• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN PURWOREJO

(Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

Disusun Oleh: ARDINI SETYAWATI

D0108001

SKRIPSI

Disusun Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)
(4)

commit to user

iv MOTTO

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan

(Sir Francis Bacon)

Apapun yang kamu bisa atau kamu bayangkan kamu bisa, maka lakukanlah, karena dalam keberanian terdapat kejeniusan, keajaiban dan kekuatan

(Goethe)

Bersyukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan ke dalam hidup Anda

(5)

PERSEMBAHAN

Tulisan ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta, karena merekalah semangat bagi peneliti untuk tetap maju, serta selalu mendukung dan memberikan motivasi selama ini.

2. Adikku serta seluruh keluarga yang mendoakan dan memberi dorongan.

3. Seseorang yang selalu memberikan dorongan, semangat dan motivasi.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN

PURWOREJO (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal)

Penulis menyadari bahwa sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku pembimbing penulisan skripsi, atas bimbingannya, arahan, dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

5. Ibu Gita Yuristiana selaku Kepala Seksi PAUD dan Kesetaraan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo yang telah membantu dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Tri Rokhani selaku Staff Seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo yang memberikan kemudahan dan senantiasa membantu penyusunan skripsi ini.

7. Para pendidik dari Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal yang telah membantu dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang dan kesabaran yang tiada habisnya dan tidak tergantikan untuk setiap dukungan dan doa restu yang tidak pernah putus.

9. Adikku atas doa dan dukungannya.

10. Seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.

11. Teman-teman Lavender (Nat, Prista, Amink, Indah, Oki, Kori, Ike, Yustin, Mbak Desi, Mbak Erna, Lian, Sari, Tika, Lintang, Ria, Mutia, Kiki, Mbak Elis) atas kebersamaan kita selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan Winda, Fara, Septi, Fury, Mbak Nis, Mud-Mud, Wiwit, Mbak Tandes, Tata yang mendukung dan memotivasi.

13. Teman- 08, tetap semangat dan sukses selalu.

(8)

commit to user

viii

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang menuju ke arah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... . iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... .. v

KATA PENGANTAR ... . vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... . xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... . ivx

ABSTRACT ... ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian-pengertian ... ... 8

1. Implementasi ... . 8

(10)

commit to user

x

B. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi ... 12

C. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal ... . 22

1. Pengertian PAUD ... 22

2. Program PAUD Non Formal ... 25

D. Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal ... 26

E. Penelitian Terdahulu ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi Penelitian ... 33

B. Jenis Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 34

D. Teknik Sampling ... 35

E. Validitas Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisa Data ... 37

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 39

A.Diskripsi Lokasi Penelitian ... 39

1. Profil Kabupaten Purworejo ... 39

2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Seksi PAUD dan Kesetaraan ... 42

(11)

non formal di Kabupaten Purworejo ... 51

a. Sosialisasi ... 52

b. Pelaksanaan program ... 57

1. Pembentukan lembaga PAUD non formal ... 58

2. Pelatihan pendidik PAUD non formal ... 67

3. Pemberian dana ... 70

c. Pengawasan ... 77

2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo ... 80

a. Komunikasi ... 80

b. Sumber daya ... 83

1. Sumber daya manusia ... 83

2. Dana ... 84

3. Fasilitas atau sarana prasarana ... 89

c. Dukungan masyarakat ... 91

3. Matrik Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal Di Kabupaten Purworejo ... 94

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 102

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Peserta PAUD Formal Dan

Non Formal Di Kabupaten Purworejo Tahun 2010

Dan Tahun 2011 ... 5 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29 Tabel 4.1 Jumlah Desa, Kelurahan Dan Luas Kecamatan ... 40 Tabel 4.2 Data Jumlah Lembaga PAUD Non Formal Baik Yang

Sudah Mendapat Ijin Maupun Belum Mendapat Ijin

Tahun 2011 ... 61 Tabel 4.3 Data Jumlah Peserta Pelatihan Pendidik PAUD Non

Formal Tingkat Provinsi Tahun 2011 ... 70 Tabel 4.4 Data Jumlah Dana Rintisan PAUD Non Formal ... 72 Tabel 4.5 Daftar Lembaga PAUD Non Formal Di Tiap-Tiap

Kecamatan Yang Belum Memperoleh Dana Tahun 2011

Dari 180 KB, 103 SPS Dan 11 TPA ... 88 Tabel 4.6 Matrik Implementasi Program Pendidikan Anak Usia

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Diagram: Dampak Langsung Dan Tidak Langsung

Dalam Implementasi ... 15

Gambar 2.2 Gambaran Mengenai Kerangka Berpikir ... 31

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ... 38

Gambar 4.1 Bagan Organisasi Dinas P Dan K ... 45

Gambar 4.2 Bagan Susunan Organisasi UPT P Dan K Wilayah Pada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo ... 51

Gambar 4.2 adalah sentra ibadah ... 64

Gambar 4.3 adalah sentra perang ... 64

Gambar 4.4 adalah sentra musik dan olah tubuh ... 64

Gambar 4.5 adalah sentra seni dan kreativitas ... 64

Gambar 4.6 adalah sentra persiapan ... 65

Gambar 4.7 adalah sentra bahan alam ... 65

Gambar 4.8 adalah sentra balok ... 65

Gambar 4.9 adalah ruang bermain dan belajar di dalam ruangan ... 66

(14)

commit to user

xiv ABSTRAK

Ardini Setyawati, D0108001, Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kabupaten Purworejo (Studi Tentang Implementasi PAUD Non Formal), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 106 Hal.

