• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS ANALISYS OF THE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH MODEL DALAM PENGUATAN NILAI SOSIAL PADA SISWA SDN 57 BULU-BULU KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS ANALISYS OF THE"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISYS OF THE IMPLEMENTATION OF MODEL

SCHOLL PROGRAM IN STRENGTHENING SOCIAL

VALUES IN STUDENTS AT STATE ELEMENTARY

SCHOOL 57 BULU-BULU MARUSU DISTRICK

MAROS REGENCY

TESIS

Oleh:

SUDARMIN

Nomor Induk Mahasiswa : 105060305318

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ix ABSTRAK

SUDARMIN, Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. (dibimbing oleh Abdul Azis Muslimin, dan Hj. Rosleny B).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan implementasi program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa, dan untuk mengembangkan penguatan nilai sosial dalam implementasi program sekolah model pada siswa, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program sekolah model membentuk nilai sosial pada siswa.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data dikumpul melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data, yang terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan implementasi program sekolah model melaksanakan kegiatan rutin melalui pembelajaran, keteladanan, pembiasaan, ekstrakurikuler, budaya kearifan lokal, dokter kecil, dan UKS. Adapun faktor pendukung dan pengambat adalah ketercapaian pemetaan budaya mutu Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI), letak sekolah yang strategis dan fasilitas pembelajaran cukup memadai, kesiapan dan dukungan dari pendidik dan tenaga kependidikan, juga dukungan orang tua siswa dan masyarakat, dan kerjasama MOU (Memorandum Of

Understanding), sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan SPMI, latar belakang siswa yang berbeda, sarana dan prasarana terbatas, serta masih ada orang tua siswa dan masyarakat yang tidak sepenuhnya mendukung program sekolah model. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan program sekolah model maka terbentuk nilai karakter jujur, disiplin, kerja sama, toleransi, ramah lingkungan dalam penguatan nilai sosial pada siswa.

Kata kunci : Implementasi, Program Sekolah Model, Penguatan Nilai

(6)

x Azis Muslimin, and Hj. Rosleny B).

This study aims to develop the implementation of the model school program in strengthening social values in students, and to develop the strengthening of social values in the implementation of the model school program for students, as well as to determine the supporting and inhibiting factors of the model school program forming social values in students.

This research uses descriptive qualitative. Data was collected through interviews, observation and documentation. This study uses data analysis techniques, which consist of the stages of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

The results showed that the implementation of the model school program carried out routine activities through learning, modeling, habituation, extracurricular activities, local wisdom culture, little doctor, and UKS. The supporting and inhibiting factors are the achievement of the quality culture mapping of the Internal Quality Assurance System (SPMI), the strategic location of the school and adequate learning facilities, the readiness and support of educators and education staff, as well as the support of parents and the community, and the cooperation of the MOU (Memorandum Of Understanding), while the inhibiting factors are the limitations of teaching staff and education personnel to implement SPMI, different student backgrounds, limited facilities and infrastructure, and there are still parents of students and the community who do not fully support the model school program. The conclusion of this study is that with a model school program, honest, disciplined, cooperation, tolerance, environmentally friendly character values are formed in strengthening social values in students.

Keywords: Implementation, Model School Program, Strengthening Social Values

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Tuhan semesta alam, karena berkah hidayah dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw, semoga dengan berkah dan rahmat-Nya kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm. Pance, Ibunda Alm. Sutinah yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan Pendidikan pada program Pascasarjana (S2) Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis juga mengucapan terima kasih teriring do’a

Jazaakumullahhu Khaira Jaza, kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag. Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Sulfasyah, S. Pd., M.a., Ph.D. Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

iv

4. Dr. Abdul Azis Muslimin, M. Pd. dosen pembimbing pertama Universitas Muhammadiyah Makassar, selalu memotivasi dan memberi ilmu dalam penyusunan tesis

5. Dr. Hj. Rosleny B, M. Si. dosen pembimbing kedua Universitas Muhammadiyah Makassar. Bijak dalam memberi masukan dalam membimbing menyusun tesis.

6. Dr. Idawati. M. Pd. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah Makassar, memberi saran dalam penyempurnaan penyusunan tesis 7. Dr. H. A. Jam’an M. Si. Dosen Penguji Universitas Muhammadiyah

Makassar, memberi masukan dalam penyempurnaan penyusunan tesis

8. Segenap guru besar, para dosen, dan seluruh jajaran tenaga kependidikan pada Pascasarjana Universitas Makassar yang begitu banyak memberikan ilmu dan pelayanan kepada penulis dalam mengikuti proses pembelajaran selama kurang lebih 2 tahun pada Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.

9. Ibu Sri Wahyuni kepala sekolah adalah orang tuaku, beserta guru-guru yang telah bekerjasama yang selalu membantu dalam penulisan 10. Suami saya Sukadin, atas segala motivasi, perhatian dan doanya

serta anakku tercinta Sukma Nur Yulia dan Suci Nur Febria, yang selalu sabar menunggu di rumah selama beberapa waktu

11. Semua pihak yang telah memberikan informasi dan saran dalam penyusunan tesis ini.

(9)

v

Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima disisi Allah Swt, dan mendapat limpahan Rahmat-Nya Aamiin. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan dan pengembangan lanjut agar benar-benar bermanfaat. Olen karena itu penulis sangat mengarapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, Desember 2020 Penyusun

(10)

VI DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI TESIS ... PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ABSTRAK ... ABSTRACK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Sekolah Model ... 12

B. Implementasi Program Sekolah Model. ... 16

1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan. ... 18

2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan. ... 22

3. Siklus Pemetaan Mutu ... 36

4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal. ... 39

C. Nilai Sosial. ... 55

1. Penguatan Karakter Nilai Sosial Siswa. ... 58

2. Penyimpangan Nilai Sosial pada Siswa ... 63

3. Implementasi Pembentukan Nilai Sosial pada Siswa ... 69

4. Teori Konstruksi Sosial. ... 94

D. Penelitian yang Relevan ... 98

E. Kerangka Konsep. ... 101

BAB III METODE PENELITIAN ... 106

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian . ... 107

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 107

C. Fokus Penelitian ... 108

D. Penentuan Informan ... 109

E. Instrumen Penelitian ... 100

F. Teknik Pengumpulan Data ... 112

G. Teknik Analisis Data ... 115

H. Keabsahan Data ... 117

(11)

VII

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 120

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . ... 120

B. Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa ... 121

C. Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah Model ... 140

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Sekolah Model ... 149

1. Faktor Pendukung. ... 150 2. Faktor Pengambat. ... 168 E. Pembahasaan ... 191 BAB V PENUTUP ... 189 A. Kesimpulan . ... 189 B. Implikasi Penelitian ... 199 C. Saran ... 201 DAFTAR PUSTAKA ... 203 LAMPIRAN

(12)

VIII Daftar tabel

Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan. ... 21 Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ... 101 Tabel 3. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya ... 101

(13)

IX

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan

Menengah. ... 37 Gambar 2.2 Kerangka Konsep. ... 105

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar, sekolah juga organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan merupakan salah satu faktor penentu mutu sumber daya manusia. Sekolah sebuah konsep yang mempunyai makna ganda sebagai bangunan dan perlengkapannya untuk menyelenggarakan proses pendidikan, sekolah sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup individu, menentukan arah, tujuan kehidupan, sekolah sebagai suatu organisasi sosial yang mempunyai struktur tertentu, melibatkan sejumlah orang dengan tugas memenuhi kebutuhan khusus dilaksanakan di lokasi tertentu oleh sebuah organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu.

Kehadiran sekolah model di Indonesia merupakan harapan yang sejak lama, diimpikan oleh banyak kalangan sebab sekolah model sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasari kehidupan yang layak di masa yang akan datang. Lembaga pendidikan sebagai sekolah model harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri. Sekolah model berarti dapat melaksanakan penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Satuan Pendidikan, (Dokumen 3:4).

(15)

Mutu pendidikan ini mencakup mutu pengelolaan sekolah, mutu pembelajaran yang dilaksanakan, mutu proses penguatan karakter peserta didik. SPMI pada satuan pendidikan mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai SNP. Satuan pendidikan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan. Budaya mutu akan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu secara bertahap hingga dipenuhinya standar yang telah ditetapkan

Dinamakan sekolah model berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek lain yang sangat menentukan. Sekolah model juga harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh oleh sekolah lainnya.

Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat perkembangan dunia ilmu dan teknologi serta era globalisasi di depan mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu melakukan

(16)

pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional.

Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sekolah memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan datang. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan sekolah ini adalah melihat sejauh mana nilai lebih yang terdapat di sekolah tersebut dan bagaimana kondisi dan situasi dari sekolah tersebut.

Sekolah model berfungsi untuk mengembangkan pembinaan watak sebagai tujuan penyelenggaraan pendidikan tentu akan berkaitan dengan seperangkat acuan nilai dan norma yang berkembang dan dijadikan pegangan oleh masyarakat. Nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan norma yang berfungsi mengatur hak dan kewajiban secara benar dan bertanggungjawab tentu harus menjadi panduan bagi pembinaan siswa. Muara dari usaha sekolah model merujuk

(17)

pada tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menyadari dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsanya. Konstitusi dan segala macam piranti peraturan telah mengatur serta menjadi acuan pelaksanaan kegiatan dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha penguatan Nilai sosial yaitu melalui dunia Pendidikan Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Makna dari undang-undang ini, dapat kita temukan bahwa garis besar dari fungsi pendidikan nasional menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis dan berkomitmen secara profesional meningkatkan mutu pendidikan sebab pendidikan yang berfungsi dengan baik tidak hanya menghasilkan siswa-siswa yang cerdas tetapi menciptakan karakter siswa-siswa yang beriman, mandiri, dan berakhlak mulia.

Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dalam sistem pendidikan nasional adala pondasi utama untuk melanjutkan

(18)

perjalanan berikutnya. Gagalnya pendidikan pada tahap ini terutama dalam pembinaan sikap dan nilai diyakini akan berdampak sistemik terhadap pendidikan berikutnya. Orientasi penyelenggaraan pendidikan dasar sangat menekankan pada pembinaan kepribadian, watak dan karakter anak. Karena itu, integrasi pendidikan yang sarat dengan nilai dan penguatan karakter pada nilai sosial diperlukan untuk membekali siswa dalam mengantisipasi tantangan ke depan yang dipastikan akan semakin berat dan kompleks.

Guru sebagai mengembang kurikulum selanjutnya dituntut untuk mampu secara terampil menghadirkan suasana dan aktivitas pembelajaran yang berorietansi pada penanaman dan pembinaan kepribadian, watak dan karakter pada umumnya dan penguatan nilai sosial pada khususnya. Implementasi program sekolah model mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan penguatan budi pekerti dan akhlak mulia. Program pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan penguatan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada penguatan kemampuan afektif dan psikomotorik.

Implementasi program sekolah model menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya nilai sosial pada siswa, lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam penguatan pribadi siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual, untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan

(19)

melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan penguatan pendidikan karakter nilai sosial siswa.

Implementasi program sekolah model juga menciptakan jalinan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat dalam penguatan pendidikan karakter nilai sosial. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua siswa dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.

Nilai sosial merupakan bagian dari pendidikan karakter yang mengisyaratkan terbentuknya nilai-nilai manusiawi bagi personal manusia. Karakter sosial ini menjadi penting adanya sebab menyangkut kegiatan interaksi antar personal manusia dalam kehidupannya. Karakter sosial yang terbentuk dalam personal manusia akan membekali mereka untuk dapat hidup berdampingan penuh rasa kasih sayang, saling menghargai, demokratis, saling bekerjasama, damai dan saling memperhatikan.

Nilai kebudayaan Indonesia yang menjunjung sikap persaudaraan, saling menghormati, dan menghargai sangatlah kental, namun dalam beberapa tahun terakhir ini budaya keramahan dan sopan santun siswa semakin hilang. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cenderung mementingkan diri sendiri kehilangan etika atau sopan santun terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua, guru, bahkan terhadap orang tua. Siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan yang patut dihormati dan disegani.

(20)

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa tujuan implementasi program sekolah model adalah menyusunan kegiatan di sekolah dengan melakukan, Pembelajaran, Keteladanan, pembiasaan kegiatan rutin, kegiatan spontan, Pengkondisian, Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat adalah untuk membiasakan diri untuk disiplin, peduli, kerjasama, toleransi, tenggang rasa dalam rangka menciptaka penguatan nilai sosial.

Adapun faktor pendukung implementasi program sekolah model adalah Letak sekolah yang strategis dan fasilitas pendukung pembelajaran cukup memadai, adanya dukungan dari kepala sekolah, seluruh pendidik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah, Iklim sekolah yang kondusif, agamais, penuh tenggang rasa dan rasa kekeluargaan, adanya motivasi dari masing-masing wali kelas dalam mensuport segala bentuk kemajuan peserta didiknya, adanya komunikasi yang baik antara sekolah, orangtua dan masyarakat yang berkesinambungan dalam segala jenis kegiatan, adanya kerjasama MOU (Memorandum of Understandung) dengan pihak luar yang terkait seperti: kerjasama dengan perpustakaan daerah, kerjasama dengan Indosat absen digital, solidnya tim dalam setiap kegiatan dan semangat yang tinggi dari kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan.

Hasil observasi awal permasalahan yang muncul tentang penguatan nilai sosial pada siswa melalui program sekolah model dalam pelaksanaan dan ketercapaian rencana atau program yang telah disusun

(21)

ada berbagai faktor yang dapat menghambat ketercapain program tersebut diantaranya, masih ada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan belum dapat melaksanakan penjaminan mutu secara optimal baik untuk pengelolaan maupun untuk pembelajaran dalam pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.

Siswa yang heterogen dari latar belakang keluarga yang berbeda, baik dari segi suku diantaranya: suku Bugis, Makassar,Toraja, Mandar, Jawa dari segi agama yaitu: Islam, Protestan, Katolik,dan Hindu. Selain itu latar belakang pendidikan keluarga, status sosial dan ekonomi, sehingga rasa ego lebih kuat dibanding rasa empati dan rasa kebersamaan di jiwa siswa, karena setiap siswa menganggap dirinya yang terbaik, selain itu terbatasnya pembimbing dalam mengefektifkan kegiatan bimbingan baca Al-qur’an di luar jam sekolah disebabkan keterbatasan ruangan dan waktu. Pengaruh pergaulan negatif dari luar sekolah disebabkan oleh kurang perhatian dari orang tua karena kesibukan beraktivitas diluar rumah, selain itu banyak media yang kurang mendidik, ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sangat terbatas, karena waktu bagi pendidik untuk melaksanakan kegiatan implementasi program yang telah disusun terbatas.

Sekolah memungkinkan terjadi kesenjangan dan ketidakadilan antar sekolah di sekitar, siswa dalam proses belajar mengajar akan terganggu oleh kegiatan guru yang menyiapkan administrasi implementasi

(22)

program sekolah model, guru juga akan terganggu dalam melaksanakan tugas pokok dalam proses belajar mengajar karena akan menyita waktu guru dalam mengajar, beban kerja guru semakin bertambah karena harus melaksanakan program kegiatan sekolah dan administrasi penguatan sekolah model dan sekolah membutuhkan pengorbanan warga sekolah untuk meluangkan waktu lebih banyak, pemikiran, ide, dan tenaga untuk mewujudkan sekolah model, tapi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai kemampuan dan keahlian yang terbatas. Program sekolah model melibatkan peran aktif orang tua siswa, sedangkan tidak semua orang tua mendukung disebabkan mereka menganggap dalam kegiatan program akan berkaitan dengan dana, begitu juga dengan masyarakat tidak semua peduli dan berpartisipasi terhadap pelaksanaan implementasi program sekolah model.

Sekolah Dasar Negeri 57 Bulu-Bulu adalah salah satu sekolah model yang merupakan sekolah yang mempunyai nilai yang lebih dari sekolah yang lainnya dan merupakan sekolah favorit dan percontohan yang berada di desa Marumpa Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Sekolah ini menarik untuk dilakukan penelitian karena letaknya strategis, dan mempunyai program-program yang unggul, serta warga di sekolah ini termasuk masyarakat yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku, agama dan status sosial yang berbeda-beda sehingga menciptakan berbagai karakter dalam lingkungan sekolah.

(23)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti tertarik melakukan telaah ilmiah dengan judul “Analisis Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang judul, maka peneliti dapat mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?

2. Bagaimana Penguatan Nilai Sosial dalam Implementasi Program Sekolah Model pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?

3. Apakah Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu 2. Untuk mengembangkan Penguatan Nilai Sosial dalam

Implementasi Program Sekolah Model pada Siswa di SDN 57 3. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat

Implementasi Program Sekolah Model dalam Penguatan Nilai Sosial pada Siswa di SDN 57 Bulu-Bulu

(24)

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu: a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dan guru

dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu. b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan implementasi program sekolah model dalam penguatan nilai sosial pada siswa di SDN 57 Bulu-Bulu.serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, SDN 57 Bulu-Bulu, merupakan contoh keteladan dan pembiasaan berperilaku melalui tindakan yang bernilai karakter baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain.

b. Bagi kepala sekolah, implementasi program sekolah model dapat dijadikan sebagai penguatan nilai sosial pada siswa, dan menciptakan sekolah berkarakter.

c. Bagi Sekolah dapat menciptakan sekolah yang berkarakter dan berbudi luhur

d. Bagi Peneliti, dapat memperluas pengetahuan khususnya dalam penguatan nilai sosial pada siswa melalui implementasi program sekolah model.

(25)
(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sekolah Model

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima atau memberi pelajaran. Alya, (2009:685) mendefenisikan belajar adalah usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan siswa aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik, yakni mengembangkan potensi pikir, mental dan intelektual, social, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal atau kecakapan hidup, fisikal, maupun kultural, sehingga ia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara serta dapat menjawab tantangan peradaban yang semakin maju.

Firman Allah Swt (QS: Al-An’kaabut. S. 29: 43)

َنوُ ِ َ ْ ا !ِإ َ#ُ$ِ%ْ َ& َ َو ۖ ِس )$ِ َ#ُ* ِرْ,َ) ُل َ.ْ َ ْ/ا َكْ$ِ1 َو

Terjemahan:

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.

Ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada

(27)

dalam aturan-aturan yang telah ditentukan Ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya. Orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tak memiliki ilmu tentu berbeda karena pada dasarnya orang yang berilmu tentu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang bisa dilihat seberapa mulia derajat kemanusiaanya dengan tingkatan ilmunya. orang yang memiliki ilmu akan merasa takjub melihat bagaimana Allah memberikan naluri kepada semua makhluk hidup dibandingkan seseorang yang tak berilmu tentu tidak akan dapat memahaminya. Karena pada dasarnya seseorang memiliki tingkat kecerdasan manusia yang berbeda-beda.

Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau peranti untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelanjutan sampai masa yang akan datang.

Pada tahun 2016 ini Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia menggulirkan satu program bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Program ini dilaksanakan

(28)

dengan memilih beberapa sekolah tingkat SD, SLTP dan SLTA di seluruh Indonesia untuk menjadi sekolah model bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal (SPMI). Peter Salim dan Yenny Salim, (2002:23) dalam Kamus Bahasa Indonesia Menegaskan kontemporer Model artinya pola,contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, jadi secara sederhana, model dapat dimaknai sebagi contoh atau acuan.

Kata model ini dikaitkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Sedangkan sekolah model, adalah sekolah yang mengedepankan semua komponen pendidikan di sekolah yang inovatif dan kreatif dalam mengemas dan memproses pendidikan. Sehingga semua komponen tersebut harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan Sekolah yang berkualitas dan mampu menjadi Sekolah percontohan. sehingga sekolah-sekolah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada sekolah model.

Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat artinya, bagaimana pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putrinya sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi di depan mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat maka pihak sekolah perlu

(29)

melakukan pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri bermutu serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional.

Definisi sekolah model menurut Buku Juknis Dikdasmen 2019 Sekolah Model adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh LPMP (Lembaga Mutu Penjaminan Mutu Pendidikan) untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri; menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri.

Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan menyatakan bahwa:

“Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI- Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan”.

Berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI

(30)

menyimpulkan Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan (wholeschool approach) agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama memiliki budaya mutu.

Berdasarkan 8 (delapan) kunci yang perlu dilakukan dalam implementasi sistem penjaminan mutu internal, agar berjalan sukses apabila pelaksanaan sistem Pemenuhan dan penjaminan mutu merupakan tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan.

B. Implementasi Program Sekolah Model

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Manajemen Berbasis Sekolah yang selanjutnya disebut MBS merupakan salah satu amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

(31)

Pendidikan Nasional. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan diwajibkan menerapkannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan nyata untuk mengelola satuan pendidikansebagaimana dimaksud, dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan dan manajerial sekolah yang transparan dan akuntabel, tanpa meninggalkan peran serta masyarakat, dan pengelolaan pembelajaran yang optimal. Kebijakan ini diberlakukan secara nasional pada setiap satuan pendidikan termasuk di lingkungan Sekolah Dasar.

Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 Pasal 51 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa:

“Satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel”.

Tiga pilar manajemen berbasis sekolah meliputi aspek pengelolaan yang transparan; pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; dan peran serta masyarakat yang semakin meningkat. Secara ideal, variabel-variabel tersebut harus mampu berjalan beriringan untuk mewujudkan postur manajemen berbasis sekolah sebagaimana dikehendaki dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Konsekuensinya adalah terciptanya sebuah sistem pengelolaan satuan pendidikan dengan anatomi yang sejalan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah.

(32)

Kesebangunan konsep pengelolaan satuan pendidikan dengan pilar-pilar manajemen berbasis sekolah akan memudahkan pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa dan akuntabilitas publik. Prestasi belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif pembangunan karakter. Sedangkan akuntabilitas publik ditunjukkan dalam bentuk transparansi pengelolaan terutama pengelolaan keuangan dan peran serta aktif masyarakat dalam setiap kebijakan satuan pendidikan yang memang mengharuskan adanya partisipasi masyarakat.

Menuju manajemen berbasis sekolah yang ideal maka pengelolaan satuan pendidikan harus berbasis pada perencanaan yang sesuai dengan kondisi sekolah, sebagai bentuk perangkat lunak kebijakan yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah, salah satu fungsi manajemen yang paling dasar, maka perencanaan harus mampu menjadi pijakan bagi fungsi manajemen yang lain, misalnya pengorganisasian sumber daya yang ada, pengarahan, pengawasan, dan motivasi sehingga fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan satuan pendidikan dapat didistribusikan secara optimal.

Fungsi perencanaan dalam manajemen pengelolaan satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk penusunan kegiatan yang

(33)

mewakili rencana kebijakan pengelolaan sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Kurun waktu satu tahun dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan institusi hingga tercapainya postur satuan pendidikan yang sejalan dengan visi dan misi.

1. Menyiapkan SPMI pada Satuan Pendidikan

Membentuk Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di satuan pendidikan jika unsur penjaminan mutu tersebut dibentuk dalam sebuah Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang merupakan Tim independen di luar manajemen sekolah yang minimal berisi perwakilan pimpinan satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya serta komite di satuan pendidikan tersebut. Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi, fungsi penjaminan mutu ini menjadi tugas dari tim manajemen yang sudah ada dalam satuan pendidikan. Tugas tim penjaminan mutu pendidikan sekolah dalam menjalankan tugas penjaminan mutu internal menurut Sani (2018: 43) yaitu :

(1) Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal Melaksanakan pemetaan mutu di satuan Pendidikan (2) Membina, mendampingi, dan supervisi warga sekolah dalam

(34)

(3) Memonitoring dan evaluasi program pemenuhan mutu Membuat rekomendasi kepada kepala sekolah.

Penjaminan mutu internal pendidikan dalam pengembangan ini difokuskan pada standar proses pembelajaran. Penjaminan mutu dalam proses pembelajaran ini harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu sehingga akan memperoleh pencapaian yang signifikan, sehingga hasil belajar siswa secara nyata ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas lulusan, yang di dalamnya tidak saja merepresentasikan pencapaian prestasi akademik, tetapi juga terkandung nilai-nilai kualitatif memnbentuk karakter penguatan nilai sosial pada diri siswa.

(35)

Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan

Satuan Pendidikan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah

• Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,dan mengembangkan SPMI;

• Menyusun dokumen SPMI yang terdiri atas dokumen kebijakan, dokumen standar, dan dokumen formulir;

• Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah (RKS);

• Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses pembelajaran;

• Membentuk tim penjaminan mutu pada satuan pendidikan • Mengelola data mutu

pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

• Mengoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan;

• Melakukan pembinaan, pembimbingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan;

• Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan;

• Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan;

• Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kepada kepala satuan pendidikan.

Sumber: Buku Pintar SPMI (2019:14)

Berdasarkan di atas maka dijelaskan bahwa penyiapan tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah dilakukan sebagai berikut: 1). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah ditetapkan dengan

surat keputusan kepala sekolah.

2). Tim penjaminan mutu pendidikan sekolah paling sedikit terdiri atas perwakilan pimpinan satuan pendidikan, perwakilan

(36)

guru, perwakilan tenaga kependidikan dan perwakilan komite sekolah.

3). Jumlah anggota tim penjaminan mutu pendidikan sekolah disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan.

4). Jika sumberdaya satuan pendidikan tidak mencukupi maka diserahkan kepada tim manajemen satuan pendidikan.

5). Jika surat keputusan tim penjaminan mutu pendidikan sekolah telah diterbitkan, maka tim pengembang sekolah dan tim auditor internal bersama ketua tim penjaminan mutu pendidikan sekolah mulai melaksanakan sistem penjaminan mutu internal di tingkat satuan pendidikan.

6). Tahapan-tahapan sistem penjaminan mutu internal didahului dengan adanya sosialisasi sistem penjaminan mutu internal kepada semua warga sekolah. Semua warga sekolah mendapatkan informasi mengenai apa dan bagaimana sistem penjaminan mutu internal.

7). Kegiatan penyadaran penjaminan mutu ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan kegiatan betul-betul dipahami dan dilaksanakan.

8). Setelah semua warga sekolah memahami sistem penjaminan mutu internal maka warga sekolah menyatakan komitmennya melalui penandatanganan komitmen sistem penjaminan mutu pendidikan.

(37)

9). Pernyataan komitmen dibuat oleh satuan pendidikan.

Berdasarkan susunan kegiatan di atas sebelum kepala sekolah Menetapkan SK pembagian tugas terlebih dahulu mengkoordinasikan kepada warga sekolah sebagai pelaksanaan penjaminan mutu ditingkat satuan Pendidikan, melakukan pembinaan, pembimbingan. Pembagian tugas sistem penjaminan mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD) yang dibentuk oleh pemerintah daerah.

2. Langkah-Langkah Kerja Melaksanakan SPMI di Satuan Pendidikan

Penjaminan mutu pendidikan di sekolah dilakukan berdasarkan sistem penjaminan mutu internal yang telah ada pada Buku Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah. Buku pintar Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (2019:18) Terdapat lima langkah kerja melaksanakan sistem penjaminan mutu internal sesuai siklus sistem penjaminan mutu internal yaitu:

a) Pemetaan Mutu

Pemetaan mutu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait untuk melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan. Pada kegiatan pemetaan mutu, sekolah perlu

(38)

memetakan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan melalui kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan kegiatan mengisi aplikasi e-eds yang menghasilkan peta mutu (capaian standar).

Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 Pada pasal 1 ayat 3 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah disebutkan bahwa:

"Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan”.

Sebelum melaksanakan tahapan pertama ini, sekolah sudah melakukan sosialisasi sistem penjaminan mutu internal di sekolah dan melakukan penandatanganan komitmen penjaminan mutu pendidikan oleh semua warga sekolah. Penandatanganan komitmen ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan semua warga sekolah memahami isi atau butir komitmen penjaminan mutu.

Pada tahapan pemetaan mutu, terdapat beberapa kegiatan yang mesti dilakukan oleh sekolah yaitu mengkaji standar nasional pendidikan, mengkaji hasil evaluasi diri sekolah (rapor mutu sekolah), mengkaji hasil monev internal sekolah tahun lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal). Pada bagian

(39)

ini, akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan seperti mengkaji SNP dan mengisi aplikasi elektronik evaluasi diri sekolah (e-eds).

(1) Mengkaji standar nasional pendidikan

Mengkaji standar nasional pendidikan adalah bagian yang sangat penting pada pemetaan mutu. Semua warga sekolah harus membaca dan mengkaji standar nasional pendidikan sebagai langkah awal penjaminan mutu. Aktivitas mengkaji standar nasional pendidikan yang perlu dilakukan adalah

(a). Tim penjaminan mutu Pendidikan sekolah mengoordinasikan pembentukan tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah. Tim kerja disesuaikan dengan jumlah PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang ada di sekolah.

(b). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu.

(c) Semua warga sekolah mengkaji dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (d). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin

(40)

sekolah terlibat mendiskusikan isi dokumen standar nasional pendidikan dan dokumen buku indikator mutu. (2) Mengkaji Hasil EDS (Rapor Mutu Sekolah)

(a). Tim pengembang sekolah mencetak dokumen rapor mutu sekolah.

(b). Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana semua warga sekolah terlibat dalam mengkaji dokumen rapor mutu sekolah.

(3) Mengkaji Hasil Monev Internal Sekolah Tahun Lalu (bagi sekolah yang sudah melakukan monev internal)

(a). Bagi sekolah yang telah memiliki hasil monev internal dapat mendiskusikan kembali hasil monev internalnya. (b). Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan

masukan atau perbaikan pada saat menganalisis kondisi sekolah.

(4) Mengisi Format Lembar Kerja standar nasional pendidikan (a). Tim kerja yang melibatkan semua warga sekolah

dibawah koordinasi TPMPS mulai mengisi format lembar kerja standar nasional pendidikan.

(b). Kolom pertama (1) diisi delapan standar nasional pendidikan

(41)

(c).Kolom kedua (2) diisi dengan indikator mutu yang merupakan komponen dari standar terkait.

(d). Kolom (3) menjabarkan kondisi ideal sesuai indikator mutu

(e). Kolom (4) menjabarkan resiko yang akan timbul jika indikator mutu tidak terpenuhi

(f). Kolom (5) menjelaskan hal-hal fundamental yang umumnya menyebabkan indikator mutu sesuai deskripsi yang didiskusikan tidak tercapai.

(g). Penjelasan kolom (3), (4), dan (5) ada pada buku indikator mutu. Namun perlu diperhatikan, apa yang ada pada buku indikator mutu, masih bersifat umum, sekolah perlu mendiskusikan kembali boleh ditambah ataupun dikurangi sesuai kondisi faktanya yang terjadi di sekolah. (h). Kolom (6) menjabarkan seluruh penyelesaian untuk seluruh permasalahan yang muncul dalam diskusi. Penyelesaian dapat berupa penyelesaian satu per satu atas permasalahan yang muncul atau penyelesaian yang dapat menyelesaikan lebih dari satu permasalahan. Penyelesaian sebaiknya bersifat praktikal yang dapat diselesaikan sekolah secara mandiri.

(42)

(i). Kolom (7) menjelaskan pihak-pihak mana saja yang dapat melakukan penyelesaian tersebut.

(5) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah:

(a). Menyusun instrumen evaluasi diri sekolah;

(b). mengumpulkan data evaluasi diri sekolah dengan benar; (c). mengolah data evaluasi diri sekolah;

(d). Menganalisis Data Evaluasi Diri Sekolah

Keempat hal di atas dilakukan apabila sekolah mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah dan menganalisisnya secara internal. Namun, apabila sekolah belum mampu menyusun instrumen evaluasi diri sekolah sendiri, maka dapat menggunakan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah yang ada, instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan, instrumen akreditasi atau instrumen lainnya yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kegiatan mengkaji standar nasional pendidikan dan evaluasi diri diikuti dengan kegiatan analisis data mutu sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini. Setelah melakukan hasil evaluasi diri, dilanjutkan dengan analisis data mutu berdasarkan hasil evaluasi diri.

(6) Kegiatan Analisis Data Mutu

(a). Mengidentifikasi masalah yang dihadapi berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor

(43)

mutu sekolah perlu menganalisis kondisi sekolah saat ini berdasarkan hasil analisis instrumen evaluasi diri sekolah atau rapor mutunya dengan mempertimbangkan analisis lingkungan baik kekuatan maupun kelemahan sekolah.

(b). Langkah selanjutnya adalah analisis akar masalah untuk merumuskan rekomendasi

Menganalisis data mutu dapat diidentifikasi masalah apa yang ditemukan di sekolah dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, selanjutnya adalah menganalisis akar masalah penyebab utama masalah yang ditemukan di lapangan.

b) Perencanaan Pemenuhan Mutu

Langkah kedua adalah perencanaan pemenuhan mutu. Rencana pemenuhan mutu merupakan aktivitas mencari solusi dengan cara melakukan upaya yang bersumber dari kekuatan sendiri. Pada langkah ini, aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan adalah:

1) TPMPS (Tim Penjaminan Mutu Pemdidikan Sekolah) membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana strategis pengembangan satuan pendidikan.

(44)

2) Menuangkan hasil perencanaan ke dalam dokumen penyusunan rencana peningkatan mutu sekolah

3) Sekolah perlu duduk bersama menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berdasarkan hasil peta mutu

Setelah perencanaan pemenuhan mutu, selanjutnya menuangkan hasil rencana dan menyusun rencana peningkatan mutu, pihak sekolah berdiskusi menyusun dan menyempurnakan rencana hasil pemetaan mutu.

c) Implementasi Pemenuhan Mutu

Sekolah melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan proses pembelajaran sehingga standar dapat tercapai.

1) Memperhatikan rencana pemenuhan mutu dan jadwal sebagaimana yang telah disusun sebelumnya.

2) Mengisi lembar implementasi pemenuhan mutu 3) Menetapkan penanggung jawab kegiatan.

4) Penanggung jawab mengusulkan tim pelaksana yang akan dilibatkan.

5) Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan.

6) Menetapkan bukti fisik yang mendukung keterlaksanaan kegiatan.

(45)

8) Membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampiri dengan bukti fisik.

Pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu membuat jadwal pelaksanaannya, setiap standar masing ada yang mempertanggung jawabkan membuat laporan pelaksanaan implementasi pemenuhan mutu dan dilampirkan dengan bukti fisik.

d) Monev Internal

Monev internal mutu dilakukan untuk menjamin kepastian terjadinya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Pada langkah monev internal mutu, sekolah dan tim monev internal perlu melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1) Membuat rapor mutu sekolah, masalah dan rekomendasi 2) Membuat dokumen rencana pemenuhan mutu dan dokumen

pemenuhan mutu yang telah dilakukan 3) Menetapkan jadwal monev

Jadwal monev internal dapat ditetapkan minimal dua kali setahun oleh sekolah.

4) Melakukan kegiatan pre-monev internal

Pertemuan awal monev internal dilakukan untuk memfasilitasi pertemuan antara tim monev dan yang akan dimonev, persiapan hal-hal yang akan dimonev dan daftar pertanyaan (instrumen) monev yang akan digunakan.

(46)

5) Melaksanakan monev implementasi pemenuhan mutu dengan mengumpulkan informasi-informasi terkait masalah dan akar permasalahannya. Tim monev mengajukan pertanyaan kepada sasaran monev dari daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu, tim monev akan melakukan verifikasi dengan melihat dokumen atau bukti fisik lainnya.

6) Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu dengan mengisi lembar kerja penyusunan indikator evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam pengelolaan berbasis satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan.

7) Membuat laporan monev mutu internal

Setelah melakukan monev internal, tim monev internal membuat laporan monev internal.

8) Melakukan pertemuan akhir monev internal. Setelah melakukan monev, dilanjutkan dengan pertemuan akhir dimana tim monev memaparkan hasil temuannya dan tindakan perbaikan yang disetujui untuk dilaksanakan ke depannya.

Monitoring dan evaluasi (monev) tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang persiapan, perencanaan, pelaksanaan program saja namun juga mengenai pelaporan

(47)

hasil evaluasi program. Hasil monev merupakan informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan atau pemangku kebijakan untuk mengambil kebijakan bagi organisasi nirlaba. Seseorang dengan kemampuan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data hingga menginterpretasikan hasil analisis sangat diperlukan sehingga diperoleh kesimpulan yang berupa hasil analisis. Hasil analisis data monev ini menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan perencanaan program di masa mendatang. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal (Monev Internal) diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penjaminan mutu kegiatan organisasi.

Monev Internal dilakukan sebagai konsistensi penjaminan mutu dimana kegiatannya dapat terus dipantau secara berkelanjutan. Ketika kegiatan Monev Internal akan dilakukan, ada baiknya menentukan ruang lingkup dari Monev Internal itu sendiri. Ruang lingkup yang dimaksud misalnya adalah jenis kegiatan program pelayanan masyarakat, fungsi dan tugas para staf, dan manfaat yang nantinya akan dicapai. Hal terpenting dan menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan Monev adalah mencari akar permasalahan dari setiap temuan, sehingga diperoleh catatan ketidaksesuaian yang akurat,

(48)

sehingga memudahkan manajemen untuk mengambil keputusan dan memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

e) Penyusunan Strategi Peningkatan Mutu

Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal.

1) Mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus

Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil

monev.

2) Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan.

Strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal. Sekolah melakukan kegiatan pemetaan mutu melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut dalam bentuk data dan informasi sesuai dengan instrumen pemetaan mutu yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dengan ketentuan yang ada dan menggambarkan siklus penjaminan mutu internal, menjelaskan tahapan dalam siklus sistem penjaminan mutu internal dan menjelaskan definisi dan tujuan masing-masing tahapan dalam siklus dengan benar.

(49)

Selanjutnya mengkaji hasil monev data dan informasi yang dikirim ke sistem informasi mutu pendidikan untuk diolah menjadi peta mutu yang memuat capaian pemenuhan terhadap standar nasional pendidikan untuk disampaikan kepada sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Selanjutnya, menyusun strategi peningkatan mutu dan melakukan perbaikan. Penyusunan strategi peningkatan mutu merupakan tahapan akhir dalam melaksanakan SPMI, mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpimpin (Focus Group Discussion) dimana tim monev internal mengkaji hasil monev. Dan Hasil monev internal dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau perbaikan untuk menyusun strategi peningkatan mutu berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan.

Strategi meningkatkan mutu pendidikan di banyak digunakan dalam dunia pendidikan tepat dalam meningkatkan sebuah mutu pendidikan dalam suatu sekolah. Ada beberapa karakteristik manajemen yang dianggap penting dalam meningkatkan dunia pendidikan. Manajemen perbaikan secara berkelanjutan yang dapat memberikan alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan untuk kualitas dan mutu saat ini dan untuk masa yang akan datang. Peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah

(50)

dapat diupayakan melalui mengoptimalkan pemetaan mutu di sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada komponen-komponen penentu mutu peningkatan profesionalisme guru, pembinaan manajemen pendidikan, peningkatan sarana belajar untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. pembinaan fisik dan penampilan sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat dalam program sekolah.

3. Siklus Pemetaan Mutu

a. Penjaminan Mutu Pendidikan

Suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu (Permendikbud No. 28/2016)

(51)

Gambar. 2.1 Sumber: Petunjuk Pelaksanaan PMP oleh Satuan Pendidikan (2019: 7)

Berdasarkan siklus pada tabel maka sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (1) Pemetaan mutu;

(2) Penyusunan perencanaan peningkatan mutu; (3) Implementasi rencana peningkatan mutu; (4) Evaluasi/audit internal;

(5) Penetapan standar mutu pendidikan. 2 3 4 5 1 1

(52)

Guna mengetahui capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI yang pertama kali, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan mutu dengan menggunakan dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri dengan mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline) selanjutnya dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana aksi. Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester atau tahun ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut diimplementasikan selama periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/ audit secara internal untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

(53)

Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i) pemenuhan 8 (delapan) standar nasonal pendidikan, dan (ii) hasil implementasi dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai standar nasonal pendidikan. Dengan demikian penerapan sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sesuai pada standar nasonal pendidikan namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan dimana semua komponen di sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman, melalui siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah

4. Hasil Sistem Penjaminan Mutu Internal

Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah.

“Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan".

Berdasarkan Permendikbud di atas pengertian sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan. SPMI dilakukan oleh setiap sekolah. Sejak tahun 2016 hal ini sudah digulirkan di seluruh provinsi di

(54)

Indonesia. Ada sekolah-sekolah yang dijadikan sekolah model, lalu sekolah model tersebut memiliki sekolah imbas sebagai upaya agar semangat penjaminan mutu bisa lebih cepat menyebar.

Hasil dari sistem penjaminan mutu internal adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan yaitu:

1. Standar Kompetensi Kelulusan:

Siswa memiliki perilaku yang mencrminkan sikap karakter, Undang-undang nomor 20 tahun 2005 pasal 35 disebutkan bahwa:

“Standar Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”.

Berdasarkan pasal di atas kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kualifikasi kemampuan siswa yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil

(55)

yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan standar kompetensi lulusan di masa yang akan datang. Pada standar kelulusan diharapkan seluruh siswa mampu mengembangkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki dengan penuh rasa percaya diri, siswa mempunyai kesadaran cinta lingkungan sekolah misalnya pada kegiatan ekstrakurikuler Menurut Asep Berry Hernawan, dkk (2011:12.4) kegiatan ekstrakurikuler Adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam siswaan sebagai upaya membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional.

Berdasarkan pendapat teori di atas maka kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran yang sangat penting karena dapat memperluas pengetahuan dan dapat mengembangkan minat bakat siswa diantara kegiatan ekstrakurikuler yang diminati oleh siswa yaitu:

(1) Pramuka

Kegiatan pramuka dapat memupuk siswa untuk berani mengemukakan pendapat, lebih mandiri, dilatih jiwa kepemimpinan, disiplin, kejujuran dan tanggung jawab. (2) Kesenian

Kegiatan yang mendukung mata siswaan seni budaya dan prakarya serta untuk membantu pengembangan siswa sesuai kebutuhan, prestasi bakat dan minat siswa SD. kegiatan ini lebih menekankan pada aktivitas ‘’belajar

(56)

sambil melakukan’’ sebagai upaya menstimulasi keberanian siswa SD untuk mengapresiasikan ide atau gagasan seni mereka dalam bidang seni musik, seni tari, dan seni suara.

(3) Olahraga

Kegiatan ini mendukung keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga serta menumbuhkan kecerdasan emosi dan sportivitas sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh.

2. Standar isi:

Menyelenggarakan aspek mengembangkan kurikulum pada muatan lokal. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa:

“Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan siswa, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan

(57)

penguasaan kompetensi yang berjenjang. Ruang lingkup pengembangan kurikulum yang berbasis kearifan lokal.

3. Standar Proses

Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Perangkat Pembelajaran missal RPP dirancang dengan menggunakan potensi kearifan lokal. Berdasarkan lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar proses Pendidikan Dasar dan menengah dinyatakan bahwa:

“Komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata siswaan, kelas/semester, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode pembelajaran media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran”.

Berdasarkan lampiran Permendikbud di atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar

(58)

(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. rencana pelaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan Kompetensi Dasar atau subtema yang dilaksanakan 1(satu) kali pertemuan atau lebih, dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru juga dapat mengembangkan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kearifan lokal.

4. Standar Penilaian

Standar Penilaian menggunakan jenis penilaian sahih, objektif, akuntabel, adil, terpadu, tebuka, menyeluruh, sistematis, krietria. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 5 (lima) bahwa:

“Prinsip penilaian hasil belajar: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel”.

Berdasarkan Permendikbud di atas maka penilaian secara keseluruhan harus sahih, artinya penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur, objektif

(59)

berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, adil artinyai penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender, terpadu berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran, terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan siswa, sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku, beracuan kriteria berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan, akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Menurut Adi Suryanto, dkk. (2013:1.8) menyatakan bahwa penilaian terbagi atas dua yaitu penilaian asesmen merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang kedua adalah

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Tabel 1. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan  Mutu  pada Satuan  Pendidikan
Tabel 2. Matriks Hasil Penelitian Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Ki Hajar Dewantoro Kentingan Surakarta Telp. Keberhasilan ini perlu dicermati oleh karena sumbangan penurunan fertilitas berasal dari pemakaian metode kontrasepsi

Demikian juga dengan temuan lain dimana konsumen masih banyak yang kurang yakin mengenai minat membeli produk Cross hanya dengan kebetulan melihat atau menjumpai produk

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung kerugian sumberdaya alam akibat kebakaran hutan khususnya terhadap vegetasi kayu dan non kayu serta hilangnya manfaat hutan

Kelompok layanan yang penanganan pengaduannya masih rendah adalah: Graha Literasi, Layanan Anak, Layanan Lansia dan Disabilitas, Layanan Naskah Nusantara, Layanan

[r]

Tujuan penelitian ini selain untuk menganalisis perkembangan volume produksi kopi Arabika, perkembangan luas areal dan produktivitas kopi Arabika, perkembangan harga

Banyak psikologi yang beranggapan bahwa yang memegang peran penting didalam integrasi kepribadian, di dalam motivasi tingkah laku, di dalam mencapai kesehatan mental,

Aspekdasar yang dapat dirasakan dari proses globalisasi adalah adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, komputerisasi dan transportasi.. Tiga aspek dasar