• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global

Kota Bekasi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Marwiyah Daulay NIM: 1812011000079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi).” Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Kata kunci: persepsi guru, mata pelajaran PAI, kurikulum 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 pada Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan persepsi guru serta faktor penghambat dan pendukung dalam Implementasi Kurikulum di sekolah. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-May 2016 di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi.

Metodologi penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat, sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada skripsi ini dilakukan dengan cara: 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yakni kepala sekolah dan guru-guru PAI. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis mengamati Proses pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan cara observasi langsung ke sekolah. Selain itu penulis terlibat langsung dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

(7)

Perception about the Implementation of Curriculum of 2013 (A Case Study in Elementary School of Teratai Putih Global Kota Bekasi).” A thesis of Islamic Education Program study Islam, Faculty of Education and Teacher Training Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Keywords: perception of teachers, subjects PAI, curriculum of 2013

This study aims to determine the perception of teachers on the implementation of the curriculum of 2013 on the subjects of Islamic Religious Education in the Islamic Primary Schools Teratai Putih Global kota Bekasi. This thesis is intended to determine the implementation of Curriculum of 2013 at the Islamic Education related to the perception of teachers as well as inhibiting factors and supporting the implementation the curriculum in schools. This study was conducted during January-May 2016 at Islamic Primary School Teratai Putih Global kota Bekasi.

The methodology used in this research is using qualitative approach with descriptive method that aims to depict or describe a systematic, factual, and accurate, in accordance with the facts on the ground. Data collection techniques performed in this thesis done by: 1) interview, 2) observation, 3) documentation. In this case, the authors conducted interviews with several sources such as principals and religion teachers. To obtain the required information on this study, the researcher observed the process of the implementation of Curriculum of 2013 directly to the school. Moreover, the authors were directly involved in the implementation of Curriculum of 2013 to obtain more accurate information.

(8)

ii

Alhamdullillahi Robbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah–Nya, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahillyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan .

Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program SI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Desmaliza M.Si, M.Ed. Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang

dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaannya penulisan skripsi ini.

6. Dindin Ridwanudin, M.Pd. Selaku pengelola DMS PAI dan PGMI.

(9)

iii

9. Segenap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD Islam Teratai Putih Global (Bp. Saik Nur Mustaqim, Bp. Safparudin, Bp. Didi Supriadi dan Ibu Siti Mahmudah) yang sangat banyak memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

10.Segenap dewan guru Waka kurikulum, Waka kesiswaan, Staf T.U dan karyawan SD Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

11.Ashari Siregar, suami tercinta dan ananda Azmi Habiburrahman Siregar, yang sangat setia dan sabar membantu proses penulisan skripsi ini serta memberikan motivasi yang besar dalam do’a dan sujudnya.

12.Orang tua tercinta, Ibu Longayan Hasibuan dan Abang Arisan Fahlemi yang telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan baik moril, materil maupun spiritual Karena do’a dan cinta kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh kesempatan belajar sampai saat ini.

13.Siswa siswi SD Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi, yang telah memberikan kesempatan, bantuan dan do’a kepada penulis .

14.Sahabat-sahabatku DMS PAI angkatan 2012 di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas bantuan dan doanya .

(10)

iv

Akhirnya, saya mohon dibukakan pintu maaf apabila penulisan skripsi ini terdapat hal – hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, 16 Juni 2016

(11)

v HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI UJI REFERENSI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. .. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 8

1. Persepsi ... 8

a. Pengertian Persepsi ... 8

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi……... 9

2. Implementasi Kurikulum 2013 ... 10

a. Pengertian Kurikulum ... 10

(12)

vi

b. Landasan Yuridis Kurikulum 2013 ... 14

c. Karakteristik Kurikulum 2013……… .. 14

d. Model Pembelajaran Saintifik dalam Konteks Kurikulum 2013 ... 15

e. Langkah Implementasi Saintifik dalam Pembelajaran……… . 18

f. Hakikat RPP Menurut Kurikulum 2013………. ... 21

g. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam Konteks Kurikulum 2013………. ... 22

h. Langkah-Langkah Pengembangan RPP………. ... 28

4. Penilaian dalam Kurikulum 2013……….. 29

5. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti………… .. 36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………... .... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian………... 42

