• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA ARTIFICIAL NEURON NETWORK (ANN)

6. Implementasi Keislaman

Menurut Mubyarto kekeliruan pemerintah sekarang ini, menganggap pengusaha(entrepreneur) yang bermodal sebagai “kunci” kemajuan ekonomi suatu bangsa, yang tanpa cacat, dan harus “dipuja-puja”. Itulah yang

kebetulan termuat juga dalam buku-buku pelajaran ekonomi di sekolah- sekolah lanjutan kita. Misalnya dengan sangat mencolok disebutkan bahwa pengusaha berperan dalam165:

a. menambah produksi nasional b. menciptakan kesempatan kerja

c. membantu pemerintah mengurangi pengangguran d. membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan e. menambah sumber devisa bagi pemerintah

f. menambah sumber pendapatan negara dengan membayar pajak

g. membantu pemerintah memakmurkan bangsa

Salah satu sebab kegagalan negara dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah akibat pengingkaran terhadap amanat konstitusi pasal 33 yang menempatkan negara yang tidak cukup lagi memiliki kuasa atas pengelolaan (produksi dan distribusi) kekayaan alam yang melimpah di Indonesia. Di samping juga akibat pemerintahan SBY yang

165

Mubyarto dan Daniel W. Bromley,A Development Alternative for Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002). Hal. 71.

(tetap) dijerat kepentingan para pengusaha, yang menjadikan Indonesia seolah sebagai "Negara Dagang".

Disamping itu perlunya mengurangi konsentrasi kepemilikan melalui penerapan mekanisme pasar yang digagas oleh Mubyarto yaitu, pasar yang anti free-fight liberalism yang telah melahirkan monopoli yang merugikan masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang menekankan pada asas kekeluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling merugikan.166

Perlunya azas kerakyatan dan persatuan agar menegaskan tentang relevansi organisasi koperasi, sebagai organisasi ekonomi yang demokratis dan berwatak sosial. Anggota tidak tinggal diam dan kemudian mendapat bagian keuntungan. Baik dalam koperasi produksi maupun simpan pinjam dan konsumsi, selalu didorong simpanan atau tabungan wajib secara rutin, agar peran serta anggota bersifat aktif dan dinamis mengembangkan organisasi.167

Dalam hal jaminan sosial Mubyarto berpendapat, bahwa jaminan dan wujud nyata sistem ekonomi Pancasila dapat diselenggarakan melalui program-program sosial yang agresif dan serius yang semuanya dibiayai negara dari pajak-pajak dalam APBN dan APBD. Jika penyelenggaraan

166

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila,hal.48.

167

program-program sosisal ini dipatuhi dan dilaksankan dengan baik, maka akan mengoreksi secara otomatis atas sistem ekonomi nasional.168

Manusia memerlukan pembangunan ekonomi agar kebutuhan materinya lebih terpenuhi. Tetapi sebaliknya dalam pembangunan ekonomi, peranan manusia sangat menentukan. Ia berperan ganda yaitu sebagai pengarah (subjek) yang menentukan sifat atau warna pembangunan ekonomi, sekaligus sebagai objek produksi, yang bersama-sama faktor produksi non- manusia (tanah, modal, dan produksi), menghasilkan barang-barang yang diproduksi tersebut.169

Implementasi Keislaman Mubyarto

Indikator

Skor (x)

Bobot

(w) x.w

Pengaktifan zakat dan sistem warisan Islam 1 0.1 0.1

Mengurangi konsentrasi kepemilikan 4 0.1 0.4

Restrukturisasi sistem keuangan (Pelarangan

riba) 1 0.2 0.2

Pengembangan industri mikro dan kecil 4 0.2 0.8

Kerjasama Ekonomi (Musyarakah dan

Mudaharabah) 1 0.2 0.2

Jaminan Sosial 2 0.1 0.2

Y 1.9

YT 0.869

Implementasi pemikiran Mubyarto terhadap keislaman mempunyai nilai YT sebesar 0.869 (sedang), nilai ini mempunyai arti bahwa implementasi

168

Mubyarto, “Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi Ekonomi di Indonesia”,Makalah Kuliah Umum Ekonomi Pancasila di Universitas Negeri Semarang, 9 Januari 2003.

