commit to user
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN
OBJEK WISATA CANDI SUKUH DI KABUPATEN KARANGANYAR
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Progam Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Oleh :
RAHMAT TRI WAHYUDI
C9408048
PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
1. Be My Self.
2. Hidup itu adalah sebuah perjuangan.
3. Pantang menyerah dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan
hidup.
4. Jadikan hari ini menjadi pijakan untuk menempuh dan menjalani kembali
hari esok.
5. Lakukan apa yang dapat kamu lakukan hari ini, jangan menunggu hari
esok karena hari esok belum tentu mendapatkan kesempatan seperti hari
commit to user
v Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada :
Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini yang selalu
commit to user
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai persyaratan guna mendapat gelar
Ahli Madya Jurusan Usaha Perjalanan Wisata di Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “ Strategi Pengembangan
dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar ”.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak kesulitan,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang
timbul dapat terselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu merupakan suatu
kebahagian apabila dalam kesempatan ini bagi penulis dapat mengucapkan terima
kasih atas segala bentuk bantuannya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi MS selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta seluruh pembantu Rektor.
2. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph. D selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta serta seluruh karyawan.
3. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd selaku ketua program jurusan D III Usaha
Perjalanan Wisata dan seluruh dosen pengampu yang sudah memberikan
commit to user
vii
Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan bimbingan sehingga
terselesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum selaku pembimbing Tugas Akhir
milik penulis yang sudah dengan sabar membimbing dan memberikan
arahan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
6. Ibu Umi Yuliati, S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
berkenan membimbing selama masa perkuliahan penulis.
7. Ibu Syarifah Husna Barokah selaku Tata Usaha Program Diploma III
Usaha Perjalanan Wisata, terimakasih atas segala bantuan dan saran –
sarannya sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.
8. Bapak Ir. Soekarno, MT selaku Kepala Sub. Bagian Perencanaan di Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah
memberikan banyak informasi mengenai strategi pengembangan objek
wisata Candi Sukuh.
9. Bapak Soeripto, SE selaku Kepala Seksi Promosi Wisata Bidang
Pemasaran di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan banyak informasi mengenai strategi pemasaran
commit to user
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah
memberikan informasi segala sesuatu mengenai objek wisata Candi
Sukuh.
11.Ayahanda Kusbani dan Ibunda Tundjung Rochmini selaku orangtua
penulis yang senantiasa selalu memberikan dukungan moril serta materi
didalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
12.Sahabat–sahabat terbaikku Intan Andjasmoro K, Dwi Setyawan,
Muhamad Arif M, Icas Satria W yang selalu memotivasi penulis dalam
mengerjakan Tugas Akhir ini.
13.Seluruh teman Jurusan D III Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2008,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
14.Semua teman-teman basket Culture Streetball Solo, dan team basket
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
15.Teman – teman Band Dark To Night yaitu Amak, Ricko Adirangga, Andre
Pratama A, dan Rudi Supriyono yang telah memberikan dukungan kepada
penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
commit to user
ix
ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam pengembangan
serta pengetahuan yang penulis miliki. Semoga Tugas Akhir ini berguna untuk
menambah pengetahuan bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan pertolongan, anugrah
yang baik dan segala berkah-Nya atas bimbingan dan bantuan semua pihak yang
telah membantu penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir ini serta semoga
dapat memberi manfaat bagi semua dan ilmu pengetahuan pada saat ini dan masa
yang akan datang.
Surakarta, 18 Juli 2011
commit to user
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAKSI ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Kajian Pustaka ... 9
F. Metodologi Penelitian ... 21
G. Sistematika Penulisan ... 25
BAB II PROFIL DAN POTENSI CANDI SUKUH A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh 1. Objek Wisata Candi Sukuh ... 26
2. Sejarah Singkat Candi Sukuh ... 32
3. Lokasi Candi Sukuh ... 34
commit to user
xi
1. Attraction ( Daya Tarik Wisata ) ... 48
2. Accessibility ( Aksesibilitas ) ... 50
3. Amenities ( Fasilitas ) ... 53
4. Ancilarry ( Kelembagaan ) ... 54
5. Activity ( Aktivitas ) ... 54
C. Analisis SWOT Objek Wisata Candi Sukuh ... 55
BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN CANDI SUKUH A. Strategi Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pengembangan Candi Sukuh .. 56
2. Strategi Pengembangan Produk Wisata 63
3. Strategi Pengembangan Tata Ruang Candi Sukuh 64
4. Strategi Pengembangan Infrastruktur Candi Sukuh .. 64
5. Arahan Pengembangan WPP 65
6. Arahan Pengembangan Candi Sukuh 66
B. Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 67
C. Strategi Pemasaran dan Promosi Objek Wisata Candi Sukuh 1. Strategi Pemasaran dan Promosi ... 74
2. Meningkatkan kegiatan promosi 75
3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 78
4. Program Pengembangan Kemitraan 88
D. Realisasi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata 90
E. Kendala Dalam Pengembangan Objek Wisata Candi Sukuh 91
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
commit to user
GRAFIK Halaman
Grafik 1 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 80
commit to user
xiii
TABEL Halaman
Tabel 1 Analisis SWOT ... 56
Tabel 2 Kunjungan Wisnus di Candi Sukuh ... 79
Tabel 3 Kunjungan Wisman di Candi Sukuh ... 82
commit to user
Lampiran 1 : Surat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 2 : Surat Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar
Lampiran 3 : Surat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 4a : Daftar Informan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 4b : Daftar Informan Pengunjung Wisnus dan Wisman Objek
Wisata Candi Sukuh
Lampiran 5 : Gambar Relief Pertama dan Kedua
Lampiran 6 : Gambar Relief Ketiga dan Keempat
Lampiran 7 : Gambar Relief Kelima dan Prasasti Candi Sukuh
Lampiran 8 : Gambar Patung Sang Garuda dan Bangunan Lain Candi Sukuh.
Lampiran 9 : Gambar Pintu Masuk Utama Candi Sukuh
Lampiran 10 : Gambar Bangunan Utama Candi Sukuh
Lampiran 11 : Gambar Tiket Masuk Wisnus dan Wisman Candi Sukuh
Lampiran 12 : Gambar Halaman Depan dan Papan Penjelasan Candi Sukuh
Lampiran 13 : Gambar Batu Peresmian dan Taman Candi Sukuh
commit to user
xv
Rahmat Tri Wahyudi C9408048, Program DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta menulis Tugas Akhir berjudul “Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar”.
