskriptif

yaitu memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena

yang ada pada saat penelitian dilakukan/masalah yang bersifat aktual kemudian

menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

diiringi dengan interprestasi rasional yang akurat. Dengan demikian, penelitian ini

menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian

berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk

memberi kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian.

Lokasi Penelitian dilakukan pada masyarakat Kelurahan Pangkalan

Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan.

2.3. Informan Penelitian.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi

anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan

(46)

dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.

(Moleong, 2006 : 132).

Dari pernyataan di atas, dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah

mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP) yang terdiri dari 1 orang fasilitator program

(Faskel), 1 orang pengurus badan keswadayaan masyarakat (BKM), 1 orang

relawan, 1 orang petugas kelurahan dan 1 orang anggota kelompok swadaya

masyarakat (KSM) dan 1 orang masyarakat.

2.4. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data dan informasi yang benar serta relevan, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui :

1. Data primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi

penelitian, dengan cara :

a. Wawancara : mengajukan pertanyaan kepada beberapa responden secara

mendalam yang diangggap mengerti permasalahan yang diteliti.

b. Observasi yaitu pengumpulan data tentang gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mencatat, kejadian yang menjadi sasaran

penelitian.

2. Data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung

yang diperoleh untuk melengkapi data primer dengan cara studi kepustakaan,

yaitu dengan membuka, mencatat dan mengutip data dari buku-buku,

(47)

sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat

mendukung terlaksananya penelitian.

2.5. Teknik Analisa Data.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara

kualitatif. Artinya, untuk analisis data tidak dipergunakan model uji statistik

dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe

penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin

akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada

(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kelurahan Pangkalan Manshyur.

Sejak zaman kerajaan Sultan Deli, terdapat sungai besar yang berada di

suatu perkampungan adat, sebelah timur wilayah tersebut mengalir sungai besar

yang merupakan jalur lintasnya kapal besar pedagang-pedagang yang menuju

daerah pusat perniagaan bernama Deli Tua.

Di kawasan perkampungan adat ini juga merupakan tempat pangkalnya

kapal-kapal pedagang yang akan melanjutkan perjalanan ke Deli Tua.

Perkampungan adat tersebut terdapat jagoan-jagoan yang berpengaruh seantero

kerajaan Deli. Inilah awal mulanya dinamakan Pangkalan Manshyur.

Di zaman penjajahan Belanda, Kelurahan Pangkalan Manshyur ini telah

dikepalai oleh seorang Lurah yang kepemimpinannya dipilih oleh rakyat, yang

mana ketika itu syarat untuk menjadi Lurah harus mampu menyembelih minimal

seekor sapi di setiap hari raya Idul Fitri yang kemudian dibagi-bagikan kepada

masyarakat yang kurang mampu.

Orang yang menjabat sebagai Lurah pertama kali adalah Haji Muksin yang

beretnis Banten yang kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya yang

bernama Adnan.

Pangkalan Manshyur sejak saat itu terkenal dengan orang-orang sakti suku

Banten yang Hijrah ke tanah Deli dan menjadi laskar-laskar tangguh pembela

tanah air tercinta, Indonesia. mulai dari penjajahan Belanda sampai penjajahan

(49)

Di Kelurahan Titi Kuning Pangkalan Manshyur memiliki aset perkebunan

tembakau Deli yang cukup luas. Letaknya di perkebunan Gedung Johor dan

Kwala Bekala yang saat ini menjadi Kelurahan Gedung Johor dan Kwala Bekala.

Aset wilayah inilah yang ingin direbut oleh Belanda untuk dikuasai.

Setelah era kemerdekaan Republik Indonesia ketika muncul partai-partai

politik yang membawa kepentingan golongan, sejak itulah mulai terjadi

keretakan-keretakan kecil yang akhirnya terpecahnya beberapa wilayah menjadi

wilayah baru.

Awalnya daerah kekuasaan Lurah Titi Kuning Pangkalan Manshyur

meliputi Pasar Satu hingga Pasar Delapan Gedung Johor, Pasar Satu hingga

Amplas, rel kereta api Karang Sari hingga Kampung Anggrung.

Suku yang mendominasi saat itu adalah melayu, mandailing, jawa, dan

banten. Di daerah kampung dalam merupakan tempat berkumpulnya orang-orang

beretnis banten yang terkenal dengan jagoan Pangkalan Manshyur.

Puncak perpecahan wilayah terjadi di tahun 1965, yang mana daerah Suka

Maju, Titi Kuning, dan Gedung Johor memisahkan diri dari Pangkalan Manshyur.