169

pemikiran Mubyarto terhadap keislaman adalah sedang atau rata-rata. Dalam implementasi keislaman, Mubyarto lebih menekankan pada kerjasama ekonomi dengan prinsip kekeluargaan dan pengembangan industri kecil dan mikro. Mengenai instrument zakat, bagi hasil (anti riba) dan tidak adanya pernyataan halal dan haram sama sekali tidak tersentuh, hal ini yang paling membedakan antara Mubyarto dan Umer Chapra.

C. Pemikiran Umer Chapra 1. Urgensi Keindonesiaan

Dalam membangun kebijakan, pemerintah harus berperan aktif sebagai regulator yang memberikan ekspresi praktis kepada tujuan dan nila- nilai Islam. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah lingkungan yang bermuatan moral sekalipun, masih dimungkinkan adanya individu yang tidak menyadari kebutuhan urgen orang lain, atau persoalan kelangkaan dan prioritas sosial terhadap penggunaan sumber-sumber daya.170

Karena itu, peran negara dalam ekonomi selalu penting dalam pemikiran politik muslim sejak dulu sampai sekarang, yang telah dibahas dalam sejumlah subjek, termasuk diantaranya adalahal-ahkam as-sulthaniyah (regulasi pemerintah), maqashid asy-syariah, as-siyasah asy-syariah (kebijakan pemerintah), danal-hisbah.171

170

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi, (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 226.

171

Pilar terpenting dalam Islam adalah, bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt. dan mereka wajib menyembah kepada-Nya (Q.S. Ar-Ra’ad: 36)

dan salah satu misi Rasulullah SAW adalah membebaskan ummat manusia dari belenggu dan perbudakan (Q.S.Al-A’raf: 157). Hal ini berarti bahwa esensi dari ajaran Islam adalah melepaskan manusia dari semua ikatan untuk semata-mata mengabdi kepada kedaulatan Allah dalam semua segi kehidupan. Dan manusia itu sendiri harus tunduk pada hukum moral yang tertera dalam Al-Qur’an danAs-Sunnah.172

Islam tidak sejalan dengan Kapitalisme yang merupakan sebuah sistem yang memberikan nilai tertinggi pada kebebasan tak terbatas untuk memungkinkan individu mengejar kepentingannya sendiri dan untuk memaksimalkan kekayaan dan memuaskan keinginannya.173

Islam juga tidak sejalan dengan paham ekonomi sosialis yang menganggap pemilikan pribadi dan sistim upah sebagai sumber kejahatan dan menekankan bahwa keadilan tidak dapat diberikan kepada si miskin tanpa mensosialisasikan pemilikan pribadi dalam berbagai tingkatan. Mereka merasa demokrasi sekalipun tidak dapat dijalankan secara efektif selama masih ada ketidakmerataan dan kepentingan-

172

M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1997),hal. 58.

173

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 37.

kepentingan istimewa.174

Di dalam Islam, hal kepemilikan pribadi dijelaskan, Rasulullah Muhammad SAW telah menyatakan kesucian hak milik pribadi, tetapi kesucian ini berada dalam posisi manusia sebagai khalifah Allah. Dalam ajaran Islam untuk menciptakan suatu keseimbangan antara sumber-sumber daya yang langka dan pemakaian-pemakaian atasnya dengan suatu cara yang dapat mewujudkan baik efiseinsi maupun keadilan, adalah dengan memusatkan perhatian keapda manusia itu sendiri dan bukannya pada pasar atau negara. Manusia merupakan unsur yang hidup dan yang sangat diperlukan sebagai dasar dari sebuah sistim ekonomi.175

Dalam hal adalah keadilan, Islam berpandangan bahwa tanpa disertai keadilan sosial ekonomi, persaudaraan, yang merupakan satu bagian integral dari konsep tauhid dan khilafah, akan tetap menjadi sebuah konsep yang berlubang yang tidak memiliki substansi. Keadilan adalah sebuah ramuan sangat penting dari maqashid, sulit untuk dapat memahami sebuah masyarakat Muslim yang ideal tanpa adanya keadilan di situ. Islam benar- benar tegas dalam tujuannya untuk membasmi semua jejak kezaliman dan masyarakat manusia. Penegakan keadilan dan pembasmian semua

174

Ibid, h,. 76.

175

bentuk ketidakadilan telah ditekankan oleh Al Qurán sebagai misi utama dari semua Nabi yang diutus Tuhan.176

Urgensi Keindonesiaan Umer Chapra

Indikator

Skor (x)

Bobot

(w) x.w

Kesesuaian Ideologi dan konstitusi 1 0.2 0.2

Kebijakan ekonomi nasional yang kuat dan tangguh 2 0.2 0.4

Adanya batasan moral dalam prilaku ekonomi 4 0.2 0.8

Keadilan sosial dan kesejahteraan sosial 2 0.2 0.4

Teori ekonomi harus bersifat nasionalistis 2 0.2 0.4

Y 2.2

YT 0.9

Pemikiran Umer Chapra sama sekali tidak menyentuh aspek ideologi, konstitusi dan juga teori ekonomi yang bersifat nasionalistis, Ia lebih menekankan pada hal teknis pelaksanaan dalam rangka mencapai negara kesejahteraan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, batasan moral dan kesejahteraan hanya bersifat kualitatif tanpa ada tolok ukur yang bersifat kuantitatif. Nilai YT urgensi pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan 0.900 (tinggi). Dengan demikian urgensi pemikiran Umer Chapra mengenai konsep pembangunan ekonomi yang berorientasi keindonesiaan cukup signifikan.

176

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 229.

2. Relevansi Keindonesiaan

Efisiensi dan pemerataan tidak dapat direalisasikan hanya dengan sebuah mekanisme filter yang benar. Diperlukan motivasi untuk mendorong individu. Apa yang dilakukan oleh Islam untuk menciptakan keseimbangan demikian adalah dengan menyediakan suatu dimensi spiritual dan berjangka panjang kepada self interest. Individu harus memenuhi kepentingan dirinya sendiri di dunia yang sifatnya pendek dan singkat, dan juga akhiratnya yang bersifat abadi. Suatu keseimbangan (mizan) menurut istilah Al-Qur’an (Ar- Rahman: 7-9), mutlak diperlukan untuk menjamin kepentingan sosial dan pembangunan potensi manusia yang berkelanjutan.177

Efisiensi dan pemerataan adalah yang sesuai dengan sasaran-sasaran materiil yang secara universal telah diterima. Suatu perekonomian dapat dikatan telah mencapai efisiensi optimum apabila telah mampu mengunakan keseluruhan sumber daya alam dan manusia yang tersedia dengan sedemikian rupa sehingga arus barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan hajat itu dapat diproduksi dalam jumlah yang cukup maksimal oleh perekonomian yang cukup stabil dan dengan laju pertumbuhan yang berkesinambungan.178

Ajaran Islam tentang persaudaraan dan persamaan di masyarakat dan di depan hukum tidak akan berarti kalau tidak disertai dengan keadilan

177

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 322.

178

M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 3.

ekonomi. Sehingga setiap orang akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat. Juga tidak ada eksploitasi manusia oleh manusia. Masalah ini juga ditekankan dalam berbagai tulisan tentang Islam. Al-Qur’an mendorong ummat Islam agar,”tidak menghalang-halangi keadilan bagi sesama,” (Q.S. Asy-Syua’raa: 83)

Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi (maqashid syariah) yang berbeda dalam sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia hari ini. Yang dikehendaki Islam secara mendasar bukan materiil. Mereka didasarkan pada konsep-konsep sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan(ukuwah),keadilan sosioekonomi.179

Keamanan sosial dan pembagian pendapatan serta kekayaan yang merata sumber daya pada hakikatnya adalah anugerah dari Allah, maka sama sekali tidak beralasan kalau kekayaan itu hanya terpusat pada segelintir orang saja (Q.S. Hasyr: 7). Beberapa fungsi utama ekonomi Negara Sejahtera Islami adalah sebagai berikut:180

179

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 7.

180

M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika ekonomi politik elemen strategis pembangunan masyarkat Islam,hal. 35.

