• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN

OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Progam Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Oleh :

RAHMAT TRI WAHYUDI

C9408048

PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user

(4)

commit to user

1. Be My Self.

2. Hidup itu adalah sebuah perjuangan.

3. Pantang menyerah dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan

hidup.

4. Jadikan hari ini menjadi pijakan untuk menempuh dan menjalani kembali

hari esok.

5. Lakukan apa yang dapat kamu lakukan hari ini, jangan menunggu hari

esok karena hari esok belum tentu mendapatkan kesempatan seperti hari

(5)

commit to user

v Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada :

Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini yang selalu

(6)

commit to user

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai persyaratan guna mendapat gelar

Ahli Madya Jurusan Usaha Perjalanan Wisata di Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “ Strategi Pengembangan

dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar ”.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak kesulitan,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang

timbul dapat terselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu merupakan suatu

kebahagian apabila dalam kesempatan ini bagi penulis dapat mengucapkan terima

kasih atas segala bentuk bantuannya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi MS selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta beserta seluruh pembantu Rektor.

2. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph. D selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta serta seluruh karyawan.

3. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd selaku ketua program jurusan D III Usaha

Perjalanan Wisata dan seluruh dosen pengampu yang sudah memberikan

(7)

commit to user

vii

Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan bimbingan sehingga

terselesaikan Tugas Akhir ini.

5. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum selaku pembimbing Tugas Akhir

milik penulis yang sudah dengan sabar membimbing dan memberikan

arahan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Umi Yuliati, S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

berkenan membimbing selama masa perkuliahan penulis.

7. Ibu Syarifah Husna Barokah selaku Tata Usaha Program Diploma III

Usaha Perjalanan Wisata, terimakasih atas segala bantuan dan saran –

sarannya sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.

8. Bapak Ir. Soekarno, MT selaku Kepala Sub. Bagian Perencanaan di Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah

memberikan banyak informasi mengenai strategi pengembangan objek

wisata Candi Sukuh.

9. Bapak Soeripto, SE selaku Kepala Seksi Promosi Wisata Bidang

Pemasaran di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar

yang telah memberikan banyak informasi mengenai strategi pemasaran

(8)

commit to user

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah

memberikan informasi segala sesuatu mengenai objek wisata Candi

Sukuh.

11.Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini selaku orangtua

penulis yang senantiasa selalu memberikan dukungan moril serta materi

didalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

12.Sahabat–sahabat terbaikku Intan Andjasmoro K, Dwi Setyawan,

Muhamad Arif M, Icas Satria W yang selalu memotivasi penulis dalam

mengerjakan Tugas Akhir ini.

13.Seluruh teman Jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2008,

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

14.Semua teman-teman basket Culture Streetball Solo, dan team basket

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15.Teman – teman Band Dark To Night yaitu Amak, Ricko Adirangga, Andre

Pratama A, dan Rudi Supriyono yang telah memberikan dukungan kepada

penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

(9)

commit to user

ix

ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam pengembangan

serta pengetahuan yang penulis miliki. Semoga Tugas Akhir ini berguna untuk

menambah pengetahuan bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan pertolongan, anugrah

yang baik dan segala berkah-Nya atas bimbingan dan bantuan semua pihak yang

telah membantu penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir ini serta semoga

dapat memberi manfaat bagi semua dan ilmu pengetahuan pada saat ini dan masa

yang akan datang.

Surakarta, 18 Juli 2011

(10)

commit to user

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 21

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PROFIL DAN POTENSI CANDI SUKUH A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh 1. Objek Wisata Candi Sukuh ... 26

2. Sejarah Singkat Candi Sukuh ... 32

3. Lokasi Candi Sukuh ... 34

(11)

commit to user

xi

1. Attraction ( Daya Tarik Wisata ) ... 48

2. Accessibility ( Aksesibilitas ) ... 50

3. Amenities ( Fasilitas ) ... 53

4. Ancilarry ( Kelembagaan ) ... 54

5. Activity ( Aktivitas ) ... 54

C. Analisis SWOT Objek Wisata Candi Sukuh ... 55

BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN CANDI SUKUH A. Strategi Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pengembangan Candi Sukuh .. 56

2. Strategi Pengembangan Produk Wisata 63

3. Strategi Pengembangan Tata Ruang Candi Sukuh 64

4. Strategi Pengembangan Infrastruktur Candi Sukuh .. 64

5. Arahan Pengembangan WPP 65

6. Arahan Pengembangan Candi Sukuh 66

B. Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 67

C. Strategi Pemasaran dan Promosi Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pemasaran dan Promosi ... 74

2. Meningkatkan kegiatan promosi 75

3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 78

4. Program Pengembangan Kemitraan 88

D. Realisasi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata 90

E. Kendala Dalam Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 91

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

(12)

commit to user

GRAFIK Halaman

Grafik 1 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 80

(13)

commit to user

xiii

TABEL Halaman

Tabel 1 Analisis SWOT ... 56

Tabel 2 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 79

Tabel 3 Kunjungan Wisman di Candi Sukuh ... 82

(14)

commit to user

Lampiran 1 : Surat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar

Lampiran 2 : Surat Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar

Lampiran 3 : Surat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Karanganyar

Lampiran 4a : Daftar Informan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar

Lampiran 4b : Daftar Informan Pengunjung Wisnus dan Wisman Objek

Wisata Candi Sukuh

Lampiran 5 : Gambar Relief Pertama dan Kedua

Lampiran 6 : Gambar Relief Ketiga dan Keempat

Lampiran 7 : Gambar Relief Kelima dan Prasasti Candi Sukuh

Lampiran 8 : Gambar Patung Sang Garuda dan Bangunan Lain Candi Sukuh.

Lampiran 9 : Gambar Pintu Masuk Utama Candi Sukuh

Lampiran 10 : Gambar Bangunan Utama Candi Sukuh

Lampiran 11 : Gambar Tiket Masuk Wisnus dan Wisman Candi Sukuh

Lampiran 12 : Gambar Halaman Depan dan Papan Penjelasan Candi Sukuh

Lampiran 13 : Gambar Batu Peresmian dan Taman Candi Sukuh

(15)

commit to user

xv

Rahmat Tri Wahyudi C9408048, Program DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta menulis Tugas Akhir berjudul “Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar”.

Tugas Akhir ini mengkaji tentang Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh. Penyusunan ini bertujuan yaitu untuk mengetahui latar belakang dan sejarah berdirinya Candi Sukuh, untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki Candi Sukuh, untuk mengetahui strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Karanganyar, untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu analisis diskriptif. sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumen dan kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh sudah bagus, yaitu menyusun strategi pengembangan pariwisata dengan langkah pengembangan produk wisata, tata ruang, infrastruktur, WPP dan arahan pengembangan objek wisata Candi Sukuh. Selain itu melakukan kegiatan promosi objek wisata Candi Sukuh yaitu promosi melalui website, Karisma Pawirogo, Java Promo dan lain sebagainya.

(16)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu

hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam

motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan

persediaan-persediaan lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat

sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Sebagai akibat

perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi untuk mengadakan perjalanan menjadi

lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang

teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan lebih mudah terpenuhi. Serta dapat

disaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski

motivasi mereka kadangkala berbeda-beda.

Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari

seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,

sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena

sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Secara umum

pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan

(17)

dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila

dikelola dan dikembangkan secara maksimal.

Keadaan inilah yang mendorong para pelaku wisata untuk menyediakan

sarana dan prasarana yang vital dalam dunia kepariwisataan. Sarana dan prasarana itu

sangat diperlukan untuk menarik minat wisatawan mengunjungi suatu objek wisata.

Semakin lengkapnya sarana dan prasarana yang ada di suatu objek wisata akan

membuat wisatawan nyaman dan betah menikmati objek wisata tersebut.

Indonesia memiliki objek wisata budaya yang sangat terkenal di seluruh

dunia. Objek wisata budaya yang dimiliki Indonesia kebanyakan berupa candi.

Candi-candi yang ada di Indonesia masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda,

sebab ada candi yang bercorak agama Hindu dan ada candi yang bercorak agama

Budha. Meskipun telah ada beberapa candi di Indonesia yang telah terkenal di dunia

Internasional. Indonesia masih memiliki beberapa candi yang belum diketahui oleh

masyarakat luas atau bahkan belum tersentuh sama sekali. Hal ini disebabkan

lokasinya yang sulit untuk dijangkau.

Indonesia dikenal memiliki kebudayaan dan peninggalan seni budaya yang

beragam. Mulai dari seni bangunan, kriya, bahasa, norma kehidupan sosial, adat

istiadat dan berbagai seni budaya yang tak terhitung jumlahnya. Kebudayaan dan

peninggalan seni budaya tersebut mempunyai nilai yang tinggi dan beberapa

(18)

Seni budaya yang masih banyak dijumpai di Indoensia antara lain bangunan candi,

keris, wayang, seni pertunjukan tari tradisional, gamelan, kethoprak kemudian batik,

topeng, adat kebiasaan seperti upacara-upacara ritual, dan lainnya.

Candi merupakan peninggalan budaya bangsa Indonesia yang memiliki nilai

sejarah yang sangat berharga. Peninggalan candi banyak tersebar di seluruh Indonesia

dengan jumlah terbanyak berada di pulau Jawa. Candi Borobudur dan candi

Prambanan adalah beberapa candi yang sangat dikenal bahkan sampai ke

mancanegara. Tidak hanya candi Borobudur, candi Prambanan dan beberapa candi

besar lainnya, namun indonesia juga memiliki banyak candi yang berukuran lebih

kecil dan memiliki ciri khas yang berbeda.

Candi Muara Takus di Riau, Biaro Bahal di Sumatera Utara, atau candi

Agung di Kalimantan Timur, menunjukkan candi bukan milik Pulau Jawa saja. Istilah

candi digunakan untuk menyebutkan sebuah bangunan yang berasal dari masa klasik

sejarah Indonesia, yaitu dari kurun waktu abad ke-5 M hingga ke-16 M. Candi dapat

berupa bangunan kuil yang berdiri sendiri atau berkelompok. Dapat pula berupa

bangunan berbentuk gapura beratap (Paduraksa) dan tidak beratap (Candi Bentar).

(19)

Candi yang berada di daerah lain seperti Sumatera Utara dikenal istilah

”biaro” dan di Jawa Timur istilah ”cungkub”. Namun masyarakat lebih mengenal

istilah candi, apa pun jenis bangunan kuno (termasuk reruntuhan) serta di mana pun

letak candi berada. Kata ”candi” berasal dari salah satu nama yang diberikan kepada

Dewi Durga, yakni permaisuri Dewa Siwa. Dewi Durga disimbolkan sebagai Dewi

Maut yang disebut dengan “candika”. Istilah candi kemudian digunakan untuk

menyebutkan bangunan peninggalan pada jaman Indonesia purba.

Candi merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan kuno yang pernah ada di

Indonesia, seperti Mataram Hindu, Singasari, Majapahit, dan Sriwijaya. Candi

Borobudur dan Candi Prambanan (Roro Jonggrang) adalah bukti-bukti kejayaan

Kerajaan Mataram dari abad ke-8 hingga ke-11. Candi Singasari, Kidal, dan Jago

merupakan sisa-sisa kebesaran Kerajaan Singasari, dari abad ke-11 hingga ke-13.

Candi Tikus, Bajangratu, Brahu, dan Wringin Lawang adalah peninggalan Kerajaan

Majapahit dari abad ke-13 hingga ke-15. Candi-candi di sekitar Muara Jambi diduga

merupakan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11.

Candi-candi di Indonesia umumnya bercirikan agama Budha (terutama aliran

Mahayana dan Tantrayana) dan agama Hindu (terutama aliran Siwaisme). Candi

bersifat Budha dikenal lewat arca Budha dan bentuk stupa, misalnya Borobudur dan

(20)

dalamnya, misalnya Prambanan dan Dieng. Uniknya, beberapa candi bersifat

campuran Siwa-Budha, antara lain Singasari dan Jawi di Jawa Timur.

Candi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan langgam seninya menjadi

tiga bagian. Pertama, langgam Jawa Tengah Utara. Contohnya Candi Gunungwukir,

Badut, Dieng, dan Gedongsongo. Kedua, Langgam Jawa Tengah Selatan misalnya

Candi Kalasan, Sari, Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, dan Prambanan. Ketiga,

langgam Jawa Timur, termasuk candi-candi di Bali, Sumatera dan Kalimantan.

Contohnya Candi Kidal, Jago, Singasari, Jawi, Panataran, Jabung, Muara Takus dan

Gunung Tua. Ditilik dari corak dan bentuknya, pada dasarnya candi di Jawa Tengah

Utara tidak berbeda dari candi-candi Jawa Tengah Selatan. Hanya candi-candi di

Jawa Tengah Selatan lebih mewah dan lebih megah dalam bentuk dan hiasan

dibandingkan candi-candi Jawa Tengah Utara.Perbedaan yang nyata terdapat pada

candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Umumnya candi langgam Jawa Tengah berbentuk tambun, atapnya

berundak-undak, reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis, menghadap ke Timur,

letak candi di halaman utama, gawang pintu dan relung berhiaskan kala makara serta

berbahan batu andesit. Sementara itu, candi langgam Jawa Timur berbentuk ramping,

atapnya merupakan perpaduan tingkatan, puncaknya berbentuk kubus, makara tidak

ada hanya hiasan atasnya diberi kepala kara, reliefnya timbul sedikit, lukisannya

(21)

barat dan berbahan batu bata. Sejumlah arkeolog menamakan gaya seni candi

berdasarkan aspek zaman dan periode, yaitu gaya Mataram Kuno (abad VIII-X), gaya

Singasari (abad XII-XIV), dan gaya Majapahit (abad XIII-XV).

Dahulu candi di Indonesia digunakan sebagai pemujaan terhadap nenek

moyang (makam). Ada beberapa candi yang berfungsi sebagai stupa (candi

Borobudur), sebagai wihara (candi Sari), sebagai istana (candi Boko), sebagai

petirtaan / pemandian (taman sari) dan sebagai gapura (candi Bajang Ratu).

Penggunaan candi sebagai tempat pemujaan dilakukan masyarakat (Jawa bahkan

hingga sekarang) karena dianggap roh nenek moyangnya akan pergi menuju ke Yang

Kuasa.

Gunung Mahameru dianggap sebagai tempat yang tinggi makna simboliknya,

yakni makna-makna sakral, lebih dekat dengan Yang Kuasa dan kekuasaan yang

lebih tinggi. Oleh karena itu candi-candi di Indonesia banyak yang “bersandar” di

gunung yakni didirikan di tempat dataran yang tinggi, lereng atau area sekitar

gunung-gunung. Lokasi candi yang berada di gunung ini membuat lokasi candi

(22)

Pendirian candi-candi yang ada di Indonesia mempunyai maksud, fungsi dan

tujuan. Setiap candi biasanya memiliki relief yang merupakan cerita, tuntunan

nilai-nilai yang tinggi dari pendirinya, dari cerita Ramayana, Mahabarata hingga

relief-relief yang melukiskan kejayaan suatu kerajaan. Setiap candi mempunyai ciri dan

keunikan tersendiri, salah satunya adalah candi Sukuh. Situs candi ini sangat unik,

baik dilihat dari bentuk candi secara umum maupun dari relef-relief yang dipahat di

dalamnya.

Menurut sejarah, Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh

masyarakat Hindu Tantrayana. Candi ini dibangun pada masa akhir runtuhnya

Kerajaan Majapahit yang berpaham Hindu. Pada waktu itu para pengikut setia

Kerajaan Majapahit yang runtuh diserang Kerajaan Demak (berpaham Islam)

melarikan diri ke lereng Gunung Lawu, kemudian membangun candi ini.

Penelitian ini menitikberatkan pada masalah yang menyangkut strategi

pengembangan dan pemasaran objek wisata Candi Sukuh yang keberadaannya kurang

mendapat perhatian dari wisatawan domestik maupun mancanegara karena lokasinya

yang lumayan sulit dijangkau. Untuk itu diharapkan dalam penelitian ini bisa

membantu mengulas tentang permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan

(23)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah profil dan potensi yang dimiliki objek wista Candi Sukuh ?

2. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Karanganyar untuk mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi

Sukuh?

3. Kendala - kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran

objek wisata Candi Sukuh ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya tugas akhir ini guna untuk :

1. Untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki objek wisata Candi Sukuh.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi

Sukuh.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengembangan dan pemasaran objek

(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi

yang berguna bagi pembaca pada khususnya dan juga pelaku usaha pariwisata

pada umumnya.

2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

3. Guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Usaha

Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

E. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

a. Pengertian Pariwisata:

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,

(25)

Pengertian Pariwisata adalah Perjalanan untuk bersenang-senang. Sedangkan

definisi pariwisata di dalam “ Ensiklopedi Nasional Indonesia “ dikatakan

bahawa pariwisata atau tourism merupakan kegiatan perjalanan seseorang atau

serombongan orang dari tempat tinggal asal ke suatu tempat di kota lain atau

negara lain. Secara umum pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah,

dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani

kebutuhan wistawan. Secara teknis pariwisata merupakan rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di

dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.

4 (empat) kriteria perjalanan pariwisata:

1) Tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang;

2) Dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain;

3) Dilakukan minimal 24 jam;

4) Perjalanan tidak dikaitkan dengan mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi dan orang melakukan perjalanan itu semata-mata sebagai

konsumen di tempat yang dikunjunginya.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

perjalanan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata itu

megandung beberapa unsur yaitu , kegiatan perjalanan, dilakukan secara

(26)

bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. (undang –

undang kepariwisataan No. 10 tahun 2009).

Berdasarkan ketentuan WATA ( World Assosiation of Travel Agents )

wisata adalah perjalanaan keliling selama lebih dari tiga hari, yang

diselenggarakan oleh suatu kantor perjalannan di dalam kota dan yang

acaranya antara lain mencakup melihat-lihat di berbagai tempat atau kota,

baik di dalam maupun luar negeri.

Setelah memahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata

berikutnya dikemukakan bentuk dan jenis pariwisata.

1) Bentuk Pariwisata

Nyoman S.Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata Sebuah

Pengantar Perdana mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi

menurut beberapa kategori antara lain:

1. Menurut asal wisatawan:

a. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau

pariwisata nusantara.

b. Dari luar negeri disebut juga pariwisata internasional atau

(27)

2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran:

a. Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan dalam negeri

memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar

negeri.

b. Pariwisata pasif yaitu warga negara yang keluar negeri

memberi efek negatif terhadap neraca pembayaran luar

negeri.

3. Menurut jangka waktu:

a. Pariwisata jangka pendek apabila wisatawan yang

berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya

beberapa hari saja.

b. Pariwisata jangka panjang apabila wisatawan yang

berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya

sampai berbulan-bulan.

4. Menurut jumlah wisatawan:

a. Pariwisata tunggal apabila wisatawan yang bepergian

hanya seorang atau sekeluarga.

b. Pariwisata rombongan apabila wiasatwan yang bepergian

satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai

(28)

5. Menurut alat angkut:

a. Pariwisata Udara.

b. Pariwisata Laut.

c. Pariwisata Kereta Api.

d. Pariwisata Mobil.

