• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal Di Kabupaten Purworejo

Umum dan

B. Hasil Penelitian

4. Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal Di Kabupaten Purworejo

Penelitian tentang implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo membahas tentang tahap-tahap implementasi dan faktor-faktor yang menghambat

Kelo mpok P el Subb agian K

pelaksanaan dan pengawasan. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat implementasi program PAUD non formal yaitu komunikasi, sumber daya dan dukungan masyarakat atau publik.

Tahap-tahap implementasi program PAUD non formal, dapat dijelaskan sebagai berikut:

d. Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan suatu program atau kegiatan kepada warga masyarakat. Penyampaian sosialisasi dalam program PAUD non formal di kabupaten Purworejo sudah direncanakan sejak tahun 2002. Sampai tahun ini pun sosialisasi tentang program tersebut masih dilakukan. Sosialisasi ini lebih mengarah ke keberadaan PAUD non formal karena keberadaan PAUD formal (TK) sudah terlaksana sebelumnya. Hal ini karena belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang program pendidikan anak usia dini non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Tri Rokhani selaku staff seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

mengarah untuk keberadaan PAUD non formal seperti KB, TPA dan SPS. Ini karena program PAUD non formal masih baru dan (wawancara tanggal 9 April 2012)

Sosialisasi program Pendidikan Anak Usia Dini non formal dilaksanakan dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai ke tingkat

commit to user

57

kabupaten. Tingkat kecamatan oleh penilik kecamatan sedangkan di tingkat kelurahan atau desa dilakukan oleh lurah, kepala desa dan Tim Penggerak PKK. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Tri Rokhani selaku staff seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

program ini. Sampai sekarangpun kami masih sosialisasi. Sosialisasi ini diawali di tingkat kabupaten yang dilaksanakan oleh aparat seksi PAUD dan Kesetaraan, di kecamatan kami menggunakan penilik kecamatan dan di kelurahan/desa melalui lurah,

tanggal 9 April 2012)

Sosialisasi di tingkat kabupaten dilakukan oleh aparat dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo dengan cara mengundang penilik di tiap-tiap kecamatan. Penilik adalah tangan panjang dinas P dan K kabupaten di masing-masing kecamatan yang khusus menangani PAUD non formal. Rapat dengan penilik dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Hal ini disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

-penilik di tiap kecamatan untuk rapat tentang program PAUD non formal. Penilik itu adalah tangan panjang kita di di kecamatan,masuknya di UPT. Rapat (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Sosialisasi di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPT kecamatan yang bekerja sama dengan tim penggerak PKK kecamatan. Dalam sosialisasi ini diundang kepala desa di tiap-tiap kelurahan/desa dan tim penggerak PKK kelurahan/desa. Sosialisasi yang dilakukan

disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

penggerak PKK kecamatan. Mereka kemudian mengundang tim penggerak PKK kelurahan/desa. Dari kami sendiri ada program kerja sosialisasi yaitu melalui konferensi-kenferensi kepala desa. Tapi sosialisasi ini tidak dilaksanakan setiap bulannya (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Sosialisasi di tingkat kecamatan juga dilakukan dengan masuk ke perkumpulan-perkumpulan HIMPAUDI kecamatan dan di pertemuan PKK kecamatan. Pertemuan PKK kecamatan dilakukan setiap 1 bulan sekali tetapi khusus untuk sosialisasi program PAUD non formal dilakukan setiap 4 bulan sekali. Hal ini karena di dalam program kerja PKK terdapat 4 pokja. Dimana setiap pokja dibahas setiap bulannya. PAUD non formal ini termasuk ke dalam pokja 2. Seperti yang disampaikan Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

ami juga sering masuk ke perkumpulan HIMPAUDI kecamatan maupun PKK kecamatan. Tetapi khusus sosialisasi PAUD non formal, kami bahas pada pertemuan PKK pokja 2, (wawancara tanggal 10 April 2012)

Sosialisasi di tingkat kelurahan/desa, dilakukan oleh lurah/kepala desa yang bekerja sama dengan tim penggerak PKK kelurahan/desa. Mereka menyampaikan sosialisasi ke tingkat di bawahnya yaitu ketua RT dan RW. Dari ketua RT atau RW kemudian

commit to user

59

mempunyai balita. Sosialisasi ini dilakukan secara rutin setiap ada pertemuan-pertemuan di tingkat kelurahan/desa. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Sofiana selaku Ketua Tim Penggerak PKK desa Pakisrejo, kecamatan Banyuurip:

mempunyai balita. Dari keputusan kepala desa kami menyampaikan ke masyarakat melalui kegiatan rutin posyandu. RT atau RW juga ikut menyampaikan sosialisasi melalui

ggal 11 Maret 2012)

Semua sosialisasi yang dilakukan aparat, membahas tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, manfaat mengikuti pendidikan anak usia dini dan bagaimana memberikan contoh kepada orang tua tentang cara pemberian rangsangan pendidikan bagi anak usia dini. Sosialisasi ini terus dilakukan karena banyak masyarakat yang belum memahami tentang PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD Kesetaraan:

ahwa pendidikan anak di usia dini sangat penting. Berbagai manfaat mengikuti pendidikan anak usia dini juga kami sampaikan kepada masyarakat. Bahkan sampai cara menangani anak bagi para orang tua juga ikut kami sampaikan. Ini kami lakukan karena masyarakat Purworejo, terutama yang di daerah pedesaan belum sepenuhnya paham

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Ibu Enah Rohanah selaku pendidik Pos PAUD Tunas Bangsa kecamatan Loano, menambahkan:

ya, pentingnya pendidikan anak usia dini,kemudian tumbuh kembang anak Sosialisasi dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan dan melalui

pamlet-pamlet untuk mempromosikan program ini. Biasanya yang membuat pamlet-pamlet yaitu dari lembaga-lembaga PAUD non formal untuk menarik perhatian kelompok sasaran. Hal ini disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

-pamlet yang digunakan untuk sosialisasi tetapi melalui rapat-rapat atau penyuluhan. Mungkin jika ada yang membuat dalam bentuk pamlet-pamlet maupun selebaran-selebaran dan bahkan kegiatan lain yang bisa digunakan untuk media sosialisasi biasanya dilakukan oleh penyelenggara-penyelenggaranya maupun lembaga-lembaga di daerah tersebut yang sedang mempromosikan program itu. Kalau kami tidak mem

Maret 2012)

Kegiatan sosialisasi juga tidak hanya dilakukan melalui rapat-rapat atau penyuluhan, menyebar pamlet serta buku panduan, tetapi dengan kegiatan lain yaitu pengajian, program parenting dan outbond. Di dalam kegiatan itu, diselingi dengan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Pengajian dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dan program perenting dilakukan setiap 2 bulan sekali. Kegiatan ini tidak selalu dilakukan lembaga-lembaga PAUD non formal yang ada di kabupaten Purworejo. Ini dikarenakan keterbatasan dana dari lembaga penyelenggaranya. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Endah Budi selaku pendidik KB Aisyiyah kecamatan Gebang:

atau rapat-rapat tetapi dengan mengadakan pengajian yang di dalamnya membicarakan tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Ada juga program parenting (rapat antara pendidik dan masyarakat). Program ini dilakukan setiap 2 bulan sekali.

commit to user

61

Pernah juga kami mengadakan outbond untuk mempromosikan

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan lebih mengarah ke sosialisasi PAUD non formal, tetapi sosialisasinya tidak terjadwal rutin. Selain itu masih banyak masyarakat Purworejo terutama yang tinggal di pedesaan belum memahami arti pentingnya pendidikan anak usia dini non formal.

e. Pelaksanaan program

Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo mulai dilaksanakan sejak tahun 2002. Awal mula pelaksanaan program ini yaitu dengan membentuk lembaga-lembaga PAUD non formal, pelatihan-pelatihan bagi pendidik PAUD non formal dan pemberian dana dari pemerintah.

