• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, dapat dilihat bahwa implementasi kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kabupaten Lebak kurang baik sehingga saran peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Peningkatan komptensi para pelaksana yang menggunakan SPIPISE baik untuk operator Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Lebak dan operator Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanam Modal Asing (PMA). 2. Perlu ada penambahan jumlah sarana dan prasarana penunjang SPIPISE

serta perbaikan fasilitas pendukung SPIPISE.

3. Dilaksanakan Sosialisasi yang menyeluruh dan intensif, bila perlu 3 – 4 kali dalam satu tahun agar pemahaman para pelaksana mengenai SPIPISE semakin baik.

167

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. _______. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.

Fuad, Anis & Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Koentjaraningrat. 1991. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Offsett.

Nugroho, Riant D. 2012. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Parsons, Weynes. 2006. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sandjaja B., Alberto Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakakarya.

Santoso, S. 2003. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Siagian, Sondang. 2009. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Singarimbun, M., Effendi,. S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

_______. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung.

Usman, Husaini, & Purnomo Setiady A. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, S.A. 1997. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, M.S, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Jawa Timur: Bayu Media Publishing.

Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Winarno, B. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnal Penelitian:

Kholilah, Eka. 2010. Implementasi Strategi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pandeglang. Serang: FISIP UNTIRTA.

Fani Fanatandayu, Rizki. 2014. Implementasi Pemanfaatan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) di Direktorat Kepangkatan dan Mutasi

Badan Kepegawaian Negara. Serang: FISIP UNTIRTA.

Dokumen:

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Sumber Lain:

setkab.go.id, diakses tanggal 26 Maret 2016 pukul 10.30 WIB.

http://www.bkpm.go.id/, diakses tanggal 20 Maret 2016 pukul 11.35 WIB. http://bpmppt.lebakkab.go.id/, diakses tanggal 26 Maret 2016 pukul 16.20 WIB. https://online-spipise.bkpm.go.id/, diakses tanggal 31 Agustus 2016 pukul 09.00

LAMPIRAN I

LAMPIRAN II

INFORMASI RESPONDEN Kuesioner

I. Petunjuk

1. Berikanlah tanda ceklis (√) pada jawaban yang anda pilih dari pernyataan dibawah ini.

2. Untuk memudahkan dalam mengisi data, mohon diisi sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi dilapangan.

3. Keterangan dari jawaban :

SS = Sangat Setuju S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju

II. Identitas Responden

Nomor Responden ……….(Diisi oleh petugas)

Jenis Kelamin (1) Laki – laki (2) Perempuan

Usia (1)(2) 17 – 25 tahun 26 – 35 tahun (4)(5) 46 – 55 tahun > 56 tahun (3) 36 – 45 tahun

Pendidikan Terakhir (1)(2) SLTP / sederajat SMA / sederajat (4)(5) Sarjana Pascasarjana (3) Diploma

PERNYATAAN Implementasi Kebijakan Indikator 1 : Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Pernyataan SS S KS TS

1. Ukuran dari penerapan SPIPISE sudah cukup jelas dan mudah dipahami.

2. Tujuan dari penerapan SPIPISE sudah cukup jelas dan mudah dipahami.

3. Pelaksanaan SPIPISE sudah sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

4. Kebijakan SPIPISE sudah tepat dan sesuai diterapkan pada perusahaan PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak.

Indikator 2 : Sumber Daya

5. Operator yang menangani SPIPISE memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

6. Operator yang menangani SPIPISE mempunyai kompetensi yang baik dalam mengoperasikan SPIPISE.

7. Operator yang menangani SPIPISE memahami proses penginputan data dalam SPIPISE.

8. Operator yang menangani SPIPISE mengetahui maksud dan tujuan pelayanan SPIPISE.

9. Para operator pengguna aplikasi SPIPISE mengetahui segala informasi yang terdapat dalam penerapan SPIPISE.

10.Para operator pengguna aplikasi SPIPISE senantiasa berdiskusi dan bertukar informasi dengan sesama rekan kerja.

11.Operator pengguna aplikasi SPIPISE memahami kewenangan dalam menjalankan SPIPISE. 12.Waktu yang dibutuhkan dalam penginputan data

baik perizinan dan non perizinan ke dalam SPIPISE cepat dan akurat.

13.Penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak di dukung oleh sumber daya finansial yang cukup. 14.Operator pengguna aplikasi SPIPISE disediakan

fasilitas pendukung yang memadai dalam pelaksanaan pelayanan informasi dan perizinan investasi.

15.Fasilitas pendukung baik sarana dan prasarana dalam penerapan SPIPISE sudah memadai.

Indikator 3 : Karakteristik Agen Pelaksana

16.Operator pengguna aplikasi SPIPISE memahami tentang FAQ & troubleshoot yang diberikan oleh PUSDATIN BKPM Pusat.

17.Semua operator pengguna aplikasi SPIPISE megetahui tentang Standard Operating Procedures (SOP) yang diterapkan.

18.Pelaksanaan SPIPISE sudah sesuai dengan

Standard Operating Procedures (SOP).

19.Di dalam lingkungan kerja Operator pelaksana SPIPISE dalam aktivitasnya sudah sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Indikator 4 : Sikap/Kecenderungan (Disposisi) Para Pelaksana

20.Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak mendukung penuh penerapan SPIPISE pada

perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing yang ada di Kabupaten Lebak.

21.Perusahaan PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak mendukung penuh penerapan SPIPISE. 22.Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas

dalam kegiatan penanaman modal dengan adanya SPIPISE ini.

23.Operator pengguna aplikasi SPIPISE memiliki kemauan yang tinggi dalam mengoperasikan SPIPISE.

24.Operator pengguna aplikasi SPIPISE selalu mementingkan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 25.Operator pelaksana SPIPISE mendapatkan

insentif atau gaji sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

26.Beban tugas yang diberikan dalam input data perizinan dan penanaman modal sesuai dengan insentif atau gaji yang diberikan.

27.Setiap jenis imbalan diperinci dengan jelas dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Indikator 5 : Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

28.Penyampaian komunikasi dari atasan kepada Operator yang menangani SPIPISE sudah baik. 29.Operator pelaksana SPIPISE berkomunikasi

dengan baik dengan sesama operator dalam pelaksanaan SPIPISE.

30.Operator pengguna aplikasi SPIPISE melakukan koordinasi yang baik dengan atasan dalam proses pelayanan SPIPISE.

31.Koordinasi dengan sesama operator pengguna SPIPISE sudah terjalin dengan baik.

32.Kejelasan komunikasi tentang pelaksanaan SPIPISE sudah baik.

33.Dalam menjalankan tugas operator pengguna SPIPISE diberi pengarahan sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.

34.Konsistensi arahan dari atasan kepada operator dalam pelaksanaan inputing data SPIPISE sudah terjalin dengan baik.

35.Operator pelaksana SPIPISE konsisten melakukan koordinasi dan komunikasi dengan sesama operator dalam pelaksanaan SPIPISE.

36.Sosialisasi yang dilakukan dalam penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak cukup baik dan mudah dipahami.

37.Kemudahan layanan informasi tentang SPIPISE sudah diketahui oleh masyarakat umum.

Indikator 6 : Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

38.Lingkungan ekonomi turut mempengaruhi kebijakan SPIPISE di Kabupaten Lebak.

39.Lingkungan sosial turut mempengaruhi kebijakan SPIPISE di Kabupaten Lebak.

40.Lingkungan politik turut mempengaruhi kebijakan SPIPISE di Kabupaten Lebak.

Terimakasih atas partisipasinya, semoga penelitian ini bermanfaat dalam membangun Kabupaten Lebak yang lebih baik.

Informan Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kabupaten Lebak Ukuran dan tujuan kebijakan

Menurut anda, apakah ukuran dan tujuan

dari penerapan SPIPISE? I1, I2 Menurut anda, bagaimana pemahaman

operator perusahaan mengenai ukuran dan tujuan kebijakan SPIPISE?

I1, I2 Apakah penerapan SPIPISE di Kabupaten

Lebak sudah sesuai dengan tujuannya? I1, I2 Apakah kebijakan SPIPISE sudah tepat

diterapkan pada perusahaan PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak?

I1, I2

Sumberdaya

Apakah jumlah dan kompetensi pelaksana untuk penerapan SPIPISE di BPMPPT Lebak dan perusahaan PMDN dan PMA ini sudah cukup dan memadai?

I1, I2

Menurut anda, bagaimana pemahaman operator dalam penginputan data perusahaan ke dalam SPIPISE?

I1, I2 Menurut anda, bagaimana pengetahuan

operator SPIPISE mengenai semua informasi tentang SPIPISE tersebut?

I1, I2 Berapa lama waktu yang dibutuhkan

dalam melakukan penginputan ke dalam SPIPISE?

I1, I2 Bagaimana ketepatan waktu penginputan

data perizinanan dan non perizinan dengan adanya SPIPISE ini?

I1, I2 Apakah sumber daya finansial

mendukung dalam penerapan SPIPISE ini?

I1, I2 Bagaimana fasilitas pendukung di kantor

anda, seperti komputer/laptop dan jaringan internet guna menunjang pengoperasian SPIPISE?

I1, I2

Karakteristik agen

pelaksana

Dalam penggunaan aplikasi SPIPISE, bagaimana pemahaman operator perusahaan tentang FAQ & troubleshoot yang diberikan oleh PUSDATIN BKPM Pusat?

I1, I2

Bagaimana pengetahuan dan pemahaman operator SPIPISE mengenai Standard

Operating Procedures SOP yang

diterapkan?

