• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep pembangunan ekonomi: studi komparatif pemikiran mubyarto dan Umer chapra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep pembangunan ekonomi: studi komparatif pemikiran mubyarto dan Umer chapra"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN MUBYARTO DAN UMER CHAPRA

ABSTRAKSI

Penelitian skripsi ini berupa penelitian kepustakaan(library research)dengan

data dan cara analisa kualitatif, mendeskripsikan dan menganalisa objek penelitian

yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan pemikiran

Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan ekonomi untuk dicari

bentuk komparasinya dan relevansi dari pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap

perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data kualitatif yang

diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber

sekunder. Data primer yang digunakan buku Umar Chapra yang berjudul Islam dan

Pembangunan Ekonomi. Buku Mubyarto Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila.

Sedangkan sumber data sekunder adalah berbagai tulisan yang berkaitan dengan

penulisan ini, baik langsung maupun tidak langsung, seperti buku, Masa Depan

Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Islam dan Tantangan Ekonomi”, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan.

Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode Artificial

Neuron Network (ANN) dengan penilaian menggunakan keserasian contents,

context, conducts, dan contours. Untuk melakukanhal tersebut penulis melakukan

verifikasi variabel terlebih dahulu hal ini sangat diperlukan agar diperoleh data

yang relevan, untuk dijadikan indikator dalam artificial neuron network. Dari

penelitian ini diperoleh hasil bahwa adanya persamaan dan perbedaan pemikiran

kedua cendekiawan dalam urgensi, relevansi, implementasi baik dimensi

keindonesiaan maupun keislaman, perbedaan ini dijelaskan dalam bentuk nilai hasil

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, atas segala rahmat dan

hidayat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesikan. Dalam rangka memenuhi

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah.

Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang

terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi tingginya dan terima

kasih yang setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah memberi

bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan

finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak

Mu’min Rauf, M.A, selaku sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis memberikan masukan dan arahan dalam hal administrasi.

3. Bapak Dr. Ir. Murasa Sarkaniputra sebagai pembimbing atas segala asanya

memberikan banyak bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan dalam

(6)

4. Bapak Fahmi Ahmadi, Msi yang telah banyak membantu penulis dalam

berdikusi, belajar dan meminjamkan buku, semoga Allah membalasnya dan gelar

doktor nya cumlaude cepat selesai.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya

kepada penulis.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Syari’ah dan Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan

pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Ayahanda Alm. Etom Irfa dan Ibunda Djunah, kupersembahkan skripsi ini

untukmu yang selalu memberikan kasih sayangnya tiada henti. Kakakku Hery,

Fitri dan adikku Winda yang telah mendukungku selama kuliah berlangsung.

Keponakanku yang cerdas Faqih dan Fathan terima kasih atas hiburannya. Siti

Mariam atas segala perhatiannya dan masakannya, semoga Allah merestui kita.

8. Kawan-kawan, Kanda, Yunda dan para kader BEM-J Perbankan Syariah, LEMI,

COINS, KOMFAKSY, HMI Cabang Ciputat yang telah banyak mewarnai hidup

saya selama di Ciputat. Maju terus kawan-kawanku.

9. Iwan Fals yang setia menemani penulis pagi, siang dan malam dengan

lagu-lagunya, kosan dan seisinya yang telah banyak membantu termasuk kawanku

(7)

10. Teman-teman satu jurusan Perbankan Syariah, khususnya angkatan 2007

terutama sahabat-sahabatku Trisakti (Arif “Joni”, RM Dwima, Hafiz “Ateng”)

dan Sisy semoga menjadi cerita klasik untuk masa depan dan teman-teman KKS

2007 yang membawa kenangan tersendiri.

11. Bu Ely Taryuni beserta keluarga atas kepercayaannya mengajar Kevin dan Felix

dari awal kuliah sampai sekarang, Bu Niken Ayu beserta keluarga Faiz dan

Rizky atas kepercayaannya, terima kasih sudah membatu saya untuk mandiri.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu

penyelesaian skripsi ini, baik yang telah penulis sbut diatas maupun yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan Allah SWT membalasnya dengan

pahala yang berlipat ganda. Amin.

Ciputat, 21 Rabiul Awal 1432 H 24 Februari 2011 M

(8)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………...…i

DAFTAR ISI………..…iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah...12

C. Perumusan Masalah...14

D. Tujuan, Keluaran dan Manfaat Penelitian………15

E. KajianPustaka………...………16

F. Review Studi Terdahulu………18

G. Metode Penelitian……….…21

BAB II KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMER CHAPRA A. Pemikiran Mubyarto………..………...……30

1. Biografi………..……..31

2. Pembangunan Ekonomi………..….32

3. Moral dan Keadilan………..……36

4. Peran Negara………..……..39

(9)

1. Biografi……….………...44

2. Pembangunan Ekonomi………..47

3. Moral dan Keadilan………....52

4. Peran Negara………56

BAB III ANALISA ARTIFICIAL NEURON NETWORK (ANN) DAN HIMPUNAN KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMAR CHAPRA A. Pemikiran Mubyarto 1. Urgensi Keindonesiaan………60

2. Relevansi Keindonesiaan……….64

3. Implementasi Keindonesiaan………..68

4. Urgensi Keislaman………73

5. Relevansi Keislaman………77

6. Implementasi Keislaman……….81

B. Pemikiran Umer Chapra 1. Urgensi Keindonesiaan……….…..84

2. Relevansi Keindonesiaan………88

3. Implementasi Keindonesiaan……….91

4. Urgensi Keislaman……….96

(10)

6. Implementasi Keislaman………103

C. Himpunan……….…107

1. Urgensi Keindonesiaan……….107

2. Urgensi Keislaman……….108

3. Relevansi Keindonesiaan………...109

4. Relevansi Keislaman………..110

5. Implementasi Keindonesiaan………111

6. Implementasi Keislaman………...113

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………115

B. Saran………..116

(11)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Mubyarto globalisasi mempunyai dua pengertian. Pertama, sebagai

deskripsi/definisi yaitu proses menyatunya pasar dunia menjadi satu pasar tunggal

(borderless market), dan kedua, sebagai “obat kuat” (prescription) menjadikan ekonomi lebih efisien dan lebih sehat menuju kemajuan masyarakat dunia. Dengan

dua pengertian ini jelas bahwa menurut para pendukung globalisasi “tidak ada pilihan” bagi setiap negara untuk mengikutinya jika tidak mau ditinggalkan atau terisolasi dari perekonomian dunia yang mengalami kemajuan sangat pesat.1

Benarkah tak ada hak sama sekali bagi setiap negara untuk “berbeda”

dengan menerapkan sistem ekonomi yang sesuai sistem nilai dan budaya

negara-negara bersangkutan? Para pendiri republik kita berpaham kebersamaan dan asas

kekeluargaan (ukuwah), menolak pengutamaan kepentingan pribadi (self-interest

dengan liberlismenya) yang penuh firqoh.2 Pasar bebas dengan berbagai versinya memang merupakan sumber bagi terwujudnya ketimpangan-ketimpangan

1

Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global, artikel di akses pada 17 Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1

2

(12)

struktural. Mohammad Hatta menggambarkan sistem ekonomi subordinasi dalam

konteks kolonialisme, imperialisme, dan eksploitasi.3

Individualisme dalam wujud self-interest telah mendapat tentangan, baik

secara moral maupun teoretikal di dalam perkembangan ilmu ekonomi baru.

Paham fundamentalisme pasar mendapat banyak kecaman pula, tidak saja dari segi

moralitas tapi juga dari segi teknis dan teoretikal. Pasar mengemban berbagai

ketidakmampuan untuk mendukung kepentingan ekonomi masyarakat, cita-cita

pemerataan dan keadilan. Mekanisme pasar banyak membuktikan

kegagalan-kegagalannya (market failures) terutama dalam menjaga kepentingan mereka yang

lemah daya belinya, sehingga pasar-bebas dengan persaingan-bebas yang

mengiringinya telah memojokkan pihak yang lemah (the under class)

menumbuhkan disempowerment dan impoverishment). Globalisasi yang

berse-iringan dengan pasar-bebas dan persaingan-bebas adalah kemasan baru dari

kegiatan homo economicusmultinasional, dengan insting dasarnya yang predatori

dan hegemonik, dan mengemban paham homo homini lupus dalam wajah

indahnya yang canggih.4

Ekonomi terbuka harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan prioritas

nasional. Tidak bisa kita mengorbankan rakyat demi pasar bebas dan demi

3

Sri Edi Swasono,Menegakkan Ideologi Pancasila: Daulat-Rakyat Versus Daulat Pasar, hal 23.

4

Sri Edi Swasono, Kemandirian Ekonomi: Menghapus Sistem Ekonomi Subordinasi Membangun Ekonomi Rakyat, artikel di akses pada 17 Desember 2010,

(13)

efisiensi ekonomi pasar terbuka. Biaya dan pengorbanan yang terlalu tinggi bagi

Indonesia, beyond economic matters, yang harus kita bayar untuk ikut

berkewajiban mewujudkan ekonomi dunia yang efisien (pasar-bebas dan

globalisasi) sudah sepantasnya kita tinjau kembali.5

Dalam konteks perekonomian suatu negara berkembang, salah satu

wacana yang menonjol adalah mengenai pembangunan ekonomi. Meskipun ada

juga wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga

barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain

sebagainya. Pembangunan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian

suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau

pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan

ukuran-ukuran yang lain.6

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu

perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur

lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak, pendidikan semakin tinggi dan

teknologi semakin meningkat, sedangkan ekonomi Pembangunan adalah suatu

bidang studi dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang masalah-masalah

5

Sri Edi Swasono,Menegakkan Ideologi Pancasila,hal. 26.

6

(14)

ekonomi di negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan

untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.7

Mubyarto seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan ekonomi

Pancasila, memiliki gagasan dalam pembangunan, yaitu tentang pentingnya peran

kelembagaan dalam pembangunan. Selama aspek kelembagaan belum

diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk merumuskan dan melaksanakan

aktivitas pembangunan yang mendukung terwujudnya pemerataan sosial,

pengurangan kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup lainnya.8

Aspek kelembagaan ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan

ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam memanfaatkan

kesempatan ekonomi yang ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan

senantiasa memberikan perhatian terhadap tiga hal penting, yaitu etika, hukum,

dan ilmu ekonomi.9

Etika menekankan pada persepsi kolektif tentang sesuatu yang dianggap

baik dan adil, untuk masa kini maupun mendatang. Hukum menekankan pada

penerapan kekuatan kolektif untuk melaksanakan ethical consensus yang telah

disepakati. Sementara itu, ilmu ekonomi menekankan pada perhitungan untung

rugi yang didasarkan pada etika dan landasan hukum suatu negara.

7

Sadono Sukirno,Ekonomi Pembangunan, (Kencana: Jakarta 2006), hal.3.

8

Bagus Santoso dan Nadia Kusuma Dewi, “Mubyarto & Daniel W. Bromley, 2002, A Development Alternative For Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia”., artikel di akses pada 15 Oktober 2010, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm

9

(15)

Berkaitan dengan hal ini, Mubyarto berpendapat Ekonomi Pancasila sebagai

fondasi moral kebijakan pembangunan Indonesia. Ironisnya, Pancasila sebagai

prinsip etika ditolak oleh ekonom neoklasik serta dianggap tidak relevan dan tidak

konsisten dengan ilmu ekonomi barat yang “value-free”. Seolah-olah Ekonomi Pancasila tidak dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ekonomi

modern. Akibatnya, konsep ilmu ekonomi impor yang cenderung menekankan

pada liberalisme, individualisme, dan memandang uang sebagai segala-galanya,

lebih dikenal luas dan dianggap cocok untuk diterapkan pada perekonomian

Indonesia.10

Ekonomi Pancasila sebagai landasan strategi pembangunan Indonesia.

Pancasila mengandung tekad bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia melalui ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

kemanusiaan sebagai dasar-dasar etika (ethical foundation) serta nasionalisme dan

demokrasi sebagai pedoman/metode kerja idealnya (guiding ideals).11 Aspek-aspek penting yang terdapat dalam Ekonomi Pancasila antara lain adalah

partisipasi dan demokrasi ekonomi, pembangunan daerah (bukan pembangunan di

daerah), nasionalisme ekonomi, dan pendekatan multidisipliner terhadap

pembangunan.12

10

Ibid, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm

11

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 37.

12

(16)

Gagasan Ekonomi Pancasila saat ini masih berada dalam tataran etika,

moral, ide, dan ideologi. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha lebih lanjut yang

memungkinkan Ekonomi Pancasila menjadi practicable dan menjadi landasan

moral pengambilan kebijakan. Pembangunan tidak hanya berfokus pada

terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga pada terwujudnya

kualitas hidup yang lebih baik, pemerataan, dan keadilan sosial. Pembangunan

harus menempatkan kepentingan rakyat banyak pada urutan pertama.13

Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial

adalah berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian

di bidang budaya. Hal ini sesuai dengan semangat UUD 1945 pasal 33 ayat 1,2,

dan 3 dan komitmen menjalankan pasal 27 ayat 2 dan 29 ayat 2.14

Srategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi rakyat merupakan

strategi melaksanakan demokrasi ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh semua

untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan ketimbang kemakmuran orang

seorang, maka kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan

program pembangunan harus memberi manfaat pada mereka yang paling miskin

13

Bagus Santoso dan Nadia Kusuma Dewi, “Mubyarto & Daniel W. Bromley, 2002, A Development Alternative For Indonesia,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia”., artikel di akses pada 15 Oktober 2010, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm

14

(17)

dan paling kurang sejahtera. Inilah pembangunan generasi mendatang sekaligus

memberikan jaminan sosial bagi mereka yang paling miskin dan tertinggal.15

Semua negara muslim masuk dalam kategori negara-negara berkembang

meskipun diantaranya negara-negara kaya sementara sebagian yang lain miskin.

Mayoritas negeri-negeri ini, terutama yang miskin, seperti halnya negara-negara

berkembang lainnya, dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat sulit.

Salah satu problemnya adalah ketidakseimbangan ekonomi makro yang

dicerminkan dalam dalam angka penganguran, inflasi yang tinggi, defisit neraca

pembayaran yang sangat besar, depresi nilai tukar mata uang yang berkelanjutan,

dan beban hutang yang berat.16

Dalam pandangan Islam, konsep pembangunan ekonomi merupakan konsep

pembangunan 'insan seutuhnya' menuju puncak kehidupan yang seindah-indahnya

(fi ahsani taqwiin). Pembangunan yang berlandaskan proses tazkiyatun nafs

(penyucian jiwa) guna menciptakan keharmonisan kehidupan (internal harmony)

melalui proses transformasi sosial yang menyatukan nilai-nilai moral ekonomi dan

tingkat pareto optimum yang Islami.17

Bukan sebaliknya, proses pembangunan yang dilandasi nilai-nilai

sekulerisme yang meruntuhkan nilai-niai kemanusiaan dan meluncurkan babak

15

Ibid., http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm

16

M. Umer Chapra,Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi(Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 1.