4. Pembentukan lembaga PAUD non formal

Dari awal sosialisasi program pendidikan anak usia dini non formal di kabupaten Purworejo, pihak aparat telah memberikan buku-buku pedoman petunjuk teknis penyelengaaraan TPA (Taman Penitipan Anak), KB (Kelompok Bermain) dan SPS (Satuan PAUD Sejenis). Di dalam buku pedoman tersebut terdapat berbagai materi tentang PAUD non formal sampai cara pembentukan lembaga. Penyelenggara TPA dan KB berasal dari masyarakat atau yayasan yang berminat untuk membentuk lembaga tersebut. Sedangkan untuk SPS atau Pos PAUD dibentuk atas kesepakatan masyarakat dan

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

penyelenggaraan PAUD non formal. Setelah sampai di tingkat kelurahan, secara otomatis mereka akan musyawarah untuk mencari kesepakatan akan membuat lembaga PAUD non formal dalam bentuk apa. TPA dan KB biasanya dibentuk oleh masyarakat atau yayasan di daerah itu. Kalau SPS atau Pos PAUD terbentuk dari kesepakatan (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Setelah tercapai kesepakatan untuk membentuk lembaga PAUD non formal, semua persyaratan harus dipenuhi oleh penyelenggaranya. Adapun persyaratannya antara lain:

a. Memiliki kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari unsur pembina atau pengelola

b. Memiliki tutor sekurang-kurangnya 3 orang termasuk pengelola c. Sekurang-kurangnya 50% tutor berpendidikan SLTA

d. Sekurang-kurangnya tutor dilatih

e. Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan anak baik kepunyain sendiri, sewa maupun pinjam pakai

f. Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan MCK g. Memiliki halaman untuk bermain bebas

h. Memiliki Alat Permainana Edukasi (APE) untuk mendukung kegiatan anak di masing-masing kelompok

commit to user

63

k. Memiliki sumber pembiayaan kegiatan

l. Kegiatan telah berjalan aktif selama 6 bulan terakhir sekurang-kurangnya seminggu 5 kali

m.Jumlah peserta didik sekurang-kurangnya 20 anak n. Memiliki surat ijin lokasi dari kepala kelurahan

( Sumber: Petunjuk Teknis pelaksanaan KB, TPA dan SPS)

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

oleh penyelenggaranya. Persyaratan utama untuk pembentukan PAUD non formal antara lain: memiliki pengurus lembaga, pengajar minimal SMA, mempunyai tempat untuk kegiatan, memiliki sarana dan buku-buku yang menunjang pelaksanaan program dan memiliki anak

Untuk masalah akta notaris, yang diharuskan memiliki adalah dari TPA dan KB. Sedangkan untuk Pos PAUD atau SPS, tidak perlu membuat akta notaris tetapi harus mempunyai akta dari kepala desa. Hal ini disampaikan oleh Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

pendirian lembaga. Tetapi yang diharuskan untuk memiliki akta notaris yaitu Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain. Kalau SPS atau Pos PAUD tidak harus memakai (wawancara tanggal 11 April 2012)

Setelah semua persyaratan terpenuhi dan lembaganya sudah berjalan sekurang-kurangnya 6 bulan, maka pihak penyelenggara segera membuat ijin pendirian ke UPT P dan K kecamatan.

dibuatkan surat rekomendasi dari UPT dan diserahkan ke dinas P dan K kabupaten Purworejo. Selanjutnya dinas segera memproses ijinnya. Jadi dinas yang membuatkan surat ijin pendirian lembaga. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Sri Handayani selaku penilik kecamatan Purwodadi:

lembaga harus mengajukan perijinan ke UPT. Lalu kami segera menindaklanjutinya dengan survey ke lembaga. Survey ini dilakukan untuk membuktikan apakah lembaga itu berjalan atau tidak. Setelah itu, UPT membuatkan rekomendasi ijin perijinan dan langsung diserahkan ke dinas. Dinas yang berhak untuk membuatkan surat ijin

Di bawah ini merupakan jumlah lembaga PAUD non formal baik yang sudah mendapat ijin dan belum mendapat ijin yang tersebar di kabupaten Purworejo.

Tabel 4.2

Data Jumlah Lembaga PAUD Non Formal Baik Yang Sudah Mendapat Ijin Maupun Belum Mendapat Ijin Tahun 2011

No Kecamatan Ada Ijin Belum Ada Ijin

KB TPA SPS KB TPA SPS 1. Grabag 8 - 3 3 - - 2. Ngombol 4 - 6 1 - 1 3. Purwodadi 5 - 4 3 - 11 4. Bagelen 3 - 2 1 - 2 5. Kaligesing 11 - 1 10 - 1 6. Purworejo 14 4 12 5 2 12 7. Banyuurip 8 1 4 - - 3

commit to user

65 8. Bayan 6 - 2 6 - - 9. Kutoarjo 14 - 1 - - - 10. Butuh 7 - 2 7 - 2 11. Pituruh 9 - 8 3 - 1 12. Kemiri 9 1 1 9 2 5 13. Bruno 5 - 2 2 1 1 14. Gebang 3 8 1 - 1 15. Loano 9 - 5 1 - 1 16. Bener 12 - 1 1 - - Jumlah 127 6 62 53 5 41

Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan bahwa lembaga PAUD non formal yang ada di Kabupaten Purworejo belum sepenuhnya mendapatkan ijin dari pemerintah. Hal ini karena lembaga tersebut masih dalam tahap pendirian yang belum mencapai 6 bulan pelaksanaannya dan ada pula yang belum memenuhi standar pendirian lembaga PAUD non formal. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

sudah berijin. Masih ada lembaga yang belum mendapat ijin dari kami. Ini karena mereka masih mendirikan lembaga belum mencapai 6 bulan dan ada juga lembaga-lembaga yang belum memenuhi syarat-syarat pendirian lembaga seperti anak didiknya belum mencapai 20 orang. Untuk itu kami belum bisa mengeluarkan ijin pendirian lembaga

(wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Dari data diatas juga terlihat bahwa jumlah TPA masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah KB dan SPS. TPA di kabupaten Purworejo, hanya terdapat didaerah kota. Sedangkan di pedesaan belum banyak terdapat TPA (Taman Penitipan Anak).

dan banyak masyarakat yang tidak mau menitipkan anaknya ke TPA. Masyarakat lebih memilih untuk diasuh sendiri daripada menitipkan dengan biaya yang tidak sedikit. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

baru daerah kota yang mendirikan kalau di desa belum semuanya mampu dan mau membentuknya. Disamping biayanya mahal, dari masyarakatnya sendiripun belum mau diajak untuk menitipkan anaknya ke TPA. Ya, mereka lebih memilih diasuh sendiri daripada membayar dengan biaya lumayan

Demikian juga disampaikan oleh Ibu Yan, selaku orang tua peserta didik Pos PAUD Hidayatul Aulad kecamatan Banyuurip:

daripada menitipkan di taman penitipan. Ya karena di

pe (wawancara tanggal 11

Maret 2012)

Dalam pelaksanaan kegiatan PAUD non formal, terdapat sentra-sentra untuk anak didik bermain dan belajar. Dimana pengertian sentra secara umum adalah pojok ruangan area tempat bermain anak. Sentra-sentra tersebut digunakan untuk membedakan kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran. PAUD non formal yang sudah memiliki ruangan sentra permainan adalah TPA dan KB. Sedangkan untuk Pos PAUD atau SPS, ruang sentranya bergabung satu sama lain. Kegiatan bermain dan belajarnya di lakukan di satu ruangan yang sama. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita

commit to user

67

dan KB. Sedangkan Pos PAUD atau SPS ruangannya belum mempunyai sentra khusus. Biasanya mereka ya melakukan (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Berikut ini merupakan gambar ruang sentra di KB Aisyiyah kecamatan Purworejo: Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7

Gambar 4.8 Keterangan:

Gambar 4.2 adalah sentra ibadah Gambar 4.3 adalah sentra perang

Gambar 4.4 adalah sentra musik dan olah tubuh Gambar 4.5 adalah sentra seni dan kreativitas Gambar 4.6 adalah sentra persiapan

Gambar 4.7 adalah sentra bahan alam Gambar 4.8 adalah sentra balok

Berikut ini merupakan gambar ruang kegiatan di Pos PAUD Hidayatul Aulad, kecamatan Banyuurip:

Gambar 4.9 Gambar 4.10

commit to user

69

Keterangan:

Gambar 4.9 adalah ruang bermain dan belajar di dalam ruangan Gambar 4.10 adalah kegiatan untuk sentra bahan alam yang dilakukan di luar ruangan

Dari gambar-gambar diatas menunjukkan bahwa KB dan Pos PAUD berbeda. Kelompok Bermain (KB) harus mempunyai tempat yang luas untuk membangun sentra-sentra permainan anak sedangkan untuk Pos PAUD hanya diperlukan sarana yang mendukung pelaksanaan program. Untuk ruangan sentra-sentra permainan anak, masih menggunakan satu ruangan dan dilakukan bergantian.

5. Pelatihan pendidik PAUD non formal

Pelatihan berarti menuntun dan mengarahkan perkembangan dari peserta pelatihan melalui pengetahuan, keahlian dan sikap yang diperoleh untuk memenuhi standar tertentu. Kegiatan pelatihan ini memang sangat penting. Ini dilakukan bahwa di dalam pedoman standar pendidik PAUD non formal, minimal pendidikan SMU sederajat dapat menjadi pendidik PAUD non formal yang ada di daerahnya. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan bagi calon pendidik agar terampil selayaknya seorang pendidik yang profesional. Kegiatan pelatihan bagi calon pendidik, dilakukan dengan magang-magang di tempat yang ditunjuk. Tempat yang digunakan untuk magang itu adalah lembaga-lembaga PAUD non formal yang sudah dianggap unggul pelaksanaan programnya. Selain magang, pendidik juga terkadang diundang untuk mengikuti

Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

a HIMPAUDI yang mengadakan pelatihan bagi calon pendidik, yaitu dengan mengadakan workshop menyusunan kurikulum dan seminar-seminar. Pelatihan juga dilakukan dengan memagangkan pendidik di tempat-tempat yang (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Pelatihan-pelatihan bagi pendidik PAUD non formal ini juga dilaksanakan dari tingkat provinsi, kabupaten maupun SKB (Sanggar Kegiatan Belajar). Untuk pelatihan dari provinsi, tiap-tiap kabupaten diminta untuk mengirim pendidik untuk dilatih. Pelatihan dari provinsi ini juga tidak rutin dilakukan karena keterbatasan dana. Tidak semua pendidik bisa mengikuti pelatihan ini karena kuota untuk pelatihan sudah ditentukan pemerintah pusat. Jadi pelatihan pendidik dilakukan secara bergilir. Hal ini disampaikan oleh Ibu RR Sri Heni, selaku penilik kecamatan Banyuurip:

pelatihan tetapi tidak terjadwal rutin. Hal ini karena dana untuk pelatihan sangat terbatas. Pelatihan bagi pendidiknya

(wawancara tanggal 10 April 2012)

Di tingkat provinsi juga mengadakan pelatihan pendidik PAUD non formal. Sejak tahun 2010/2011 hanya dilakukan 2 kali yaitu di Salatiga dan di Srondol. Itupun tidak semua pendidik mengikutinya. Dari pusat hanya mengundang sebagian pendidik

commit to user

71

kabupaten, memilih pendidik PAUD non formal yang belum mengikuti pelatihan untuk dilatih di provinsi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiani, selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

kali sejak tahun 2010/2011. Tempatnya yaitu di Salatiga dan di Srondol. Pendidik yang mengikuti pelatihan ini terbatas mbak, jadi ya kami hanya nurut perintah saja untuk (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Di tingkat kabupaten, pelatihan juga pernah dilaksanakan tetapi tidak rutin. Hal ini disebabkan karena terbatasnya anggaran untuk pelatihan bagi pendidik PAUD non formal. Tempat yang digunakan untuk pelatihan yaitu di TPA/KB Mutiara ibu, Setia Budi, Lestari dan Traju Mas. Tempat-tempat tersebut digunakan untuk pelatihan karena lembaga itu sudah dianggap sukses melaksanakan program PAUD non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiani, selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

mbak, tergantung ada tidaknya dana. Tempat yang kami tunjuk untuk pelatihan yaitu di Mutiara ibu, Setia Budi, Lestari dan Traju Mas. Kami menunjuk lembaga tersebut karena lembaga-lembaga itu sudah sukses melakukan (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Tabel 4.3

Data Jumlah Peserta Pelatihan Pendidik PAUD Non Formal Tingkat Provinsi Tahun 2011

No Nama lembaga Jumlah pendidik (orang) Jumlah peserta (orang) Prosentase 1. TPA 51 12 23,5 % 2. KB 689 40 5,8 % 3. SPS 365 14 3,8%

Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah peserta pelatihan masih sedikit dibandingkan dengan jumlah pendidik PAUD non formal yang ada. Peserta yang ikut pelatihan dari tiap-tiap lembaga belum mencapai 50 %. Padahal jumlah pendidik SPS sebanyak 365 orang, KB sebanyak 689 orang dan TPA sebanyak 51 orang. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiani, selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan:

provinsi belum mencapai 50%. Padahal jumlah pendidik PAUD non formal yang ada di kabupaten Purworejo sangat banyak, yaitu SPS sebanyak 365 orang, KB sebanyak 689 Maret 2012)

6. Pemberian dana

Dana yang digunakan untuk mendukung berjalannya program diperoleh dari APBN dan APBD I (Provinsi) dan APBD II (Daerah). Dalam hal ini dinas P dan K tidak ikut campur dengan dana-dana

commit to user

73

untuk mengatur pemberian dana ke lembaga-lembaga PAUD non formal yang ada. Dana-dana yang didapat dari pemerintah sudah langsung masuk ke kelompok sasaran. Jadi semua kegiatan finansial sudah menjadi tanggungjawab lembaganya sendiri. Dinas hanya memantau RAB di tiap-tiap lembaga PAUD non formal. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo:

dalam proses penyalurannya. Dari pusat, dana yang sudah cair dikirim langsung ke penyelenggaran program. Semua urusan pendanaan sudah menjadi tanggungjawab masing-masing lembaga. Kami hanya memantau RAB (Rancangan Anggaran Belanja) dari setiap lembaga yang tersebar di

Dana-dana yang termasuk dalam APBN, APBD I (Provinsi) dan APBD II (Daerah) yaitu:

- Dana rintisan

Dana rintisan adalah dukungan dana bagi lembaga atau badan yang sedang atau akan merintis layanan PAUD non formal dalam bentuk Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Pos PAUD atau Satuan PAUD Sejenis (SPS) lainnya yang digunakan untuk meningkatkan akses layanan PAUD non formal yang menjangkau anak usia dini yang belum atau tidak terlayani.

Dana rintisan berbeda antara lembaga yang satu dengan yang lain. untuk TPA dan KB, dana rintisannya lebih banyak dibanding SPS. Hal ini dikarenakan oleh tingkat kesulitan penyelenggaraan lembaga tersebut. Seperti yang disampaikan

PAUD non formal berbeda. Hal itu berdasarkan tingkat kesulitan penyelenggaraan lembaga. Karena SPS lebih mudah penyelenggaraannya maka jumlah dananya lebih (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Adapun jumlah dana dari pemerintah untuk rintisan PAUD non formal yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4

Data Jumlah Dana Rintisan PAUD Non Formal

No Nama PAUD Jumlah

1. SPS (Satuan PAUD Sejenis) Rp. 25.000.000,00 2. KB (Kelompok Bermain) Rp. 35.000.000,00 3. TPA (Taman Penitipan Anak) Rp. 45.000.000,00 Sumber: Data PAUD non formal dinas P dan K (data diolah)

Dana-dana itu disalurkan ke tiap-tiap lembaga hanya sekali. Bila ada kekurangan dana, lembaga penyelenggaranya harus berusaha sendiri dengan cara mereka. Bisa dengan mencari donatur-donatur, menambah biaya SPP ke peserta PAUD non formal dan mengajukan proposal ke pemerintah.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan

Dokumen terkait