• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Implementasi Program Sekolah Model dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Manajemen Berbasis Sekolah yang selanjutnya disebut MBS merupakan salah satu amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan diwajibkan menerapkannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan nyata untuk mengelola satuan pendidikansebagaimana dimaksud, dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan dan manajerial sekolah yang transparan dan akuntabel, tanpa meninggalkan peran serta masyarakat, dan pengelolaan pembelajaran yang optimal. Kebijakan ini diberlakukan secara nasional pada setiap satuan pendidikan termasuk di lingkungan Sekolah Dasar.

Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa:

“Satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel”.

Tiga pilar manajemen berbasis sekolah meliputi aspek pengelolaan yang transparan; pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; dan peran serta masyarakat yang semakin meningkat. Secara ideal, variabel-variabel tersebut harus mampu berjalan beriringan untuk mewujudkan postur manajemen berbasis sekolah sebagaimana dikehendaki dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Konsekuensinya adalah terciptanya sebuah sistem pengelolaan satuan pendidikan dengan anatomi yang sejalan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah.

Kesebangunan konsep pengelolaan satuan pendidikan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah akan memudahkan pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa dan akuntabilitas publik. Prestasi belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif pembangunan karakter. Sedangkan akuntabilitas publik ditunjukkan dalam bentuk transparansi pengelolaan terutama pengelolaan keuangan dan peran serta aktif masyarakat dalam setiap kebijakan satuan pendidikan yang memang mengharuskan adanya partisipasi masyarakat.

Menuju manajemen berbasis sekolah yang ideal maka pengelolaan satuan pendidikan harus berbasis pada perencanaan yang sesuai dengan kondisi sekolah, sebagai bentuk perangkat lunak kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, salah satu fungsi manajemen yang paling dasar, maka perencanaan harus mampu menjadi pijakan bagi fungsi manajemen yang lain, misalnya pengorganisasian sumber daya yang ada, pengarahan, pengawasan, dan motivasi sehingga fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan satuan pendidikan dapat didistribusikan secara optimal.

Fungsi perencanaan dalam manajemen pengelolaan satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk penusunan kegiatan yang

mewakili rencana kebijakan pengelolaan sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Kurun waktu satu tahun dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan institusi hingga tercapainya postur satuan pendidikan yang sejalan dengan visi dan misi.

1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan

Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan jika unsur penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan Tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut. Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi, fungsi penjaminan mutu ini menjadi tugas dari tim manajemen yang sudah ada dalam satuan pendidikan. Tugas tim penjaminan mutu pendidikan sekolah dalam menjalankan tugas penjaminan mutu internal menurut Sani (2018: 43) yaitu :

(1) Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal Melaksanakan pemetaan mutu di satuan Pendidikan (2) Membina, mendampingi, dan supervisi warga sekolah dalam

(3) Memonitoring dan evaluasi program pemenuhan mutu Membuat rekomendasi kepada kepala sekolah.

Penjaminan mutu internal pendidikan dalam pengembangan ini difokuskan pada standar proses pembelajaran. Penjaminan mutu dalam proses pembelajaran ini harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu sehingga akan memperoleh pencapaian yang signifikan, sehingga hasil belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif memnbentuk karakter penguatan nilai sosial pada diri siswa.

Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan

Satuan Pendidikan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah

• Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,dan mengembangkan SPMI;

• Menyusun dokumen SPMI yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen standar, dan dokumen formulir;

• Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah (RKS);

• Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran;

• Membentuk tim penjaminan mutu pada satuan pendidikan • Mengelola data mutu

pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

• Mengoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan;

• Melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan;

• Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan;

• Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan;

• Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kepada kepala satuan pendidikan.

Sumber: Buku Pintar SPMI (2019:14)

Berdasarkan di atas maka dijelaskan bahwa penyiapan tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah dilakukan sebagai berikut: 1). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah ditetapkan dengan

surat keputusan kepala sekolah.

2). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan

guru, perwakilan tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah.

3). Jumlah anggota tim penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan.

4). Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan.

5). Jika surat keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan, maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan.

6). Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada semua warga sekolah. Semua warga sekolah mendapatkan informasi mengenai apa dan bagaimana sistem penjaminan mutu internal.

7). Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan betul-betul dipahami dan dilaksanakan.

8). Setelah semua warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen sistem penjaminan mutu pendidikan.

9). Pernyataan komitmen dibuat oleh satuan pendidikan.

Berdasarkan susunan kegiatan di atas sebelum kepala sekolah Menetapkan SK pembagian tugas terlebih dahulu mengkoordinasikan kepada warga sekolah sebagai pelaksanaan penjaminan mutu ditingkat satuan Pendidikan, melakukan pembinaan, pembimbingan. Pembagian tugas sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD) yang dibentuk oleh pemerintah daerah.

2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan

Penjaminan mutu pendidikan di sekolah dilakukan berdasarkan sistem penjaminan mutu internal yang telah ada pada Buku Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (2019:18) Terdapat lima langkah kerja melaksanakan sistem penjaminan mutu internal sesuai siklus sistem penjaminan mutu internal yaitu:

a) Pemetaan Mutu

Pemetaan mutu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Pada kegiatan pemetaan mutu, sekolah perlu

memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi e-eds yang menghasilkan peta mutu (capaian standar).

Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah disebutkan bahwa:

"Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan”.

Sebelum melaksanakan tahapan pertama ini, sekolah sudah melakukan sosialisasi sistem penjaminan mutu internal di sekolah dan melakukan penandatanganan komitmen penjaminan mutu pendidikan oleh semua warga sekolah. Penandatanganan komitmen ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan semua warga sekolah memahami isi atau butir komitmen penjaminan mutu.

Pada tahapan pemetaan mutu, terdapat beberapa kegiatan yang mesti dilakukan oleh sekolah yaitu mengkaji standar nasional pendidikan, mengkaji hasil evaluasi diri sekolah (rapor mutu sekolah), mengkaji hasil monev internal sekolah tahun lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal). Pada bagian

ini, akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan seperti mengkaji SNP dan mengisi aplikasi elektronik evaluasi diri sekolah (e-eds).

(1) Mengkaji standar nasional pendidikan

Mengkaji standar nasional pendidikan adalah bagian yang sangat penting pada pemetaan mutu. Semua warga sekolah harus membaca dan mengkaji standar nasional pendidikan sebagai langkah awal penjaminan mutu. Aktivitas mengkaji standar nasional pendidikan yang perlu dilakukan adalah

(a). Tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah mengoordinasikan pembentukan tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah. Tim kerja disesuaikan dengan jumlah PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang ada di sekolah.

(b). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu.

(c) Semua warga sekolah mengkaji dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (d). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin

sekolah terlibat mendiskusikan isi dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (2) Mengkaji Hasil EDS (Rapor Mutu Sekolah)

(a). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen rapor mutu sekolah.

(b). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga sekolah terlibat dalam mengkaji dokumen rapor mutu sekolah.

(3) Mengkaji Hasil Monev Internal Sekolah Tahun Lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev internal)

(a). Bagi sekolah yang telah memiliki hasil monev internal dapat mendiskusikan kembali hasil monev internalnya. (b). Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan

masukan atau perbaikan pada saat menganalisis kondisi sekolah.

(4) Mengisi Format Lembar Kerja standar nasional pendidikan (a). Tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah

dibawah koordinasi TPMPS mulai mengisi format lembar kerja standar nasional pendidikan.

(b). Kolom pertama (1) diisi delapan standar nasional pendidikan

(c).Kolom kedua (2) diisi dengan indikator mutu yang merupakan komponen dari standar terkait.

(d). Kolom (3) menjabarkan kondisi ideal sesuai indikator mutu

(e). Kolom (4) menjabarkan resiko yang akan timbul jika indikator mutu tidak terpenuhi

(f). Kolom (5) menjelaskan hal-hal fundamental yang umumnya menyebabkan indikator mutu sesuai deskripsi yang didiskusikan tidak tercapai.

(g). Penjelasan kolom (3), (4), dan (5) ada pada buku indikator mutu. Namun perlu diperhatikan, apa yang ada pada buku indikator mutu, masih bersifat umum, sekolah perlu mendiskusikan kembali boleh ditambah ataupun dikurangi sesuai kondisi faktanya yang terjadi di sekolah. (h). Kolom (6) menjabarkan seluruh penyelesaian untuk seluruh permasalahan yang muncul dalam diskusi. Penyelesaian dapat berupa penyelesaian satu per satu atas permasalahan yang muncul atau penyelesaian yang dapat menyelesaikan lebih dari satu permasalahan. Penyelesaian sebaiknya bersifat praktikal yang dapat diselesaikan sekolah secara mandiri.

(i). Kolom (7) menjelaskan pihak-pihak mana saja yang dapat melakukan penyelesaian tersebut.

(5) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah:

(a). Menyusun instrumen evaluasi diri sekolah;

(b). mengumpulkan data evaluasi diri sekolah dengan benar; (c). mengolah data evaluasi diri sekolah;

(d). Menganalisis Data Evaluasi Diri Sekolah

Keempat hal di atas dilakukan apabila sekolah mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah dan menganalisisnya secara internal. Namun, apabila sekolah belum mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah sendiri, maka dapat menggunakan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah yang ada, instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan, instrumen akreditasi atau instrumen lainnya yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan evaluasi diri diikuti dengan kegiatan analisis data mutu sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. Setelah melakukan hasil evaluasi diri, dilanjutkan dengan analisis data mutu berdasarkan hasil evaluasi diri.

(6) Kegiatan Analisis Data Mutu

(a). Mengidentifikasi masalah yang dihadapi berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor

mutu sekolah perlu menganalisis kondisi sekolah saat ini berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor mutunya dengan mempertimbangkan analisis lingkungan baik kekuatan maupun kelemahan sekolah.

(b). Langkah selanjutnya adalah analisis akar masalah untuk merumuskan rekomendasi

Menganalisis data mutu dapat diidentifikasi masalah apa yang ditemukan di sekolah dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, selanjutnya adalah menganalisis akar masalah penyebab utama masalah yang ditemukan di lapangan.

b) Perencanaan Pemenuhan Mutu

Langkah kedua adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang bersumber dari kekuatan sendiri. Pada langkah ini, aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan adalah:

1) TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pemdidikan Sekolah) membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana strategis pengembangan satuan pendidikan.

2) Menuangkan hasil perencanaan ke dalam dokumen penyusunan rencana peningkatan mutu sekolah

3) Sekolah perlu duduk bersama menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berdasarkan hasil peta mutu

Setelah perencanaan pemenuhan mutu, selanjutnya menuangkan hasil rencana dan menyusun rencana peningkatan mutu, pihak sekolah berdiskusi menyusun dan menyempurnakan rencana hasil pemetaan mutu.

c) Implementasi Pemenuhan Mutu

Sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat tercapai.

1) Memperhatikan rencana pemenuhan mutu dan jadwal sebagaimana yang telah disusun sebelumnya.

2) Mengisi lembar implementasi pemenuhan mutu 3) Menetapkan penanggung jawab kegiatan.

4) Penanggung jawab mengusulkan tim pelaksana yang akan dilibatkan.

5) Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan.

6) Menetapkan bukti fisik yang mendukung keterlaksanaan kegiatan.

8) Membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampiri dengan bukti fisik.

Pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu membuat jadwal pelaksanaannya, setiap standar masing ada yang mempertanggung jawabkan membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampirkan dengan bukti fisik.

d) Monev Internal

Monev internal mutu dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Pada langkah monev internal mutu, sekolah dan tim monev internal perlu melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1) Membuat rapor mutu sekolah, masalah dan rekomendasi 2) Membuat dokumen rencana pemenuhan mutu dan dokumen

pemenuhan mutu yang telah dilakukan 3) Menetapkan jadwal monev

Jadwal monev internal dapat ditetapkan minimal dua kali setahun oleh sekolah.

4) Melakukan kegiatan pre-monev internal

Pertemuan awal monev internal dilakukan untuk memfasilitasi pertemuan antara tim monev dan yang akan dimonev, persiapan hal-hal yang akan dimonev dan daftar pertanyaan (instrumen) monev yang akan digunakan.

5) Melaksanakan monev implementasi pemenuhan mutu dengan mengumpulkan informasi-informasi terkait masalah dan akar permasalahannya. Tim monev mengajukan pertanyaan kepada sasaran monev dari daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu, tim monev akan melakukan verifikasi dengan melihat dokumen atau bukti fisik lainnya.

6) Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu dengan mengisi lembar kerja penyusunan indikator evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam pengelolaan berbasis satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan.