Apakah penerapan SPIPISE sudah sesuai

dengan SOP? I1, I2

Sikap/ kecenderunga n (disposisi) para

pelaksana

Apakah Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak mendukung penuh penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak?

I1, I2 Apakah Perusahaan PMDN dan PMA di

Kabupaten Lebak mendukung penuh penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak?

I1, I2

Bagaimana dengan transparansi dan akuntabilitas dalam kegiatan penanaman modal dengan adanya SPIPISE?

I1, I2 Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Bagaimana komunikasi dengan perusahaan dan dinas teknis terkait tentang SPIPISE dilakukan?

I1, I2 Bagaimana proses koordinasi yang

dilakukan dengan perusahaan dan antar SKPD teknis terakit dalam penerapan SPIPISE?

I1, I2

Apakah ada sosialisasi yang dilakukan terkait penerapan SPIPISE ini, baik dengan masyarakat atau SKPD terkait?

I1, I2 Bagaimana proses sosialisasi dilakukan? I1, I2 Apakah Sosialisasi yang dilakukan dalam

penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak efektif, efisien dan mudah dipahami?

I1, I2 Apakah kemudahan layanan informasi

tentang SPIPISE sudah diketahui oleh masyarakat umum? I1, I2 Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Apakah kondisi ekonomi turut

mempengaruhi kebijakan ini? I1, I2 Apakah lingkungan sosial turut

mempengaruhi kebijakan ini? I1, I2 Apakah kondisi politik turut

mempengaruhi kebijakan ini? I1, I2 (Sumber: Peneliti, 2016)

LAMPIRAN III

(Matriks Hasil Penelitian)

I Q1

Menurut anda, apakah ukuran dan tujuan dari penerapan SPIPISE?

I1

Ukurannya adalah Perka BKPM RI Nomor 14 tahun 2009 tentang SPIPISE. Pada dasarnya tujuannya adalah untuk mengindentifikasi jumlah investasi yang masuk dan untuk mengintegrasikan semua perizinan, mempermudah serta mempercepat pelayanan perizinan bagi para investor.

I2

Ukuran dan tujuannya tertuang dalam Perka BKPM RI Nomor 14 tahun 2009 tentang SPIPISE. Pada dasarnya tujuan SPIPISE ini adalah mengakomodasi data-data perusahaan dari tahap pembangunan sampai produksi.

I Q2

Menurut anda, bagaimana pemahaman operator perusahaan mengenai ukuran dan tujuan kebijakan SPIPISE?

I1

Pemahaman operator perusahaan mengenai ukuran dan kebijakan SPIPISE masih kurang. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan mengenai SPIPISE tersebut. Dari belum optimalnya sosialisasi tersebut, maka informasi mengenai ukuran dan kebijakan SPIPISE belum terserap dengan baik oleh operator perusahaan tersebut. Namun demikian, perusahaan PMDN dan PMA tetap konsisten menggunakan SPIPISE karena memang penggunannya mempermudah pelayanan perizinan.

I2 Pemahaman operator perusahaan PMDN dan PMA mengenai ukuran dan tujuan kebijakan masih kurang, karena informasi mengenai

SPIPISE juga kurang, hal ini disebabkan oleh sosialisasi yang belum optimal.

I Q3

Apakah penerapan SPIPISE di Kabupaten Lebak sudah sesuai dengan tujuannya?

I1

Belum, karena dalam penerapan SPIPISE masih banyak permasalahan yang terjadi, diantaranya server dan bandwidth sering bermasalah, hal ini terjadi karena server dan bandwidth tersebut berada di BKPM Pusat dan diakses oleh semua pemerintah daerah di bidang perizinan sehingga tidak mampu menampungnya, sumber daya manusia yang kurang, dan belum optimalnya pelayanan terpadu satu pintu karena masih ada perizinan yang dikelola oleh dinas teknis terkait.

I2

Belum, karena pelaksanaanya masih terdapat kendala atau permasalahan diantaranya jaringan internet yang bermasalah, hal ini disebabkan oleh jauhnya lokasi perusahaan dari jangkauan internet sehingga sulit menggunakan SPIPISE, permasalahan selanjutnya adalah sumber daya manusia yang belum memahami mengenai SPIPISE itu, dan yang terakhir adalah masih ada izin usaha yang nilainya lebih dari 500 juta belum terintegrasi dengan SPIPISE, padahal jika diintegrasikan tentunya akan meningkatkan realisasi invetsasi di Lebak.

I Q4

Apakah kebijakan SPIPISE sudah tepat diterapkan pada perusahaan PMDN dan PMA di Kabupaten Lebak?

I1

Sudah tepat, walaupun investasi di Lebak bisa dikatakan belum berskala besar. Fasilitas pendukung seperti SPIPISE sangat dibutuhkan menarik investor agar menanamkan modal di Lebak,

Dokumen terkait