17

(18)

kehancuran peradaban manusia (the decay of civilization). Umer Chapra

berargumen bahwa penyebab utama krisis keuangan global yang terjadi saat ini

tidak lain adalah hilangnya market discipline dalam sistem keuangan kita.18 Kondisi inilah yang mendorong, terjadinya excessive lending, aksi spekulasi di

pasar modal dan kenaikan nilai aset yang tidak terkendali.

Mayoritas para ekonom muslim sepakat mengenai dasar pilar atau

fondasi filosofis sistem ekonomi Islam: Tauhid, Khilafah, Ibadah, danTakaful19, Khurshid Ahmad menambahkan: Rububiyyah dan Tazkiyah20serta Mas-u-liyyah (accountability).

Murasa Sarkaniputra dalam buku Ruqyah Syar’iyyah21menyebutkan bahwa

ekonomika Islam merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan

kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah.

Dimana menurutnya dalam pengertian ekonomi Islam di atas mencakup tiga

domain, yakni domain tata kehidupan, pemenuhan kebutuhan, dan ridha Allah.

Semua ini diilhami oleh nilai-nilai Islam yang bersumberkan al-Qur’an, as

-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.

18

Ibid., http://www.pk-sejahtera.org/id/artikel/kolom/keuangan-syariah-dan-konsensus-baru-pembangunan-ekonomi.htm

19

Mohamed Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis,(Kuala Lumpur : Ikraq, 1995), h. 2

20

Khurshid Ahmad, "Economic Development in an Islamic Framework", dalam Khurshid Ahmad (ed.),"Studies in Islamic Economics", (Leicester : The Islamic Foundation, 1980), h. 178-179.

21

(19)

Umar Chapra menyatakan bahwa sasaran yang dikehendaki Islam secara

mendasar bukanlah materi, melainkan didasarkan atas konsep-konsep Islam

tentang kebahagiaan (al-falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thoyibah)yang

sangat menekankan aspek persaudaraan, keadilan sosial ekonomi, dan pemenuhan

kebutuhan spiritual umat manusia.22

Tujuan ini (al-falah) dijelaskan oleh Rawwaz Qal’aji dalam karyanya

Mabahits Fi al-Iqtishad al-Islami23 melalui tujuan ekonomi negara, mewujudkan kebahagiaan bagi manusia dan meminimalisir kesenjangan ekonomi

ditengah-tengah masyarakat.

Oleh karena itu nilai keseimbangan merupakan ruh dalam ekonomi Islam,

yang dengannya Allah menjadikan ciri khas bagi umat Islam (QS. al-Baqarah:

143). Nilai keseimbangan ditegakkan Islam di antara dunia dan akhirat, antara

individu dan masyarakat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim.24

Nilai ini ditunjukkan dengan keseimbangan pada diri manusia dalam

mempergunakan hartanya melalui kesederhanaan dan penghematan dalam

pemanfaatan kepemilikan harta kekayaan dan tidak melampaui batas.

(QS.al-Baqarah: 67 dan ar-Rahman: 9), dan seimbang disaat memenuhi kebutuhan akhirat

dan seimbang pula ketika memenuhi kebutuhan dunia.

22

Umar Chapra,Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi(Jakarta: Gema Insani Press), 2006. hal 7

23

M. Rawwaz Qal’aji,Mabahits fi al-Iqrishad al-Islami,(Beirut: Dar An-Nafaes), 2000, cet ke-4, hal. 35

24

(20)

Menurut Umar Chapra,25 ”Ekonomi Islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui

suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan

maqashid (tujuan-tujuan syariah), tanpa mengekang kebebasan individu,

menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi yang

berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta

jaringan moral masyarakat”.

Nilai-nilai moral memiliki nilai penting dalam masyarakat manusia untuk

mencegah tindakan-tindakan yang salah dan ketidakadilan serta

menunbuhkembangkan kesejahteraan. Menurut Chapra disamping

variabel-variabel ekonomi, perlu juga memasukkan factor-faktor moral psikologis, social,

dan sejarah yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.26

Meskipun masyarakat sekuler terus meremehkan perlunya pembangunan

moral, kini mereka mengakui komitmen pembangunan dengan keadilan.

Pembangunan materi dengan keadilan adalah tidak mungkin tanpa adanya

pembangunan moral. Pembangunan dengan keadilan menghendaki adanya

pengunaan sumber daya- sumber daya yang adil dan efisiensi dan keduanya, tidak

25

M. Umer Chapra,The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan Abidin Basri:Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam(Bandung, Gema Insani, 2001), hal. 108.

26

(21)

mungkin dapat didefinisikan atau diaktualisasikan tanpa adanya nilai-nilai spiritual

dalam dunia perekonomian.27

Efisiensi dan pemerataan telah didefinisikan dalam banyak cara. Dari sudut

syari’ah, definisi yang paling memadai adalah yang membantu merealisasikan visi Islam tentang pembangunan. Karena itu efisiensi optimum dapat dikatakan telah

dicapai dalam alokasi sumber-sumber daya manakala kuantitas barang dan jasa

yang dapat memenuhi kebutuhan telah dapat diproduksi dengan tingkat stabilitas

ekonomi yang masuk akal dan dengan suatu laju pertumbuhan yang

berkesinambungan.28

Rasulullah saw dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai pembawa rahmat bagi

seluruh ummat manusia (Q.S: Ali-Imran ayat 107). Beberapa perwujudan sifat ini

dinyatakan secara jelas dalam Al-Qur’an. Misalnya, perlunya kehidupan sejahtera

(hayat thayyibah)dan kesejahteraan (falah),sikap ramah dan keras, generasi yang

makmur, mendidik dalam suasana penuh cinta, jaminan dari keamanan, bahaya

korupsi, ketakutan, kelaparan, dan tekanan mental. Karena itulah semua lembaga

organisasi, termasuk negara, haruslah mencerminkan sifat rahmat dan harus

melahirkan kesejahteraan bagi semua manusia. Fungsi kesejahteraan dari negara

secara khusus ditegaskan oleh Rasulullah saw. Ketika beliau menyatakan, “Setiap

27

M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1997), h. 61.

28

(22)

penguasa yang bertanggung jawab terhadap ummat Islam, namun tidak berjuang

untuk kesejahteraan mereka, maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka”29

Indonesia sebagai negara yang merdeka, tentunya harus mempunyai

konsepsi pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa dan agamanya sesuai

dengan semangat pasal 29 dan 33 UUD 1945. Dari latar belakang permasalahan

yang telah diuraikan diatas, maka penulis memilih judul

“Konsep

Pembangunan Ekonomi, Studi Komparatif Pemikiran Mubyarto dan

Umar Ch

apra ”

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Dari latar belakang di atas, pembangunan ekonomi diartikan sebagai

serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan

ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin

banyak, pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Tujuannya

adalah untuk: menelaah faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan

khususnya di negara-negara sedang berkembang, mengemukakan cara pendekatan

yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, sehingga

29

(23)

dapat mempercepat jalannya pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara

tersebut.30

Mubyarto sebagai ekonom Pancasila, berpendapat bahwa pembangunan

nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruh rakyat Indonesia.31 Sebagai bangsa yang besar, Indonesia mempunyai sistem ekonomi yang sesuai dengan budaya Indonesia sendiri yaitu sistem koperasi yang

berasaskan kekeluargaan.32

Sistem ekonomi Pancasila tidak menjerumus pada etatisme dan liberalisme,

akan tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan individualitas

dan otoaktivitas setiap rakyatnya dan ada mekanisme yang dapat mengendalikan dan

mengatasi praktek oligopoly dan monopoli. Kuncinya ialah keseimbangan, keserasian

dan keselarasan, antara individualitas dan sosialitas, antara oktoaktivitas dan

solidaritas sosial.33

Umer Chapra yang merupakan pemikir mainstream dalam ekonomi Islam

mempunyai pandangan bahwa pembangunan di negara-negara muslim harus melihat

pandangan hidup Islam dan tujuan-tujuan yang seirama dengan pandangan tadi serta

jenis pembangunan yang berkaitan dengan itu.34 Pembangunan materi harus sejalan

30

Sadono Sukirno,Ekonomi Pembangunan, (Kencana: Jakarta 2006), hal.3.