Nama-nama Lurah yang terhitung sejak tahun 1981, adalah :

 Suratmin.

 A. Syahudin.

 Amrin Nasution.

 Sirin.

 Damikrot.

 Sukiman.

(50)

 Ahmad Minual.

3.2. Letak dan Keadaan Wilayah.

Luas Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor 400 km2,

yang terdiri dari 15 lingkungan. Sebagian besar wilayah digunakan sebagai daerah

pemukiman 288.200 km, daerah pekuburan 10.000 km, daerah pekarangan 20.000

km, daerah taman 30.000 km, daerah perkantoran 41.000 km, dan selebihnya

digunakan sebagai prasarana umum 10.000 km.

Adapun batas-batas Kelurahan Pangkalan Manshyur adalah sebagai

berikut :

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Gedung Johor

 Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kecamatan Polonia

 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kecamatan Kwala Bekala

Orbitasi Kelurahan Pangkalan Manshyur ini rawan banjir terutama jika

musim penghujan. daerah-daerah rawan banjir adalah di sekitar jalan Karya Tani

Gang Horas yang merupakan bagian dari Lingkungan IX, selain itu terletak di

wilayah perbatasan AURI di Lingkungan V tepatnya di Gang Serumpun.

kemudian di daerah aliran sungai Deli di Lingkungan VI di jalan Meterologi juga

terjadi banjir yang disebabkan tidak adanya parit.

Kondisi topografi wilayah Kelurahan Pangkalan Manshyur secara umum

adalah relatif berbukit. Ada dua sungai besar yang mengapit Kelurahan

(51)

berbatasan dengan Kelurahan Kwala Bekala dan Sungai Babura yang letaknya di

sebelah timur yang berbatasan dengan Kelurhan Titi Kuning.

3.3. Komposisi Penduduk.

3.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia.

Jumlah penduduk Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan

Johor pada tahun 2007 adalah 34.034 orang dan tergolong daerah yang cukup

padat jumlah penduduknya yang terdiri dari balita sebanyak 3.336 orang,

anak-anak sebanyak 2.782 orang, remaja sebanyak 5.495 orang, pemuda sebanyak

11.500 orang dan orang tua sebanyak 10.921 orang.

Table 3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

No. Keterangan Usia Jumlah

1. Balita 0-5 tahun 3.336

2. Anak-anak 6-10 tahun 2.782

3. Remaja 11-20 tahun 5.495

4. Pemuda 21-40 tahun 11.500

5. Orang tua 41 tahun ke atas 10.921

Jumlah 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Mansyhur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan

Pangkalan Mansyhur berdasarkan tingkat usia didominasi oleh penduduk yang

(52)

3.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Keterangan Jumlah

1. Belum sekolah 5.115

2. Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 2.052

3. SD/Sederajat 3.903

4. SLTP/Sederajat 4.471

5. SMA/Sederajat 2.894

6. D1-D3 8.556

7. S1-S3 7.043

JUMLAH 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Kelurahan Pangkalan

Mansyhur memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah penduduk Pangkalan Manshyur yang menyelesaikan pendidikannya

ditingkatan sekolah menengah atas dan pergurtuan tinggi nasing-masing sebanyak

8.556 orang dan 7.043 orang.

3.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Berdasarkan mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Pangkalan

Manshyur Kecamatan Medan Johor didominasi oleh masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai pedagang sebesar 4.838 orang dan masyarakat yang bermata

pencaharian dari bekerja sebagai buruh/swasta sebesar 4.679 orang. Seperti yanh

Gambar

Table 3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia
Tabel 3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.5.  Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Web E-commerce pada Inkubator Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebuah perangkat lunak e-commerce yang terdiri dari kumpulan perintah-perintah yang

Dari data yang diperoleh untuk tahap memahami masalah subjek tepat dapat menuliskan apa yang diketahui soal sehingga subjek mengalami proses berpikir konseptual (B1.1) dan

Diharapkan melalui penelitian ini dapat diperoleh gambaran mengenai kepatuhan penderita asam urat dalam mengkonsumsi obat asam urat yang dapat digunakan sebagai masukan bagi

Oleh karena itu, kerangka pemikiran merupakan kombinasi antara argumentasi teoritis dan bukti-bukti empiris atau hasil penelitian sebelumnya mengenai masalah penelitian

Pola kadar kolesterol HDL serum tikus putih pada pemberian asam nikotinat ..... Perhitungan koefisien korelasi

(2008), yakni: 1) kentuntasan belajar dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.. Menurut Hasibuan

Diharapkan dengan semakin tingginya minat baca masyarakat apalagi anak-anak, aplikasi pengelolaan persewaan buku komik dengan web server sebagai service info