Meskipun Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Purworejo sudah dilaksanakan sejak tahun 2002, tetapi masih ada isu yang berkembang tentang proses pelaksanaannya, antara lain isu mengenai perkembangan jumlah peserta didik PAUD non formal yang masih sedikit dibandingkan PAUD formal. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kabupaten Purworejo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program tersebut.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumen maupun arsip. Penentuan informan diperoleh dengan tehnik purposive sampling.Tehnik analisis data yang digunakan adalah yaitu melalui reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikatif, sedangkan validitas data menggunakan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo, terdiri dari tiga tahap yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam sosialisasi masih kurang maksimal, karena belum rutin dan hanya jika ada anggaran. Pelaksanaan dimulai dengan pembentukan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, pelatihan pendidik, dan pemberian dana bantuan. Pembentukan lembaga dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Pelatihan pendidik untuk tahun 2010/2011 sudah dilaksanakan namun belum mencakup semua pendidik dan untuk pemberian dana bantuan belum semua lembaga bisa mendapatkan karena keterbatasan dana. Untuk pengawasan terlihat dari tingkat rutinitas laporan per bulan yang menunjukkan hasil kegiatan. Selain tahap-tahap pelaksanaan program, dibahas juga mengenai faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program, yaitu komunikasi, sumber daya, dan dukungan masyarakat. Komunikasi dalam sosialisasi dapat dikatakan kurang lancar karena frekuensi dalam sosialisasi kurang. Sumber daya yang ada belum mencukupi sehingga program belum terlaksana dengan maksimal. Dukungan masyarakat masih rendah karena faktor ketidakpahaman, faktor ekonomi dan kurangnya kesadaran orang tua untuk mengikutsertakan anaknya ke PAUD non formal.

(15)

ABSTRACT

Ardini Setyawati, D0108001, THE IMPLEMENTATION OF EARLY AGE CHILD EDUCATION PROGRAM (PAUD) IN PURWOREJO REGENCY (Study About Implementation PAUD Non Formal), Thesis, Administration Science Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2012, 106 pages.

Although Early Age Child Education Program (PAUD) had been implemented in Purworejo since 2002, there is still issue developing about its implementation process, such as that of growing amount of non formal PAUD leaners who are less than the formal PAUD. For that reason, the writer wants to find out how the implementation of Age Child Education Program (PAUD) is in Purworejo Regency as well as the factors inhibiting the program implementation.

This study employed a descriptive qualitative research design. Techniques of collecting data used were observation, interview, and document or archive. The informant was determined using purposive sampling technique. Technique of analyzing data used was data reduction, data display and conclusion drawing or verification, while the data validation was done using data triangulation.

Based on research result can be concluded that the implementation of Age Child Education Program (PAUD) of non formal in Purworejo Regency consisted of three stages: socialization, implementation and supervision. The socialization stage was still less maximal because it had not been done routinely and only when the budget exists. The implementation began with the establishment of Age Child Education Program (PAUD) institution, educator training, and grant administration. The institution establishment was conducted by the society and government. Educator training had been conducted for 2010/2011 period but it had not covered all educators and in the term of grant administration, not all institutions received it because of limited fund. In the term of supervision, it could be seen from the routinely reporting per month indicating the result of activities. In addition to the stages of program implementation, this research also discussed the factors inhibiting the program implementation including communication, resource, and society support. Communication in the socialization could be said as less smooth because of inadequate frequency in socialization. The resource existing was inadequate so that the program had not been implemented maximally. Society support was still low because incomprehension factors, economic factors f involving their children in non formal PAUD.

For further implementation of Age Child Education Program of non formal, the frequency of socialization should be increased in order to reach rural areas and a socialization program plan should be developed in order to be implemented as predetermined schedule. In addition, the number of supervisor should be increased, if it is impossibl

(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. Secara konsep, pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni) yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya. Selain itu, pendidikan adalah alat untuk merubah cara berpikir kita dari cara berpikir tradisional ke cara berpikir ilmiah (modern).

Pendidikan bagi masyarakat penting karena dengan mengenal pendidikan, masyarakat dapat dengan mudah melakukan aktifitasnya dengan teratur sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan bagi masyarakat. Pendidikan tidak hanya diperlukan bagi orang dewasa saja tetapi sejak kecil anak harus dikenali dengan pendidikan.

H golden

age bahasa dan sosial emosional mengalami

(17)

panjang dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, melainkan bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa.