Tugas Akhir ini mengkaji tentang Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh. Penyusunan ini bertujuan yaitu untuk mengetahui latar belakang dan sejarah berdirinya Candi Sukuh, untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki Candi Sukuh, untuk mengetahui strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Karanganyar, untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu analisis diskriptif. sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumen dan kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan dan pemasaran Candi Sukuh sudah bagus, yaitu menyusun strategi pengembangan pariwisata dengan langkah pengembangan produk wisata, tata ruang, infrastruktur, WPP dan arahan pengembangan objek wisata Candi Sukuh. Selain itu melakukan kegiatan promosi objek wisata Candi Sukuh yaitu promosi melalui website, Karisma Pawirogo, Java Promo dan lain sebagainya.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu
hasrat untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu pariwisata dengan ragam
motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan
persediaan-persediaan lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat
sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Sebagai akibat
perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi untuk mengadakan perjalanan menjadi
lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang
teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan lebih mudah terpenuhi. Serta dapat
disaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski
motivasi mereka kadangkala berbeda-beda.
Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,
sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Secara umum
pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan
dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah, apabila
dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
Keadaan inilah yang mendorong para pelaku wisata untuk menyediakan
sarana dan prasarana yang vital dalam dunia kepariwisataan. Sarana dan prasarana itu
sangat diperlukan untuk menarik minat wisatawan mengunjungi suatu objek wisata.
Semakin lengkapnya sarana dan prasarana yang ada di suatu objek wisata akan
membuat wisatawan nyaman dan betah menikmati objek wisata tersebut.
Indonesia memiliki objek wisata budaya yang sangat terkenal di seluruh
dunia. Objek wisata budaya yang dimiliki Indonesia kebanyakan berupa candi.
Candi-candi yang ada di Indonesia masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda,
sebab ada candi yang bercorak agama Hindu dan ada candi yang bercorak agama
Budha. Meskipun telah ada beberapa candi di Indonesia yang telah terkenal di dunia
Internasional. Indonesia masih memiliki beberapa candi yang belum diketahui oleh
masyarakat luas atau bahkan belum tersentuh sama sekali. Hal ini disebabkan
lokasinya yang sulit untuk dijangkau.
Indonesia dikenal memiliki kebudayaan dan peninggalan seni budaya yang
beragam. Mulai dari seni bangunan, kriya, bahasa, norma kehidupan sosial, adat
istiadat dan berbagai seni budaya yang tak terhitung jumlahnya. Kebudayaan dan
peninggalan seni budaya tersebut mempunyai nilai yang tinggi dan beberapa
Seni budaya yang masih banyak dijumpai di Indoensia antara lain bangunan candi,
keris, wayang, seni pertunjukan tari tradisional, gamelan, kethoprak kemudian batik,
topeng, adat kebiasaan seperti upacara-upacara ritual, dan lainnya.
Candi merupakan peninggalan budaya bangsa Indonesia yang memiliki nilai
sejarah yang sangat berharga. Peninggalan candi banyak tersebar di seluruh Indonesia
dengan jumlah terbanyak berada di pulau Jawa. Candi Borobudur dan candi
Prambanan adalah beberapa candi yang sangat dikenal bahkan sampai ke
mancanegara. Tidak hanya candi Borobudur, candi Prambanan dan beberapa candi
besar lainnya, namun indonesia juga memiliki banyak candi yang berukuran lebih
kecil dan memiliki ciri khas yang berbeda.
Candi Muara Takus di Riau, Biaro Bahal di Sumatera Utara, atau candi
Agung di Kalimantan Timur, menunjukkan candi bukan milik Pulau Jawa saja. Istilah
candi digunakan untuk menyebutkan sebuah bangunan yang berasal dari masa klasik
sejarah Indonesia, yaitu dari kurun waktu abad ke-5 M hingga ke-16 M. Candi dapat
berupa bangunan kuil yang berdiri sendiri atau berkelompok. Dapat pula berupa
bangunan berbentuk gapura beratap (Paduraksa) dan tidak beratap (Candi Bentar).
Candi yang berada di daerah lain seperti Sumatera Utara dikenal istilah
”biaro” dan di Jawa Timur istilah ”cungkub”. Namun masyarakat lebih mengenal
istilah candi, apa pun jenis bangunan kuno (termasuk reruntuhan) serta di mana pun
letak candi berada. Kata ”candi” berasal dari salah satu nama yang diberikan kepada
Dewi Durga, yakni permaisuri Dewa Siwa. Dewi Durga disimbolkan sebagai Dewi
Maut yang disebut dengan “candika”. Istilah candi kemudian digunakan untuk
menyebutkan bangunan peninggalan pada jaman Indonesia purba.
Candi merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan kuno yang pernah ada di
Indonesia, seperti Mataram Hindu, Singasari, Majapahit, dan Sriwijaya. Candi
Borobudur dan Candi Prambanan (Roro Jonggrang) adalah bukti-bukti kejayaan
Kerajaan Mataram dari abad ke-8 hingga ke-11. Candi Singasari, Kidal, dan Jago
merupakan sisa-sisa kebesaran Kerajaan Singasari, dari abad ke-11 hingga ke-13.
Candi Tikus, Bajangratu, Brahu, dan Wringin Lawang adalah peninggalan Kerajaan
Majapahit dari abad ke-13 hingga ke-15. Candi-candi di sekitar Muara Jambi diduga
merupakan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11.
Candi-candi di Indonesia umumnya bercirikan agama Budha (terutama aliran
Mahayana dan Tantrayana) dan agama Hindu (terutama aliran Siwaisme). Candi
bersifat Budha dikenal lewat arca Budha dan bentuk stupa, misalnya Borobudur dan
dalamnya, misalnya Prambanan dan Dieng. Uniknya, beberapa candi bersifat
campuran Siwa-Budha, antara lain Singasari dan Jawi di Jawa Timur.
Candi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan langgam seninya menjadi
tiga bagian. Pertama, langgam Jawa Tengah Utara. Contohnya Candi Gunungwukir,
Badut, Dieng, dan Gedongsongo. Kedua, Langgam Jawa Tengah Selatan misalnya
Candi Kalasan, Sari, Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, dan Prambanan. Ketiga,
langgam Jawa Timur, termasuk candi-candi di Bali, Sumatera dan Kalimantan.
Contohnya Candi Kidal, Jago, Singasari, Jawi, Panataran, Jabung, Muara Takus dan
Gunung Tua. Ditilik dari corak dan bentuknya, pada dasarnya candi di Jawa Tengah
Utara tidak berbeda dari candi-candi Jawa Tengah Selatan. Hanya candi-candi di
Jawa Tengah Selatan lebih mewah dan lebih megah dalam bentuk dan hiasan
dibandingkan candi-candi Jawa Tengah Utara.Perbedaan yang nyata terdapat pada
candi-candi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Umumnya candi langgam Jawa Tengah berbentuk tambun, atapnya
berundak-undak, reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis, menghadap ke Timur,
letak candi di halaman utama, gawang pintu dan relung berhiaskan kala makara serta
berbahan batu andesit. Sementara itu, candi langgam Jawa Timur berbentuk ramping,
atapnya merupakan perpaduan tingkatan, puncaknya berbentuk kubus, makara tidak
ada hanya hiasan atasnya diberi kepala kara, reliefnya timbul sedikit, lukisannya
barat dan berbahan batu bata. Sejumlah arkeolog menamakan gaya seni candi
berdasarkan aspek zaman dan periode, yaitu gaya Mataram Kuno (abad VIII-X), gaya
Singasari (abad XII-XIV), dan gaya Majapahit (abad XIII-XV).
Dahulu candi di Indonesia digunakan sebagai pemujaan terhadap nenek
moyang (makam). Ada beberapa candi yang berfungsi sebagai stupa (candi
Borobudur), sebagai wihara (candi Sari), sebagai istana (candi Boko), sebagai
petirtaan / pemandian (taman sari) dan sebagai gapura (candi Bajang Ratu).
Penggunaan candi sebagai tempat pemujaan dilakukan masyarakat (Jawa bahkan
hingga sekarang) karena dianggap roh nenek moyangnya akan pergi menuju ke Yang
Kuasa.
Gunung Mahameru dianggap sebagai tempat yang tinggi makna simboliknya,
yakni makna-makna sakral, lebih dekat dengan Yang Kuasa dan kekuasaan yang
lebih tinggi. Oleh karena itu candi-candi di Indonesia banyak yang “bersandar” di
gunung yakni didirikan di tempat dataran yang tinggi, lereng atau area sekitar
gunung-gunung. Lokasi candi yang berada di gunung ini membuat lokasi candi
Pendirian candi-candi yang ada di Indonesia mempunyai maksud, fungsi dan
tujuan. Setiap candi biasanya memiliki relief yang merupakan cerita, tuntunan
nilai-nilai yang tinggi dari pendirinya, dari cerita Ramayana, Mahabarata hingga
relief-relief yang melukiskan kejayaan suatu kerajaan. Setiap candi mempunyai ciri dan
keunikan tersendiri, salah satunya adalah candi Sukuh. Situs candi ini sangat unik,
baik dilihat dari bentuk candi secara umum maupun dari relef-relief yang dipahat di
dalamnya.
Menurut sejarah, Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad ke-15 oleh
masyarakat Hindu Tantrayana. Candi ini dibangun pada masa akhir runtuhnya
Kerajaan Majapahit yang berpaham Hindu. Pada waktu itu para pengikut setia
Kerajaan Majapahit yang runtuh diserang Kerajaan Demak (berpaham Islam)
melarikan diri ke lereng Gunung Lawu, kemudian membangun candi ini.
Penelitian ini menitikberatkan pada masalah yang menyangkut strategi
pengembangan dan pemasaran objek wisata Candi Sukuh yang keberadaannya kurang
mendapat perhatian dari wisatawan domestik maupun mancanegara karena lokasinya
yang lumayan sulit dijangkau. Untuk itu diharapkan dalam penelitian ini bisa
membantu mengulas tentang permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah profil dan potensi yang dimiliki objek wista Candi Sukuh ?
2. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Karanganyar untuk mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi
Sukuh?
3. Kendala - kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan dan pemasaran
objek wisata Candi Sukuh ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya tugas akhir ini guna untuk :
1. Untuk mengetahui profil dan potensi yang dimiliki objek wisata Candi Sukuh.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan objek wisata Candi
Sukuh.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengembangan dan pemasaran objek
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi
yang berguna bagi pembaca pada khususnya dan juga pelaku usaha pariwisata
pada umumnya.
2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
3. Guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Kajian Pustaka
1. Landasan Teori
a. Pengertian Pariwisata:
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pengertian Pariwisata adalah Perjalanan untuk bersenang-senang. Sedangkan
definisi pariwisata di dalam “ Ensiklopedi Nasional Indonesia “ dikatakan
bahawa pariwisata atau tourism merupakan kegiatan perjalanan seseorang atau
serombongan orang dari tempat tinggal asal ke suatu tempat di kota lain atau
negara lain. Secara umum pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani
kebutuhan wistawan. Secara teknis pariwisata merupakan rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di
dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain.
4 (empat) kriteria perjalanan pariwisata:
1) Tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang;
2) Dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain;
3) Dilakukan minimal 24 jam;
4) Perjalanan tidak dikaitkan dengan mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi dan orang melakukan perjalanan itu semata-mata sebagai
konsumen di tempat yang dikunjunginya.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
perjalanan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata itu
megandung beberapa unsur yaitu , kegiatan perjalanan, dilakukan secara
bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. (undang –
undang kepariwisataan No. 10 tahun 2009).
Berdasarkan ketentuan WATA ( World Assosiation of Travel Agents )
wisata adalah perjalanaan keliling selama lebih dari tiga hari, yang
diselenggarakan oleh suatu kantor perjalannan di dalam kota dan yang
acaranya antara lain mencakup melihat-lihat di berbagai tempat atau kota,
baik di dalam maupun luar negeri.
Setelah memahami tentang istilah dan pengertian tentang pariwisata
berikutnya dikemukakan bentuk dan jenis pariwisata.
1) Bentuk Pariwisata
Nyoman S.Pendit dalam bukunya Ilmu Pariwisata Sebuah
Pengantar Perdana mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi
menurut beberapa kategori antara lain:
1. Menurut asal wisatawan:
a. Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau
pariwisata nusantara.
b. Dari luar negeri disebut juga pariwisata internasional atau
2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran:
a. Pariwisata aktif yaitu kedatangan wisatawan dalam negeri
memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar
negeri.
b. Pariwisata pasif yaitu warga negara yang keluar negeri
memberi efek negatif terhadap neraca pembayaran luar
negeri.