C. Unit Analisis ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Instrumen Penelitian... 45

F. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 48

1. Profil Singkat SD Islam Teratai Putih Global ... 48

2. Sejarah Singkat SD Islam Teratai Putih Global ... 50

(13)

vii

B. Hasil Wawancara ………... ... 61

1. Kurikulum 2013………... 61

2. Penilaian Autentik……… ... 62

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………. ... 63

4. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ……… .... 64

5. Temuan Penelitian ……… . 64

C.Pembahasan ……….. 67

1. Perencanaan Penilaian……… . 67

2. Pelaksanaan Penilaian……… . 69

3. Pengolahan Data……… .. 73

4. Pelaporan Hasil Penilaian………. ... 74

5. Penggunaan Hasil Penilaian………. ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 77

B. Saran-saran ... 78

C.Implikasi……… 78

(14)

viii

DAFTAR TABEL

NO. URAIAN HAL

[image:14.595.110.517.172.542.2]
(15)

ix 1. Lampiran Uji Referensi.

2. Lampiran Hasil Observasi. 3. Lampiran Hasil Wawancara. 4. Lampiran Foto-foto Penelitian.

5. Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

6. Lampiran Surat Keterangan dari SDI Teratai Putih Global. 7. Lampiran Surat Bimbingan Skripsi.

8. Lampiran Surat Izin Penelitian.

(16)
(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur paling penting dalam membina masa depan generasi muda suatu bangsa. Secara spesifik, Undang-undang No. 22 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan mempunyai fungsi mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik agar mereka dapat berkepribadian santun dan berakhlak mulia serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab.1 Melalui proses pendidikan yang terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, diharapkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga tercipta sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

Namun demikian, untuk menciptakan anak yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis tidak mudah. Pembaharuan dalam pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adanya perubahan di zaman global ini tentunya menuntut berbagai perubahan pula dalam pendidikan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan cara pandang dari kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global, pola pergaulan masyarakat dari kohesi sosial berubah menjadi partisipasi demokratis, dan yang lebih penting lagi adanya perubahan pengutamaan pertumbuhan ekonomi menjadi kearah perkembangan kemanusiaan. Semua itu sesuai pula dengan prinsip UNESCO tentang dua basis landasan pendidikan, yang pertama bahwa pendidikan harus memiliki empat pillar: belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup

1

(18)

dalam kebersamaan (learning to live together), dan yang kedua, adanya pembelajaran seumur hidup.2

Selain itu, globalisasi juga telah menembus batas-batas ruang dan waktu. Dinamika yang demikian cepat di bidang teknologi dan informasi, menuntut tindakan antisipasi dan adaptasi yang cepat. Perkembangan sosial budaya, pengetahuan, dan teknologi, telah membawa kehidupan siswa pada suatu tahapan kehidupan yang lebih cepat dari usianya. Karena itu, kurikulum sebagai acuan pembelajaran dalam pendidikan seharusnya bertujuan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi di era globalisasi ini, misalnya dengan membentuk siswa yang berkarakter, berakhlak mulia, bertanggung jawab, pantang menyerah, dan berjiwa nasionalisme.

Sejak masa kemerdekaan kurikulum telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu sejak tahun 1947 sampai tahun 2013. Ada sembilan kali perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947 disebut kurikulum Rencana Pelajaran, tahun 1952 berubah menjadi Rentjana Pelajaran Terurai, di tahun 1964 bernama Rentjana Pendidikan, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 yang bernama CBSA, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 yang bernama KBK, Kurikulum 2006 yang bernama KTSP dan yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan ini didasari oleh kehidupan yang semakin maju, dan dunia pendidikan yang semakin berkembang sehingga dibutuhkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan zaman.3

Namun demikian, sebagus apapun kurikulum, tanpa ditunjang faktor lain seperti guru, misalnya, maka tujuan kurikulum tidak mungkin tercapai secara maksimal. Mulyasa berpendapat bahwa apapun model dan corak kurikulum perlu didukung oleh guru yang professional dibidangnya. Karena itu, penerapan kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan cita-cita pendidikan.

2

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), h.2.

3

(19)

Sebagai tenaga pendidikan dan kependidikan, guru juga ditantang untuk menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan karena masyarakat memandang kurikulum belum membawa perubahan besar terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan dan kreativitas. Karena itu, untuk suksesnya pelaksanaan Kurikulum 2013 diperlukan guru professional yang bisa merencanakan, melaksanakan, melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan jaminan mutu dan pertanggungjawaban akan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswanya.4 Seorang guru juga hendaklah terus meningkatkan kemampuan, keahlian dan kualitas dirinya dalam hal belajar dan mengajar sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al Mujaadilah ayat 11 sebagai berikut:



















Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Pelaksanaan kurikulum 2013 yang telah berlangsung secara serentak pada tahun 2014 ditingkat sekolah dasar dan menengah sesungguhnya memberikan posisi yang sangat penting bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran kendati adanya pengurangan peran dan fungsi guru terutama yang berkaitan dengan hal administratif. Guru tidak dituntut untuk menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator hasil belajar yang memusingkan, dan membuat silabus, namun cukup membuat perencanaan singkat tentang pembelajaran yang akan dilaksanakannya

4

(20)

berdasarkan buku pedoman guru, buku pedoman peserta didik dan standar nasional pendidikan yang semuanya telah disiapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi. Guru hanya perlu memahami mengenai Kompetensi Inti (KI) yang memiliki empat kategori kemampuan: sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4). Poin penting kurikulum ini terletak pada pembentukan sikap atau karakter sehingga sering disebut juga kurikulum berbasis karakter, yaitu menjadikan karakter sebagai fondasi pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan pusat pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

Dalam melakukan penilaian, guru harus membuat penilaian yang utuh dan komprehensif dalam hal sikap, keterampilan maupun kognitif setiap siswa.5 Kesimpulannya, guru adalah pelaksana dari suatu kurikulum karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ”guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Karena hal inilah, kiranya persepsi guru besar pengaruhnya dalam keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013. Persepsi seseorang tentang sesuatu akan mempengaruhi perilakunya terhadap objek atau peristiwa yang dialaminya. 6 Oleh karena itu, persepsi guru yang baik tentu akan berpengaruh positif dalam menunjang keterlaksanaan Kurikulum 2013.

Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan pada tahun 2013, dengan menunjuk beberapa sekolah percontohan. Pada tahun pertama kelas yang melaksanakan adalah kelas 1 dan 4. Kemudian pada tahun 2014 semua sekolah mulai menerapkan kurikulum 2013. Pada tahun 2014 kelas yang melaksanakan kurikulum 2013 adalah kelas 1,2,4, dan 5. Namun implentasi kurikulum ini menimbulkan pro dan kontra.

5

Ibid, h. 3

6

(21)

Dalam penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Desember 2015 di Sekolah Dasar yang telah melaksanakan kurikulum 2013, ditemukan bahwa banyak guru yang masih merasa bingung dengan pemberlakuan kurikulum 2013. Pada tahun 2015 pemerintah menghentikan pelaksanaan dari kurikulum 2013, hal ini berlaku untuk sekolah yang merasa belum siap untuk melaksanakan kurikulum 2013, sementara untuk sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester/sekolahan percontohan untuk kurikulum 2013 diwajibkan menggunakan kurikulum ini. Namun sekolah yang merasa sudah mampu melaksanakan kurikulum 2013 boleh melanjutkan kurikulum tersebut.

Namun demikian apakah guru benar-benar telah siap dengan penerapan kurikulum 2013 tersebut perlu penjelasan lebih lanjut karena setiap guru bereaksi secara berbeda terhadap implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini bermaksud menelaah lebih lanjut mengenai persepsi guru PAI terhadap implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka ada beberapa masalah yang berhubungan dengan fokus penelitian ini, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman guru PAI tentang Kurikulum 2013 yang belum holistik, terbukti dengan munculnya berbagai masalah dan keluhan dalam penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah.

2. Tidak adanya buku pedoman yang jelas mengenai penerapan Kurikulum 2013 di sekolah.

3. Guru merasa terbebani dengan proses pembelajaran yang menggunakan Kurikulum 2013 yang dianggap sangat kompleks sehingga banyak di antara mereka yang menolak.

(22)

5. Orang tua mengeluh terhadap penerapan Kurikulum 2013 yang dianggap terlalu rumit.

6. Dalam proses belajar mengajar guru lebih pasif.

7. Kompetensi guru rendah dalam hal kurangnya keahlian dalam bidang Informasi dan teknologi.

8. Sosialisasi mengenai penerapan Kurikulum 2013 di sekolah dan masyarakat masih sangat kurang.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan berbagai masalah yang ada, maka dapat ditarik beberapa pembatasan masalah dalam pengimplementasian Kurikulum 2013. Penelitian ini, hanya dibatasi pada implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun implementasi Kurikulum 2013 yang di maksud disini adalah guru mampu mempersiapkan administrasi pembelajaran seperti, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan kelas serta Instrumen Penilaian. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar yang menerapkan Kurikulum 2013 di kota Bekasi yaitu Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah persepsi guru PAI terhadap implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi?”

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(23)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian antara lain:

a. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama manajemen pendidikan, khususnya dalam implementasi penerapan Kurikulum 2013 di sekolah bagi guru PAI di Sekola Dasar.

c. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi:

1) Kepala sekolah/bidang kesiswaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan pembenahan sehingga tercipta suasana baru yang lebih kondusif dan diharapkan mampu memberikan salah satu bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa di Sekolah Dasar.

2) Pendidik dan tenaga kependidikan khususnya Pendidikan Agama Islam, mengetahui usaha-usaha yang perlu/dapat dilakukan dalam penerapan konsep Kurikulum 2013.

(24)

8

A.

Kajian Teori

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi banyak digunakan dalam bidang psikologi. Secara etimologi, persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu perception yang artinya tanggapan, daya untuk memahami sesuatu. Secara terminologi sebagaimana dinyatakan Purwodarminto, “Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan”.1 Sedangkan menurut Bimo Walgito, “Persepsi merupakan suatu proses yang dialami oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris”.2

Menurut Asrori, “Persepsi merupakan proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil

dari proses belajar dan pengalaman.”.3 Dari pengertian persepsi tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga unsur dalam persepsi, yaitu interprestasi, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang datang dan kemudian ditanggapi.

Menurut Slameto “Persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya pesan/informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”.4

1

Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 759

2

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), h. 22

3

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.214

4

(25)

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan”.5 Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bawa persepsi adalah tanggapan seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang dialaminya dan juga dilihatnya. Dalam penelitian ini, persepsi guru PAI berarti tanggapan guru PAI terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 di sekolah.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

3) Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

5

(26)

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.6

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Karena hal ini, penting untuk mengetaui lebih dalam bagaimana persepsi guru PAI mengenai implementasi kurikulum 2013.

2. Implementasi Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum

“Kurikulum” merupakan istilah yang yang banyak ditsfsirkan secara berbeda oleh para ahli dalam bidang pengembangan kurikulum. Penafsiran tersebut diartikan berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan point of view dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Secara etimologis, kurikulum adalah terjemahan dari kata bahasa inggris curriculum yang berarti rencana pembelajaran.7 Pendapat lain mengatakan istilah kurikulum berasal dari bahas latin yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start hingga finish. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah”. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.8 Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

6

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), h. 70

7

Evelyn Siregar dan Hartini nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 61

8

(27)

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidian Nasional, mendefinisikan Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.9 Dari pengertian tersebut, kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.

Menurut para ahli, kurikulum berarti:

1) Ronald C Doll mengatakan, “Kurikulum sekolah adalah isi dan proses formal maupun nonformal yang mengantarkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Selain itu, peserta didik mengalami perkembangan keterampilan, perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah lembaga pendidikan”.

2 ) J Galen, William M Alexander, dan Arthur J Lewis menyimpulkan, “Kurikulum merupakan perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran agar seseorang menjadi lebih terdidik”.

3) Danniel Tanner mengatakan, “Kurikulum merupakan rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan sekolah atau perguruan tinggi. Tujuannya, peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya”.10

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah kumpulan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara teoritis maupun praktik selama mengikuti suatu proses pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum lebih bersifat pragmatis karena hanya menyediakan bekal pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

9

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

10

(28)

pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Implementasi Kurikulum

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Secara sederhana implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran.11

Implementasi kurikulum adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang/didesain. Dalam implementasi kurikulum, dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan kuat dalam pelaksanaanya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang.12

Ruang lingkup implementasi kurikulum lebih lengkap adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).13 Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal

11

Kusnandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 211.