31

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal.3

32

Ibid, h. 39

33

Ibid, hal,. 53.

34

(24)

dengan pembangunan moral dengan melaksanakan efisien dan pemerataan, yakni

merealisasikan visi Islam tentang pembangunan.35

Mubyarto dan Umar Chapra sebagai seorang ekonom yang mempunyai latar

belakang yang berbeda, mempunyai konsep ekonomi pembangunan yang bercorak

pada pemikirannya masing-masing, oleh karena itu penulis akan mengkomparatifkan

dan menganalisa pemikiran meraka dalam hal nilai-nilai moral, keadilan, kebijakan

dan peran negara dalam pembangunan ekonomi. Dari masalah di atas, maka penulis

membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Komparasi pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan

ekonomi dengan menggunakan pasal 27 (2), 29 (2) dan pasal 33 UUD 1945

(sebelum amandemen).

2. Relevansi dari pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap perekonomian

Indonesia.

C. Perumusan Masalah

Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis akan merumuskan

permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan

ekonomi?

35

(25)

2. Bagaimana relevansi pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap perekonomian

Indonesia ?

D. Tujuan, Keluaran dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tersusunnya format pemikiran ekonomi menurut Mubyarto dan Umar Chapra.

b. Terumuskannya dimensi-dimensi implementasi pemikiran Mubyarto dan

Chapra pada perekonomian Indonesia.

2. Keluaran

a. Peta pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konteks keindonesiaan dan

keislaman.

b. Kemungkinan perumusan kebijakan yang dapat diterima rakyat Indonesia.

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep ekonomi

pembangunan dan relevansinya terhadap perekonomian Indonesia.

b. Bagi akademik, memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam

khazanah ekonomi Islam khususnya serta memperkaya literatur perpustakaan

(26)

c. Masyarakat umum, dapat tambahan wawasan mengenai pemikiran kedua cendekiawan tersebut, khususnya.

E. Kajian Pustaka

Penulis melakukan studi penelitian terdahulu pada beberapa studi yang telah

dilakukan sekitar pembangunan ekonomi, Mubyarto dengan konsep pembangunan

ekonomi dengan latar belakang ekonomi pancasila dan Umer Chapra dengan konsep

pembangunan ekonomi dengan latar belakang ekonomi Islam.

Diantaranya tulisan dalam bentuk buku yang berjudul Ekonomi Pancasila36: gagasan dan kemungkinan karya Profesor Mubyarto, sebagaimana judulnya, tulisan

ini mencoba menawarkan alternatif strategi pembangunan Indonesia. Resep yang

mereka tawarkan diharapkan dapat membawa perubahan ke depan yang lebih baik

bagi bangsa Indonesia, mengingat bangsa Indonesia telah gagal menerapkan sistem

ekonomi yang sesuai untuk membangun Indonesia. Observasi langsung cenderung

mengkonfirmasi bahwa pembangunan ekonomi Indonesia selama ini masih banyak

berpedoman pada konsep-konsep ekonomi barat yang belum tentu sesuai dengan

kondisi kultural, etika, sosial, dan politik yang ada di Indonesia.

Buku berjudul Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila37 karya Mubyarto, karya ini menjelaskan sistem ekonomi Pancasila yang merupakan amanat undang-undang

dasar 1945 yang berfondasikan pada nilai-nilai moral demi terwuudnya keadilan

36

Mubyarto,Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,(Jakarta: LP3ES, 1987 )

37

(27)

social. Dalam Sistem Ekonomi Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada

(kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud kemerataan sosial dalam

kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis

yang melibatkan semua orang dalam proses produksi dan hasilnya juga dinikmati oleh

semua warga masyarakat.

Karya Umer Chapra yang berjudul, Islam and Economic Development38, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Pembangunan Ekonom hadir mewarnai

kajian ekonomi pembangunan. Karya ini menelusuri dan menganalisa ekonomi

pembangunan yang bersifat sekularistik dengan beberapa kagagalannya yang

disebabkan menegasikan nilai-nilai moral dan agama untuk menciptakan keadilan.

Buku ini juga memuat startegi dan kebijakan yang harus dilakukan negara muslim

dalam pembangunan ekonomi.

Buku Umer Chapra yang berjudul The Future Of Economics An Islamic

Perspective,39 terjemah, Ikhwan Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam. Buku ini menjelaskan tentang pentingnya kita menelaah ulang ilmu

ekonomi yang selama ini diajarkan oleh kaum kapitalis dan sosialis dinegara-negara

dunia ketiga, tanpa memperhatikan konteks agama dan kultur masyarakat tersebut.

Kemudian memberikan fomulasi maqoshidu syari’ah dalam ekonomi yang menunjung tinggi nilai moral dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.

38

M. Umer Chapra,Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000).

39

(28)

F. Review Studi Terdahulu

Penulis Dina Rahma Umami

(Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,

Fakultas Syariah dan politik, Universitas Islam Negeri Jakarta,

2009).

Judul Pemikiran Ekonomi Mubyarto Dalam Prespektif Ekonomi

Islam

Pembahasan Pada skripsi ini penelitian yang dilakukan adalah untuk

mengetahui konsep filsafat, nilai-nilai dasar dan nilai

instrumental dari sistem ekonomi Islam, konsep filsafat,

nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental dari pemikiran ekonomi

Mubyarto dan pandangan system ekonomi Islam terhadap

pemikiran ekonomi dari Mubyarto

Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, pemikiran ekonomi Mubyarto

tidak bertentangan dengan sistem ekonomi Islam, sebab:

a. Pemikiran ekonomi Mubyarto berjiwa religius dan

mengedepankan unsur moral yang menginginkan adanya

keseimbangan dan keselarasan hubungan vertikal dan

horisontal.

b. Bersifat karakyatan yang memberikan perhatian besar pada

penderitaan rakyat kecil yang merupakan korban dari

kesenjangan ekonomi

c. Bersifat humanis dimana ia tidak menginginkan terjadinya

ekspolitasi, penindasan dan dominasi sesama manusia.

(29)

yang berhaluan soislis religius.

Penulis Ahmad Charis

(Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2010).

Judul Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Mubyarto Perspektif Ekonomi

Islam

Pembahasan Pada Skripsi ini membahas tentang beberapa pokok masalah:

1. Bagaimana konsep pemikiran Mubyarto tentang ekonomi

kerakyatan?

2. Bagaimana perspektif ekonomi Islam dalam melihat

pemikiran Mubyarto tentang ekonomi kerakyatan?

Pendekatan yang penulis gunakan untuk mengkaji dan

menganalisa pokok masalah yang telah ditentukan diatas

pendekatan normatif. Pendekatan ini didasarkan pada hukum

syara’ yaitu Alqur’an dan Hadis Nabi serta usul al-fiqh. Hasil penelitian Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa ekonomi kerakyatan

sebenarnya merupakan tambalan dari sistem ekonomi

kapitalisme yang telah menciptakan struktur perekonomian

yang timpang dalam masyarakat dimana rakyat kecil tidak

mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah karena lebih

bertumpu pada ekonomi pasar. Akibatnya, perekonomian

didominasi oleh segelintir orang sementara sebagian besar

rakyat lainnya hidup dalam kondisi yang tidak layak.

(30)

perekonomian mereka dalam berbagai kebijakan pemerintah

baik dalam bentuk fiskal maupun moneter. Namun secara

umum instrumen pokok ekonomi kapitalisme tetap diakui

seperti eksistensi perbankan ribawi, kebijakan moneter yang

menggunakan instrumen suku bunga, perdagangan efek di pasar

modal, dan pajak sebagai instrumen fiskal sekaligus sebagai

sumber pendapatan utama negara, dan eksistensi badan usaha

yang berbentuk perseroan terbatas (PT).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep ekonomi

kerakyatan sejatinya merupakan konsep ekonomi yang batil

yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

G. Metode Penelitian

1. Jenis

Penelitian Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research)

dengan data dan cara analisa kualitatif,40 dengan mendeskripsikan dan menganalisa objek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan

dengan topik. Untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil

kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

2. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang

diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber

40

(31)

sekunder. Dalam penulisan ini sumber data primer yang digunakan buku Umar

Chapra yang berjudul Islam dan Pembangunan Ekonomi.41 Buku Mubyarto Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila.42

Sedangkan sumber data sekunder adalah berbagai tulisan yang berkaitan

dengan penulisan ini, baik langsung maupun tidak langsung, seperti buku, Masa

Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam,43 Islam dan Tantangan Ekonomi”,44Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan45.

3. Teknik Pengambilan Data

Didalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan

menggunakan teknik studi pustaka, yang dalam hal ini adalah buku, jurnal dan

artikel.

4. Verifikasi Variabel

Verifikasi variabel atau proses pengumpulan dan klasifikasi variabel

(indikator) sangat diperlukan agar diperoleh data yang relevan, untuk dijadikan

indikator dalam artificial neuron network. Dalam kerangka berpikir ilmiah,

verifikasi variabel termasuk berpikir empiris yang dilakukan setelah berpikir secara

rasional. Proses verifikasi variabel diperoleh dengan menggunakan content

41

M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam dan Pembangunan Ekonomi(Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000).

42

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988)

43

M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2001).

44

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Tantangan Ekonomi, (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000)

45

(32)

analysis, yaitu mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks46. Konten menjelaskan, arti, ide, tema, atau apapun pesan yang dapat dikomunikasikan.

Content analysis bersifat noncreative sebab proses untuk menempatkan

perkataan, pesan, atau lambang pada satu teks untuk mengomunikasikan ke satu

pembaca atau penerima terjadi tanpa pengaruh dari peneliti yang meneliti konten

ini. Dengan demikian peneliti mengungkapkan isi pada satu sumber komunikasi

dan membandingkannya dengan ilmu pengetahuan tentang teknik kuantitatif.47

Dibawah ini adalah variable yang telah diverifikasi untuk dijadikan acuan

dalam menganalisa pemikiran pembangunan ekonomi Mubyarto dan Umer Chapra

dengan menggunakan artificial neuron network dan himpunan sebagaimana akan

dijelaskan selanjutnya.

KEINDONESIAAN

Urgensi

1. Pancasila dan UUD 1045

2. Demokrasi Ekonomi

Relevansi

1. Pasal 27 ayat 2

2. pasal 29 ayat 2

3. pasal 33 ayat 1

4. Pasal 33 ayat 2

5. Pasal 33 ayat 3

Implementasi

46

Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach, (USA: Pearson Education, 2003), hal.310.

47

(33)

1. Pemerataan pendapatan

2. Pengentasan kemiskinan

3. Soko guru sebagai perekonomian Indonesia

4. Negara menguasai cabang-cabang produksi

5. Penguasaan bumi, air, dan kekayaan alam untuk

kemakmuran rakyat

6. Menciptakan lapangan kerja

7. Pelestarian lingkungan hidup

KEISLAMAN

Urgensi

1. Konsep fundmental tauhid, khilafah dan keislaman

2.Keseimbangan dunia dan akhirat.

3. Pembangunan moral.

Relevansi

1. Al-Maidah ayat 120, Al-Baqarah ayat 279

2. Al-Baqarah ayat 11

3. Al-Baqarah ayat 201

4. Al-Humazah ayat 1-3

Implementasi

1. Pelaksanaan zakat

2. Pelarangan riba

3. Mengurangi konsentarsi kepemilikan

4. Model kerja sama musyarakah dan mudharabah

(34)

5. Teknik Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode

Artificial Neuron Network (ANN) dengan penilaian menggunakan keserasian

contents, context, conducts, dan contours.48 Maka digunakanlah metode content analysis yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks. Content

menjelaskan arti, lambang, gambar, ide, tema atau apapun peasan yang dapat

dikomunikasikan. Dalam content analysis peneliti menggunakan objektif dan

sistematik menghitung dan merekam prosedur untuk menghasilkan suatu

kuantitatif daricontentsimbolis pada suatu teks.49

6. Metode Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.50

7. Teori alat analisa

a. ANN (artificial neuron network)

Dalam menganalisa dan mengkomparasikan konsep ekonomi kedua

pemikir, penulis menggunakan metode ANN (artificial neuron network)dengan

penilaian dan bobot menggunakan keserasian contents, context, conducts, dan

48

Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), hal. 8

49

Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach, (USA: Pearson Education, 2003), hal.310.

50

(35)

contours51. Untuk melaksanakan langkah tersebut digunakanlah metode content analisis yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks.52

Dalam penyusunan indikator dan penilaian pemikiran Mubyarto dan

Umer Chapra terukur menurut UUD 1945 pasal 27 (2), 29 (2) dan pasal 33

sebelum amandemen, serta pemikiran tokoh-tokoh ekonomi yakni, Khursid

Ahmad53

Penulis membuat rentang skala nilai Y Transformasi, untuk mengukur

urgensi, relevansi, dan implementasi pemikiran Mubyarto dan Umer Chapra

tersebut. Nilai YT 0.73 merupakan terendah, sebab jika sebuah instrument

51

Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), hal. 8

52

Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach, (USA: Pearson Education, 2003), hal.310.

53

Khursid Ahmad. Pembangunan Ekonomi Dalam Ekonomi Islam: Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam.(Surabaya: Risalah Gusti, 1997) hal. 6

54

Mausudul Alam Choudhury,Contribution to Islamic Economic Theory,(New York: St Martin’s Press, 1986).

55

Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical Study of The Functioning of The Islamic Economy, (Leicester UK: IIE, IIU Islamabad and The Islamic Foundation,1995), hal. 15. Lihat juga Fahim Khan “Consumer Behaviour in Islamic Perspective”, dalam Ausaf Ahmad dan Kazim Raja Awan,Lectures on Islamic Economics(Jeddah: IRTI-IDB, 1992), hal. 169.

56

Murasa Sarkaniputra,Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Jakarta: Al-Ishlah Press & STEI, 2009). Dan Murasa Sarkaniputra,Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam,(Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2004).

57

Sri Edi Swasono, Koperasi Sebagai Sistem Ekonomi Indonesia: Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi,(Jakarta: LP3ES, 1990), hal. 160.

58

Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), hal 9.

59

Hidajat Nataatmadja, Pemikiran ke Arah Ekonomi Humanistik Suatu Pengantar Menuju Citra Ekonomi Agamawi, (Yogyakarta: PLP2M, 1984). hal. 108

60

Amin Azis, The Power of Al-Fatihah, (Jakarta: Embun Publishing, 2007), hal, 373

61

(36)

mempunyai nilai 1 untuk semua indikator (rata-rata 1 intrument 5 indikator)

maka nilai YT 0.73. Nilai yang paling baik adalah yang mendekati angka 1.

b. Himpunan

Pada bab III penulis menganalisa secara komperatif

indikator-indikator dari instrument urgensi, relevansi, implementasi yang bersifat

keindonesiaan dan keislaman dengan mengunakan metode himpunan.

Pengertian tentang himpunan (set) dan peranannya dalam matematika

sebenarnya telah lama dikemukakan dalam karya ilmiah Georg Cantor. Dewasa

ini pengertian tentang himpunan semakin mempengaruhi bentuk dan bahasa

matematika modern. Himpunan (set) merupakan merupakan kumpulan dari

objek, benda atau simbol yang dapat dibeda-bedakan dan yang diberi batasan

serta rumusan secara tegas dan eksplisit.62

Definisi himpunan ialah kumpulan objek yang dirumuskan secara

tegas dan yang dapat dibeda-bedakan. Keseluruhan obyek yang membentuk

62

Anto Dajan,Pengantar Metode Statistik Jilid II,(Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 33.

Nilai YT Peringkat

0.73-0.8

Sangat Rendah

0.8-8.5

Rendah

0.85-0.9

Sedang

0.9-0.95

Tinggi

(37)

himpunan yang be

besar dan tetap dinamakan himpunan universal (

enjadi himpunan saja. Himpunan yang dipilih dan

rsal diatas dinamakan sub-himpunan(sub-set).63 pembahasan bab ini himpunan universal berisi

ndikator sebagaimana telah dibahas dalam ba

suaian ideology dan konstitusi = {pancasila s

gan ideologis yang bersifat mendasar, mencip

i ideologi Pancasila, kemandirian ekonomi}.

(intersection) dari A dan B ialah himpunan yan

g tergolong baik dalam A maupun B. Irisan se

gai A ∩ B atau diperinci sebagai, A ∩ B = {x : x

tnya, cara kerja dasar himpunan serta sub-himpu

dalam diagram Venn. Diagram sedemikian dima

ran secara sistematis tentang hubungan antar s

punan universal.64

m Venn yang menggambarkan irisan antara sub

an B, contoh:

ngantar Metode Statistik Jilid II, hal. 35. ngantar Metode Statistik Jilid II,hal. 37.

(38)

Pada diagram venn yang menggambarkan komperatif pemikiran

Mubyarto dan Umer Chapra, sub-himpunan sebelah kiri adalah pemikiran

Mubyarto dan sub himpunan sebelah kanan adalah pemikiran Umer Chapra hal

ini menggambarkan perbedaan pemikiran mereka, irisan (intersection) adalah

persamaan kedua pemikir. Himpunan universal digambarkan oleh kotak yang

berbentuk persegi panjang.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini menjadi

beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I. Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, kajian pustaka dan kerangka teori, review studi

terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II. Konsep pembangunan ekonomi Mubyarto dan Umar Chapra, diuraikan tentang pemikiran ekonomi Mubyarto dan Umer Chapra dalam hal

pembangunan ekonomi yang berkaitan moral dan keadilan, kebijakan dan

peran negara.

(39)

Dalam bab ini akan diuraikan pemikiran kedua cendekiawan dengan

menggunakan metode ANN dan himpunan.

BAB IV. Merupakan tahap akhir penulisan skripsi, berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan

memberikan saran-saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang

(40)

BAB II

KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMER CHAPRA

B. Pemikiran Mubyarto 1. Biografi

Prof. Dr. Mubyarto dilahirkan di Sleman Yogyakarta, pada tanggal 3

September 1938 dan meninggal di Yogyakarta, pada tanggal 24 Mei 2005 pada

umur 66 tahun adalah pakar ekonomi kerakyatan Indonesia yang mengajar di

Universitas Gadjah Mada dan dikenal sebagai penggagas konsep Ekonomi

Pancasila.65

Mubyarto lahir di Sleman, Yogyakarta. Masa kecilnya hingga sarjana muda

dihabiskan di Yogyakarta. Selepas dari UGM, Mubyarto melanjutkan pendidikan

dan memperoleh gelar Master of Arts dari Vanderbilt University, Tennessee di

tahun 1962 dan gelar Doctor of Philosophy dari Iowa State University, Iowa di

tahun 1965, keduanya di Amerika Serikat. Gelar Doktor diraihnya dalam usia 27

tahun dengan mempertahankan disertasi berjudul Elastisitas Surplus Beras yang

Dapat Dipasarkan di Jawa-Madura.66

Profesi utamanya adalah dosen di Fakultas Ekonomi UGM (1959-2003).

Salah satu jabatan penting di dalam kariernya bersama UGM adalah pada saat

menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan

65

http://id.wikipedia.org/wiki/Mubyarto, Artikel Di Akses Pada Tanggal 11 Januari 2011.

66

(41)

(P3PK) UGM tahun 1983-1994. Selama dipimpin oleh Mubyarto, P3PK secara

intensif melakukan berbagai penelitian di bidang perdesaan dengan bekerjasama

dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Kemudian pada periode tahun

1987-1999, ia menjadi anggota MPR. Sejak tahun 2002, dia adalah Kepala Pusat

Studi Ekonomi Pancasila (Pustep) UGM sampai kemudian meninggal pada tahun

2005. Pustep didirikan oleh UGM dibawah pimpinan Rektor Sofyan Effendi,

untuk mendalami dan mengembangkan konsep Ekonomi Pancasila yang telah

ramai menjadi bahan diskusi utama ekonomi Indonesia sejak tahun 1980.

Sebagai birokrat, Mubyarto pernah menjabat sebagai Penasehat Menteri

Perdagangan pada tahun 1968-1971, Asisten Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional/Bappenas 1993-1998, dan Staf Ahli Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri pada tahun yang sama.

Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) adalah salah satu program pemerintah

yang diluncurkan Mubyarto pada tahun 1993 pada saat menjabat sebagai Asisten

Menteri Pembangunan Perencanaan Nasional/Kepala Bappenas, yaitu

menghibahkan dana pemerintah kepada kelompok masyarakat miskin untuk

dikelola langsung oleh masyarakat secara musyawarah dengan menggunakan

konsep dana bergulir. Program IDT ini adalah hasil pemikiran Mubyarto bersama

dengan koleganya, misalnya yang tergabung di dalam Yayasan Agro Ekonomika

(YAE) seperti sosiolog pedesaan IPB Sayogyo dan Direktur LSM Bina Swadaya

Bambang Ismawan. Program IDT sebagai program pengentasan kemiskinan telah

(42)

dkk sampai sekarang masih digunakan dalam bentuk program-program lain di

berbagai sektor pembangunan di Indonesia.67

Karya Mubyarto telah banyak mengisikhazanahkeilmuan di Indonesia. Hasil

karyanya meliputi bidang ekonomi, pertanian, kemiskinan dan lain-lain. Hasil

karyanya yang telah dipublikasikan antara lain:

Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES (1972), Politik Pertanian dan

Pengembangan Pedesaaan, Sinar Harapan (1980), Ekonomi Pancasila: Gagasan

dan Kemungkinan, LP3ES (1981), Sistem dan Moral Ekonomi Ekonomi

Indonesia, LP3ES (1987), Ekonomi dan Keadilan Sosial, Aditya Media (1995),

Kisah-Kisah IDT (Penyunting), Aditya Media (1997), Ekonomi Pancasila:

Lintasan Pemikiran Mubyarto, Aditya Media (1997), Membangun Sistem

Ekonomi, BPFE (2000), Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia

Pasca Krisis Ekonomi, BPFE (2001), A Development Alternative for Indonesia,

Gajah Mada University Press (2002).

2. Pembangunan Ekonomi

Sistem ekonomi suatu negara hendaknya disesuaikan dengan ideologi dan

konstitusi negara tersebut. Dalam konteks Indonesia, maka sistem ekonomi

Indonesia perlu mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Inilah yang mendasari

penggunaan konsep Sistem Ekonomi Pancasila (SEP).68 Pemikiran Mubyarto dalam membangun sistem ekonomi nasional dan mengembangkan ilmu

67

http://id.wikipedia.org/wiki/Mubyarto, Artikel Di Akses Pada Tanggal 11 Januari 2011.

68

(43)

pendidikan ekonomi alternatif berpijak pada sistem nilai, sosial-budaya, dan

kehidupan ekonomi riil(real-life economy)masyarakat Indonesia.69

Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia

seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan manusia

yang utuh dan pembangunan seluruh rakyat biasanya diartikan bahwa

bidang-bidang kebutuhan manusia yang hendak dibangun itu harus seimbang materiil dan

spiritual. Dan pembangunan seluruh rakyat diartikan pembangunan yang merata,

atau pembangunan yang adil. Masyarakat yang ingin mewujudkan hal tersebut

ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, di mana setiap sila

Pancasila harus mewarnai atau menjiwai hasil-hasilnya.70

Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam ekonomi, sila pertama Pancasila

(Ketuhanan) dan kedua (Kemanusiaan) sebagai "dasar SEP", sila ketiga

(Nasionalisme) dan keempat (Kerakyatan) sebagai "cara penerapannya", dan sila

kelima (Keadilan Sosial) sebagai "tujuannya". Sistem ekonomi berdasar pada

amanat dan semangat Pasal 33 UUD 1945 yang menempatkan Koperasi sebagai

sokoguru perekonomian dan negara sebagai penguasa bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya, serta cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.71

69

Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17 Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1

70

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila,hal. 4

71

(44)

Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, azas kerakyatan dan persatuan lebih

menegaskan tentang relevansi organisasi koperasi, sebagai organisasi ekonomi

yang demokratis dan berwatak sosial. Anggota tidak tinggal diam dan kemudian

mendapat bagian keuntungan. Baik dalam koperasi produksi maupun simpan

pinjam dan konsumsi, selalu didorong simpanan atau tabungan wajib secara rutin,

agar peran serta anggota bersifat aktif dan dinamis mengembangkan organisasi.72

Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional. Hal ini merupakan

pengejawantahan demokrasi ekonomi, yang berarti, koperasi sebagai organisasi

ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjadi pelaku utama dalam

kehidupan ekonomi masyarakat yang tumbuh dan berakar kuat dalam ekonomi

rakyat.73

Prioritas kebijakan ekonomi ialah penciptaan perekonomian nasional yang

tangguh, yang berarti bahwa nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.

Hal ini sangat berbeda dengan ekonomi kapitalistik, yang bersifat internasional,

sejauh-jauhnya mencari pasar, jika perlu di luar batas-batas negara. Maka ada

multi national cooperation (MNC) di mana batas nagara tidak menjadi soal.

Sedangkan sistem ekonomi Pancasila memberikan prioritas yang tinngi pada

ekonomi nasional.74

Sistem perekonomian Pancasila, harus tegas dan jelas adanya keseimbangan

antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi di dalam

72

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988).hal. 75

73

Ibid,h,. 62

74

(45)

pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ada perimbagan yang jelas antara

perencanaan pada tingkat nasional dengn desentralisasi dari rencana-rencana pusat

tersebut, di daerah-daerah.75

Kesimpulan kita, pendekatan terhadap masalah“pengurangan kemiskinan dan pengelolaan lingkungan” atau sebaliknya terhadap “pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan strategi penanggulangan kemiskinan” selama ini kiranya salah

dan tidak adil, karena melihat kemiskinan sebagai fakta tanpa mempelajari

sumber-sumber dan sebab-sebab kemiskinan itu. Akan lebih baik dan lebih adil

jika para peneliti memberi perhatian lebih besar pada sistem ekonomi yang bersifat

“serakah” dalam eksploitasi SDA, yaitu sistem ekonomi kapitalis liberal yang

berkembang di Barat, dan merajalela sejak jaman penjajahan sampai era

globalisasi masa kini. Sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia adalah sistem

ekonomi pasar yang populis dan mengacu pada ideologi Pancasila dengan lima

cirinya sebagai berikut76:

a. Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi,

sosial, dan moral;

b. Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan

sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya

ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;

75

Mubyarto,Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 42

76

Mubyarto,Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang miskin Atau Orang Kaya?,

Artikel Diakses pada tanggal 14 Januari 2011,

(46)

c. Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas

adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh,

dan mandiri;

d. Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi

dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan

masyarakat;

e. Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan

nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas,

dan bertanggung jawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

3. Moral dan Keadilan

Dalam UUD 1945 bab kesejahteraan sosial, dapat kita simpulkan bahwa

kesejahteraan sosial menyangkut pemenuhan kebutuhan materiil yang harus diatur

dalam organisasi dan sistem ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan. Di sini

tampaklah kaitan antara keadilan sosial dan kesejahteran sosial. Keadilan sosial

adalah suatu keadaan dimana seluruh rakyat merasa aman dan tentram karena

aturan-aturan main dalam hubungan-hubungan ekonomi yang berdasarkan

prinsip-prinsip etik dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah

(47)

disebut keadilan sosial. Dua hal ini menyangkut pasal 33 dan 34 dalam UUD 1945.

77

Dengan demikian, maka dalam pengejaran efisiensi ada batasannya, batasnya

berupa moral, bukan batas teknis. Batas moral bisa diadakan apabila kita mau dan

ikhlas. Inilah keadilan ekonomi yang definisinya adalah sebagai berikut: Keadilan

ekonomi adalah aturan main tentang hubungan-hubungan ekonomi yang

didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana pada gilirannya

bersumber pada hukum-hukum alam, petunjuk tuhan, dan sifat sosial manusia.78 Perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan

moral. Dalam masyarakat Pancasila roda ekonomi digerakkan oleh rangsangan

ekonomi, yaitu harga melalui sistem pasar dengan sekaligus ada “pengontrolan”

sosial atau pengawasan oleh masyarakat dan pedoman moral oleh seluruh bangsa

yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.79

Hubungan antara manusia dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik.

Manusia memerlukan pembangunan ekonomi agar kebutuhan materinya lebih

terpenuhi. Tetapi sebaliknya dalam pembangunan ekonomi, peranan manusia

sangat menentukan. Ia berperan ganda yaitu sebagai pengarah (subjek) yang

menentukan sifat atau warna pembangunan ekonomi, sekaligus sebagai objek

77

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila.hal. 228

78

Ibid, hal,. 114

79

(48)

produksi, yang bersama-sama faktor produksi non-manusia (tanah, modal, dan

produksi), menghasilkan barang-barang yang diproduksi tersebut.80

Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang berideologi Pancasila,

pastilah bernafaskan agama. Pancasila mencamtumkan Ketuhanan Yang Maha Esa

sebagai sila pertamanya. Sedangkan pasal 29 UUD 1945 dengan tegas menyatakan

bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.81

Merujuk sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Sistem Ekonomi Pancasila

menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas keadilan ekonomi

dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi Islam. Tujuan sistem ekonomi

Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia yang diwujudkan melalui dasar-dasar kemanusiaan dengan cara-cara

yang nasionalistik dan demokratis. ”Kecelakaanlah bagi setiap … yang

mengumpulkan harta dan menghitung-hitung”(Q.S. Al-Humazah: 2).

Pengembangan sistem ekonomi yang berdasar asas kekeluargaan yang

diajarkan dalam pasal 33 ayat 1, erat kaitannya dengan sila Ketuhanan Yang Maha

Esa, dalam upaya senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, kita percaya bahwa

bangsa Indonesia adalah satu keluarga besar yang anggota-anggotanya tidak akan

bersaingan saling mematikan satu sama lain, tetapi saling bekerja sama, sebagai

mana termaktub dalam Q.S An-Nisa: 1.82

80

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila,hal.42

81

Mubyarto,Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal. 52

82

(49)

Orang miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai kelompok yang malas dan

yang tidak suka menabung atau berinvestasi. Ajaran Islam yang paling nyata

menjunjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan keadilan sosial, ”jangan

sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja diantara

kamu”(Q.S. Al-Hasyr: 7).83Ajaran agama Islam dalam perilaku ekonomi manusia dan bisnis Indonesia makin mendesak penerapannya bukan saja karena mayoritas

bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi karena makin jelas ajaran moral ini

sangat sering tidak dipatuhi. Dengan perkataan lain penyimpangan demi

penyimpangan dalam Islam jelas merupakan sumber berbagai permasalahan

ekonomi nasional.84

4. Peran Negara

Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang

banyak. Penguasaan oleh negara terhadap cabang-cabang produksi tertentu

bukanlah demi ”penguasaan” itu sendiri, melainkan karena penguasaan itu

dipandang menjamin perlindungan kepentingan orang banyak.85 Mengenai pemikiran swastanisasi memang pada dasarnya cukup rasional untuk

meningkatkan efisiensi perusahaan. Tetapi mengingat penggarisan pasal 33 ayat 2

UUD 1945, pelaksanaan ide swastanisasi harus amat selektif, karena aneka rupa

83

Mubyarto, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17 Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1_maret _2002/artikel_1

84

Ibid

85

(50)

cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus tetap dikuasai

oleh negara demi kemakmuran rakyat banyak.86

Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Hal ini

demi kemakmuran rakyat secara maksimal dan menghindari eksploitasi alam yang

berlebihan.87 Dalam kenyataannya, jaminan perlindungan kepentingan orang banyak, dan peningkatan kemakmuran rakyat secara makmur itulah, yang masih

sering dipertanyakan pemenuhannya. Ini dapat ditunjukkan oleh pelayanan yang

tidak efisien dari aneka rupa usaha negara disatu pihak, dan kurang adilnya

distribusi pendapatan dan kekayaan nasional di pihak lain. Dengan demikian

berarti bahwa penguasaan bumi, air dan kekayaan alam nasional, memang telah

meningkatkan kemakmuran rata-rata bangsa Indonesia, tetapi belum merata pada

seluruh rakyatnya.88

Negara sebagai regulator perekonomian harus menentang monopoli hal ini

selaras dengan Q.S. Al Hasyr ayat 7. Mekanisme pasar yang digagas oleh

Mubyarto adalah pasar yang anti free-fight liberalism yang telah melahirkan

monopoli yang merugikan masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang

menekankan pada asas kekeluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling

merugikan. Praktek- praktek kehidupan ekonomi saat ini semakin menjauhi

ciri-ciri sistem ekonomi Pancasila dan sistem ekonomi yang diperintahkan oleh UUD

1945, yang melarang system ekonomi kapitalis liberal yang berciri “gontokan

86

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila,hal. 104

87

Ibid,h,. 52

88

(51)

bebas” (freefight), atau sistem yang etastistik (serba negara), atau system yang membiarkan pemusatan kekuatan ekonomi yang memungkinkan bentuk monopoli

(swasta) yang merugikan masyarakat.89

Pemerintah harus menciptakan lapangan kerja, dalam usahanya untuk

mewujudkan penghidupan yang layak bagi rakyatnya. Dalam pasal 27 ayat 2 UUD

1945, memang hanya mencantumkan hak warga negara, yaitu hak warga negara

untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Perluasan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja harus merupakan

“kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor”. Ini berarti pemerintah “merumuskan” kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok tetapi tidak berarti harus melaksanakannya sendiri.90 Pemerintah menciptakan iklim yang sehat yang diperlukan untuk kelancaran usaha antara lain dengan jalan mengusahakan

ketentraman dan keamanan usaha menyederhanakan prosedur perizinan dan

sebagainya.

Untuk mewujudkan hal yang telah disebutkan diatas, maka teori ekonomi

harus bersifat nasionalistis. Rasa nasionalisme tersebut harus menjiwai semua

pelaku ekonomi, karena nasionalisme berkaitan erat dengan ketahanan nasional,

yaitu kemampuan dan ketangguhan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan

hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.91

89

Mubyarto,Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 68

90

Mubyarto,Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila,hal. 235

91

(52)

Peranan negara yang besar dalam perekonomian, mungkin dianggap orang

sebagai hal yang wajar, atau bahkan dianggap memang sudah seharusnya, karena

UUD 1945 pasal 33 ayat 2 dan 3, serta pasal 27 ayat 2 secara meyakinkan

mengamanatkan hal tersebut untuk dilaksanakan oleh pemerintah republik

Indonesia.

Dalam pada itu Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada

etika (Ketuhanan Yang Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan cara-cara

nasionalistik dan kerakyatan (demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti

gotong-royong, sehingga sistem ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/

tolong-menolong. Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem

ekonominya berkembang ke arah yang timpang dan tidak adil, maka aturan

mainnya harus dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga mampu membawa

perekonomian ke arah keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.

Profit-Sharing dan Employee Participation. Prinsip profit-sharing atau

bagi-bagi keuntungan dan resiko yang jelas merupakan ajaran sistem ekonomi Syariah

dan sistem ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara

maju (welfare state) yang merasa bahwa penerapan prinsip profit-sharing dan

employee participation lebih menjamin ketentraman dan ketenangan usaha dan

tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha.92

92

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Syafira Pekanbaru memiliki nilai rata-rata berkategorikan cukup, namun ada beberapa tanggapan

19 Tahun 2003 Tentang BUMN dan Doktrin Ekonomi Islam , Skripsi, Program Studi Hukum Bisnis Syari‟ah, Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

2) Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada pengembangan agroindustri keripik ubi kayu di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis terdiri dari

Dari beberapa wawancara dengan para tokoh jamah Lembaga Dakwah Islam Indonesia di desa Mojolawaran mengenai perbedaan konsep kafaah dalam hal nasab atau golongan, mereka

ADRO PTBA MEDC ANTM INCO SMCB INTP SMGR AMFG TOTO CPIN FASW INKP SPMA TKIM INRU SAIP. 7 Aspek:

Service include psychomotor assessment, individualized educational programing, developmental and/or prescriptive teaching, counseling, and coordination of related resources,/services

[r]

Dalam mengurangi kemiskinan, pada hakekatnya pariwisata tidak berbeda dengan sektor produktif lain, namun ada empat keunggulan yang potensial pada sektor ini (WTO, 2003) yaitu (1)