3. Menurut jangka waktu:
a. Pariwisata jangka pendek apabila wisatawan yang
berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya
beberapa hari saja.
b. Pariwisata jangka panjang apabila wisatawan yang
berkunjung ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya
sampai berbulan-bulan.
4. Menurut jumlah wisatawan:
a. Pariwisata tunggal apabila wisatawan yang bepergian
hanya seorang atau sekeluarga.
b. Pariwisata rombongan apabila wiasatwan yang bepergian
satu kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai
5. Menurut alat angkut:
a. Pariwisata Udara.
b. Pariwisata Laut.
c. Pariwisata Kereta Api.
d. Pariwisata Mobil.
2) Adapun pariwisata dibagi menjadi :
a. Wisata Budaya
Perjalanan wista yang bertujuan untuk mempelajari adat
istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan
yang terdapat didaerah atau negara yang dikunjungi.
b. Wisata Kesehatan
Perjalanan wisata dengan tujuan untuk sembuh dari suatu
penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani.
Wisata ini disebut juga Wisata Pulih Sembuh.
c. Wisata Olahraga
Perjalanan wisata dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan
olahraga misalnya; Olympiade, Thomas Cup, Pra Piala Dunia dan
d. Wisata Komersial
Perjalanan wisata untuk tujuan yang bersifat komersial ataupun
dagang.
e. Wisata Kuliner
Perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati
keanekaragaman makanan yang terdapat di daearah atau negara
yang dikunjungi.
f. Wisata Pertanian
Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan
mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan study, dan riset
atau study banding.
g. Wisata Maritim atau Bahari
Wisata yang sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti
berselancar, menyelam, berenang, dan lain sebagainya. Objeknya
adalah pantai, laut, sungai, kepulauan, termasuk taman laut.
h. Wisata Cagar Alam
Kegiatan berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping itu
untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga,
untuk tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan
alam.
i. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna
mempelajari atau meneliti industri tersebut.
j. Wisata Bulan Madu
Perjalanan dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang
berbulan madu atau pengantin baru. Agen perjalanan atau Biro
perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya
menyediakan fasilitas yang istimewa atau khusus. Diharapkan
agar wistawan benar-benar menikmati bulan madu dengan
kesen-kesan khusus, indah dan meninggalkan kenangan yang istimewa
b. Strategi Pengembangan Pariwisata :
Pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil
kerja mengembangkan, sedangkan mengembangkan berarti membuka,
memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Selain itu pengembangan
dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan suatu objek / hal
agar menjadi lebih baik dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan
bersama. Pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perjalanan
wisata, tamsya, dan rekreasi agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat
bagi publik yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 tentang pokok-pokok
kepariwisataan pasal 12 dinyatakan bahwa penyelenggaraan atau
pengembangan kepariwisataan adalah bertujuan untuk :
(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan
memperhatikan aspek:
a. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi
daya tarik pariwisata;
c. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan
keutuhan wilayah;
d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran
strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian
dan pemanfaatan aset budaya;
f. kesiapan dan dukungan masyarakat; dan
g. kekhususan dari wilayah.
(2) Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi
dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
(3) Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya,
Dalam mengembangkan pariwisata ada pula beberapa aspek yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Wisatawan
Harus diketahui karateristik dari wisatawan, dari negara mana mereka
datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan
wisata.
2. Transportasi
Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang
tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.
3. Atraksi / objek wisata
Bagaimana atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah
memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dilihat, apa yang dapat
dilakukan, dan apa yang dapat dibeli di ODTW yang dikunjungi.
4. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas apa yang tersedia di ODTW tersebut, bagaimana akomodasi
perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank / money
5. Informasi dan Promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana
leaflet / brosure harus disebarkan sehingga calon wisatawan dapat
mengetahui tiap paket wisata agar cepat mengambil keputusan.
(Oka A. Yoeti, 1997 ; 3).
c. Pemasaran Pariwisata :
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri
menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai
tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi
penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.
Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini.
Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang
lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut
dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini,
aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan
pemasaran, seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa
dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok sosial untuk memenuhi
pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs),
keinginan (wants), dan permintaan (demands).
d. Pengertian Manajemen Pemasaran
Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang
banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu
pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan
tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya.
Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses
yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang
mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan
tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.
Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha.
Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan
atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang
menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi
pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu
memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk
dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai
Beberapa pengertian pemasaran dapat dimengerti dalam mendukung
pemasaran, secara teoritis yaitu berkaitan dengan permasalahan manajemen
pemasaran pariwisata;
Adapun pengertian-pengertian tentang pemasaran antara lain :
1) Menurut Salah Wahab, dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemasaran Pariwisata, pemasaran adalah suatu cara dalam menjalankan
suatu usaha, dan menitikberatkan perhatian terhadap pelanggan dari pada
produk ( Salah Wahab, 1997 ; 28).
2) Menurut Ating Tedjasutisna dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemasaran memberikan pengertian bahwa pemasaran adalah usaha
peningkatan tentang keinginan dan kebutuhan para konsumen terhadap
produk maupun jasa. Dengan kata lain pemasaran merupakan usaha
menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk kepentingan
konsumen terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan memperoleh
kepuasan (Ating Tedjasutisna, 1987 ; 20).
3) Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian
yaitu; pemsaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan nama
F. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Objek Wisata Candi Sukuh di
kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dan kantor Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan pengumpulan data ini menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu ;
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara atau tatap muka secara langsung dengan kepala
bagian objek wisata Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten
Karanganyar yang bertugas sebagai pengurus Candi Sukuh yaitu dengan
Sarjono, dan karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten
Karanganyar yaitu Soeripto selaku Kepala Seksi Promosi Wisata dan
b. Observasi
Observasi merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan informasi
( data primer ) secara langsung pada kegiatan yang berhubungan dengan
strategi pengembangan dan pemasaran pariwisata objek wisata Candi
Sukuh, serta mencatat hal-hal penting yang mendukung penelitian pada
tanggal 20 - 28 Mei 2011.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Dokumen-dokumen yang
dikumpulkan akan membantu penelitian dalam memahami fenomena
yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain
itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun
analisis dan melakukan validitas data. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daftar buku tamu yang berisi nama dan asal
wisatawan untuk memperoleh data dalam penyusunan tabel kunjungan
wisata di objek wisata Candi Sukuh, buku Profil Budaya Kabupaten
Karanganyar tahun 2010, buku Target dan Realisasi PAD (Pendapatan
Asli Daerah) tahun 2001-2010, dan juga tabel kunjungan wisatawan
Kabupaten Karanganyar yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
d. Kepustakaan
Sumber data kepustakaan diperlukan untuk melengkapi data yang
belum diperoleh dalam penyusunan tugas akhir yang diambil dari
perpustakaan lab tour prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata, berupa buku
tentang kepariwisataan dan juga Tugas Akhir mahasiswa dan mahasiswi
prodi DIII Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Teknik Analisa Data
Setelah mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul selanjutnya
data dianalisis dengan metode analisis deskripsi yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta-fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah difahami
dan disimpulkan. Analisis deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan secara
sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang
tertentu dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam mengerjakan laporan tugas akhir
ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,
teknik analisis data dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sukuh, bab ini berisikan
tentang profil sejarah dan potensi yang dimiliki oleh objek wisata candi sukuh.
Bab III Strategi Pengembangan dan Pemasaran Objek Wisata Candi Sukuh
bab ini membahas tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Karanganyar dalam mengembangkan dan memasarkan Candi Sukuh dan
juga kendala-kendala yang dihadapi oleh dalam proses pengembangan dan
pemasaran Candi Sukuh tersebut.
commit to user 26
PROFIL DAN POTENSI OBJEK WISATA CANDI SUKUH
A. Profil Objek Wisata Candi Sukuh
1. Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Dusun Sukuh,
di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Bagi masyarakat modern, candi sukuh termasuk candi yang
luar biasa. Di gerbang utama candi ini dilukiskan secara vulgar alat kelamin
laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina) dalam keadaan “siap tempur”. Oleh sebab itu, orang sering menyatakan Candi Sukuh sebagai
“candi jorok, candi porno, candi saru, atau candi norak, candi seks”. Namun
pandangan seperti itu adalah sebuah pandangan yang sama sekali tidak benar.
Candi Sukuh adalah sebuah candi sakral dengan bentuk arsitek mirip
piramida. Kehadiran lukisan penis dan vagina di dasar pintu masuk candi
merupakan ajaran bahwa manusia harus mengenal ”asal-usul dumadi” yang
tidak lain berasal dari air mani yang kemudian berproses di rahim ibu. Hal
inilah yang hampir diajarkan oleh setiap ajaran agama di dunia manapun agar
manusia tidak sombong karena berasal dari setitik air mani yang memancar.
Candi Sukuh adalah candi yang menarik dari segi tata arsitektur. Candi
tersebut mengambil bentuk piramida mirip dengan bentuk kuil di Inca,
tergambar dalam relief-relief yang relief-relief tersebut bersumber dari
teks-teks Jawa Kuna dan Jawa Tengahan (Garudeya, Wirataparwa, Sudamala,
Bima Suci, dan Gatotkacasraya). Candi Sukuh adalah candi dari masa Hindu
yang di dalamnya bercampur antara kebudayaan prasejarah Jawa dengan
kebudayaan Hindu. Di dalam Candi Sukuh muncul unsur-unsur Indonesia asli
yang pada masa kejayaan Majapahit tenggelam akibat dominasi kebudayaan
Hindu.
Bentuk arsitektur dan tata ruang Candi Sukuh berkaitan dengan makna
simbolis yang menunjukan adanya pergeseran filosofi dari pemujaan
dewa-dewa India ke pemujaan dewa-dewa-dewa-dewa kesuburan dalam kepercayaan lokal.
Sebagai misal, pergeseran pemujaan dewa Siwa ke tokoh manusia (Sadewa)
yang tercermin dalam teks Sudamala (Jawa Tengahan) yang kemudian
dijadikan dasar cerita ruwatan. Pergeseran ini juga tampak pada
kemenonjolan tokoh garuda daripada tokoh Wisnu dalam teks Garudeya
(Wirataparwa). Pergeseran lain tampak pula pada piktogram Bima dan Dewa
Ruci yang merupakan teks tentang kemenonjolan perjuangan spiritual Bima
dalam mencari air suci (her banyu adi tirta wening) dibanding perjuangan
commit to user masanya, di antaranya seperti:
1. Teks Samodramantana yang mengisahkan para dewa menguras
lautan untuk mendapatkan air amerta.
2. Teks Sudamala yang mengisahkan Sudamala atau Sadewa yang
berhasil meruwat Uma (Istri dewa Siwa) yang dikutuk menjadi Durga
(raksasa siluman perempuan yang menakutkan).
3. Teks Gatotkacasraya yang mengisahkan Gatotkaca ketika membantu
perkawinan Abimanyu.
4. Nawa Ruci (Bima Suci) yang mengisahkan Bima ketika mencari air
suci dan ditengah lautan harus mengalahkan naga Sembur Nawa.
Setelah tewasnya naga semburnawa, maka Dewa dijumpai Dewa Ruci
yang menjelaskan tentang asal-usul dumadi.
5. Cerita Panji yang mengisahkan Panji berjuang untuk menemukan
istrinya sehingga terjadilah suatu kisah romantis penuh liku-liku
(Zoetmulder, 1985 ; 56).
Sebagian besar candi-candi di Jawa, khususnya yang dibangun mulai
abad ke-9, di dinding-dindingnya selalu dipahatkan relief dari teks-teks
darmasastra. Relief yang paling spektakuler adalah relief Candi Prambanan
yang memahatkan teks darmasastra Ramayana. Relief Candi Sukuh
sebagai teks carangan. Pergeseran relief dari teks darmasastra ke teks-teks
carangan berkaitan dengan pergeseran nilai dalam masyarakat Jawa abad
ke-15. Di antara teks-teks yang kemudian disebut sebagai teks-teks Jawa
Tengahan dalam ekspresi kidung (bukan kakawin) adalah Dewaruci,
Sudamala, Kidung Subrata, Panji Anggraeni, dan Sri Tanjung. (Sutarjo,
2008 ; 15).