12

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 5.

13

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs.,

(29)

warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Menurut Ahmad Yani berpendapat, “Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter”. Mindset ini yang harus disadari sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan kurikulum 2013.14 Kurikulum 2013 menganut : (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan

pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.15 Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

a. Landasan Filosofis Kurikulum 2013

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.16

14

Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 54.

15

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs., (Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 6.

16

(30)

b. Landasan Yuridis Kurikulum 2013 Landasan yuridis Kurikulum2013 adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

3) Undang undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.17

Berdasarkan landasan yuridis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

c. Karakteristik kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum KTSP Tahun 2006. Pada kurikulum 2013 pengembangan karakter siswa berlangsung disemua sisi kehidupan yang dijalaninya di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya. Adapun karakteristik kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

17

(31)

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).18

d. Model Pembelajaran Saintifik Dalam Konteks Kurikulum 2013 Model pembelajaran proses santifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data,

18

(32)

dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih berpendapat, Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.19 Pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber.

Barringer berpandangan bahwa pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.20 Pembelajaran tersebut akan melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah kompleks melalui kegiatan curah pendapat, berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian, dan membangun konseptualitas pengetahuan.

Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran saintifik proses dikembangkan dengan berdasar pada konsep penelitian ilmiah. Hal ini berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan.

Ada beberapa karakteristik khusus dalam penerapan model pembelajaran saintifik, yaitu antara lain sebagai berikut:

19

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 29.

20

(33)

1) Objektif artinya pembelajaran senantiasa dilakukan atas objek tertentu dan siswa dibiasakan memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut.

2) Faktual artinya pembelajaran senantiasa dilakukan terhadap masalah- masalah faktual yang terjadi di sekitar siswa sehingga siswa dibiasakan untuk menemukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3) Sistematis artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang sistematis dan tahapan belajar ini berfungsi sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran.

4) Bermetode artinya dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran ilmiah tertentu yang sudah teruji keefektifannya.

5 ) Cermat dan tepat artinya pembelajaran dilakukan untuk membina kecermatan dan ketepatan siswa dalam mengkaji sebuah fenomena atau objek belajar tertentu.

6) Logis artinya pembelajaran senantiasa mengangkat hal masuk akal. 7) Aktual yakni bahwa pembelajaran senantiasa melibatkan konteks

kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna.

8) Disinterested artinya pembelajaran harus dilakukan dengan tidak memihak melainkan benar-benar didasarkan atas capaian belajar siswa yang sebenarnya.

9) Unsupported opinion artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk menumbuhkan pendapat atau opini yang tidak disertai bukti-bukti nyata.

10)Verikatif artinya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat diverifikasi kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.21

21

(34)

Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik

a) Inquiry Learning b) Discovery learning c) Problem based learning d) Project based learning.22

e. Langkah Implementasi Saintifik Dalam Pembelajaran

Model pembelajaran saintifik diartikan sebagai model pembelajaran yang dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran merupakan asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian pendekatan ini, Kemendiknas menyajikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

a) Menempuh objek apa yang akan diobservasi.

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

22

(35)

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus

menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.23 3) Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non-ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan associating; bukan merupakan terjemahan dari reasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.

23

(36)

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang ata hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

4) Mencoba

Untuk memperoleh hasil yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagi ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; c) mempelajari dasar

teoretis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; d) melakukan dan mengamati percobaan; e) mencatat fenomena yang

(37)

percobaan; dan g) membuat laporan dan simpulan dan mengomunikasikan hasil percobaan.24

5) Menganalisis Data dan Menyimpulkan

Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan. Berdasarkan pengkajian ini, data tersebut selanjutnya dimaknai. Proses pemaknaan data ini melibatkan penggunaan sumber-sumber penelitian lain atau pengetahuan yang sudah ada. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Kesimpulan biasanya harus menjawab rumusan masalah yang dijadikan sebelumnya. 6) Mengkomunikasikan

Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan dan menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

f. Hakikat RPP Menurut Kurikulum 2013

Dalam dunia pendidikan, istilah RPP sudah tidak asing lagi, bahkan RPP adalah sebuah kewajiban yang harus dibuat oleh setiap guru yang mengampu atau mengajari mata pelajaran. RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran Kurikulum 2013 disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai

24

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,

(38)

pedoman atau pegangan pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. RPP dikembangkan melalui silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi yang diinginkan.

Adapun manfaat menyusun RPP adalah :

1) Sebagai panduan dan arahan proses pembelajaran

2) Untuk memprediksi keberhasilan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran

3) Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi 4) Untuk memanfaatkan sumber belajar secara optimal

5) Untuk mengorganisir kegiatan pembelajaran secara sistematis.25 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Tanpa adanya komponen tersebut proses pembelajaran tidak bisa tercapai dengan baik. Dengan adanya tujuan pembelajaran guru dapat membuat siswa mampu mencapai pelajaran yang akan disampaikan.26

g. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam Konteks Kurikulum 2013

Proses pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun guru agar siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran ini nantinya akan digunakan sebagai alat pemandu bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perencanaan pembelajaran haruslah lengkap, sistematis, mudah diaplikasikan, namun tetap fleksibel dan akuntabel. Penyusunan perencanaan pembelajaran harus tepat dilakukan guru karena perencanaan pembelajaran memiliki fungsi yang sangat strategis bagi pembelajaran.

25

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP yangSesuai Dengan Kurikulum 2013, (Kata Pena, 2014), h. 1.

26

(39)

Beberapa fungsi perencanaan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan pembelajaran merupakan dokumen adminintratif yang berfungsi sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran. 2) Perencanaan pembelajaran merupakan wahana bagi guru untuk

merancang pembelajaran sistematis, prosedural, dan apik.

3) Perencanaan pembelajaran merupakan alat awal yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.27

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di bawah ini.

a) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan. b) Identitas mata pelajaran atau sub tema/subtema. c) Kelas/semester.

d) Materi pokok

e) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan

27

(40)

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silbus dan KD yang harus dicapai.

f) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.

h) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip. Dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. i) Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

j) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

k) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui

tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. m) Penilaian hasil pembelajaran.28

Dalam menyusun RPP hendaknya memeperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Perbedaan individual pesera didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, otesi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.

(2) Partisipasi aktif peserta didik.

28

(41)

(3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

(4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. (5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat

rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

(6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

(7) Mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

(8) Penerapan tekhnologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013).

Berdasarkan prinsip-prinsip penyusun RPP tersebut, dapat

dikemukakan bahwa RPP yang dikehendaki kurikulum 2013 adalah RPP yang benar-benar mampu bersifat diferensial. Pembelajaran yang dikemas juga haruslah kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas- aktivitas siswa dibawah bimbingan, arahan, dan motivasi guru. Proses penyusunan RPP yang dapat digunakan untuk beberapa proses pembelajaran ini sangat bersesuaian dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dan relevan dengan model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam konteks kurikulum 2013.

(42)

Kedua hal yang harus diperhatikan ini secara tegas dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran SD/MI 35 menit, SMP/MTs 40 menit, SMA/MA 45 menit, dan SMK/MAK 45 menit.

b. Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

c. Pengelolaan kelas

1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. 2) Volume dan inotasi suara guru dalam proses pembelajaran

harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas, dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

4) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.29

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

a. Kegiatan pendahuluan.

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

2) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh perbandingan lokal, nasional, dan internasional;

29

(43)

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai; dan

5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan discovery atau pembelajaran yang menghasilakn karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang

pendidikan. 1) Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, mengahargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.

2) Pengetahuan

(44)

pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

3) Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyikapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (project based learning). c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

1) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajran yang telah berlangsung;

2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; 3) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian

tugas baik tugas individual maupun kelompok; dan

4) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.30

h. Langkah-langkah pengembangan RPP 1) Mengkaji Silabus

Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar umtuk satu mata pelajaran tertentu yang diajarkan selama satu semester.

30

(45)

Dalam Kurikulum 2013, secara umum tidak setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (Sikap kepada tuhan, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan).