(18)

commit to user

3

serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Dengan adanya penanaman pendidikan anak usia dini sehingga anak akan mempunyai daya pengaruh yang besar bagi perkembangan kecerdasan otaknya. Untuk itu kecerdasan akan bisa dimanfaatkan untuk masa depannya kelak. Banyak anak-anak yang tidak mampu berpikir di tingkat dasar disebabkan karena tidak pernah mendapat pendidikan yang memicu pelatihan otak pada waktu kecil. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil dengan bensin tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban.( diolah dari kompas) http://www.iswandibanna.com/2011/02/alasan-pentingnya-pendidikan-anak-usia.html.

(19)

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya dalam pasal 28 mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

(20)

commit to user

5

pendidikan non formal, pemuda dan olah raga, serta pelatihan tenaga teknis pendidikan non formal, pemuda dan olahraga.

Walaupun pemerintah telah membuat Peraturan Daerah yang digunakan untuk meningkatkan program PAUD non formal, tetapi pada kenyataannya kesadaran masyarakat Purworejo akan pentingnya pendidikan usia dini masih sangat rendah. Masih banyak masyarakat yang enggan menyekolahkan anaknya ke PAUD,terutama PAUD non formal dengan alasan tidak ada biaya, namun ada juga yang menganggap PAUD non formal hanya bermain-main Formal Di Kabupaten Purworejo Tahun 2010 Dan Tahun 2011

Tahun Jumlah anak usia dini

Peserta PAUD Yang belum tercover

Sumber: Bidang PNFPB Dinas P dan K (data diolah)

(21)

non formal yang ada, belum dianggap penting untuk dilakukan. (http://riyadi.purworejo.asia/2009/06/jangan-remehkan-pendidikan-anak-usia.html. Masyarakat juga kurang memahami arti pentingnya PAUD terutama PAUD non formal. Selain itu juga didukung belum adanya aturan yang menjadikan PAUD non formal sebagai suatu tingkatan pendidikan yang harus ditempuh sebelum masuk Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak. Meskipun penyelenggaraan PAUD telah dapat dikatakan banyak dan tersebar, namun masih terkesan penyelenggaraan jalur PAUD yang lebih dominan adalah jalur formal yakni TK dan RA. Hal ini bukan tanpa alasan, tetapi lebih dikarenakan kondisi masyarakat yang belum memahami sepenuhnya akan PAUD non formal tersebut. (http://desainwebsite.net/pendidikan/membina-etika-si-buah-hati-demi-kejayaan-bangsa).

B.RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, jadi rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo?

(22)

commit to user

7

C.TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

2. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dapat menyulitkan pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

D.MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Purworejo dan pihak-pihak pos PAUD non formal seperti Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sederajat (SPS) selaku implementor kebijakan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pihak-pihak implementor kebijakan mengenai hal-hal yang menjadi penghambat keberhasilan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai implementasi dari program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya dengan topik bahasan yang serupa dengan penelitian ini.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian-pengertian A. Implementasi

Dalam sebuah kebijakan, implementasi merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut keberhasilan dari suatu kebijakan atau suatu program itu berjalan. Dalam sebuah implementasi, peran para implementor juga tak bisa diabaikan. Bagaimana seorang implementor kebijakan menjalankan tugasnya sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya dengan baik. Namun, apa sebenarnya arti dari implementasi dapat dijelaskan oleh pendapat beberapa ahli sebagai berikut:

Implementasi menurut Meter dan Horn (1975 dalam Wahab, 2010:65),

those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy

decisions implementasi merupakan tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

Kamus Webster dalam Wahab (2010:64) implementasi diartikan sebagai:

(24)

commit to user

9

Sementara Mazmanian dan Sabatier 1979 dalam Wahab (2010:65), mendefinisikan implementasi adalah:

diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yaitu kejadian-kejadian yang timbul sesudah disahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan ataupun untuk menimbulkannya akibat /dampak masyarakat atau

kejadian-Fixsen et al. dalam Wandersman, American Journal of Community Psychology (Vol 43, No 1, Page 3 : 2009) dengan judul Four Keys to Success (Theory, Implementation, Evaluation, and Resource/System

Support) : High Hopes and Challenges in Participation, mengungkapkan

pengertian implementasi sebagai berikut :

Implementation is a specified set of activities designed to put into

Implementasi adalah serangkaian kegiatan spesifik yang dirancang untuk mempraktekkan suatu kegiatan atau program dari

dimensi-Dalam International Journal of Operations & Production Management, (Vol. 20 No. 7, 2000, pp. 754-771) dengan judul Designing,

implementing and updating performance measurement systems karya

Bourne, Mills, Wilcox, Neely and Platts mengungkapkan pengertian implementasi sebagai berikut:

implementation is defined as the phase in which systems and procedures are put in place to collect and process the data that enable the measurements to be made r

(25)

Implementasi menurut Ripley dan Franklin adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) (Winarno 2007:145).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana dan kemampuan organisasional baik oleh pemerintah maupun swasta, individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

B. Implementasi Kebijakan/Program

Implementasi kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijaksanaan (Grindle.1980) dalam (Wahab, 2010:59). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa implementasi kebijaksanaan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijaksanaan (Wahab, 2010:59).

(26)

commit to user

11

kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Implementasi kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden).

Dunn (1999:132) dalam pengantar analisis kebijakan publik menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Meter dan Horn dalam Winarno (2007:146) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang mempunyai tujuan tertentu yang akan berpengaruh baik maupun buruk di masyarakat.

(27)

sumber daya pendanaan, kelompok sasaran, pengelola, dan ukuran keberhasilan.

Program menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu

mengenai asas-asas dengan usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, . Menurut Westra (1983:32), program diartikan sebagai keseluruhan langkah atau kegiatan yang saling bergantungan yang menuju ke arah pencapaian suatu tujuan yang telah disebutkan.

Menurut Wahab (2010 : 28-29), salah satu substansi dari kebijakan adalah kebijakan sebagai suatu program.

khusus dan jelas batas-batasnya. Dalam konteks program itu sendiri biasanya akan mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan/legislasi, pengorganisasian, dan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya. Program-program atau sub-sub program dipandang sebagai sarana (instrumen) untuk mewujudkan berbagai

tujuan-Dengan demikian implementasi program adalah suatu bentuk pelaksanaan dari kebijakan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan mengerahkan berbagai sumber daya untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

II. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

(28)

commit to user

13

Kesinambungan antar variabel tersebut menentukan keberhasilan proses implementasi kebijakan. Edward III (1980), Mazmanian dan Sabatier (1983), serta Meter dan Horn (1975) mengemukakan variabel yang menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

1. Model Edward III (1980)

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang konservasi energi adalah teori yang dikemukakan oleh Edwards III. Dimana implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil. Menurut Edwards III dalam Subarsono (2011:90) ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu Komunikasi (Communications), Sumber Daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure).

a. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila jumlah tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

(29)

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur Birokrasi

(30)

commit to user

Ke empat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan pengertian dengan cara membreakdown (diturunkan) melalui eksplanasi implementasi ke dalam komponen prinsip. Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor mendasar ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.

Gambar 2.1

Diagram: Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Implementasi

Sumber : Edwards III, 1980:148 dalam Subarsono (2011:91)

Bureu

D

(31)

2. Model Mazmanian dan Sabatier ( 1983 )

Menurut Mazmanian dan Sabatier ( 1983 ) dalam Subarsono (2011:94), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu :

1. Karakteristik dari masalah ( tractability of the problem )

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Disatu pihak ada beberapa masalah sosial secara teknik mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air bagi penduduk atau harga beras yang tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran korupsi, dan sebagainya. Oleh karena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berati bahwa suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaranny adalah homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda.

(32)

commit to user

17

mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.

d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

2. Karakteristik kebijakan / undang-undang ( ability fo statute of structure implementation )

a. Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoretis. Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.

(33)

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. Kegagaglan program sering disebabkan kurangnya kooerdinasi vertikal dan horisontal antarinstansi yang terlibat dalam implementasi program.kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

e. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

f. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relatif mendapat dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat. Masyarakat akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya menjadi penonton terhadap program yang ada di wilayahnya.

3. Variabel lingkungan (nonstatutory variables effecting implementation )

(34)

commit to user

19

b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik. Sebaliknya kebijakan yang bersifat disinsentif kurang mendapat dukungan publik.

c. Sikap dari kelompok pemilih (costituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan. Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan, mempengaruhi badan pelaksana melalui kritik kinerja kepada badan legislatif..

d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor.

3. Model Meter dan Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono (2011:99), ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

(35)

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non-human resources), dalam berbagai kasus program pemerintah.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup 3 hal yang penting, yakni :

(36)

commit to user

21

b) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan

c) Intesitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Untuk mengukur indikator-indikator keberhasilan program, peneliti merangkum dari pendapat-pendapat di atas. Pendapat-pendapat tersebut dapat digunakan untuk mengimplementasikan program pendidikan anak usia dini non formal. Variabel yang diambil dari model-model diatas antara lain komunikasi, sumber daya dan dukungan masyarakat/publik. Ketiga variabel itu saling berhubungan satu sama lain yang nantinya akan mendukung berjalannya program. Ketiga variabel-variabel tersebut adalah:

1. Komunikasi

(37)

yang ada di Kabupaten Purworejo. Dengan demikian indikator yang mempengaruhi implementasi program pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal yaitu:

-Kejelasan informasi tentang program PAUD

-Kerjasama yang baik antara pelaksana dan kelompok sasaran

2. Sumber daya

Sumber daya kebijakan sangat penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Tanpa sumber daya kertas mungkin hanya akan menjadi rencana saja dan tidak pernah ada realisasinya. Sumber-sumber yang mendukung kebijakan yang efektif terdiri dari jumlah staf yang mempunyai ketrampilan memadai serta dengan jumlah yang cukup, kewenangan,informasi dan fasilitas.

Indikator sumber daya yang mempengaruhi implementasi program pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal yaitu:

- Tersedianya aparat pelaksana - Dana untuk pelaksanaan program

- Fasilitas-fasilitas dalam implementasi program pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal

3. Dukungan masyarakat (dukungan publik)

(38)

commit to user

23

partisipasi masyarakat untuk mendukung dalam pelaksanaan program PAUD non formal.

Indikator dukungan masyarakat yang mempengaruhi implementasi program pendidikan anak usia dini (PAUD) non formal yaitu pehatian masyarakat dalam pelaksanaan program.

III. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal a. Pengertian PAUD

Menurut Ebbeck (1991) dalam Rahman (2002:2), yang merupakan pakar anak usia dini dari Australia menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan tahun.

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia, pendidikan anak usia dini dikenal dengan istilah pendidikan prasekolah. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah, menyatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan di jalur sekolah atau pendidikan luar sekolah.

(39)

Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini secra mikro merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai kehidupan yang dianut. Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, dari aspek fisik, sosial, moral, emosi, kepribadian dan lain-lain.

Secara khusus program pendidikan anak dini tercantum dalam undang-undang pendidikan prasekolah. Hal itu dapat dilihat dalam rumusan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0486/ U/ 1992 tentang TK Bab II pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan TK bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Fungsi pendidikan anak usia dini atau lebih khusus pendidikan prasekolah dapat dirumuskan menjadi lima fungsi utama, yaitu:

1. Penanaman aqidah dan keimanan

(40)

commit to user

25

5. Pengembangan segenap potensi yang dimiliki

Secara khusus Rahman (2002:55) mengelompokkan prinsip pendidikan anak usia dini menjadi lima kategori, yaitu:

1. Anak adalah peserta didik aktif.

2. Menyediakan fasilitas agar anak belajar melalui bermain dan bermain sambil belajar.

3. Memberi kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif.

4. Mendorong anak untuk membangun dan mengembangkan idenya sendiri.

5. Memotivasi anak untuk mengembangkan potensi diri tanpa takut berbuat salah.

Dalam hal ini PAUD terdiri dari PAUD formal dan non formal. Di mana pengertian PAUD formal adalah lembaga yang digunakan untuk proses belajar mengajar bagi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul Athfal (RA) dan yang lain yang sederajat. Sedangkan PAUD non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan bentuk lain yang sederajat.

b. Program PAUD Non Formal

(41)

peningkatan kualitas sumber daya manusia dan tercapainya kesejahteraan dasar anak yaitu pemenuhan kebutuhan fisik dan pengajaran atau pendidikan sejak dini.

Bentuk-bentuk Program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal 1. Taman Penitipan Anak (Day Care)

Taman penitipan anak adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan pendidikan bagi anak balita selama anak tersebut tinggal bekerjaoleh orang tuanya. TPA bertujuan menbantu orang tua agar dapat bekerja dengan tenang sehingga tercapai prestasi kerja yang optimal.Selain itu juga menghindarkan anak dari kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangannya jasmani, rohani dan sosial. Pada umumnya TPA membuka penitipan untuk anak usia tiga bulan sampai dengan usia lima tahun.

2. Kelompok Bermain (Playgroup)

Taman bermain merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak sebelum memasuki Taman kanak-kanak. Playgroup menampung usia 3-4 tahun. Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Persamaannya adalah:

a. Bertujuan mengembangkan seluruh aspek fisik, mental, emosi dan sosial anak.

(42)

commit to user

27

c. Tenaga pendidik umumnya lulusan SPG, SGTK, dan SMU. Sedangkan perbedaannya adalah:

a. Freskuensi kehadiran, taman kanak-kanak masuk setiap hari sedangkan kelompok bermain hanya beberapa hari (3hari).

b. Taman kanak-kanan memiliki kurukulum yang baku sedangkan kelompok bermain tidak. Kalaupun memiliki kurikulum maka penerapannya akan lebih fleksibel.

c. Kelompok bermain menampung anak usia 3-4 tahun sedangkan taman kanak-kanan menampung usia 4-6 tahun.

3. Satuan PAUD Sejenis

Merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan non formal yang pneyelenggaraannya bisa diintegrasikan dengan berbagai layanan anak usia dini lainnya. Waktu pembelajaran bebeas (misal 1 minggu bisa 2 kali atau 3 kali).

(43)

Tahap-tahap Implementasi Program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini):

1. Sosialisasi

Sosialisasi ini merupakan salah satu cara untuk memasyarakatkan pentingya PAUD non formal kepada seluruh masyarakat dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal. Sosialisasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan seminar/workshop, penyuluhan dan pemberitaan melalui media cetak.

2. Pelaksanaan

Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo mulai dilaksanakan pada tahun 2002. Pelaksanaan ini dimulai dengan pembentukan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini atau Pos PAUD, pelatihan pendidik PAUD non formal, dan pemberian dana bantuan untuk lembaga PAUD non formal.