1. Memberantas kemiskinan dan menciptakan kondisi lapangan kerja dan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

2. Meningkatkan stabilitas nilai riil uang. 3. Menjaga hokum dan ketertiban

4. Menegakkan keadilan sosial dan ekonomi.

5. Mengatur keamanan masyarakat serta membagi pemerataan pendapatan dan kekayaan.

6. Menyelaraskan hubungan internasional dan pertahanan nasional.

B

Berdasarkan konsep perhitungan ANN dan uraian di atas, relevansi pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan cukup baik, hal ini dapat dilihat pada nilai YT 0.942 (tinggi). Dengan demikian kesesuaian pemikiran Umer Chapra mengenai konsep pembangunan ekonomi terhadap keindonesiaan cukup baik.

Relevansi Keindonesiaan Umer Chapra

Indikator

Skor (x)

Bobot

(w) x.w

Pekerjaan dan penghidupan yang layak 3 0.2 0.6

Realisasi ajaran Islam dalam perilaku ekonomi 4 0.2 0.8

Perekonomian berdasar atas asas kekeluargaan 2 0.2 0.4

Peran negara dalam menciptakan kemakmuran

rakyat 3 0.2 0.6

Kesejahteraan sosial 2 0.2 0.4

Y 2.8

3. Implementasi Keindonesiaan

Di mayoritas negara-negara mulim, upah materiil menjadi semakin tidak adil sehingga mayoritas orang tidak dapat memperoleh upah yang cukup bagi kerja keras, kreativitas, dan kontribusinya pada output. Karena itu, mereka menjadi apatis. Sementara inisiatif, dorongan kerja, dan efisiensinya sangat dirugikan. Ada dua faktor yang bertanggung jawab atas keadan ini: pertama bias dan kurangnya realism dalam kebijakan-kebijakan resmi, kedua: konsentrasi kekayaan dan kekuasaan ditangan segelintir orang, baik dipedesaan maupun diperkotaan.181

Adanya bias dan kurangnya realism kebijakan-kebijakan resmi telah menyebabkan distorsi harga-harga pokok yang secara disadari mengakibatkan penurunan pendapatan pendapatan petani penyewa, pengusaha kecil dan mikro dan buruh. Juga mengurangi permintaan mereka terhadap kebutuhan dan menciptakan misalokasi sumber-sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sementara, konsentrasi kekayaan dan kekuasaan juga terjadi, sebagian karena kebijakan-kebijakan resmi dan sebagian lainnya karena sistem ekonomi eksploitatif yang telah berlangsung berabad-abad lamanya, yang membatasi persaingan, menimbulkan kolusi yang merajalela, dan telah

181

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 252.

menciptakan suatu iklim kondusif yang melahirkan petaka bagi masyarakat lemah.182

Sumber daya ekonomi itu merupakan amanat Allah swt, adalah kewajiban moral para pemegang amanat itu untuk merealisasikan amanat tadi sesuai dengan kesejahteraan semua makhluk Allah swt. Ini berarti: Pertama, memberantas kemiskinan dan memenuhi semua kebutuhan pokok manusia. Kedua, mengguanakan sumber daya insani dan alam secara penuh dan efisien untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal serta memperbaiki standart hidup masyarakat. Ketiga, menghindarkan kondisi tidak efisien atau permintaan yang berlebihan yang mengarah pada pengangguran atau inflasi. Kata optimal di sini sebagai ganti kata maksimal atau tinggi untuk menjaga adanya margin yang selaras dengan tujuan peningkatan spiritual dan kesejahteraan sosial. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu fenomena yang terpisah, melainkan harus dilihat dampaknya pada moralitas masyarakat muslim, tujuan keadilan sosial dan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.183

Untuk menyelaraskan semua itu, maka adalah menjadi tanggung jawab negara untuk tidak meninggalkan fungsi utama pengelolaan sumber daya, terutama sumber daya yang langka, atau menentukan permintaan

182

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 256.

183

M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam, hal. 35.

agregat yang disebabkan oleh operasi pasar gelap. Sebaliknya, negara Islam harus berupaya keras memainkan peranan positif tadi melalui perencanaan yang rasional, membangun infrastruktur fisik dan sosial yang diperlukan.184

Al-qur’an mendorong ummat Islam agar menghimpun kekuatan apapun yang dimilikinya(Al-Mumtahanah: 60). Makna kekuatan di sini tidak hanya terbatas pada kekuatan militer saja, melainkan juga kekuatan ekonomi yang notabene menjadi akar kekuatan militer. Untuk kekuatan ekonomi tersebut, maka yang perlu ditingkatkan adalah infrastruktur.185