2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Materi pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Utamanya materi pelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Ada beberapa jenis materi pelajaran yang dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a) Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama objek, peristiwa sejarah, nama tempat, nama orang, dan sebagainya.

b) Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang timbul sebagai hasil pemikiran meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti, dan sebagainya.

c) Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi tertentu serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.31

4. Penilaian Dalam Kurikulum 2013

Standar penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, yaitu kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, yang mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

31

(46)

semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Adapun Karakteristik penilaian kurikulum 2013, adalah sebagai berikut: a. Belajar tuntas (mastery learning)

Dalam pedoman pembelajaran tuntas yang diterbitkan oleh Direktorat pembinaan dinyatakan bahwa pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Dalam model yang paling sederhana, Carroll mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi.32

b. Penilaian Autentik

Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hargreaves dkk., (2001), penilaian autentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat mengunakan berbagai cara dan bentuk, antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan petunjuk observasi.33

Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi:

1) Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan.

2) Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.

32

Abdul Majid, Penilaian Autentik proses dan hasil belajar, (Bandung, PT. Rosdakarya, 2014), h. 218.

33

(47)

3) Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilaian.

4) Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

5) Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik.34

c. Penilaian Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan secara lama pembelajaran berlangsung, untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. d. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

e. Penilaian berdasarkan acuan kriteria

Maksudnya penilaian harus didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang diterapkan. Kemapuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal (KKM). Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Jadi, penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Berdasarkan lampiran Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

34

(48)

menilai, mulai dari proses hingga keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik (Authentic Assesment) mencakup ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.35

Ada beberapa karakteristik authentic assesment yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1) Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience). 2 ) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 3 ) Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi.

4 ) Lebih menekankan pada keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta/teori.36

Penilaian Autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tetang hasil belajar sswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum,2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002), yang mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembeajaran. Lebih lanjut Johnson mengatakan bahwa penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.37

Sesuai Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, prinsip penilaian autentik, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada butir-butir sebagai berikut:

a) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

35

Sunarti, Selly Rahmawati, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 5

36

Sunarti, Selly Rahmawati, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 7

37

(49)

b) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. c ) Ekonomis, berarti penelitian yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

f) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.38 Beberapa hal tentang KKM adalah:

(1) KKM tidak dicantumkan dalam rapor, melainkan pada buku penilaian guru.

(2) KKM maksimal 100%, KKM ideal 75%, Satuan Pendidikan dapat menentukan KKM di bawah KKM ideal dengan secara bertahap ditingkatkan.

(3) Peserta didik yang belum mencapai KKM, diberi kesempatan mengikuti program Remedial sepanjang semester yang bersangkutan.39

Penilaian kelas dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Sikap

Aspek sikap dapat dinilai dengan cara berikut: a. Observasi

Merupakan t

Gambar

Tabel 4.1   Guru PAI SDI Teratai Putih Global
Tabel 4.1 Mata Pelajaran Guru Pengajar Mulai
Tabel 4.2 Data siswa
Tabel 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan melihat pengaruh belanja modal, ukuran pemerintah daerah, intergovernmental revenue dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah

Kegiatan ini juga bertujuan menyamakan persepsi antara pihak sekolah dan orangtua, mengenai kegiatan belajar literasi media. Melalui seminar ini, diharapkan orangtua

JUDUL : UGM ANUGRAHI DOCTOR HC 2 PEMENANG NOBEL MEDIA : KEDAULATAN RAKYAT. TANGGAL : 11

Untuk mewujudkan sistem ini maka saat melakukan implementasi ada tiga jenis sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menggunakan aplikasi sistem informasi geografis

PLN LHP IH memiliki sistem Aplikasi Bank Garansi (ABG) yang telah dilindungi dengan anti virus. Sistem tersebut hanya dapat diakses oleh karyawan yang bersangkutan dalam

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Dataran rendah Australia terdapat di bagian tengah dan Selatan, tepatnya di sebelah Utara Teluk Australia Besar yang disebut dengan Dataran Nurlabor ( Nurlabor Plain ), di kawasan

Meskipun penyelenggaraan penuntutan atas perkara pidana pemilu pada dasarnya menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana / KUHAP (lex generalis) namun dalam UU