3. Pengawasan

(44)

commit to user

29

V.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) beserta permasalahannya telah dilakukan oleh (1) Lilis Suryani (2007) dari Dosen PGTK dan PGSD FKIP UHAMKA (2) Rista Apriana (2009) dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, serta artikel dari Gutama (2003) yang berjudul The World Forum On Early Child Care And Education 2003. Artikel tersebut mengkaji mengenai

(45)

.u

Kajian Variabel Kesimpulan

1. Lilis Suryani (2007)

1. Perkembangan PAUD di Indonesia saat ini

meningkat secara signifikan dan perlu

ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya

di masa yang akan datang.

2. Membenahi masalah-masalah PAUD

memerlukan proses yang terus diupayakan dan

(46)

p

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai

hubungan yang signifikan

dengan perkembangan kognitif anak usia

prasekolah di kelurahan Tinjomoyo

(47)

VI. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.2

Gambaran Mengenai Kerangka Berpikir :

Untuk mendukung berjalannya penelitian Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo maka diperlukan kerangka pikir yang jelas. Tujuan kerangka pikir ini adalah memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat permasalahan yaitu rendahnya jumlah peserta PAUD non formal di Kabupaten Purworejo. Untuk itu dilakukan sosialisasi, pelaksanaan program dan pengawasan terhadap program PAUD non formal. Dalam implementasi

Ren dahn

Implem entasi progra

m PAUD

Faktor yang

mempengaruhi implementasi: Komunikasi

Sumber daya

Dukungan masyarakat/publik

(48)

commit to user

33

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil dalam melakukan penelitian mengenai implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal adalah di Kabupaten Purworejo, tepatnya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K). Alasan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai lokasi penelitian karena adanya permasalahan yang berhubungan dengan proses implementasi program PAUD dimana jumlah peserta didik PAUD non formal, meningkat dari tahun ke tahun tetapi masih belum terlalu signifikan.

4. Jenis Penelitian

(50)

commit to user

35

mendalam tentang implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggambarkan, memaparkan, menerangkan, dan melukiskan serta menafsirkan secara terperinci tentang proses pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo dan dapat diketahui berbagai hambatan yang ada.

5. Sumber Data a. Data Primer

Data primer diperoleh peneliti dari wawancara langsung kepada

narasumber. Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah:

- Kasi Bidang Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Kesetaraan.

- Pegawai yang terjun langsung ke pos-pos PAUD non formal. - Penilik UPT Pendidikan dan Kebudayaan.

- Pendidik Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo.

- Masyarakat yang berpartisipasi dalam PAUD non formal di Kabupaten Purworejo.

b. Data Sekunder

(51)

Data sekunder dapat diperoleh peneliti melalui dokumen dan arsip. Peneliti

memperoleh sumber data berupa dokumen dan arsip dari penelitian di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Kabupaten Purworejo.

6. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah teknik cuplikan yang dikenal sebagai purposive sampling.Purposive

sampling adalah kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data yang mantab (Sutopo 2002:56).

7. Validitas Data

(52)

commit to user

37

Dalam penelitian ini yang dijadikan triangulasi data adalah pihak implementor program dan sasaran dari program yang digunakan sebagai sumber data untuk mengetahui validitasnya.

8. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Teknik observasi adalah teknik yang digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat, benda dan rekaman gambar. Dalam observasi ini peneliti berusaha mengamati secara langsung pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di beberapa lembaga di Kabupaten Purworejo.

b. Wawancara

Metode wawancara dilakukan langsung dengan mewawancarai para pelaku kegiatan, dan petugas yang mengurus program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo. Wawancara ini digunakan untuk menggali data mengenai proses implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di kabupaten Purworejo serta faktor-faktor yang menjadi penghambatnya. c. Dokumen dan arsip

(53)

formal, arsip sering memiliki peran sebagai sumber informasi yang sangat berharga bagi pemahaman suatu peristiwa. Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal, baik berupa Peraturan Daerah, petunjuk pelaksanaan dan surat-surat atau arsip-arsip.

9. Teknik Analisa Data

Komponen utama yang terdapat dalam penelitian kualitatif adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasinnya (Miles dan Huberman, 1984).

1) Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data fieldnote (Sutopo 2002:91).Proses ini diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Proses ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. 2) Sajian data

(54)

commit to user

pertimbangan permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat juga dapat berupa berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

3) Penarikan simpulan dan verifikasi

Simpulan tidak berakhir begitu saja, namun perlu diverifikasi agar

mantap dan bisa dipertanggunjawaban. Verifikasi dapat berupa kegiatan

yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian. Verifikasi juga

dapat dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan

replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna data harus

diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan

lebih bisa dipercaya.

Proses analisis data dengan menggunakan model interaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif

(Sumber : Sutopo, 2002 : 96) R

Pe nar ika Pen

(55)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

C.Diskripsi Lokasi Penelitian 3. Profil Kabupaten Purworejo

Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 - 1100

o

7o

1.034,82 km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah adalah :

Sebelah

(56)

commit to user

41

Kabupaten Purworejo, kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bruno dengan jarak 35 km dari pusat kota, dan kecamatan terdekat dari Purworejo adalah Kecamatan Banyuurip dengan jarak dari pusat kota 4 km. Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Purworejo telah terjangkau angkutan umum.