Gerakan nasionalisasi industri-industri utama juga telah kehilangan momentumnya. Ini disebabkan bukan saja karena kemunduran umum kinerja industri-industri yang dinasionalisasi, tetapi juga karena besarnya subsidi yang yang diserap industri-industri ini untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan kadang-kadang karena keterbatasan-keterbatasan politik yang menahannya untuk mematok harga berdasarkan interaksi pasar.186

Sebagian besar negara umumnya terdapat intervensi pemerintah cukup mendalam dalam bentuk BUMN, subsidi, regulasi, dan tindakan-tindakan yeng mempengaruhi pasar modal, tabungan domestik, perdagangan, dan hamper semua aspek ekonomi. Disamping itu, pemerintah uga memberikan arahan-arahan langsung kepada bisnis swasta dengan target yang sudah

184

Ibid, hal,. 35.

185

Ibid,hal,. 37.

186

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 117.

ditentukan melalui kontrol terhadap lisensi industry, utang luar negeri, persetujuan teknologi, dan penggunaan insentif selektif serta ancaman- ancaman.187

Tidak ada keraguan bahwa regulasi perusahaan-perusahaan swasta penting bagi terjaminnya kompetisi, terpeliharanya tatanan dan standar, dan perlindungan hak-hak orang lain. Tetapi, regulasi menurut kriteria yang disepakati atau nilai-nilai kolektif. Bila kriteria-kriteria dan nilai-nilai itu tidak tersedia atau secara universal tidak diakui, maka dalam masayrakat pluralis yang setiap orang mengedepankan kepentingan dirinya sendiri, negara menjadi sebuah papan netral bagi semua kelompok yang berkepentingan, dan segala aktivitasnya hanya akan menjadi sasaran tawar-menawar dan perlombaan politik.188

Efisiensi perlu dalam berbagai konteks sementara sumber-sumber daya tidak boleh disia-siakan atau disalahgunakan karena adanya pertanggungjawaban kepada Tuhan. Menurut salah satu nasihat Abu Yusuf kepada Harun Ar-Rasyid yang didasarkan pada Hadits pertanggungjawaban ini berlaku bagi semua sumber daya, termasuk usia manusia, ilmu, kekayaan, dan semua kemampuan fisiknya. Pertanggungjawaban ini menuntut bahwa sumber-sumber daya dipergunakan untuk membantu memaksimalkan kesejahteraan manusia. Pertanggungawaban ini berlaku bagi sumber-sumber

187

Ibid, h,. 176.

188

M. Umer Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 115.

daya, tidak pandang apakah itu SDM atau SDA, langka atau melimpah, mengandung biaya atau gratis.189

Implementasi Keindonesiaan Umer Chapra

Indikator Skor (x) Bobot (w) x.w Pemerataan pendapatan 2 0.2 0.4 Pengentasan Kemiskinan 3 0.1 0.3

Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional 1 0.1 0.1

Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai

hajat hidup orang banyak 1 0.2 0.2

Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk

kemakmuran rakyat 1 0.2 0.2

Menciptakan lapangan kerja 2 0.1 0.2

Pelestarian Lingkungan Hidup 3 0,1 0.3

Y 1.7

YT 0.845

Berdasarkan konsep perhitungan ANN dan uraian di atas, implementasi pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan bernilai rendah, hal ini dapat dilihat pada nilai YT 0.845 (rendah). Dengan demikian implementasi pemikiran Umer Chapra mengenai konsep pembangunan ekonomi terhadap keindonesiaan kurang dapat diterima.

189

M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan Abidin Basri:Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2001), hal. 60.

4. Urgensi Keislaman

Islam didasarkan pada tiga prinsip pokok yaitu : tauhid, khilafah dan adalah keadilan, yang jelas pula merupakan sumber utama dari maqasyid dan strategi ekonomi Islam. Batu fondasi kepercayaan Islam adalah tauhid. Bahwa alam teralih dirancang dengan sadar dan diciptakan oleh wujud tertinggi, Yang Esa dan tidak ada yang menyamai-Nya, bukan terjadi secara kebetulan. Dia terlibat secara aktif dalam hukum-hukum Alam. Segala sesuatu yang diciptakannya mempunyai tujuan. Tujuan inilah yang menjadikan wujudnya Alam ini dimana manusia adalah bagian darinya, berarti penting. Dan manusia adalah khalifah Tuhan di bumi, dan telah diberkahi dengan semua kelengkapannya. Konsep khalifah ini memiliki sejumlah implikasi, atau akibat yang wajar, yaitu: persaudaraan universal, sumber-sumber daya adalah amanat, gaya hidup sederhana dan kebebasan manusia.190

Pandangan hidup Islam yang berorientasi pada tujuan itu tidak dapat dibayangkan tegak tanpa terbentuknya suatu komunitas yang diatur dengan prinsip ajaran Islam.191 Tugas Rasulullah saw. dilukiskan dalam Al-Qur’an

sebagai pembawa rahmat bagi seluruh ummat manusia (Al-Baqrah: 107). Fungsi kesejahteraan dari negara Islam secara khusus ditegaskan oleh Rasulullah saw. ketika beliau menyatakan, “setiap penguasa yang

190

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 225-228.

191

M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam, hal,. 23

bertanggung jawab terhadap ummat Islam, namun tidak berjuang untuk kesejahteraan mereka, maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka.”192

Oleh karena itu, konsep kesejahteraan dalam Islam dapatlah dikatakan tidak semata-mata “ukhrawi” atau “duniawi” . Dengan demikian Islam sangat

menjunjung tinggi aspek spiritual dan material kehidupan manusia, sebagai sumber kekuatan bersama serta menjadikannya sebagai tonggak kesejahteraan dan kebahagiaan ummat manusia.193

Pembangunan dengan keadilan menghendaki adanya penggunaan sumber daya-sumber daya yang adil dan efisien dan keduanya, tidak mungkin didefinisikan atau diaktualisasikan tanpa adanya injeksi dimensi moral ke dalam dunia perekonomian. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam rahmatan lil alamin, menuju kehidupan sejahtera. (Q.S. Ali-Imran: 107)194

Manusia merupakan elemen hidup dan pokok dari setiap program pembangunan. Mereka adalah tujuan sekaligus sasaran pembangunan, dan apabila mereka tidak dipersiapkan secara tepat untuk dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan, dan kepentingan dirinya tidak dilindungi dalam batas-batas kesejahteraan sosial, tidak mungkin akan

192

Ibid,hal,. 26

193

Ibid,.hal. 28

194

M. Khurshid Ahmad, “Pembangunan Ekonomi Dalam Prespektif Islam”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,hal. 35.,h. 9

berhasil mengaktualisasikan tujuan-tujuan pokok Islam dalam pembangunan.195

Urgensi Keislaman Umer Chapra

Indikator

Skor (x)

Bobot

(w) x.w

Tiga konsep fundamental tauhid, khilafah, dan

keadilan 5 0.2 1

Keseimbangan dunia dan Akhirat 5 0.2 1

Pemisahan kepemilikan Perorangan dan negara 4 0.2 0.8

Pembangunan moral 5 0.2 1

Memberikan kenyamanan kepada faktor manusia 5 0.2 1

Y 4.8

YT 0.992

Urgensi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman mempunyai nilai YT sebesar 0.992 (sangat tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa urgensi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman sangat signifikan. Hal ini disebabkan karena pemikiran Umer Chapra menekankan sekali pada prinsip- prinsip keislaman, khususnya pada nilai yang bersifat fundamental tauhid, khilafah, dan keadilan.

5. Relevansi Keislaman

Tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta secara sadar dibentuk dan diciptakan oleh Tuhan Yang Esa, karena tidak mungkin jagad raya ini muncul secara kebetulan (Ali-Imran:191, Shad: 29, dan Al-

Mu’minun: 15). Segala sesuatu yang Dia ciptakan mempunyai tujuan, konsep

195

M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 85

tauhid bukanlah sekadar pengakuan realitas, tetapi juga suatu respons aktif terhadapnya.196

Al-Ghazali mendefinisikan tujuan syariat sebagai meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang akan mendukung keyakinan, kehidupan, pemikiran, kemakmuran, dan harta benda mereka dan menyimpulkan semua usaha manusia yang dapat mendukung terpenuhinya lima layanan masyarakat tersebut. Ibnu Qayyim menegaskan, dasar dari syariat adalah kebajikan

Dokumen terkait