Candi Sukuh sudah banyak dikaji para ahli sejak awal abad ke-19.
Penelitian tentang Candi Sukuh dirintis oleh Raflles pada tahun 1817 dalam
bukunya History of Java. Penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain,
di antaranya sebagai berikut. Kajian tentang candrasengkala dan prasasti yang
terdapat pada Candi Sukuh telah dilakukan oleh Van der Vlis pada tahun
1843. Menurut Vlis dalam bukunya Incription van de Candi Sukuh,
relief-relief tertentu di Candi Sukuh mengandung angka tahun Saka yang dikenal
dengan candrasengkala. Di antaranya, di awal gapura paling bawah terdapat
relief raksasa yang memakan manusia yang dapat dinyatakan sebagai
candrasengkala “gapura buto amangan wong” yang bermakna 1359 Saka
atau 1437 Masehi.
Dari candrasengkala tersebut diketahui bahwa Candi Sukuh tidak
dibangun bersamaan, melainkan setahap demi setahap. Hal ini tampak pada
candra sengakala di candi utama yang berbunyi “katur karungu kram purusa”
commit to user
dua buah berbetuk burung garuda. Akan tetapi, kedua patung itu berbeda.
Patung yang satu bersayap, berbadan, berkaki, seperti manusia (
manusia-garuda) serta ada angka tahun 1362 Saka (1440 M) sedangkan yang lainnya
berstilir manusia, tetapi tidak bertangan serta tidak mengandung inskripsi
(Diparta Karanganyar, 2010 ; 18). Penelitian tentang Candi Sukuh tersebut
dilanjutkan oleh Muusses (1929) yang meneliti Sang Awikramawardhana
sebagai saat-saat akhir Majapahit yang kemungkinan membangun Candi
Sukuh.
Stutterheim (1925) meneliti tentang relief Ramayana di Indonesia.
Sesuatu yang menarik perhatian Stutterheim di Candi Sukuh adalah relief
tentang garuda yang mencengkeram gajah dan kura-kura untuk dimakan.
Kisah ini adalah kisah garuda dalam mencari air (amrta) yang dalam tradisi
Jawa terjelma juga dalam kisah Bima mencari air suci (Nawa Ruci). Tindakan
garuda memakan gajah dan kura-kura ternyata merupakan bentuk ruwatan
karena gajah dan kura-kura adalah sebuah makhluk yang terkena kutukan
kemudian dimakannya gajah dan kura-kura tersebut justru menjadikannya
kembali ke bentuk aslinya sebagai dewa (hlm 23). Candi Sukuh juga
mempertemukan tradisi Mahabharata dan Ramayana. Menurut kajian
Stuterheim, di Candi Suku terdapat relief yang menggambarkan Arjuna
dengan bendera perangnya bergambar kera. Di pihak lain, terdapat relief
(1959). Dijelaskan bahwa relief vagina dan phalus secara naturalistik di Candi
Sukuh adalah gambaran peristiwa mistik yang berkaitan dengan kesuburan
dan kemakmuran. Di Candi Sukuh digambarkan juga adanya Dwarapala yang
menyimpang dari gaya India dan muncul dengan langgam prasejarah Casparis
tentang inskripsi (1950) yang di dalamnya Casparis membahas sedikti tentang
prasasti di dalam Candi Sukuh yang pada umumnya prasasti tersebut sudah
rusak dan sulit dibaca, meskipun prasasti tersebut muncul pada abad ke-14.
Kesadaran tentang keunikan Candi Sukuh dengan candi-candi lainnya seperti
Candi Borobudur, Prambanan, Plaosan dan candi-candi di Jawa Tengah pada
umumnya telah dikemukanan oleh Sri Sugiyanti (2006).
Menurut Sri Sugiyanti, yang membedakan Candi Sukuh dengan candi
lainnya terutama terletak pada bentuk arsitektur, tokoh-tokoh, dan relief-relief
yang dipahatkan. Dari uraian di atas tampak bahwa aspek arsitektur dan tata
ruang Candi Sukuh belum banyak dikaji orang. Unsur yang banyak dikaji
adalah aspek naratif / relief. Kesulitan pengkajian aspek arsitektur dan tata
ruang Candi Sukuh karena candi tersebut sudah menyimpang dari tuntunan
percandian India.
Percandian India diatur dalam Vastusastra yang dihitung berdasar
diagram-diagram yang disebut vastupursamandala. Sementara itu, Candi
Sukuh menunjukkan konsep-konsep lokal mengenai ruwatan dan sangkan
commit to user
pola India memiliki alasan sosial dan kultural. Sukatno (2003) menjelaskan
bahwa konsep mandala suatu candi tidak hanya berkait dengan konteks
arsitektural bangunan candi yang suci.
Bangunan ini segera terasa pada amplifikasi penokohan relief-relief
Candi Sukuh yang mengangkat tokoh Sadewa. Padahal, tokoh tersebut di
dalam Mahabharata (India) adalah tokoh pendukung setelah Arjuna.
Mengenai cerita yang mendasari relief, Candi Sukuh pernah dibahas oleh
Callenfels (1925) yang membahas relief-relief yang ada hubungannya dengan
Kisah Sudamala. Cerita Sudamala tersebut kemudian juga dibahas panjang
lebar oleh Zoetmulder (1974) dalam bukunya Kalangwan yang menyoroti
secara mendalam Kisah Sudamala dari sisi filologis dan sastra. Relief Candi
Sukuh dan Kisah Sudamala pernah juga dibahas oleh Sri Mulyono (1978)
ketika membahas mengenai tokoh Semar. Menurut Sri Mulyono, di Candi
Sukuh tokoh Semar pertama-tama muncul dalam relief. Candi Sukuh juga
disinggung oleh Holt (1967/2000) bahwa di kedua candi tersebut muncul
unsur-unsur prehistoris dan penyajian alat seks secara vulgar. Arca-arca di
Candi Sukuh mencerminkan nenek moyang masa purba.
2. Sejarah Singkat Penemuan Candi Sukuh
Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania
Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta.
pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang
berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Pada tahun 1928, pemugaran
dimulai. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang
berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Penelitian terhadap
Candi Sukuh kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867
dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java.
Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh,
yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada
tahun 1910. (Diparta Karanganyar, 2010 ; 20)
Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun
pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa
Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam
kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut
ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat
yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga
karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme
di Jawa. Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan
kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum.
Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh
yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan
pra-commit to user
paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.
3. Lokasi Candi Sukuh
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada
ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat
07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini
terletak di dukuh Berjo, desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini berjarak
kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari
Surakarta. Kurang lebih 4 kilometer mendaki gunung Lawu lagi, terdapat
situs Candi Cetho.
Dari titik terakhir yang bisa dijangkau kendaraan roda empat (mobil/bis),
wisatawan masih harus menempuh perjalanan sejauh 1,9 km untuk mencapai
Candi Sukuh. Kecuali jika wisatawan membawa kendaraan roda dua (motor)
sendiri, akan lebih enak untuk menyewa ojek, dikarenakan jalannya yang
sangat menanjak. Namun jangan khawatir, wisatawan tidak perlu repot-repot
bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan harga dengan tukang ojek. Di sini
terpampang jelas tarif resmi ojek ke berbagai tujuan. Untuk ke Candi Sukuh
Denah Candi Sukuh.
Gambar 1. Denah Candi Sukuh
(photo: silhouette@navigasi.net)
Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), semakin ke
belakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada
gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi
gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan
commit to user
phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang
mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang
melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Dewi Parwati).
a. Teras Pertama
Pada teras pertama terdapat pintu gerbang (gapura) utama. Bentuk
gapuranya amat unik yakni dibuat miring seperti trapezium, layaknya
pylon (gapura pintu masuk ke tempat suci) di Mesir. Pada sisi gapura
sebelah utara terdapat relief “manusia ditelan raksasa” yakni sebuah
“sengkalan rumit” yang bisa dibaca “Gapura buta mangan wong “ (gapura
raksasa memakan manusia). Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5,
mangan karakternya 3, dan wong mempunyai karakter 1.
Jadi candrasangkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun
1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Dilantai
dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus (penis)
berhadapan dengan vagina dengan di kelilingi oleh kalungan sperma.
Sepintas relief ini mempunyai kesan porno, namun relief ini mengandung
makna yang mendalam, lingga-yoni ini merupakan lambang kesuburan.
Relief tersebut dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar
siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di
kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Relief-relief yang ada di
Candi Sukuh tersebut merupakan suatu sengkalan yang cukup rumit yaitu :
“Wiwara Wiyasa Anahut Jalu“. Wiwara artinya gapura yang suci dengan
karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk” dengan karakter
5, Anahut (mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1.
Jadi bisa di ketemukan angka tahun 1359 Saka.
b. Teras kedua
Gapura yang terletak di teras kedua kondisinya telah rusak. Di kanan
dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau
dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi.
Gapura sudah tidak memiliki atap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak
pathjung-patung. Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan
Ganesya dengan tangan yang memegang ekor.
Relief ini terdapat sebuah candrasangkala pula yang dalam bahasa
Jawa berbunyi “gajah wiku anahut buntut”, artinya dalam bahasa
Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki
makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau
tahun 1456 Masehi. Jika angka tahun ini benar menunjukkan
pembangunan gapura ini, maka ada selisih hampir duapuluh tahun antara
commit to user
yang lebih luas. Terdapat jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan
relief yang menggambarkan peristiwa sosial yang menonjol di masyarakat
sekitar pada saat pembangunan Candi Sukuh, relief ini disebut relief Pande
Besi. Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di
depan tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai
“ububan” (peralatan mengisi udara pada pande besi). Pande besi adalah
pengrajin yang membuat peralatan untuk menunjang kehidupan, seperti
alat-alat pertanian, alat rumah tangga dan lain-lain.
c. Teras ketiga
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan
beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.
Apabila ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan
berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya
harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini
sengaja dibuat demikian, sebab candi induk yang mirip dengan bentuk
vagina ini, memang dibuat untuk menguji keperawanan para gadis.
Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya,
maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak
perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang
duduk dengan kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam
seperti keris, tumbak dan pisau. Trap Ketiga ini trap tertinggi yang
merupakan trap paling suci. Tepat di bagian tengah candi utama terdapat
sebuah bujur sangkar yang merupakan tempat menaruh sesajian, untuk
membakar kemenyan, dupa dan hio.
Dengan struktur bangunan seperti ini, Candi Sukuh dikatakan
menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku
arsitektur Hindu Wastu Widya diterangkan bahwa bentuk candi harus
bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang ditengah
itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikwal Candi Sukuh ternyata
menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang
mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu
sudah memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli
Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori jaman
Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia
tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candhi Sukuh ini.
Karena trap ketiga ini trap paling suci, maka ditempat ini banyak
terdapat petilasan-petilasan. Seperti halnya trap pertama dan kedua,
pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh jalan setapa yang terbuat dari
commit to user prasejarah jaman Megalithic.
Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian
relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah
diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Sudamala adalah
salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut
Sudamala (suda artinya: bersih, mala berarti: dosa) sebab Sadewa telah
berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara
Guru karena perselingkuhannya.
Sadewa berhasil “ngruwat ” Bethari Durga yang semula adalah raksasa
betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya
yang semula, yakni seorang bidadari di kayangan dengan nama bethari
Uma Sudamala. Sehingga cerita Sudamala ini kemudian disebutkan dalam
sebuah buku / kidung, yakni Kidung Sudamala.
Urutan relief dalam fragmen Sudamala adalah sebagai berikut:
1) Relief pertama
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara
kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa
Lima. Keduanya adalah putra Prabu Pandu dari istrinya yang kedua,
Dewi Madrim. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa
dari Pandu, yaitu: Yudhistira, Bima dan Arjuna.
Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan
diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan
Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga
disertai seorang punakawan. Relief ini menggambarkan ketika Dewi
Kunthi meminta pada Sadewa agar mau “ngruwat” Bethari Durga
namun Sadewa menolak.
2) Relief kedua
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah
berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah
mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalanjaya
menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan
membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalanjaya adalah jelmaan
bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga
harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk.
Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan
pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya
terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang
commit to user diusir dari sorga karena pelanggaran.
3) Relief ketiga
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama
punakawan-nya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama
Tambrapetra dan putrinya Ni Pradapa di pertapaan Prangalas. Atas
perintah Batari Durga yang telah dibebaskannya, Sadewa harus
mengawini anak seorang pendeta buta. Pertapa buta itu pun
disembuhkannya dari kebutaan.
4) Relief keempat
Relief keempat menggambarkan Sadewa berhasil “ngruwat”
Sang Durga. Sadewa kemudian diperintah pergi kepertapaan
Prangalas, di situ Sadewa menikah dengan Dewi Pradapa. Adegan di
sebuah taman indah tempat sang Sadewa sedang bercengkerama
dengan Tambrapetra dan putrinya Dewi Pradapa serta seorang
punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan
Relief ini melukiskan adegan adu kekuatan antara Bima dan
kedua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Bima dengan kekuatannya
yang luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk
dibunuh dengan kuku pancanakanya.
Pada sebelah selatan jalan batu ada terdapat candi kecil, yang
didalamnya terdapat arca dengan ukuran yang kecil pula. Di lokasi ini
terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita
pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab
pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah
prasasti yang menandai tahun saka 1363.
Cerita ikwal Garudeya adalah sebagai berikut: Garuda
mempunyai ibu bernama Winata yang menjadi budak salah seorang
madunya yang bernama Dewi Kadru. Dewi Winata menjadi budak
Kadru karena telah kalah bertaruh tentang warna ekor kuda
uchaiswara. Dewi Kadru menang dalam bertaruh sebab dengan curang
dia menyuruh anak-anaknya yang berwujud ular naga yang berjumlah
seribu yang menyemburkan bisa-bisanya di ekor kuda Uchaiswara
sehingga warna ekor kuda berubah hitam. Dewi Winata dapat diruwat
Sang Garuda dengan cara memohon “tirta amerta” (air kehidupan)
commit to user
kehidupan) di dekat candi kecil terdapat kura-kura yang cukup besar
sejumlah tiga ekor sebagai lambang dari dunia bawah yakni dasar
Gunung Mahameru, ini berkaitan dengan kisah suci agama Hindhu
yakni “samudra samtana” yaitu ketika Dewa Wisnu menjelma
menjadi kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain
mencari air kehidupan (Tirta Perwita Sari).
Bentuk kura-kura ini menyerupai meja yang kemungkinan
didesain sebagai tempat menaruh untuk sesajian. Sebuah piramida
yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang
diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta
Amerta (kisah Pemutaran Laut Mencari Amerta).
d. Bangunan Dan Patung Lainnya
Di komplek candi induk terdapat sebuah prasasti yang menyiratkan
bahwa candi Sukuh dalam candi untuk Pengruwatan, yakni prasasti yang
diukir dipunggung relief sapi. Sapi tersebut digambarkan sedang
menggigit ekornya sendiri dengan kandungan sengkalan rumit: “Goh wiku anahut buntut” maknanya tahun 1379 Saka. Sengkalan ini makna tahunnya
persis sama dengan makna prasasti yang ada dipunggung sapi yang
artinya kurang lebih demikian: untuk diingat-ingat ketika bersujud di
sama dengan ruwatan di sini yaitu kata: “pawitra” yang artinya pemandian
suci. Di kompleks Candi Sukuh tidak terdapat pemandian atau kolam
pemandian maka pawitra dapat diartikan air suci untuk “ngruwat” seperti
halnya kata “tirta sunya”. Tempat suci untuk pengruwatan, seperti yang
sudah diutarakan, dengan bukti-bukti relief cerita Sudamala, Garudeya
serta prasasti-prasasti, maka dapat dipastikan candi Sukuh pada jamannya
adalah tempat suci untuk melangsungkan upacara-upacara besar (ritus)
ruwatan.
Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta
relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng
(babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan
kaum bangsawan berwahana gajah untuk sarana transportasi. Bentuk
bangunan lain adalah relief tapal kuda yang menggambarkan dua sosok
manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu
sama lain.
Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim
seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok
sebelah kanan melambangkan kebajikan. Kemudian ada sebuah bangunan
kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengah
commit to user
Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang
merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan)
yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata.
Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti.
Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut
di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan
bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai
meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh
sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan
Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk
lautan mencari tirta amerta.
2) Kegunaan Candi Sukuh
Candi Sukuh dibangun pada abad XV mempunyai banyak
fungsi bagi pemeluk agama Hindu baik untuk tempat upacara
keagamaan atau pemujaan. Adapun kegunaan candi tersebut yaitu :
1. Sebagai Tempat Pemujaan
Menurut cerita jika umat Hindu sedang melakukan pemujaan
Bila ada seorang wanita Hindu yang akan melangsungkan
pernikahan, maka untuk membuktikan bahwa ia masih perawan
atau tidak dapat dilakukan di candi ini tepatnya pada gapura
pertama. Caranya yaitu wanita harus berdiri di depan relief Lingga
yang kemudian melangkahkan kaki melewati relief tersebut, maka
ada dua kemungkinan bila wanita itu msih suci, maka segala
pakaian yang menutupi bagian terpenting akan sobek dan
mengeluarkan darah tapi bila wanita itu sudah tidak suci, maka
pakaian yang dikenakan akan tetap utuh dan tidak mengeluarkan
darah meski diulang berkali-kali.
Di lantai dapat dilihat dengan adanya relief Lingga (alat
kelamin laki-laki) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni (alat
kelamin perempuan), mungkin suatu gambaran yang ada
hubungannya dengan kenyataan bahwa Candi Sukuh dengan relief
alat kelamin itu bertalian upacara-upacara kesuburan.
(Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sukuh.html. (diakses pada tanggal
commit to user 1. Potensi Candi Sukuh Melalui Analisis 4A
Kawasan Candi Sukuh mempunyai potensi yang sangat baik dan bagus
untuk prospek kedepan. Selain didukung oleh latar belakang lingkungan yang
sangat menarik juga didukung dengan jaraknya yang berdekatan dengan objek
wisata Candi Cetho, serta Objek wisata Candi Sukuh ini mempunyai kekayaan
yang berlimpah yang dapat diolah sebagai:
a. Attraction ( Daya Tarik Wisata )
Candi Sukuh merupakan satu-satunya candi yang erotik dan unik di
Indonesia, hampir menyamai candi yang ada di Guatemala (AS),
berbentuk limas terpotong yang merupakan gambaran keterbatasan ilmu
manusia, dibangun pada abad 15. Bangunan Candi Sukuh memberikan
kesan kesederhanaan yang menyolok pada para pengunjung. Kesan yang
didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari
candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan