• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi Model Kejadian Banjir Rob

IDI

Data Observasi

(Survei)

3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan melalui beberapa pendekatan baik yang bersifat keteknikan, ekologi, sosial dan atau gabungan dari beberapa pendekatan tersebut (Marfai, 2013). Penelitian yang dilakukan karena terkait dengan studi kebijakan yang komprehensif dan lintas disiplin, maka metoda yang digunakan menggunakan pendekatan sistem. Pada tahap analis sistem diterapkan berbagai analis untuk menilai kerentanan bagi banjir rob, sedangkan tahap pendekatan sistem menggunakan metoda Soft System Methodology dan konvergensi agar dapat menemukan model kebijakan kelembagaan dan manajemen. Tahapan proses kegiatan penelitian digambarkan secara diagramatik sebagai Gambar 6 berikut.

Gambar 6 Metoda Penelitian FGD : Focus Group Discussion

Teknik Pengumpulan Data

Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan adalah alat perekam audio, hand GPS, kompas lapangan, meteran, kamera, tide gauges, N2, kuesioner, dan diskusi kelompok terstruktur, log book, alat tulis, software untuk analisis dan bahan pendukung lainnya.

Populasi dan Contoh

Populasi yang diamati di dalam penelitian ini meliputi areal Kecamatan Penjaringan serta komunitas masyarakatnya. Metode pengambilan contohnya adalah Purposive Sampling. Contoh dipilih pada wilayah yang diteliti secara langsung terkena banjir rob dan posisi tiap blok lokasi yang dipilih adalah merata. Dalam metode wawancara juga dilakukan terhadap orang yang dianggap ahli dibidangnya, berkompeten sebagai pemangku kepentingan, ahli dalam bidang tata kota, lingkungan, transportasi, hidrologi, hidro-oseanografi, ahli sosial budaya dan ahli bencana.

Pengumpulan Data dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer yang dipilah dalam 5 (lima) aspek, yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek kelembagaan, aspek teknologi dan persepsi pakar/stakeholders. Data primer dikumpulkan melalui metode survei dengan teknik in-depth interview

menggunakan kuesioner terstruktur. Pengumpulan pendapat pakar dilakukan melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan terhadap 45 (empat puluh lima) responden dan brain storming atau focus group discussion (FGD) dengan

stakeholders. Lokasi Penelitian

Guna melihat pola sebaran kenyamanan penduduk di wilayah kajian, wilayah Kecamatan Penjaringan dibagi menjadi 3 (tiga) zona yang ditentukan berdasarkan dampak genangan air saat banjir rob, yaitu Zona I, merupakan wilayah yang paling depan berhadapan dengan laut secara langsung seperti pengaruh energi gelombang pasang, terjadi luberan air asin saat banjir rob dengan ketinggian genangan antara 1 – 1,5 m. Zona II, digambarkan sebagian besar mendapat pengaruh tidak langsung dari laut namun pengaruh energi gelombang masih ada, luberan air asin saat banjir rob berada pada ketinggian genangan air antara 0,5 – 1 m. Sedangkan Zona III, karena infrastruktur dan tata ruang yang baik maka dampak genangan banjir rob meskipun dekat dengan laut tinggi genangan air hanya 0,1 – 0,5 m (Gambar 7).

Gambar 7 Pembagian Zona Wilayah Penelitian Berdasarkan Tinggi Genangan Air banjir Rob

Metode Tekno-ekologis

Metode yang diterapkan dalam studi ini adalah pendekatan sistem dengan menggunakan analisis tekno-ekologis yaitu pengkajian atas dasar basis data empirik yang menjelaskan kejadian teknis banjir rob yang mempengaruhi ekologi wilayah pesisir daerah perkotaan. Metode yang digunakan antara lain analisis banjir rob menggunakan Analisis Treshold dan Analisis Pembangkit banjir Rob berdasarkan data angin. Analisis Treshold, yaitu analisis untuk mengetahui banjir rob berdasarkan dengan melakukan metode tumpangsusun terhadap data pengamatan dengan data prediksi pasang surut (pasut). Banjir rob terjadi bilamana tinggi air positif (residu positif) saat terjadi banjir rob, maka diterjemahkan telah terjadi tambahan energi gelombang lain selain energi yang dibangkitkan oleh pasut sendiri. Gelombang tersebut menambah tinggi air dari siklus harmonik yang dibangkitkan oleh pasang surut. Analisis Angin Pembangkit Banjir Rob, Angin yang kuat dan berlaku mantap (steady) yang jauh dan berada di wilayah pembentukan gelombang (swell/sea) dengan arah tegak lurus garis pantai dapat membangkitkan energi dengan meningkatnya tinggi muka laut yang dikenal dengan wind set up yang merupakan salah satu penyebab banjir rob di pantai utara Jawa terutama di pantai Jakarta. Hattori and Mori (2011) menyebut bahwa bilamana angin pada komponen utara pada wilayah pembangkit di area 105°BT - 115° BT dan 0°– 5° LS lebih dari 5 m/detik maka akan teradi gelombang atmosfir yang dikenal dengan Cross Equatorial Northly Surges (CENS).

Untuk dapat memformulasikan Kejadian Banjir Rob (Flooding rob, Flr) , maka dilakukan superposisi faktor tinggi air tertentu saat pasang purnana atau pasang Perbani (Hight Tide, Htp), kenaikan muka laut akibat wind set up (Wind Set Up, Ws), pengaruh laju penurunan muka tanah (Land subsidence, Ls) dan kenaikan muka laut akibat pemanasan global (Sea Level Rise, SLR). Proses formulasi menggunakan informasi data pengamatan pasang surut Stasiun Pondok Dayung Jakarta yang digunakan adalah mulai pengamatan 1 Januari 2007 sampai

dengan 31 Mei 2015. Sedangkan untuk data angin menggunakan data vektor angin yang berasal dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), dimana data tersebut merupakan hasil analisis ulang (Reanalysis) yang diperoleh dari the ECMWF Public Datasets web interface dengan resolusi 0.25°x 0.25°, pada ketinggian 10 m diatas permukaan laut. Data tersebut merupakan data asimilasi yang digunakan untuk membuat data angin ERA-Interim yang mengacu pada data angin yang dimulai pada tahun 2006. Data tersebut diunduh dari halaman situs: http://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim-full-daily.

Metoda Dampak Sosial Ekonomi

Metode analisis dampak sosial ekonomi banjir rob adalah dengan survei lapang, wawancara mendalam dan pengisisan kuesioner. Dalam observasi lapang, daerah survei dibagi tiga kawasan dengan karakteristik berbeda dalam tingkat dampak banjir rob yaitu zona 1 untuk kategori berat, zona 2 untuk kategori sedang dan zone 3 untuk kategori ringan. Asumsi pembagian zona adalah hipotesa bahwa tingkat dampak banjir rob akan mempengaruhi tingkat kenyamanan hidup penduduk, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tindakan adaptasinya.

Dalam analisis sosial ekonomi, tolak ukur dari dampak banjir rob dipakai : Indeks Kenyamanan Penduduk (IKP) atau Livable City Index; dengan menerapkan skala Likert yaitu 1 (tidak nyaman), 3 (cukup nyaman) dan 5 (sangat nyaman). Responden dipilih secara purposive sampling, dan masing-masing kawasan minimum 15 responden. Nilai rata-rata maisng-masing kategori didapatkan dengan perhitungan rata-rata geometrik, sedangkan nilai akhir IKP untuk masing-masing zona dihitung dengan rata-rata statistik Interpretasi IKP di telaah dari faktor yang berpengaruh dengan Radar Chart.

Berdasarkan telaah pustaka dan survei pendahuluan, maka pada awalnya ditetapkan 15 faktor yang diasumsikan mempengaruhi tingkat kenyamanan penduduk di wilayah yang mendapat dampak banjir rob yaitu 1. kualitas penataan kota, 2. jumlah ruang terbuka, 3. Perlindungan bangunan bersejarah, 4. Kualitas kebersihan lingkungan, 5. Tingkat pencemaran lingkungan, 6. kualitas kondisi jalan, 7. kualitas fasilitas pejalan kaki, 8. kualitas fasilitas kesehatan, 9. kualitas fasilitas pendidikan, 10. kualitas fasilitas rekreasi, 11. kualitas air bersih, 12. frekuensi banjir rob menggenangi jalan dan perumahan, 13. proporsi luas rumah dengan anggota keluarga, 14. kesempatan penduduk memperoleh penghasilan dari kerja lain saat banjir rob, dan 15. kesertaan penduduk dalam asuransi kesehatan.

Menurut Ikatan Ahli Perencanaan, indeks kenyamanan hidup/livable city index menunjukkan persepsi warga kota terhadap kondisi dan layanan perkotaan di maisng-masing wilayah. Keberadaan indeks tidak dimaksudkan untuk melakukan pemeringkatan “kota yang lebih baik” namun dimaksdukan untuk mengukur kualitas kehidupan warga kota.

Manfaat dari indeks ini adalah sederhana, aktual dan snapshot sehingga dapat dijadikan umpan balik kepada para perencana dari pengembangan perkotaan. Nilai IKP (LCI) ini didapatkan melalui survei berbasis persepsi tentang impresi warga terhadap tingkat kenyaman kotanya. Faktor yang dianggap penting bagi warga kota adalah ekonomi, fasilitas kesehatan, kebersihan, transportasi dan tata

kota. Dalam studi ini berdasarkan observasi lapang dan FGD ditetapkan faktor- faktor yang mendukung penilaian dari IKP adalah :

(1) Kualitas Kebersihan Lingkungan (2) Kualitas Kondisi Jalan

(3) Kualitas Pejalan Kaki (4) Kualitas Fasilitas Kesehatan (5) Kualitas Fasilitas Pendidikan

(6) Frekuensi Banjir Rob Menggenangi Jalan dan Perumahan (7) Proporsi Luas Rumah dengan Anggota Keluarga

(8) Kesempatan Penduduk memperoleh Penghasilan dari Kerja Lain saat Banjir Rob

Melalui survei persepsi pada daerah penelitian, ditiap faktor dinilai melalui skala likert 1 sampai 5 (1, sangat buruk dan 5, sangat baik). Nilai IKP didapatkan sebagai suatu bentuk indeks komposit dengan bobot yang sama untuk setiap faktor. Pada studi lanjutannya disarankan untuk menggunakan bobot untuk setiap faktor dengan teknik AHP atau pairwise comparison.

Masing-masing faktor tersebut mempunyai indikator parameter yang dapat dijadikan input dalam penyusunan strategi adaptasi, untuk selanjutnya disusun model adaptasi sebagai arahan dalam menyusun startegi kebijakan.

Teknik Permodelan Sistem

Pesisir Jakarta sebagai daerah studi secara normal alamiahnya merupakan kawasan rawa dan ekosistem bakau yang secara periodik menerima limpasan air laut pasang dan menggenang, kemudian mengering saat air laut surut. Laju pertumbuhan penduduk seiring dengan pesatnya perkembangan perekonomian Jakarta membawa konsekuensi kebutuhan akan lahan dan bangunan. Alih fungsi lahan yang terus berlangsung pada daerah-daerah yang selama ini menjadi kantong-kantong penerima limpasan air berubah menjadi kawasan perumahan, pertokoan dan industri termasuk di wilayah hulunya. Banjir pun menjadi pemandangan hal yang biasa terjadi setiap tahunnya bahkan dengan wilayah banjir yang semakin meluas. Selama dua dasawarsa belakangan, banjir Jakarta tidak bisa diremehkan lagi, korban jiwa dan harta sudah pada taraf perhitungan sebagai bencana yang tiap tahun intensitasnya makin meningkat. Masyarakat pesisir Jakarta adalah yang paling berat menerima beban banjir tersebut, sebab selain banjir rob yang hampir setiap bulan mereka alami, saat puncak musim hujan tiba maka limpahan kiriman air dari wilayah hulu Jakarta turut memperbesar intensitas banjir dan dampak yang ditimbulkannya.

Salah satu upaya kebijakan pemerintah dalam mitigasi bencana yang belum pernah disentuh adalah bahwa masyarakat pesisir Jakarta harus menerima lingkungan hidup yang ada di sekitarnya sebagai daerah limpasan air asin yang sangat dekat dengan fenomena banjir. Melalui pengelolaan berkelanjutan pada kawasan banjir, masyarakat pesisir DKI Jakarta diberi pilihan untuk berperilaku lebih cermat dan memahami kepekaan lingkungannya terhadap aktivitas sehari- harinya. Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah sistematis dan terstruktur dengan mengacu pada kondisi yang terjadi saat ini. Langkah-

langkah tersebut terbagi dalam beberapa tahap meliputi: analisis situasional banjir rob dengan melihat data empiris kejadian banjir rob sebelumnya serta mengkuantifikasi formula prediksi banjir rob kedepannya. Selain itu juga perlu dilakukan identifikasi alternatif strategi adaptasi penduduk yang terkena banjir rob; penyusunan serta memetakan Indeks Kenyamanan Penduduk (Liveable City Index) pada kawasan banjir rob, menganalisis Situasional Banjir Rob dan Identifikasi Alternatif Adaptasi, mengidentifikasi kebutuhan bencana banjir rob; menyusun isu kebijakan utama dengan penelaahan aspek legal terkait banjir rob, menyusun strategi pengelolaan kawasan banjir rob serta membangun model kebijakan adaptasi pengelolaan kawasan yang terkena banjir rob di pesisir Jakarta

Secara ringkas, rangka pemikiran penelitian ini digambarkan dalam diagram alir dibawah (Gambar 8).

Gambar 8 Kerangka Pemikiran Sistem Adaptasi Keberlanjutan Banjir Rob Lingkungan/Ekologi Teknologi Sosial Kelembagaan Ekonomi Kejadian Banjir Rob

Analisis Situasional Banjir Rob dan Identifikasi

Alternatif Adaptasi

Resiko Bencana Per Ka BNPB

No. 02/2012

Indeks Kenyamanan (Liveable City Index)

Telaah Aspek Legal (Policy Process Analysis)

Identifikasi Kebutuhan Kondisi Lingkungan

Wilayah Banjir Rob

Isu Kebijakan Utama (Key Policy Issue)

Strategi Pengelolaan

Model Kelembagaan Adaptasi Pengelolaan

Untuk merumuskan model kebijakan pengembangan struktur dilakukan dengan tahapan analisa dan sintesa. Tahapan awal adalah mengkaji kondisi eksisting terhadap bentuk-bentuk dan pola, peluang dan permasalahan banjir rob di Kecamatan Penjaringan dan selanjutnya dengan menganalisis indeks status keberlanjutan adaptasi banjir rob, menganalisis atribut kunci berpengaruh kemudian menyusun skenario, sintesa dan strategi implementasi model adaptasi. Sebagai titik awal dari pengembangan struktur model dapat digambarkan dalam diagram input-output sistem adaptasi banjir rob sebagai Gambar 9 berikut.

Gambar 9 Diagram Input-Output Sistem

Untuk merumuskan model adaptasi, maka setelah analisis sistem selesai, dilakukan model sintesa melalui metoda konvergensi (Georgiu, 2008) yang mengharmonisasikan hasil induktif-empiris dengan hasil deduktif-perencanaan skenario. Metode pemandu serasiannya dikerjakan dengan LTP-Logical Thinking Process (Dettmer, 2007)

Input Tak Terkendali  Jumlah Penduduk  Kondisi Lahan  Kondisi Cuaca  Jumlah Industri

 Jumlah Alat Transportasi  Urbanisasi

 Sampah/Polusi

Sistem Adaptasi Banjir Rob

Wilayah Pesisir Perkotaan

Output yang tidak diharapkan Input Terkendali

Output yang diharapkan Input Lingkungan

 Kebijakan pemerintah  Land subsidence Sea Level Rise

 Penanggulangan Bencana Banjir Rob  Indeks Kenyamanan

Meningkat

 Lingkungan lestari  Efisiensi Bantuan

Bencana

 Usaha Perikanan Lancar

 Regulasi  Kelembagaan  Dana Penanggulangan  Infrastruktur  Tata Ruang  Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat

 Intensitas Banjir Rob Meningkat

 Kualitas Hidup Penduduk Menurun

 Kerugian Materil Tinggi

 Biaya Bencana Meningkat

 Timbul penyakit Manajemen

Hasil akhir penelitian ini adalah model kelembagaan dan model manajemen dari upaya mengatasi dampak banjir rob didaerah pesisir wilayah kota besar; yang diikuti dengan penjabarannya melalui Implikasi kebijakan operasional. Untuk membangun model adaptasi berkelanjutan banjir rob, dilakukan dengan menggabungkan semua hasil analisis yang telah dilakukan melalui beberapa tahapan seperti di atas. Secara ringkas hubungan antara tujuan, alat analisis dan output setiap tahapan penelitiandapat di lihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Proses Perumusan Sistem Adaptasi Banjir Rob Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Sumber Data Analisis dan Metoda Keluaran yang Diharapkan 1. Analisis Situasional Banjir Rob dan Identifikasi Alternatif Adaptasi - Lingkungan Fisik - Sosial - Ekonomi - Kelembagaan - Teknologi -Pengamat an Lapangan -Wawan cara/ FGD - Data Statistik BPS - Susenas - PPLS -Referensi media masa cetak, elektronik - Analisis situasi - Metode Admiralty /Least Square - Perkiraan Dampak Negatif Banjir Rob - Identifikasi Banjir Rob 2. a Pemetaan Zonasi Resiko Bencana Banjir Rob - Data kuesioner dan wawancara - Data statistik kependudukan - Kuesioner dan wawancara -Standar minimal kebutuhan penduduk (SNI 03- 1733-2004) - Statistik Deskriptif Peta Indeks Kenyamanan Penduduk b. Menyusun Indeks Kenyamanan Penduduk - Citra Resolusi Tinggi terbaru - Peta RTRW - Peta Topografi - Peta Batimetri dan Prediksi Pasut - Peta Potensi Banjir - Peta Drainase - Peta Kondisi -Ikonos, Alos/Palsar - Dinas PU - BPBD - BMKG - Dishidros -Dinas Tata Kota - BIG - SIG -Peraturan Ka BNPB PetaZona Resiko Bencana

Eksisting

Tabel 4 Proses Perumusan Sistem Adaptasi Banjir Rob (lanjutan) Tujuan Penelitian Kebutuhan Data Sumber Data Analisis dan Metoda Keluaran yang Diharapkan 3.a Arahan Strategi Kebijakan Pengelolaan Kawasan pesisir yang Berkelanjut an - Lingkungan Fisik - Sosial - Ekonomi - Kelembagaan - Teknologi - Data Primer - Data Sekunder - Analisis Tekno Ekologis - Analisis Sosial Ekonomi Arahan Kebijakan Strategis b. Menyusun Model Pengelolaan Berkelanjut an Pada Kawasan Banjir di Pesisir. - Harmonisasi hasil induktif- empiris dengan hasil deduktif. Sintesa hasil keluaran tujuan 1, 2, 3 dan 4 - Metoda Soft System Methodo logy Model Adaptasi Pengelolaan Berkelanjutan Kawasan Banjir Rob

Untuk rancang bangun strategi adaptasi banjir rob digunakan metode Soft System Methodology (Checkland, 2000). Setelah melaksanakan analisa teknis tentang kejadian banjir rob yang diikuti dengan analisa sosial ekonomi terhadap dampak banjir rob serta upaya adaptasinya di Kecamatan Penjaringan DKI Jakarta, maka dapat disusun analisa sistem berdasarkan metoda Soft System Methodology

(SSM-Checkland Protocol). Metode ini sangat bermanfaat dalam menelaah secara holistik dari suatu sistem yang mengarah pada pembentukkan model kebijakan (policy model). Teknik SSM diterapkan dalam proses induktif dimana kajian kesistemannya didasarkan pada kejadian empiris serta informasi aktual. Berbagai informasi yang didapatkan melalui observasi lapang serta wawancara yang mendalam (in-dept interview) menjadi kawasan penerapan teknik SSM yaitu melalui :

(1) Rich Picture : gambaran skematis tentang sistem yang dikaji ditinjau dari peristiwa, pelaku dan interaksinya termasuk keterlibatan kelembagaannya. (2) Root Definition : definisi jangkar/pokok yang menjelaskan tentang perihal

yang dikaji dengan pendekatanan sistem, dimana definisi tersebut dapat dijadikan rujukan perekayasaan model kebijakan.

(3) Purposively Activity Map (PAM), yakni peta aktivitas yang mempunyai tujuan khusus dan saling berkaitan satu sama lain dalam ruang lingkup sistem yang dikaji. Dengan penggambaran PAM tersebut dapat dirancang lebih lanjut isu strategis atau asumsi strategis dalam permodelan sistem kebijakan.

Dokumen terkait