• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Implementasi Kurikulum 2013

“Kurikulum” merupakan istilah yang yang banyak ditsfsirkan secara berbeda oleh para ahli dalam bidang pengembangan kurikulum. Penafsiran tersebut diartikan berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan point of view dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Secara etimologis, kurikulum adalah terjemahan dari kata bahasa inggris curriculum yang berarti rencana pembelajaran.7 Pendapat lain mengatakan istilah kurikulum berasal dari bahas latin yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start

hingga finish. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah”. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.8 Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

6

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), h. 70

7

Evelyn Siregar dan Hartini nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 61

8

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidian Nasional, mendefinisikan Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.9 Dari pengertian tersebut, kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.

Menurut para ahli, kurikulum berarti:

1) Ronald C Doll mengatakan, “Kurikulum sekolah adalah isi dan proses formal maupun nonformal yang mengantarkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Selain itu, peserta didik mengalami perkembangan keterampilan, perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah lembaga pendidikan”.

2 ) J Galen, William M Alexander, dan Arthur J Lewis

menyimpulkan, “Kurikulum merupakan perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran agar seseorang menjadi lebih terdidik”.

3) Danniel Tanner mengatakan, “Kurikulum merupakan rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan sekolah atau perguruan tinggi. Tujuannya, peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya”.10

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah kumpulan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara teoritis maupun praktik selama mengikuti suatu proses pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum lebih bersifat pragmatis karena hanya menyediakan bekal pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

9

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

10

Sholeh Hidayat,Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h.19.

pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Implementasi Kurikulum

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Secara sederhana implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran.11

Implementasi kurikulum adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang/didesain. Dalam implementasi kurikulum, dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan kuat dalam pelaksanaanya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang.12

Ruang lingkup implementasi kurikulum lebih lengkap adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).13 Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal

11

Kusnandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 211.

12

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 5.

13

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 5.

warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Menurut Ahmad Yani berpendapat, “Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter”. Mindset ini yang harus disadari sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan kurikulum 2013.14 Kurikulum 2013 menganut : (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.15 Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

a. Landasan Filosofis Kurikulum 2013

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.16

14

Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 54.

15

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 6.

16

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 4-5.

b. Landasan Yuridis Kurikulum 2013

Landasan yuridis Kurikulum2013 adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

3) Undang undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.17

Berdasarkan landasan yuridis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

c. Karakteristik kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum KTSP Tahun 2006. Pada kurikulum 2013 pengembangan karakter siswa berlangsung disemua sisi kehidupan yang dijalaninya di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya. Adapun karakteristik kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

17

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 5.

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).18

d. Model Pembelajaran Saintifik Dalam Konteks Kurikulum 2013

Model pembelajaran proses santifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data,

18

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 3.

dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih berpendapat, Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.19 Pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber.

Barringer berpandangan bahwa pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.20 Pembelajaran tersebut akan melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah kompleks melalui kegiatan curah pendapat, berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian, dan membangun konseptualitas pengetahuan.

Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran saintifik proses dikembangkan dengan berdasar pada konsep penelitian ilmiah. Hal ini berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan.

Ada beberapa karakteristik khusus dalam penerapan model pembelajaran saintifik, yaitu antara lain sebagai berikut:

19

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 29.

20

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 125.

1) Objektif artinya pembelajaran senantiasa dilakukan atas objek tertentu dan siswa dibiasakan memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut.

2) Faktual artinya pembelajaran senantiasa dilakukan terhadap masalah- masalah faktual yang terjadi di sekitar siswa sehingga siswa dibiasakan untuk menemukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3) Sistematis artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang sistematis dan tahapan belajar ini berfungsi sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran.

4) Bermetode artinya dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran ilmiah tertentu yang sudah teruji keefektifannya.

5 ) Cermat dan tepat artinya pembelajaran dilakukan untuk membina kecermatan dan ketepatan siswa dalam mengkaji sebuah fenomena atau objek belajar tertentu.

6) Logis artinya pembelajaran senantiasa mengangkat hal masuk akal. 7) Aktual yakni bahwa pembelajaran senantiasa melibatkan konteks

kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna.

8) Disinterested artinya pembelajaran harus dilakukan dengan tidak memihak melainkan benar-benar didasarkan atas capaian belajar siswa yang sebenarnya.

9) Unsupported opinion artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk menumbuhkan pendapat atau opini yang tidak disertai bukti-bukti nyata.

10)Verikatif artinya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat diverifikasi kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.21

21

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 125.

Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik

a) Inquiry Learning

b) Discovery learning

c) Problem based learning

d) Project based learning.22

e. Langkah Implementasi Saintifik Dalam Pembelajaran

Model pembelajaran saintifik diartikan sebagai model pembelajaran yang dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran merupakan asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian pendekatan ini, Kemendiknas menyajikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

a) Menempuh objek apa yang akan diobservasi.

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

22

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 130.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus

menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.23 3) Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non-ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan associating; bukan merupakan terjemahan dari

reasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.

23

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 136-137.

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang ata hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

4) Mencoba

Untuk memperoleh hasil yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagi ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; c) mempelajari dasar

teoretis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; d) melakukan dan mengamati percobaan; e) mencatat fenomena yang

percobaan; dan g) membuat laporan dan simpulan dan mengomunikasikan hasil percobaan.24

5) Menganalisis Data dan Menyimpulkan

Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan. Berdasarkan pengkajian ini, data tersebut selanjutnya dimaknai. Proses pemaknaan data ini melibatkan penggunaan sumber-sumber penelitian lain atau pengetahuan yang sudah ada. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Kesimpulan biasanya harus menjawab rumusan masalah yang dijadikan sebelumnya. 6) Mengkomunikasikan

Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan dan menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

f. Hakikat RPP Menurut Kurikulum 2013

Dalam dunia pendidikan, istilah RPP sudah tidak asing lagi, bahkan RPP adalah sebuah kewajiban yang harus dibuat oleh setiap guru yang mengampu atau mengajari mata pelajaran. RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran Kurikulum 2013 disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai

24

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 139.

pedoman atau pegangan pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. RPP dikembangkan melalui silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi yang diinginkan.

Adapun manfaat menyusun RPP adalah :

1) Sebagai panduan dan arahan proses pembelajaran

2) Untuk memprediksi keberhasilan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran

3) Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi 4) Untuk memanfaatkan sumber belajar secara optimal

5) Untuk mengorganisir kegiatan pembelajaran secara sistematis.25 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Tanpa adanya komponen tersebut proses pembelajaran tidak bisa tercapai dengan baik. Dengan adanya tujuan pembelajaran guru dapat membuat siswa mampu mencapai pelajaran yang akan disampaikan.26

g. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam Konteks Kurikulum 2013

Proses pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun guru agar siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran ini nantinya akan digunakan sebagai alat pemandu bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perencanaan pembelajaran haruslah lengkap, sistematis, mudah diaplikasikan, namun tetap fleksibel dan akuntabel. Penyusunan perencanaan pembelajaran harus tepat dilakukan guru karena perencanaan pembelajaran memiliki fungsi yang sangat strategis bagi pembelajaran.

25

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013, (Kata Pena, 2014), h. 1.

26

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013, (Kata Pena, 2014), h. 2.

Beberapa fungsi perencanaan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan pembelajaran merupakan dokumen adminintratif yang berfungsi sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran. 2) Perencanaan pembelajaran merupakan wahana bagi guru untuk

merancang pembelajaran sistematis, prosedural, dan apik.

3) Perencanaan pembelajaran merupakan alat awal yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.27

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di bawah ini.

a) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan. b) Identitas mata pelajaran atau sub tema/subtema. c) Kelas/semester.

d) Materi pokok

e) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan

27

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 287-299

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silbus dan KD yang harus dicapai.

f) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

h) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip. Dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. i) Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

j) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

k) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui

tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. m) Penilaian hasil pembelajaran.28

Dalam menyusun RPP hendaknya memeperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Perbedaan individual pesera didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, otesi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.

(2) Partisipasi aktif peserta didik.

28

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 294

(3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

(4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. (5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat

rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

Dokumen terkait