2) Adapun pariwisata dibagi menjadi :

a. Wisata Budaya

Perjalanan wista yang bertujuan untuk mempelajari adat

istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan

yang terdapat didaerah atau negara yang dikunjungi.

b. Wisata Kesehatan

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk sembuh dari suatu

penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani.

Wisata ini disebut juga Wisata Pulih Sembuh.

c. Wisata Olahraga

Perjalanan wisata dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan

olahraga misalnya; Olympiade, Thomas Cup, Pra Piala Dunia dan

(29)

d. Wisata Komersial

Perjalanan wisata untuk tujuan yang bersifat komersial ataupun

dagang.

e. Wisata Kuliner

Perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati

keanekaragaman makanan yang terdapat di daearah atau negara

yang dikunjungi.

f. Wisata Pertanian

Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan

mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan study, dan riset

atau study banding.

g. Wisata Maritim atau Bahari

Wisata yang sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti

berselancar, menyelam, berenang, dan lain sebagainya. Objeknya

adalah pantai, laut, sungai, kepulauan, termasuk taman laut.

(30)

h. Wisata Cagar Alam

Kegiatan berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping itu

untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga,

untuk tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan

alam.

i. Wisata Industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna

mempelajari atau meneliti industri tersebut.

j. Wisata Bulan Madu

Perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang

berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro

perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya

menyediakan fasilitas yang istimewa atau khusus. Diharapkan

agar wistawan benar-benar menikmati bulan madu dengan

kesen-kesan khusus, indah dan meninggalkan kenangan yang istimewa

(31)

b. Strategi Pengembangan Pariwisata :

Pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil

kerja mengembangkan, sedangkan mengembangkan berarti membuka,

memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Selain itu pengembangan

dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan suatu objek / hal

agar menjadi lebih baik dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan

bersama. Pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha

untuk meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perjalanan

wisata, tamsya, dan rekreasi agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat

bagi publik yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 tentang pokok-pokok

kepariwisataan pasal 12 dinyatakan bahwa penyelenggaraan atau

pengembangan kepariwisataan adalah bertujuan untuk :

(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan

memperhatikan aspek:

a. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi

daya tarik pariwisata;

(32)

c. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan

keutuhan wilayah;

d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran

strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup;

e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian

dan pemanfaatan aset budaya;

f. kesiapan dan dukungan masyarakat; dan

g. kekhususan dari wilayah.

(2) Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi

dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

(3) Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya,

(33)

Dalam mengembangkan pariwisata ada pula beberapa aspek yang

perlu diperhatikan yaitu :

1. Wisatawan

Harus diketahui karateristik dari wisatawan, dari negara mana mereka

datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan

wisata.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang

tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

3. Atraksi / objek wisata

Bagaimana atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah

memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dilihat, apa yang dapat

dilakukan, dan apa yang dapat dibeli di ODTW yang dikunjungi.

4. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas apa yang tersedia di ODTW tersebut, bagaimana akomodasi

perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank / money

(34)

5. Informasi dan Promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana

leaflet / brosure harus disebarkan sehingga calon wisatawan dapat

mengetahui tiap paket wisata agar cepat mengambil keputusan.

(Oka A. Yoeti, 1997 ; 3).

c. Pemasaran Pariwisata :

Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang

membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri

menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai

tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi

penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.

Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini.

Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang

lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut

dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini,

aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan

pemasaran, seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa

dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok sosial untuk memenuhi

(35)

pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs),

keinginan (wants), dan permintaan (demands).

d. Pengertian Manajemen Pemasaran

Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang

banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu

pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan

tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya.

Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses

yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang

mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan

tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.

Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha.

Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan

atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang

menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi

pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu

memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk

dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai

(36)

Beberapa pengertian pemasaran dapat dimengerti dalam mendukung

pemasaran, secara teoritis yaitu berkaitan dengan permasalahan manajemen

pemasaran pariwisata;

Adapun pengertian-pengertian tentang pemasaran antara lain :

1) Menurut Salah Wahab, dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran Pariwisata, pemasaran adalah suatu cara dalam menjalankan

suatu usaha, dan menitikberatkan perhatian terhadap pelanggan dari pada

produk ( Salah Wahab, 1997 ; 28).

2) Menurut Ating Tedjasutisna dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran memberikan pengertian bahwa pemasaran adalah usaha

peningkatan tentang keinginan dan kebutuhan para konsumen terhadap

produk maupun jasa. Dengan kata lain pemasaran merupakan usaha

menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk kepentingan

konsumen terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan memperoleh

kepuasan (Ating Tedjasutisna, 1987 ; 20).

3) Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian

yaitu; pemsaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan nama

(37)

F. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Objek Wisata Candi Sukuh di

kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dan kantor Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam melakukan pengumpulan data ini menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data, yaitu ;

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan wawancara atau tatap muka secara langsung dengan kepala

bagian objek wisata Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten

Karanganyar yang bertugas sebagai pengurus Candi Sukuh yaitu dengan

Sarjono, dan karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten

Karanganyar yaitu Soeripto selaku Kepala Seksi Promosi Wisata dan

(38)

b. Observasi

Observasi merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan informasi

( data primer ) secara langsung pada kegiatan yang berhubungan dengan

strategi pengembangan dan pemasaran pariwisata objek wisata Candi

Sukuh, serta mencatat hal-hal penting yang mendukung penelitian pada

tanggal 20 - 28 Mei 2011.

c. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dan informasi

melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Dokumen-dokumen yang

dikumpulkan akan membantu penelitian dalam memahami fenomena

yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain

itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun

analisis dan melakukan validitas data. Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daftar buku tamu yang berisi nama dan asal

wisatawan untuk memperoleh data dalam penyusunan tabel kunjungan

wisata di objek wisata Candi Sukuh, buku Profil Budaya Kabupaten

Karanganyar tahun 2010, buku Target dan Realisasi PAD (Pendapatan

Asli Daerah) tahun 2001-2010, dan juga tabel kunjungan wisatawan

Kabupaten Karanganyar yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

(39)

d. Kepustakaan

Sumber data kepustakaan diperlukan untuk melengkapi data yang

belum diperoleh dalam penyusunan tugas akhir yang diambil dari

perpustakaan lab tour prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata, berupa buku

tentang kepariwisataan dan juga Tugas Akhir mahasiswa dan mahasiswi

prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Teknik Analisa Data

Setelah mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya

data dianalisis dengan metode analisis deskripsi yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta-fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah difahami

dan disimpulkan. Analisis deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan secara

sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang

tertentu dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga

(40)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam mengerjakan laporan tugas akhir

ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,

teknik analisis data dan sistematika penulisan laporan.

Bab II Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sukuh, bab ini berisikan

tentang profil sejarah dan potensi yang dimiliki oleh objek wisata candi sukuh.

Bab III Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh

bab ini membahas tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan Candi Sukuh dan

juga kendala-kendala yang dihadapi oleh dalam proses pengembangan dan

pemasaran Candi Sukuh tersebut.

(41)

commit to user 26

PROFIL DAN POTENSI OBJEK WISATA CANDI SUKUH

A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh

1. Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Dusun Sukuh,

di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,

Jawa Tengah. Bagi masyarakat modern, candi sukuh termasuk candi yang

luar biasa. Di gerbang utama candi ini dilukiskan secara vulgar alat kelamin

laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina) dalam keadaan “siap tempur”. Oleh sebab itu, orang sering menyatakan Candi Sukuh sebagai

“candi jorok, candi porno, candi saru, atau candi norak, candi seks”. Namun

pandangan seperti itu adalah sebuah pandangan yang sama sekali tidak benar.

Candi Sukuh adalah sebuah candi sakral dengan bentuk arsitek mirip

piramida. Kehadiran lukisan penis dan vagina di dasar pintu masuk candi

merupakan ajaran bahwa manusia harus mengenal ”asal-usul dumadi” yang

tidak lain berasal dari air mani yang kemudian berproses di rahim ibu. Hal

inilah yang hampir diajarkan oleh setiap ajaran agama di dunia manapun agar

manusia tidak sombong karena berasal dari setitik air mani yang memancar.

Candi Sukuh adalah candi yang menarik dari segi tata arsitektur. Candi

tersebut mengambil bentuk piramida mirip dengan bentuk kuil di Inca,

(42)

tergambar dalam relief-relief yang relief-relief tersebut bersumber dari

teks-teks Jawa Kuna dan Jawa Tengahan (Garudeya, Wirataparwa, Sudamala,

Bima Suci, dan Gatotkacasraya). Candi Sukuh adalah candi dari masa Hindu

yang di dalamnya bercampur antara kebudayaan prasejarah Jawa dengan

kebudayaan Hindu. Di dalam Candi Sukuh muncul unsur-unsur Indonesia asli

yang pada masa kejayaan Majapahit tenggelam akibat dominasi kebudayaan

Hindu.

Bentuk arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh berkaitan dengan makna

simbolis yang menunjukan adanya pergeseran filosofi dari pemujaan

dewa-dewa India ke pemujaan dewa-dewa-dewa-dewa kesuburan dalam kepercayaan lokal.

Sebagai misal, pergeseran pemujaan dewa Siwa ke tokoh manusia (Sadewa)

yang tercermin dalam teks Sudamala (Jawa Tengahan) yang kemudian

dijadikan dasar cerita ruwatan. Pergeseran ini juga tampak pada

kemenonjolan tokoh garuda daripada tokoh Wisnu dalam teks Garudeya

(Wirataparwa). Pergeseran lain tampak pula pada piktogram Bima dan Dewa

Ruci yang merupakan teks tentang kemenonjolan perjuangan spiritual Bima

dalam mencari air suci (her banyu adi tirta wening) dibanding perjuangan

(43)

commit to user masanya, di antaranya seperti:

1. Teks Samodramantana yang mengisahkan para dewa menguras

lautan untuk mendapatkan air amerta.

2. Teks Sudamala yang mengisahkan Sudamala atau Sadewa yang

berhasil meruwat Uma (Istri dewa Siwa) yang dikutuk menjadi Durga

(raksasa siluman perempuan yang menakutkan).

3. Teks Gatotkacasraya yang mengisahkan Gatotkaca ketika membantu

perkawinan Abimanyu.

4. Nawa Ruci (Bima Suci) yang mengisahkan Bima ketika mencari air

suci dan ditengah lautan harus mengalahkan naga Sembur Nawa.

Setelah tewasnya naga semburnawa, maka Dewa dijumpai Dewa Ruci

yang menjelaskan tentang asal-usul dumadi.

5. Cerita Panji yang mengisahkan Panji berjuang untuk menemukan

istrinya sehingga terjadilah suatu kisah romantis penuh liku-liku

(Zoetmulder, 1985 ; 56).

Sebagian besar candi-candi di Jawa, khususnya yang dibangun mulai

abad ke-9, di dinding-dindingnya selalu dipahatkan relief dari teks-teks

darmasastra. Relief yang paling spektakuler adalah relief Candi Prambanan

yang memahatkan teks darmasastra Ramayana. Relief Candi Sukuh

(44)

sebagai teks carangan. Pergeseran relief dari teks darmasastra ke teks-teks

carangan berkaitan dengan pergeseran nilai dalam masyarakat Jawa abad

ke-15. Di antara teks-teks yang kemudian disebut sebagai teks-teks Jawa

Tengahan dalam ekspresi kidung (bukan kakawin) adalah Dewaruci,

Sudamala, Kidung Subrata, Panji Anggraeni, dan Sri Tanjung. (Sutarjo,

2008 ; 15).

Candi Sukuh sudah banyak dikaji para ahli sejak awal abad ke-19.

Penelitian tentang Candi Sukuh dirintis oleh Raflles pada tahun 1817 dalam

bukunya History of Java. Penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain,

di antaranya sebagai berikut. Kajian tentang candrasengkala dan prasasti yang

terdapat pada Candi Sukuh telah dilakukan oleh Van der Vlis pada tahun

1843. Menurut Vlis dalam bukunya Incription van de Candi Sukuh,

relief-relief tertentu di Candi Sukuh mengandung angka tahun Saka yang dikenal

dengan candrasengkala. Di antaranya, di awal gapura paling bawah terdapat

relief raksasa yang memakan manusia yang dapat dinyatakan sebagai

candrasengkala “gapura buto amangan wong” yang bermakna 1359 Saka

atau 1437 Masehi.

Dari candrasengkala tersebut diketahui bahwa Candi Sukuh tidak

dibangun bersamaan, melainkan setahap demi setahap. Hal ini tampak pada

candra sengakala di candi utama yang berbunyi “katur karungu kram purusa

(45)

commit to user

dua buah berbetuk burung garuda. Akan tetapi, kedua patung itu berbeda.

Patung yang satu bersayap, berbadan, berkaki, seperti manusia (

manusia-garuda) serta ada angka tahun 1362 Saka (1440 M) sedangkan yang lainnya

berstilir manusia, tetapi tidak bertangan serta tidak mengandung inskripsi

(Diparta Karanganyar, 2010 ; 18). Penelitian tentang Candi Sukuh tersebut

dilanjutkan oleh Muusses (1929) yang meneliti Sang Awikramawardhana

sebagai saat-saat akhir Majapahit yang kemungkinan membangun Candi

Sukuh.

Stutterheim (1925) meneliti tentang relief Ramayana di Indonesia.

Sesuatu yang menarik perhatian Stutterheim di Candi Sukuh adalah relief

tentang garuda yang mencengkeram gajah dan kura-kura untuk dimakan.

Kisah ini adalah kisah garuda dalam mencari air (amrta) yang dalam tradisi

Jawa terjelma juga dalam kisah Bima mencari air suci (Nawa Ruci). Tindakan

garuda memakan gajah dan kura-kura ternyata merupakan bentuk ruwatan

karena gajah dan kura-kura adalah sebuah makhluk yang terkena kutukan

kemudian dimakannya gajah dan kura-kura tersebut justru menjadikannya

kembali ke bentuk aslinya sebagai dewa (hlm 23). Candi Sukuh juga

mempertemukan tradisi Mahabharata dan Ramayana. Menurut kajian

Stuterheim, di Candi Suku terdapat relief yang menggambarkan Arjuna

dengan bendera perangnya bergambar kera. Di pihak lain, terdapat relief

(46)

(1959). Dijelaskan bahwa relief vagina dan phalus secara naturalistik di Candi

Sukuh adalah gambaran peristiwa mistik yang berkaitan dengan kesuburan

dan kemakmuran. Di Candi Sukuh digambarkan juga adanya Dwarapala yang

menyimpang dari gaya India dan muncul dengan langgam prasejarah Casparis

tentang inskripsi (1950) yang di dalamnya Casparis membahas sedikti tentang

prasasti di dalam Candi Sukuh yang pada umumnya prasasti tersebut sudah

rusak dan sulit dibaca, meskipun prasasti tersebut muncul pada abad ke-14.

Kesadaran tentang keunikan Candi Sukuh dengan candi-candi lainnya seperti

Candi Borobudur, Prambanan, Plaosan dan candi-candi di Jawa Tengah pada

umumnya telah dikemukanan oleh Sri Sugiyanti (2006).

Menurut Sri Sugiyanti, yang membedakan Candi Sukuh dengan candi

lainnya terutama terletak pada bentuk arsitektur, tokoh-tokoh, dan relief-relief

yang dipahatkan. Dari uraian di atas tampak bahwa aspek arsitektur dan tata

ruang Candi Sukuh belum banyak dikaji orang. Unsur yang banyak dikaji

adalah aspek naratif / relief. Kesulitan pengkajian aspek arsitektur dan tata

ruang Candi Sukuh karena candi tersebut sudah menyimpang dari tuntunan

percandian India.

Percandian India diatur dalam Vastusastra yang dihitung berdasar

diagram-diagram yang disebut vastupursamandala. Sementara itu, Candi

Sukuh menunjukkan konsep-konsep lokal mengenai ruwatan dan sangkan

(47)

commit to user

pola India memiliki alasan sosial dan kultural. Sukatno (2003) menjelaskan

bahwa konsep mandala suatu candi tidak hanya berkait dengan konteks

arsitektural bangunan candi yang suci.

Bangunan ini segera terasa pada amplifikasi penokohan relief-relief

Candi Sukuh yang mengangkat tokoh Sadewa. Padahal, tokoh tersebut di

dalam Mahabharata (India) adalah tokoh pendukung setelah Arjuna.

Mengenai cerita yang mendasari relief, Candi Sukuh pernah dibahas oleh

Callenfels (1925) yang membahas relief-relief yang ada hubungannya dengan

Kisah Sudamala. Cerita Sudamala tersebut kemudian juga dibahas panjang

lebar oleh Zoetmulder (1974) dalam bukunya Kalangwan yang menyoroti

secara mendalam Kisah Sudamala dari sisi filologis dan sastra. Relief Candi

Sukuh dan Kisah Sudamala pernah juga dibahas oleh Sri Mulyono (1978)

ketika membahas mengenai tokoh Semar. Menurut Sri Mulyono, di Candi

Sukuh tokoh Semar pertama-tama muncul dalam relief. Candi Sukuh juga

disinggung oleh Holt (1967/2000) bahwa di kedua candi tersebut muncul

unsur-unsur prehistoris dan penyajian alat seks secara vulgar. Arca-arca di

Candi Sukuh mencerminkan nenek moyang masa purba.

2. Sejarah Singkat Penemuan Candi Sukuh

Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania

Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta.

(48)

pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang

berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Pada tahun 1928, pemugaran

dimulai. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang

berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Penelitian terhadap

Candi Sukuh kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867

dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java.

Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh,

yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada

tahun 1910. (Diparta Karanganyar, 2010 ; 20)

Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun

pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa

Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam

kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut

ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat

yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga

karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme

di Jawa. Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan

kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum.

Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh

yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan

(49)

pra-commit to user

paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.

3. Lokasi Candi Sukuh

Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada

ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat

07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini

terletak di dukuh Berjo, desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak

kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari

Surakarta. Kurang lebih 4 kilometer mendaki gunung Lawu lagi, terdapat

situs Candi Cetho.

Dari titik terakhir yang bisa dijangkau kendaraan roda empat (mobil/bis),

wisatawan masih harus menempuh perjalanan sejauh 1,9 km untuk mencapai

Candi Sukuh. Kecuali jika wisatawan membawa kendaraan roda dua (motor)

sendiri, akan lebih enak untuk menyewa ojek, dikarenakan jalannya yang

sangat menanjak. Namun jangan khawatir, wisatawan tidak perlu repot-repot

bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan harga dengan tukang ojek. Di sini

terpampang jelas tarif resmi ojek ke berbagai tujuan. Untuk ke Candi Sukuh

(50)
[image:50.595.139.497.179.496.2]

Denah Candi Sukuh.

Gambar 1. Denah Candi Sukuh

(photo: silhouette@navigasi.net)

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), semakin ke

belakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada

gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi

gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan

(51)

commit to user

phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang

mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang

melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Dewi Parwati).

a. Teras Pertama

Pada teras pertama terdapat pintu gerbang (gapura) utama. Bentuk

gapuranya amat unik yakni dibuat miring seperti trapezium, layaknya

pylon (gapura pintu masuk ke tempat suci) di Mesir. Pada sisi gapura

sebelah utara terdapat relief “manusia ditelan raksasa” yakni sebuah

“sengkalan rumit” yang bisa dibaca “Gapura buta mangan wong “ (gapura

raksasa memakan manusia). Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5,

mangan karakternya 3, dan wong mempunyai karakter 1.

Jadi candrasangkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun

1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Dilantai

dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus (penis)

berhadapan dengan vagina dengan di kelilingi oleh kalungan sperma.

Sepintas relief ini mempunyai kesan porno, namun relief ini mengandung

makna yang mendalam, lingga-yoni ini merupakan lambang kesuburan.

Relief tersebut dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar

siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di

(52)

kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Relief-relief yang ada di

Candi Sukuh tersebut merupakan suatu sengkalan yang cukup rumit yaitu :

Wiwara Wiyasa Anahut Jalu“. Wiwara artinya gapura yang suci dengan

karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk” dengan karakter

5, Anahut (mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1.

Jadi bisa di ketemukan angka tahun 1359 Saka.

b. Teras kedua

Gapura yang terletak di teras kedua kondisinya telah rusak. Di kanan

dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau

dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi.

Gapura sudah tidak memiliki atap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak

pathjung-patung. Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan

Ganesya dengan tangan yang memegang ekor.

Relief ini terdapat sebuah candrasangkala pula yang dalam bahasa

Jawa berbunyi “gajah wiku anahut buntut”, artinya dalam bahasa

Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki

makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau

tahun 1456 Masehi. Jika angka tahun ini benar menunjukkan

pembangunan gapura ini, maka ada selisih hampir duapuluh tahun antara

(53)

commit to user

yang lebih luas. Terdapat jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan

relief yang menggambarkan peristiwa sosial yang menonjol di masyarakat

sekitar pada saat pembangunan Candi Sukuh, relief ini disebut relief Pande

Besi. Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di

depan tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai

ububan” (peralatan mengisi udara pada pande besi). Pande besi adalah

pengrajin yang membuat peralatan untuk menunjang kehidupan, seperti

alat-alat pertanian, alat rumah tangga dan lain-lain.

c. Teras ketiga

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan

beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.

Apabila ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan

berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya

harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini

sengaja dibuat demikian, sebab candi induk yang mirip dengan bentuk

vagina ini, memang dibuat untuk menguji keperawanan para gadis.

Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya,

maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak

perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang

(54)

duduk dengan kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam

seperti keris, tumbak dan pisau. Trap Ketiga ini trap tertinggi yang

merupakan trap paling suci. Tepat di bagian tengah candi utama terdapat

sebuah bujur sangkar yang merupakan tempat menaruh sesajian, untuk

membakar kemenyan, dupa dan hio.

Dengan struktur bangunan seperti ini, Candi Sukuh dikatakan

menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku

arsitektur Hindu Wastu Widya diterangkan bahwa bentuk candi harus

bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang ditengah

itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikwal Candi Sukuh ternyata

menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang

mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu

sudah memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli

Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori jaman

Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia

tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candhi Sukuh ini.

Karena trap ketiga ini trap paling suci, maka ditempat ini banyak

terdapat petilasan-petilasan. Seperti halnya trap pertama dan kedua,

pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh jalan setapa yang terbuat dari

(55)

commit to user prasejarah jaman Megalithic.

Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian

relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah

diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Sudamala adalah

salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut

Sudamala (suda artinya: bersih, mala berarti: dosa) sebab Sadewa telah

berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara

Guru karena perselingkuhannya.

Sadewa berhasil “ngruwat ” Bethari Durga yang semula adalah raksasa

betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya

yang semula, yakni seorang bidadari di kayangan dengan nama bethari

Uma Sudamala. Sehingga cerita Sudamala ini kemudian disebutkan dalam

sebuah buku / kidung, yakni Kidung Sudamala.

Urutan relief dalam fragmen Sudamala adalah sebagai berikut:

1) Relief pertama

Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara

kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa

Lima. Keduanya adalah putra Prabu Pandu dari istrinya yang kedua,

Dewi Madrim. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa

(56)

dari Pandu, yaitu: Yudhistira, Bima dan Arjuna.

Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan

diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan

Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga

disertai seorang punakawan. Relief ini menggambarkan ketika Dewi

Kunthi meminta pada Sadewa agar mau “ngruwat” Bethari Durga

namun Sadewa menolak.

2) Relief kedua

Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah

berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah

mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalanjaya

menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan

membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalanjaya adalah jelmaan

bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga

harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk.

Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan

pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya

terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang

(57)

commit to user diusir dari sorga karena pelanggaran.

3) Relief ketiga

Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama

punakawan-nya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama

Tambrapetra dan putrinya Ni Pradapa di pertapaan Prangalas. Atas

perintah Batari Durga yang telah dibebaskannya, Sadewa harus

mengawini anak seorang pendeta buta. Pertapa buta itu pun

disembuhkannya dari kebutaan.

4) Relief keempat

Relief keempat menggambarkan Sadewa berhasil “ngruwat”

Sang Durga. Sadewa kemudian diperintah pergi kepertapaan

Prangalas, di situ Sadewa menikah dengan Dewi Pradapa. Adegan di

sebuah taman indah tempat sang Sadewa sedang bercengkerama

dengan Tambrapetra dan putrinya Dewi Pradapa serta seorang

punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan

(58)

Relief ini melukiskan adegan adu kekuatan antara Bima dan

kedua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Bima dengan kekuatannya

yang luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk

dibunuh dengan kuku pancanakanya.

Pada sebelah selatan jalan batu ada terdapat candi kecil, yang

didalamnya terdapat arca dengan ukuran yang kecil pula. Di lokasi ini

terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita

pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab

pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah

prasasti yang menandai tahun saka 1363.

Cerita ikwal Garudeya adalah sebagai berikut: Garuda

mempunyai ibu bernama Winata yang menjadi budak salah seorang

madunya yang bernama Dewi Kadru. Dewi Winata menjadi budak

Kadru karena telah kalah bertaruh tentang warna ekor kuda

uchaiswara. Dewi Kadru menang dalam bertaruh sebab dengan curang

dia menyuruh anak-anaknya yang berwujud ular naga yang berjumlah

seribu yang menyemburkan bisa-bisanya di ekor kuda Uchaiswara

sehingga warna ekor kuda berubah hitam. Dewi Winata dapat diruwat

Sang Garuda dengan cara memohon “tirta amerta” (air kehidupan)

(59)

commit to user

kehidupan) di dekat candi kecil terdapat kura-kura yang cukup besar

sejumlah tiga ekor sebagai lambang dari dunia bawah yakni dasar

Gunung Mahameru, ini berkaitan dengan kisah suci agama Hindhu

yakni “samudra samtana” yaitu ketika Dewa Wisnu menjelma

menjadi kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain

mencari air kehidupan (Tirta Perwita Sari).

Bentuk kura-kura ini menyerupai meja yang kemungkinan

didesain sebagai tempat menaruh untuk sesajian. Sebuah piramida

yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang

diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta

Amerta (kisah Pemutaran Laut Mencari Amerta).

d. Bangunan Dan Patung Lainnya

Di komplek candi induk terdapat sebuah prasasti yang menyiratkan

bahwa candi Sukuh dalam candi untuk Pengruwatan, yakni prasasti yang

diukir dipunggung relief sapi. Sapi tersebut digambarkan sedang

menggigit ekornya sendiri dengan kandungan sengkalan rumit: “Goh wiku anahut buntut” maknanya tahun 1379 Saka. Sengkalan ini makna tahunnya

persis sama dengan makna prasasti yang ada dipunggung sapi yang

artinya kurang lebih demikian: untuk diingat-ingat ketika bersujud di

(60)

sama dengan ruwatan di sini yaitu kata: “pawitra” yang artinya pemandian

suci. Di kompleks Candi Sukuh tidak terdapat pemandian atau kolam

pemandian maka pawitra dapat diartikan air suci untuk “ngruwat” seperti

halnya kata “tirta sunya”. Tempat suci untuk pengruwatan, seperti yang

sudah diutarakan, dengan bukti-bukti relief cerita Sudamala, Garudeya

serta prasasti-prasasti, maka dapat dipastikan candi Sukuh pada jamannya

adalah tempat suci untuk melangsungkan upacara-upacara besar (ritus)

ruwatan.

Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta

relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng

(babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan

kaum bangsawan berwahana gajah untuk sarana transportasi. Bentuk

bangunan lain adalah relief tapal kuda yang menggambarkan dua sosok

manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu

sama lain.

Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim

seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok

sebelah kanan melambangkan kebajikan. Kemudian ada sebuah bangunan

kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengah

(61)

commit to user

Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang

merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan)

yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata.

Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti.

Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut

di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan

bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai

meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh

sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan

Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk

lautan mencari tirta amerta.

2) Kegunaan Candi Sukuh

Candi Sukuh dibangun pada abad XV mempunyai banyak

fungsi bagi pemeluk agama Hindu baik untuk tempat upacara

keagamaan atau pemujaan. Adapun kegunaan candi tersebut yaitu :

1. Sebagai Tempat Pemujaan

Menurut cerita jika umat Hindu sedang melakukan pemujaan

(62)

Bila ada seorang wanita Hindu yang akan melangsungkan

pernikahan, maka untuk membuktikan bahwa ia masih perawan

atau tidak dapat dilakukan di candi ini tepatnya pada gapura

pertama. Caranya yaitu wanita harus berdiri di depan relief Lingga

yang kemudian melangkahkan kaki melewati relief tersebut, maka

ada dua kemungkinan bila wanita itu msih suci, maka segala

pakaian yang menutupi bagian terpenting akan sobek dan

mengeluarkan darah tapi bila wanita itu sudah tidak suci, maka

pakaian yang dikenakan akan tetap utuh dan tidak mengeluarkan

darah meski diulang berkali-kali.

Di lantai dapat dilihat dengan adanya relief Lingga (alat

kelamin laki-laki) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni (alat

kelamin perempuan), mungkin suatu gambaran yang ada

hubungannya dengan kenyataan bahwa Candi Sukuh dengan relief

alat kelamin itu bertalian upacara-upacara kesuburan.

(Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sukuh.html. (diakses pada tanggal

(63)

commit to user 1. Potensi Candi Sukuh Melalui Analisis 4A

Kawasan Candi Sukuh mempunyai potensi yang sangat baik dan bagus

untuk prospek kedepan. Selain didukung oleh latar belakang lingkungan yang

sangat menarik juga didukung dengan jaraknya yang berdekatan dengan objek

wisata Candi Cetho, serta Objek wisata Candi Sukuh ini mempunyai kekayaan

yang berlimpah yang dapat diolah sebagai:

a. Attraction ( Daya Tarik Wisata )

Candi Sukuh merupakan satu-satunya candi yang erotik dan unik di

Indonesia, hampir menyamai candi yang ada di Guatemala (AS),

berbentuk limas terpotong yang merupakan gambaran keterbatasan ilmu

manusia, dibangun pada abad 15. Bangunan Candi Sukuh memberikan

kesan kesederhanaan yang menyolok pada para pengunjung. Kesan yang

didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari

candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan

Gambar

Grafik 2 Kunjungan Wisman di Candi Sukuh .......................................        83
Tabel 2 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ........................................        79
Gambar 1. Denah Candi Sukuh
Tabel 1. Analisis SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan ini bertujuan untuk mengetahui profil dari Sendratari Ramayana, strategi pemasaran yang telah dilakukan, dan kendala-kendala serta solusi yang dihadapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan sejarah berdirinya Yayasan Alpha Omega, untuk mengetahui kegiatan atau usaha apa yang dilakukan

Sedangkan tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui latar belakang dan sejarah dijadikannya Goa Kreo sebagai obyek wisata di Kota Semarang,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerawanan tanah longsor dan teknik pengelolaan lingkungan yang tepat bagi daerah yang rawan longsor di Kawasan Wisata

a) Kekuatan prasarana dan sarana objek wisata Candi Padang Roco adalah:sudah tersedia jalan menuju objek wisata, aksesibilitas yang mudah jika dibangun jembatan,

Berdasarkan Latar Belakang Permasalahan tersebut maka dari sini diperlukan suatu Arahan Pengembangan yang tepat yaitu “Arahan Pengembangan Wisata Budaya Situs Candi Tawangalun

menjual makanan siap saji, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. d) Ancaman prasarana dan sarana objek wisata Candi Padang Roco adalah: ada objek serupa

Dari fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang simbol-simbol agama Hindu yang ada di Candi Sukuh tersebut, yang nanti dapat diketahui apa dan