Adapun jumlah desa, kelurahan dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Jumlah Desa, Kelurahan Dan Luas Kecamatan

(57)
(58)
(59)
(60)

commit to user

45

u n o

G e b a n g L o a n o B e n e r J u m l a h

(61)

Keadaan rupa bumi (topografi) daerah Kabupaten Purworejo secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 25 meter di atas permukaan air laut.

2. Bagian utara merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 1050 meter di atas permukaan air laut.

Sedangkan kemiringan lereng atau kelerengan di Kabupaten Purworejo dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Kemiringan 0 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo,

2. Kemiringan 2 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen,

3. Kemiringan 15 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo,

4. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.

(62)

commit to user

47

coklat; konsosiasi regosol kelabu. Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai 325 meter diatas permukaan laut.

Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang datang setiap enam bulan silih berganti. Suhu rata-rata 200C 320C. Sedangkan kelembaban rata-rata antara 70 90% dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember sebesar 9.291 mm, diikuti bulan Januari sebesar 7.849 mm.

4. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Seksi PAUD dan Kesetaraan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo beralamatkan di Jalan Mayor Jenderal Sutoyo no 69 Purworejo 54113 telp 0275-321112. Visi dan misi dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo. Adapun Visinya yaitu

Selanjutnya misi untuk mendukung tercapainya visi adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan pendidikan yang religius.

2. Mewujudkan akuntabilitas dan pencitraan publik dalam menyelenggarakan pendidikan.

(63)

4. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dan berdaya saing. 5. Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah.

6. Mewujudkan masyarakat yang sehat terampil dan profesional.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah bidang Pendidikan dan Kebudayaan, pemuda dan olah raga sesuai dengan kewenangan Daerah, yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas pokok Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan

b. penyusunan rencana bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan

(64)

commit to user

49

d. penyelenggaraan perizinan dan pelayanan umum bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan

e. pelaksanaan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis dengan pihak lain yang berhubungan dengan bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan

f. pembinaan UPT dalam lingkup pendidikan, pemuda, dan olah raga, serta kebudayaan

g. penyelenggaraan monitoring, evaluasi, dan pelaporan terhadap pelaksanaan tugas-tugas bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan

h. pengelolaan sarana dan prasarana olah raga milik Pemerintah Daerah i. pengelolaan sekretariat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

j. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

(65)
(66)

commit to user

51

51

Penelitian ini di khususkan di bagian Seksi PAUD dan Kesetaraan. Seksi PAUD dan Kesetaraan mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, serta pembinaan di bidang pendidikan anak usia dini dan kesetaraan. Seksi PAUD dan kesetaraan ini tergolong ke dalam bidang Pendidikan Non Formal, Pembinaan Pemuda dan Olah Raga, di mana bidang Pendidikan Non Formal, Pembinaan Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian di bidang pendidikan non formal serta pembinaan pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini dan kesetaraan, pembinaan pemuda, olah raga, pramuka, dan pendidikan seni budaya pada satuan jenjang pendidikan, serta pendidikan masyarakat dan kursus kelembagaan.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pendidikan Non Formal, Pembinaan Pemuda dan Olah Raga menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, dan pengendalian di bidang pendidikan anak usia dini dan kesetaraan. b. penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, dan

pengendalian di bidang pemuda, olah raga, pramuka, dan pendidikan seni budaya pada satuan jenjang pendidikan.

c. penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, dan pengendalian di bidang pendidikan masyarakat dan kursus kelembagaan.

(67)

penelitian di tingkat UPT Pendidikan dan Kebudayaan. Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah, yang selanjutnya disingkat UPT P dan K, adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan penyelenggaraan satuan pendidikan taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni, dan budaya, dengan wilayah kerja satu kecamatan.

UPT P dan K juga mempunyai visi dan misi yang selalu ditegakkan agar semua tugas pokok nya dapat terlaksana dengan baik. Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana Instansi Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inisiatif serta produktif. Adapun Visi dari UPT P dan K adalah :

Profesional, aspiratif dan inofatif dalam membina, melayani dan menfasilitasi menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera dan berdaya sai

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil guna dengan baik, dengan misi tersebut diharapkan seluruh aparatur dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui akan peran dan program program serta hasil yang hendak dicapai di waktu yang akan datang dari visi yang telah ditetapkan tersebut.

(68)

commit to user

53

1. Melaksanakan Pelayanan Masyarakat dan Pengkoordinasian Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan Kecamatan

2. Menyelenggarakan Pembinaan dan Fasilitasi Pemerintah Desa 3. Menyelenggarakan Pembinaan dan Fasilitasi Pembangunan Wilayah 4. Menyelenggarakan Pembinaan dan Fasilitasi Kemasyarakatan

UPT P dan K mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan penyelenggaraan satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni, dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugas pokok, UPT P dan K menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan kebijakan teknis bidang pendidikan, kebudayaan, serta pemuda dan olah raga yang meliputi satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah, raga, pramuka, seni dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerja;

b. penyediaan data sebagai bahan penyusunan perencanaan bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar pada jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, serta kebudayaan di wilayah. Kecamatan yang menjadi wilayah kerja; c. pembinaan dan pengendalian teknis bidang pendidikan, kebudayaan,

(69)

kecamatan yang menjadi wilayah kerja;

d. pelaksanaan pengendalian mutu penyelenggaraan satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerja;

e. pengendalian penyediaan sarana dan fasilitas belajar pada satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerja;

f. pembinaan kepegawaian pada lingkup UPT P dan K di kecamatan yang menjadi wilayah kerjanya;

g. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lintas sektoral pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerja, setelah mendapat persetujuan Kepala Dinas;

h. pelaksanaan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis bidang pendidikan, kebudayaan, serta pemuda dan olah raga, yang meliputi jenjang pendidikan Taman KanaK-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olah raga, pramuka, seni dan budaya, dengan Camat dan unit-unit kerja terkait; i. penyelenggaraan monitoring, evaluasi, dan pelaporan terhadap

(70)

commit to user

olah raga, yang meliputi jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), pendidikan non formal, pembinaan pemuda dan olahraga, pramuka, seni dan budaya di kecamatan yang menjadi wilayah kerja;

j. pengelolaan tata usaha UPT P dan K;

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi:

Gambar 4.2

Bagan Susunan Organisasi UPT P Dan K Wilayah Pada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo

(Sumber: PerBup Purworejo No 21 Tahun 2009)

B. Hasil Penelitian

4. Implementasi Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Non Formal Di Kabupaten Purworejo

Penelitian tentang implementasi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo membahas tentang tahap-tahap implementasi dan faktor-faktor yang menghambat

Kelo mpok

P el

(71)

pelaksanaan dan pengawasan. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat implementasi program PAUD non formal yaitu komunikasi, sumber daya dan dukungan masyarakat atau publik.

Tahap-tahap implementasi program PAUD non formal, dapat dijelaskan sebagai berikut:

d. Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan suatu program atau kegiatan kepada warga masyarakat. Penyampaian sosialisasi dalam program PAUD non formal di kabupaten Purworejo sudah direncanakan sejak tahun 2002. Sampai tahun ini pun sosialisasi tentang program tersebut masih dilakukan. Sosialisasi ini lebih mengarah ke keberadaan PAUD non formal karena keberadaan PAUD formal (TK) sudah terlaksana sebelumnya. Hal ini karena belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang program pendidikan anak usia dini non formal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Tri Rokhani selaku staff seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

mengarah untuk keberadaan PAUD non formal seperti KB, TPA dan SPS. Ini karena program PAUD non formal masih baru dan (wawancara tanggal 9 April 2012)

(72)

commit to user

57

kabupaten. Tingkat kecamatan oleh penilik kecamatan sedangkan di tingkat kelurahan atau desa dilakukan oleh lurah, kepala desa dan Tim Penggerak PKK. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Tri Rokhani selaku staff seksi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

program ini. Sampai sekarangpun kami masih sosialisasi. Sosialisasi ini diawali di tingkat kabupaten yang dilaksanakan oleh aparat seksi PAUD dan Kesetaraan, di kecamatan kami menggunakan penilik kecamatan dan di kelurahan/desa melalui lurah,

tanggal 9 April 2012)

Sosialisasi di tingkat kabupaten dilakukan oleh aparat dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo dengan cara mengundang penilik di tiap-tiap kecamatan. Penilik adalah tangan panjang dinas P dan K kabupaten di masing-masing kecamatan yang khusus menangani PAUD non formal. Rapat dengan penilik dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Hal ini disampaikan oleh Ibu Gita Yuristiana selaku Kasi PAUD dan Kesetaraan dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Purworejo:

-penilik di tiap kecamatan untuk rapat tentang program PAUD non formal. Penilik itu adalah tangan panjang kita di di kecamatan,masuknya di UPT. Rapat (wawancara tanggal 8 Maret 2012)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu ....................................................................
Tabel 1.1            Perbandingan Jumlah Peserta PAUD Formal Dan Non
Gambar 2.1 Diagram: Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Dalam
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Anak Usia Dini atau singkatnya PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

PERTAMA : Status Program dan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal yang Terakreditasi di BAP PAUD dan PNF Provinsi Bengkulu Tahap 1 Tahun 2016

PERTAMA : Status Program dan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal yang Terakreditasi di BAP PAUD dan PNF Provinsi Sumatera Selatan Tahap 2 Tahun 2016

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NON FORMAL DENGAN PERKEMBANGAN ANAK DI KECAMATAN GATAK

Salah satu jenis Pendidikan Non formal yakni PAUD, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

PERTAMA : Status Program dan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal yang Terakreditasi di BAP PAUD dan PNF Provinsi Bali Tahun 2016 sebagaimana

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Pendidikan anak usia dini PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Definisi Implementasi Pendidikan karakter Di PAUD PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang Pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan