• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi dalam Kehidupan Bernegara

A. Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan Berkeluarga,

3. Implikasi dalam Kehidupan Bernegara

Dalam kehidupan bernegara, ada beberapa implikasi yang bisa saja terjadi pada pasangan nikah sirri, yaitu:

Pertama, implikasi hukum. Secara hukum, pasangan suami dan istri tidak mendapatkan perlindungan hukum secara sah dan diakui oleh negara, karena hal itu tidak bisa dibuktikan dengan adanya akte nikah. Implikasi ini akan berakibat pada:

a. Suami dan istri tidak bisa saling mewarisi apabila salah satu di antara mereka meninggal dunia lebih dahulu. Namun demikian, para istri rela melakukan nikah sirri walau tahu betul risiko tersebut.

b. Jika terjadi perceraian, harta gono gini tidak bisa dibagi. Kasus per ceraian dalam nikah sirri yang menghadapi masalah ini adalah pada pasangan Rhmh Snrt, Zmr dan Msr, serta Shd dan Styrn.

c. Anak yang dilahirkan juga tidak bisa mendapatkan pengakuan secara sah di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DKCS). DKCS hanya akan mengeluarkan akte kelahiran anak jika anak tersebut dilahirkan dari seorang ibu, sedangkan nama bapaknya tidak bisa dicantumkan. Seperti yang terjadi pada anak-anak Smtn.

d. Anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya (pasal 42 dan pasal 43 UU Perkawinan,

pasal 100 KHI). Tidak hanya dalam akte kelahiran, dalam KK juga tidak boleh ditampilkan ayah sebagai kepala keluarga. e. Apabila suami sebagai pegawai (PNS), istri tidak memperoleh

tunjangan perkawinan dan tunjangan pensiun suami. Terjadi pada pasangan St dan Fr juga Nr dan Klb.

Implikasi negatif dalam bidang hukum ini biasanya terjadi pada pasangan nikah sirri dan memiliki anak dari pernikahan tersebut. Misalnya terjadi pada pasangan:

a Smtn dan Mrgn. Dia merasa pasrah tak berdaya dengan nasib yang menimpanya. Pernikahan sirri yang telah mereka lakukan membuat keempat anaknya tidak memiliki akte seperti teman- teman lainnya. Akte yang mereka miliki hanya tercantum nama ibunya. Smtn tidak bisa menuntut suaminya untuk sekadar men- carikan akte kelahiran walau dia terima dengan tidak menyebut nama ayahnya. Bahkan Smtn juga tidak berani menuntut suami nya untuk membiayai anak-anaknya dalam mencari akte kelahiran.

b Fr dan St. Pasangan ini melahirkan dua anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Walau sejatinya mereka memiliki akte nikah asli dari KUA akan tetapi akte tersebut tetap tidak memiliki kekuatan hukum. Hal itu terjadi karena akte nikah tersebut juga dibuat dengan cara sirri sehingga tak ada orang yang tahu. Akibatnya, anak-anak yang dilahirkan tetap tidak bisa mencantumkan nama ayahnya.

c Khdj dan Rjmn. Dua anak telah dilahirkan dari pernikahan sirrinya. Kedua anak tersebut juga tidak bisa memiliki akte kelahiran dengan menyebutkan nama ayahnya.

d Ztn dan Zd. Anak laki-laki satu-satunya buah dari pernikahan sirrinya selain tidak bisa memiliki akte kelahiran dengan menyebut nama ayahnya, juga tidak bisa menuntut atas kewajiban nafkah dari ayahnya tersebut. Bahkan sejak lahir anak tersebut belum

pernah melihat ayahnya, karena pergi dan belum pernah pulang. Bahkan komunikasi via telepon pun jarang terjadi apalagi uang untuk membeli susu. Dalam keadaan demikian Ztn tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah.

e Hnk dan Ant. Pasangan ini punya satu anak perempuan yang belum sekolah, sehingga akte kelahiran belum dicarikan. Hal ini sengaja dilakukan karena menurutnya akte kelahiran mestinya mencantumkan nama ayahnya. Sementara mengikuti KK kakeknya.

Kedua, implikasi ekonomi. Merugikan kas negara. Sebagai- mana dijelaskan dalam UU No 11/1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda. Menerangkan bahwa seorang janda atau duda akan menerima gaji pensiun dari suami/istri selama mereka tidak memiliki istri/suami lain. Karena nikah sirri tidak bisa dibuktikan dengan akte nikah maka walaupun mereka memiliki suami/istri lain, gaji pensiun tetap diterimakan oleh negara. Kasus ini terjadi pada pasangan Kary dan Zhrtn, Mhb dan Mrym, Kdjh dan Rjmn.

Dilihat dari berbagai implikasi tersebut, nikah sirri pada dasarnya lebih banyak membawa implikasi negatif dibandingkan po- sitifnya. Dalam kata lain bahwa harapan untuk menarik ke maslaha- tan lewat menikah sirri dengan mengabaikan kemafsadatan yang ditimbulkan oleh nikah sirri ini telah menyalahi qaidah fiqhiyyah:

حلاصملا بلج على مدقم دسافملا ءرد

 

Artinya: “Mencegah kemudloratan lebih didahulukan daripada mengejar kemaslahatan”;

Oleh karena itu, bagi perempuan yang akan ataupun belum melakukan nikah sirri, sebaiknya berpikir dahulu untuk mela- kukannya karena akan merugikan diri sendiri. Bagaimanapun suatu perkawinan akan lebih sempurna jika dilegalkan secara hukum agama dan hukum negara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sahrul

Arifin dalam tesis yang berjudul Praktek Nikah Sirri di Kabupaten Wonosobo (Perspektif Hukum Islam dan hukum Positif di Indonesia).

Sehingga tidak hanya cukup sah menurut fiqh saja, yakni hanya memenuhi syarat dan rukun pernikahan. Tapi juga harus sah secara agama, artinya bahwa pernikahan tersebut harus bisa membawa kemaslahatan sesuai dengan tujuan ideal perkawinan yang bersifat universal. Karena pesan yang dibawa oleh agama bersifat universal di bawah prinsip rahmatal li al-‘alamin, bukan untuk kemaslahatan yang bersifat perorangan, sesaat dan kasuistik. Sah menurut negara artinya jika perkawinan itu sesuai dengan UU No I/1974.

Dalam hal ini Prof.Zuhri memberikan persepsi bahwa me- nikah itu memiliki tujuan kemaslahatan yang universal. Sementara dalam pernikahan sirri itu hanya mengacu pada maslahat tendensius. Karena berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Sementara perni- kahan itu memiliki tujuan kehidupan jauh kedepan yang lebih maslahat.

Dari sisi moral, Quraish Shihab mengatakan bahwa bentuk pelecehan paling nyata terhadap perempuan adalah nikah sirri, yakni melaksanakan nikah secara rahasia. Bahkan tidak jarang terjadi lahir anak dari hubungan seks di luar nikah dengan dalih nikah sirri. Inilah yang kemudian melahirkan istilah lelaki dan perempuan piaraan

yang keharamannya telah ditegaskan dalam QS. An-Nisa’ [4] ayat 25 yang menyebutkan larangan berzina dan juga larangan kepada perempuan-perempuan untuk mengambil lelaki sebagai piaraannya;

sedangkan QS. Al-Maidah [5] ayat 5 melarang laki-laki mengambil perempuan-perempuan sebagai piaraan. Kendati kelihatannya serupa dengan pernikahan biasa, pada hakikatnya ia tidak sejalan dengan pernikahan yang sah, yang melarang kerahasiaan serta menuntun penyebarluasan beritanya.115

Di sisi lain, nikah sirri tidak memiliki implikasi yang signifikan terhadap laki-laki (suami), bahkan justru sebaliknya. Nikah sirri

bisa menguntungkan pihak laki-laki. Karena tidak memiliki bukti yang sah berupa akte nikah, suami bebas melakukan pernikahan dengan siapapun dan kapanpun. Suami juga dapat menghindari hak dan kewajiban terhadap istri dan anak-anak yang dilahirkan. Suami terbebas dari kewajiban untuk membagi harta gono-gini, harta warisan, dan urusan kebendaan miliknya kepada istri dan anak- anaknya.116

Dokumen terkait