7) Membuat laporan monev mutu internal

Setelah melakukan monev internal, tim monev internal membuat laporan monev internal.

8) Melakukan pertemuan akhir monev internal. Setelah melakukan monev, dilanjutkan dengan pertemuan akhir dimana tim monev memaparkan hasil temuannya dan tindakan perbaikan yang disetujui untuk dilaksanakan ke depannya.

Monitoring dan evaluasi (monev) tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang persiapan, perencanaan, pelaksanaan program saja namun juga mengenai pelaporan

hasil evaluasi program. Hasil monev merupakan informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan atau pemangku kebijakan untuk mengambil kebijakan bagi organisasi nirlaba. Seseorang dengan kemampuan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data hingga menginterpretasikan hasil analisis sangat diperlukan sehingga diperoleh kesimpulan yang berupa hasil analisis. Hasil analisis data monev ini menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan perencanaan program di masa mendatang. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal (Monev Internal) diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penjaminan mutu kegiatan organisasi.

Monev Internal dilakukan sebagai konsistensi penjaminan mutu dimana kegiatannya dapat terus dipantau secara berkelanjutan. Ketika kegiatan Monev Internal akan dilakukan, ada baiknya menentukan ruang lingkup dari Monev Internal itu sendiri. Ruang lingkup yang dimaksud misalnya adalah jenis kegiatan program pelayanan masyarakat, fungsi dan tugas para staf, dan manfaat yang nantinya akan dicapai. Hal terpenting dan menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan Monev adalah mencari akar permasalahan dari setiap temuan, sehingga diperoleh catatan ketidaksesuaian yang akurat,

sehingga memudahkan manajemen untuk mengambil keputusan dan memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

e) Penyusunan Strategi Peningkatan Mutu

Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal.

1) Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus

Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil

monev.

2) Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan.

Strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. Sekolah melakukan kegiatan pemetaan mutu melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut dalam bentuk data dan informasi sesuai dengan instrumen pemetaan mutu yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dengan ketentuan yang ada dan menggambarkan siklus penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-masing tahapan dalam siklus dengan benar.

Selanjutnya mengkaji hasil monev data dan informasi yang dikirim ke sistem informasi mutu pendidikan untuk diolah menjadi peta mutu yang memuat capaian pemenuhan terhadap standar nasional pendidikan untuk disampaikan kepada sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Selanjutnya, menyusun strategi peningkatan mutu dan melakukan perbaikan. Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan SPMI, mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. Dan Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan.

Strategi meningkatkan mutu pendidikan di banyak digunakan dalam dunia pendidikan tepat dalam meningkatkan sebuah mutu pendidikan dalam suatu sekolah. Ada beberapa karakteristik manajemen yang dianggap penting dalam meningkatkan dunia pendidikan. Manajemen perbaikan secara berkelanjutan yang dapat memberikan alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan untuk kualitas dan mutu saat ini dan untuk masa yang akan datang. Peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah

dapat diupayakan melalui mengoptimalkan pemetaan mutu di sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada komponen-komponen penentu mutu peningkatan profesionalisme guru, pembinaan manajemen pendidikan, peningkatan sarana belajar untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. pembinaan fisik dan penampilan sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat dalam program sekolah.

3. Siklus Pemetaan Mutu

a. Penjaminan Mutu Pendidikan

Suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu (Permendikbud No. 28/2016)

Gambar. 2.1 Sumber: Petunjuk Pelaksanaan PMP oleh Satuan Pendidikan (2019: 7)

Berdasarkan siklus pada tabel maka sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (1) Pemetaan mutu;

(2) Penyusunan perencanaan peningkatan mutu; (3) Implementasi rencana peningkatan mutu; (4) Evaluasi/audit internal;

(5) Penetapan standar mutu pendidikan. 2 3 4 5 1 1

Guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI yang pertama kali, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan mutu dengan menggunakan dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline) selanjutnya dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana aksi. Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester atau tahun ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut diimplementasikan selama periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/ audit secara internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i) pemenuhan 8 (delapan) standar nasonal pendidikan, dan (ii) hasil implementasi dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai standar nasonal pendidikan. Dengan demikian penerapan sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sesuai pada standar nasonal pendidikan namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan dimana semua komponen di sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman, melalui siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah

4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal

Dokumen terkait