• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP LINGKUNGAN

7.3 Kebijakan Pengelolaan Jalan Raya

7.3.2 Implikasi Nilai Kerugian

Nilai kerugian yang dihitung berdasarkan nilai keterlambatan angkutan umum, biaya kesehatan, serta nilai kerugian akibat kebisingan yang dirasakan masyarakat Kecamatan Kasomalang di sekitar jalan raya menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi, baik secara teknis maupun manajemen.Rekayasa dan manajemen lalu lintas membutuhkan biaya yang lebih

66 rendah dibandingkan dengan pembangunan jalan atau jalur alternatif baru, seperti contoh yang diperuntukkan untuk jalur truk barang dan atau bus. Salah satu upaya dalam manajemen lalu lintas yang direkomendasikan yaitu pembatasan lalu lintas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu antara lain:

1. Pengaturan parkir tetap menjadi metode utama yang mengalokasikan ruang menurut kawasannya. Pengaturan parkir dapat dilaksanakan pada setiap tingkat yang ditentukan oleh pemerintah, yang memungkinkan semua tempat di jalan dan di luar jalan dikendalikan. Penawaran ruang dan harga yang dikenakan tergantung pada lama kebutuhan (permintaan).

2. Hambatan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan menentukan batas-batas ruang jalan dengan mengurangi kapasitas. Biasanya dengan sistem sinyal yang memungkinkan prioritas diberikan pada jenis-jenis kendaraan tertentu yang dipilih. Seperti contoh truk-truk besar dilarang melalui Jalan Raya Kasomalang pada jam-jam sibuk pagi dan sore yaitu pada saat para pegawai berangkat dan pulang kerja dan atau para pelajar berangkat dan pulang sekolah. Metode lain diantaranya adalah penyempitan jalan, larangan membelok, jalan ditutup dan hanya untuk pejalan kaki, jalan khusus sepeda dan jalan khusus bis.

3. Pemberian lisensi (izin) pelengkap yang dibutuhkan oleh kendaraan yang memakai suatu kawasan yang dikendalikan contohnya Jalan Raya Kasomalang. Kategori khusus dapat diberikan di dalam sistem kendali ini, misalnya penduduk, dokter dan penjaga toko.

4. Pemungutan biaya masuk kawasan yaitu suatu harga dibayar pada pintu masuk kawasan, tetapi kendaraan di dalam kawasan ini tidak dikendalikan.

67 5. Pemungutan pajak jalan kawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bervariasi mulai dari sistem meteran sampai dengan sistem beritingkat yang kompleks, ongkosnya diukur oleh meteran secara otomatis. Sistem yang disenangi adalah sistem yang mewajibkan tiap kendaraan mempunyai identitas jelas lalu dipancarkan ke detektor jalan, yang berada pada interval-interval jaringan jalan. Jumlah perjalanan lewat detektor dicatat dan pemiliknya dikirimkan rekening secara periodik dengan besar tagihan sesuai jumlah pemakaian sistem jalan tersebut.

6. Pengawasan dan kontrol emisi gas buang dan kebisingan suara dari kendaraan bermotor secara rutin, sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar akibat polusi udara dan kebisingan di jalan raya, yaitu dengan penanaman pagar tanaman rapat. Sebagai filter suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan dari lalu lalang kendaraan bermotor. Daun-daun tanaman dapat menangkap polutan–polutan di sekitarnya. Metode pada nomor satu dan dua merupakan tindakan non-fiskal, sedangkan metode pada nomor tiga hingga lima dapat dianggap sebagai tindakan fiskal. Strategi pengendalian lalu lintas harus mendorong suatu pendekatan yang lebih positif. Menciptakan alternatif yang cocok dengan perubahan jangka panjang pada tata letak kota atau Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Mendorong beberapa jenis perjalanan dan menghambat jenis-jenis perjalanan lainnya. Namun pembatasan dalam isolasi ini juga tidak luput dari timbulnya masalah seperti problema administratif dan masalah penerapan aturan (Hobbs, 1995).

68 Pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Dinas Pehubungan), Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan).

Pemeliharaan jalan dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Manajemen perencanaan infrastruktur jalan dilakukan dengan transparansi pengelolaan keuangan di tingkat masyarakat adat dan komunikasi yang intensif antara pimpinan masyarakat di tingkat atas dengan masyarakatnya. Agar peran serta tersebut optimal, diperlukan dukungan Pemda dalam bentuk bimbingan teknik dan manajemen pemeliharaan. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini perlu didukung oleh Pemerintah Daerah dalam kebijakan yang jelas serta penguatan terhadap lembaga formal (Dinas di Pemerintahan, Kecamatan) dan lembaga non formal (RT/RW) (Narsatya, 2001).

69 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Menurut persepsi masyarakat, terjadi perubahan kualitas lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Perubahan tersebut berupa meningkatnya proporsi jalan raya yang mengalami kerusakan yaitu sebesar 58,21 persen serta terjadinya peningkatan debu jalan dan kebisingan. Selain itu, dirasakan penambahan waktu untuk menempuh Jalan Raya Kasomalang sebesar 18,37 menit.

2. Masyarakat merasakan adanya dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas. Dampak negatif yang dirasakan meliputi kerusakan jalan, kemacetan, kecelakaan, peningkatan debu jalan dan kebisingan. Menurut responden masyarakat sekitar jalan raya, dampak negatif yang paling mengganggu adalah kebisingan yaitu sebesar 40 persen. Sebesar 70 persen responden penumpang angkutan umum menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kerusakan jalan. Sementara itu, 60 persen responden pengemudi angkutan umum dan 50 persen responden pengendara kendaraan pribadi menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kemacetan.

3. Total nilai kerugian yang dialami oleh angkutan umum akibat kemacetan di Jalan Raya Kasomalang yaitu sebesar Rp 183.333.533,65 per tahun. Total nilai kerugian masyarakat sekitar jalan raya akibat peningkatan debu jalan yaitu sebesar Rp 20.682.000,00 per tahun. Total nilai kerugian akibat kebisingan

70 yaitu sebesar Rp 733.923.750,00 per tahun. Nilai kerugian parsial akibat peningkatan volume lalu lintas tersebut, menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi baik secara teknis maupun manajemen.

4. Penerapan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang belum berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari kondisi fisik dan penggunaan jalan, pengawasan serta pengendalian lalu lintas yang belum memperhatikan aspek perlindungan lingkungan maupun masyarakat, sebagaimana yang telah diatur dalam aturan perundangan mengenai pengelolaan jalan.

8.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Dibutuhkan konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai penanggung jawab pembiayaan pembangunan, pemeliharaan rutin dan perbaikan jalan. Bertujuan agar infrastruktur daerah khususnya jalan raya dapat disesuaikan dengan perkembangan aktivitas transportasi masyarakat dan perubahan jangka panjang pada tata letak kota.

2. Diperlukan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten Subang terhadap para pengguna jalan dalam hal persyaratan teknis serta laik jalan, pengendalian penggunaan jalan sesuai kapasitas ruas jalan (menerapkan strategi pengendalian lalu lintas berupa tindakan non-fiskal dan atau fiskal), serta penerapan sanksi pidana secara tepat dan tegas bagi yang melanggar peraturan perundangan. Pengawasan berat muatan kendaraan dapat dilakukan dengan pembangunan jembatan timbang dan fasilitas pendukungnya.

ii ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN

VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP