LINGKUNGAN 45 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas
2.3 Usaha dalam Mengatasi Masalah Transportas
Meningkatnya volume lalu lintas yang tidak dibarengi dengan upaya pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut seperti meningkatnya tingkat kebisingan, meningkatnya emisi polusi udara yang dapat menurunkan kualitas udara, kerusakan jalan, kemacetan dan meningkatnya kasus kecelakaan lalu lintas. Adapun beberapa upaya dalam masalah trasportasi antara lain:
1. Pengelolaan dan Pengendalian Arus Lalu Lintas
Pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dapat dilakukan dengan Manajemen Lalu Lintas. Manajemen Lalu Lintas yaitu optimasi penggunaan
18 prasarana yang ada melalui peredaman atau pengecilan tingkat pertumbuhan lalu lintas. Memberikan kemudahan kepada angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem pergerakan.
Bentuk-bentuk tindakan dalam manajemen lalu lintas adalah sebagai berikut:
a. Tindakan untuk melancarkan lalu lintas kendaraan. Peningkatan kapasitas pada:
- persimpangan dan koordinasi persimpangan - jaringan jalan
- jalan-jalan utama
Instrumen yang dapat dilakukan antara lain: sistem satu arah, larangan belok kanan pada persimpangan, pengendalian belokan berputar, pengendalian jalan akses, pemasangan sinyal lampu lalu lintas di persimpangan dan koordinasi sinyal-sinyal lampu lalu lintas.
b. Tindakan untuk meningkatkan pergerakan manusia. - Tindakan melakukan prioritas pada bus/angkutan umum - Tindakan pada pejalan kaki dan sepeda
Instrumen yang dapat dilakukan antara lain: lajur khusus bus, jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki.
c. Tindakan untuk mengendalikan permintaan - Tindakan mengendalikan parkir
- Tindakan melakukan pembatasan lalu lintas secara fisik dan fiskal - Pengarahan rute
19 Instrumen-instrumen yang dapat dilakukan antara lain: Kawasan Pembatasan Lalu lintas (KPL) dan road pricing.
d. Tindakan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas - Tindakan pembatasan kecepatan
- Tindakan dengan pengarahan positif e. Tindakan untuk melindungi lingkungan
- Manajemen lingkungan lalu lintas
- Tindakan untuk mengatur rute truk dan larangan truk (Rekayasa Lalu Lintas, Universitas Widyagama, 2008)
Solusi lainnya dalam pengendalian lalu lintas yaitu dengan pembangunan jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang telah ada dan pembenahan sistem hirarki jalan. Hal ini terutama terlihat pada daerah perbatasan administrasi dengan daerah lain, yang sering terjadi penyempitan jaringan jalan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya koordinasi yang baik antara kedua pemerintah daerah dalam pembangunan sistem jaringan jalan (Tamin, 1997). 2. Mengurangi Polusi Udara
Cara terbaik mengurangi polusi udara dari sumber transportasi adalah dengan berusaha mengurangi emisi polusi dari sumbernya. Mengurangi emisi polusi dari sumbernya melalui perbaikan teknologi mengenai masalah lingkungan, seperti pengembangan sistem tenaga penggerak dari listrik, pemakaian bahan bakar minyak nabati dll.
Menurut Miller dalam Sukarto (2006), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara akibat aktivitas kendaraan bermotor yaitu:
20 a. Menggalakkan pemakaian sepeda dan mengembangkan sistem angkutan
massal (mass rapidtransit system) perkotaan. b. Mengurangi kendaraan bermotor (mobil). c. Mengubah mesin kendaraan bermotor.
d. Menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan dapat dilakukan dengan berbagai usaha. Beberapa strategi non fiskal diantaranya yaitu: tidak membangun jalan-jalan baru, menyediakan jalur khusus untuk angkutan umum (bis, taksi) dan sepeda khususnya pada jam-jam sibuk/padat lalu lintas, melarang kendaraan bermotor pada beberapa jalan atau pada daerah tertentu. Strategi fiskal dapat diterapkan yaitu dengan mengenakan pajak untuk tempat-tempat parkir kendaraan.
3. Mengurangi Kebisingan
Solusi untuk mengurangi kebisingan dari kendaraan bermotor yaitu : a. Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara
yang menimbulkan bisingnya.
b. Mengisolasi mesin-mesin kendaraan yang menjadi sumber kebisingan.
c. Merawat mesin dan secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi rasa bising.
Solusi lainnya untuk mengurangi dampak polusi udara dan kebisingan di jalan raya dapat dilakukan dengan cara penanaman pagar tanaman rapat sebagai filter atau penyaring suara, debu, bahkan bau. Sebagai filter suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan dari lalu lalang kendaraan bermotor. Daun–daun tanaman dapat menangkap polutan–polutan di
21 sekitarnya. Tanaman yang baik digunakan sebagai penyaring polutan sekaligus mengurangi kebisingan di jalan raya adalah tanaman perdu yang memiliki daun lebar, sehingga dapat menangkap polutan lebih banyak dari udara. Permukaan daun yang berbulu dapat mengakumulasikan polutan lebih banyak dari permukaan daun yang licin. Tanaman yang digunakan sebaiknya adalah tanaman yang mudah menggugurkan daunnya yang tua sehingga akan tumbuh tunas-tunas daun yang baru (Taihuttu, 2001).
Upaya pengendalian masalah transportasi tentu memerlukan biaya yang besar dan dalam jangka waktu yang panjang. Rekayasa dan manajemen lalu lintas membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan jalan atau jalur alternatif baru, seperti contoh yang diperuntukkan untuk jalur truk barang dan atau bus.
2.4 Konsep Contingent Valuation Method
Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengetahui nilai atau harga komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). Menurut Fauzi (2004) pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di Miami, Hawai, Amerika Serikat. Pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan; kedua, dengan teknik survei. Adapun tujuan dari CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat atau mengetahui keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi, 2004).
22 2.4.1 Tahapan Contingent Valuation Method
Salah satu teknik valuasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Willingness To Pay (WTP). Analisis WTP adalah penilaian sumberdaya alam dan lingkungan dengan memperkirakan seberapa besar seseorang ingin mengeluarkan sejumlah uang untuk upaya pengurangan dampak negatif yang mereka rasakan akibat penurunan kualitas lingkungan. Beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan Spash dalam Amanda (2009), yaitu :
1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunakan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh berapa nilai seseorang ingin membayar (WTP), yaitu :
a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai yang dimulai dari nilai terkecil sampai nilai terbesar sehingga mencapai nilai WTP maksimum yang diinginkan responden.
23 b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut.
c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mengindikasikan tipe pembayaran yang diterima responden terhadap sejumlah kerugian.
d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang ingin mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya.
3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP
Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran yang menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata- rata penawaran.
4. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses pengkonversian rata-rata penawaran terhadap total populasi. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi
semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan.
24 b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat
digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N.
c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi
discounting.
2.5 Pendekatan Biaya Pengobatan dan Pendekatan Produktivitas
Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit.
Tahap pelaksanaannya:
1. Mengetahui adanya gangguan kesehatan yang berimplikasi pada biaya pengobatan dan atau kerugian akibat penurunan produktivitas kerja.
2. Mengetahui biaya pengobatan yang dibutuhkan sampai sembuh.
3. Mengetahui kerugian akibat penurunan produktivitas kerja, misal dengan pendekatan tingkat upah atau harga produk yang dihasilkan.
4. Menghitung total biaya pengobatan dan penurunan produktivitas kerja.
Pendekatan produktivitas dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung nilai kerugian akibat keterlambatan yang dialami armada angkutan umum saat melalui Jalan Raya Kasomalang. Perubahan dalam kualitas lingkungan merubah produktivitas. Tahapan pelaksanaannya yaitu:
1. Memastikan bahwa perubahan produktivitas berkaitan dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
25 2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka waktu
tertentu.
3. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar.
(Panduan Valuasi Ekonomi SDAL Kementrian Lingkungan Hidup, 2007) 2.6 Kebijakan Transportasi
Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman serta mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota. Pendekatan secara makro (komprehensif/holistik) mengenai sistem kegiatan transportasi, dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sistem Tata Ruang Sumber : Haryono Sukarto, 2006
Gambar 2.1 Sistem Kegiatan Transportasi Sistem Penduduk Sistem Kegiatan Sistem Prasarana & Sarana Sistem Pergerakan
26 Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi.
Menurut Hobbs (1995), peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan dapat meliputi:
1. Peraturan Kendaraan: pendaftaran kendaraan, kemantapan mesin dan pengujiannya, struktur kendaraan, emisi dan lain-lain.
2. Peraturan Pemakai Jalan: Pemberian Surat Izin Mengemudi, prosedur penyelesaian dan pelaporan kecelakaan, peraturan untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki.
3. Peraturan Lalu Lintas dan Sistem Pengaturan: Jenis dan pemakaian perlengkapan atau alat, pembatasan dan pengawasan parkir, penaikan dan penurunan muatan, larangan beserta batasannya.
4. Perlindungan Masyarakat: Pengendalian perencanaan, standar kebisingan lingkungan, polusi udara dan pandangan, pengadaan angkutan umum, lampu- lampu, penyediaan dan pelayanan informasi, hak-hak dan kompensasi penduduk.
5. Ketetapan Finansial: pengendalian pendapatan dan belanja, pajak-pajak kendaraan, pajak bahan bakar, dan retribusi pemakaian, seperti parkir, pajak jalan, dan pajak-pajak lokal.
6. Pengelolaan dan Pengoperasian Sistem Jalan: Klasifikasi jalan, utilitas umum, pengendalian perawatan, organisasi keselamatan, program publisitas dan partisipasi masyarakat.
27 7. Pengendalian Pembangunan Baru: pencarian lahan, perencanaan pelaksanaan, rute-rute baru dan penigkatan jalan, publikasi rencana dan alternatifnya, pastisipasi masyarakat dan pembuatan keputusan.
2.7 Penelitian Terdahulu yang Terkait
Anwar (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Nilai Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Berdasarkan Pendekatan Willingness to Pay dan Willingness to Accept di Jalan Lintas Timur Sumatera”, mengestimasi nilai ekonomi kerusakan Jalintim Sumatera dari pandangan masyarakat pengguna berbagai jenis kendaraan dan masyarakat sekitar.Valuasi ekonomi terhadap lingkungan berdasarkan survei (survei – based method) dilakukan dengan mengukur seberapa besar keinginan membayar dan keinginan dibayar (Willingness to Pay/Accept, WTP/WTA) dari masyarakat pengguna berbagai jenis kendaraan untuk menikmati kondisi jalan yang lebih baik (bila terjadi perubahan lingkungan), yaitu perhitungan biaya kehilangan waktu (keterlambatan), biaya sakit (akibat debu), biaya kecelakaan, biaya kebisingan, dan biaya kejengkelan (emosi).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Hermawan (2009) yang berjudul “Valuasi Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Nasional Di Pantai Utara Jawa”, mengetahui nilai kerugian ekonomi akibat dampak fisik dan sosial dari kerusakan jalan. Valuasi kerusakan jalan dilakukan dengan menghitung Biaya Operasional Perjalanan (Non BOK) sedangkan konsep yang dipakai sebagai pendekatan yaitu pendekatan biaya dan keinginan dibayar/membayar. Pendekatan biaya dilakukan pada biaya kecelakaan, biaya kerusakan (biaya kehilangan waktu dan biaya kerusakan barang ) dan pengeluaran tambahan (biaya honor, kutipan, konsumsi pengguna jalan). Sedangkan pendekatan dibayar/membayar dilakukan
28 pada biaya emosional dan perhitungan biaya lingkungan. Metode valuasi ekonomi dalam dua metode pilihan, yaitu Valuasi ekonomi berdasarkan biaya (cost – based valuation), metode ini digunakan untuk menghitung pengeluaran tambahan dengan persaman:
C = K x p x u
Sedangkan untuk biaya kecelakaan dan biaya kerusakan barang didapat dengan mengalikan proporsi jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan/ kerusakan barang (%) dengan jumlah lalu lintas kendaraan dalam satu tahun (unit) lalu dikalikan dengan rata-rata biaya akibat kecalakaan/kerusakan barang (Rp/unit). Pengeluaran dihitung dari tiap kelompok responden (masyarakat sekitar jalan dan pengguna jalan).
Valuasi ekonomi berdasarkan survei (survei – based method) dengan keinginan dibayar/membayar (WTA/WTP) digunakan untuk menghitung biaya lingkungan dan biaya emosional.
C = pengeluaran tambahan (Rp/hari)
K = jumlah kendaraan yang lewat (unit/hari)
yi = pengeluaran tambahan dari responden ke-i (Rp/hari)
pi = jumlah responden yang mengeluarkan biaya honor tambahan n = jumlah sampel
29
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Seiring dengan pertumbuhan jumlah industri dan mobilisasi penduduk, tidak dapat dipungkiri bahwa permintaan akan sarana angkutan akan bertambah. Hal ini memicu terjadinya peningkatan volume lalu lintas. Jika peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan lalu lintas dan infrastruktur yang baik akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan.
Ruas Jalan Raya Kasomalang adalah salah satu barang publik yang digunakan masyarakat serta berbagai angkutan barang sebagai jalur alternatif untuk keluar dan masuk Kabupaten Subang. Sejalan dengan perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat dan adanya peningkatan volume lalu lintas di jalur tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat.
Alat transportasi berupa kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya kemacetan, kecelakaan, pencemaran udara, kebisingan dan kerusakan jalan yang kondisinya akan semakin parah seiring dengan peningkatan volume lalu lintas.
Nilai kerugian dari dampak negatif kemacetan, penurunan kualitas udara dan kebisingan dihitung, masing-masing dengan menggunakan metode nilai produktivitas, biaya kesehatan dan Willingness to Pay (WTP). Nilai ini merupakan estimasi nilai kerugian masyarakat yang nilainya akan lebih besar apabila tidak dilakukan pengelolaan dan pengawasan jalan. Kajian mengenai realisasi penerapan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang dapat menjadi acuan untuk rekomendasi dan evaluasi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan jalan raya.
30 Keterangan:
: Tujuan penelitian : Metode yang digunakan
Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Mobilisasi penduduk dan
aktivitas pengangkutan industri ke luar dan ke dalam daerah Subang Mengkaji kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang
Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan - Pendekatan Produktivitas - Pendekatan Biaya Pengobatan -Willingness to Pay (WTP) Mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat: -Keterlambatan -Penurunan kualitas udara -Peningkatan kebisingan. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap: -dampak negatif terpenting -perubahan lingkungan
Peningkatan Volume Lalu Lintas di Jalan Raya Kasomalang Subang
Konstruksi dan pengelolaan jalan yang tidak disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanannya Ekternalitas negatif : -Kerusakan jalan -Kemacetan -Peningkatan kebisingan -Penurunan kesehatan
-Peningkatan kasus kecelakaan
31 IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten Subang. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon, Majalengka dan sekitarnya. Jalur tersebut saat ini cukup padat seiring dengan bertambahnya aktivitas masyarakat menggunakan kendaraan bermotor dan meningkatnya jumlah truk-truk pengangkut barang yang keluar dan masuk Kabupaten Subang. Jalan Raya Kasomalang juga menjadi jalur utama pengangkutan hasil produk dari satu perusahaan air minum dalam kemasan yang berada di dekat lokasi penelitian. Pemilihan lokasi tersebut ditentukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Mei-Juli 2011.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dan penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner. Sementara data sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperti jurnal, dokumen dari perusahaan maupun instansi terkait dan lain-lain. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
32 Tabel 4.1 Kebutuhan Data
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden yang ditentukan dengan teknik random purposive sampling. Sampel penelitian dibagi berdasarkan kelompok responden pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. Pengguna jalan yaitu antara lain pengemudi angkutan umum, pengendara kendaraan pribadi dan penumpang angkutan umum, yang masing-masing berjumlah 20 responden. Responden lainnya berasal dari masyarakat sekitar Jalan Raya Kasomalang sejumlah 20 responden. Untuk analisis persepsi masyarakat mengenai perubahan lingkungan dan dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas digunakan seluruh sampel yaitu sebanyak 80 responden. Sedangkan untuk analisis nilai kerugian masyarakat, digunakan sampel sebanyak 40
Sasaran Macam Data Sumber Instansi
Gambaran lokasi penelitian
-Data kependudukan
-Kondisi infratruktur transportasi,
Data sekunder dan survei lapang -Kantor Kecamatan -Dokumen perusahaan Fakta mengenai
kondisi Jalan Raya Kasomalang
- Data peningkatan volume lalu lintas dan aktivitas yang mempengaruhinya - Jumlah kasus pasien ISPA dari tahun ke
tahun
- Jumlah kasus kecelakaan di sekitar jalur
Data sekunder - Puskesmas Jalan Cagakdan Kasomalang - Polsek Jalan Cagak - Dokumen
perusahaan Jenis kerugian
yang ditimbulkan
-Persepsi warga terhadap dampak negatif yang ditimbulkan akibat peningkatan volume lalu lintas dan perubahan lingkungan Data primer Nilai kerugian akibat adanya kemacetan, penurunan kualitas udara dan kebisingan
- Pendapatan pengemudi elf dan perubahan waktu
tempuh
- Biaya pengobatan ISPA - Pendekatan willingness to pay
masyarakat
untuk upaya meminimalisir kebisingan
Data primer
Pelaksanaan kebijakan
-Realisasi dan kendala pelaksanaan peraturan perundangan tentang pengelolaan jalan
-Perundang-undangan terkait pengelolaan jalan Data primer (wawancara) & Data sekunder -Dishub Kabupaten, -Bina Marga Provinsi dan Kabupeten
33 responden, yaitu 20 responden pengemudi angkutan umum untuk analisis nilai kerugian angkutan umum akibat keterlambatan/kemacetan dan 20 responden untuk analisis nilai kerugian masyarakat akibat polusi udara dan kebisingan. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel.
Tabel 4.2 Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode
Analisis Data
Jenis Data
1. Mengidentifikasi perubahan lingkungan dan dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya peningkatan volume lalu lintas.
Data primer (wawancara) Analisis Deskriptif Perubahan lingkungan Persentase Dampak negatif terpenting dari tiap kelompok responden 2. Menghitung nilai kerugian
masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang Data primer (wawancara) -Analisis Nilai Produktiitas -Biaya Pengobatan dan -Wllingness to Pay
Pendapatan yang hilang dan biaya yang dikeluarkan responden digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian masyarakat
3 Mengkaji kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang Data primer (wawancara) dan sekunder Analisis deskriptif dan studi literatur
Realisasi dan kendala penerapan kebijkan terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya
Kasomalang 4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk menganalisis persepsi responden mengenai dempak negatif yang ditimbulkan dari adanya peningkatan volume lalu lintas dan perubahan kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat. Begitu pula untuk mengkaji kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang. Realisasi dan kendala penerapan kebijakan terkait pengelolaan jalan menurut aturan perundangan dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk matrik.
34 4.4.2 Nilai Kerugian
1. Analisis Produktivitas
Analisis produktivitas dapat digunakan untuk menilai kerugian dari adanya keterlambatan angkutan umum yang melintasi Jalan Raya Kasomalang. Keterlambatan tersebut berimplikasi pada penurunan pendapatan. Pendapatan per hari dikonversi ke dalam rupiah per jam, lalu dicari nilai rupiah dari rata-rata keterlambatan. Nilai keterlambatan dikalikan dengan berapa kali angkutan melalui ruas jalan tersebut. Satu rit berarti dua kali melalui ruas jalan.
= ……….. x jumlah rit x 2
Total nilai kerugian akibat keterlambatan = jumlah armada elf x nilai kerugian
2. Biaya Kesehatan
Nilai kerugian akibat penurunan kualitas udara, diperoleh dengan menghitung biaya kesehatan. Nilai kerugian dapat dihitung dengan mengalikan jumlah masyarakat Kecamatan Kasomalang yang diduga dapat terkena efek langsung dari lalu lintas (masyarakat yang bermukim dalam jarak 15 meter dari ruas jalan) dengan rataan biaya berobat yang ditanggung masyarakat untuk sekali pengobatan ISPA tanpa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Total nilai kerugian akibat peningkatan debu jalan = n penderita x rata-rata biaya
3. Willingness to Pay
Pihak responden tidak memiliki hak kepemilikan (property right) atas barang publik. Barang publik yang dibahas pada bagian ini yaitu lingkungan yang tenang dan udara bersih. Nilai kerugian akibat kebisingan didapat dengan
35 mengetahui nilai Willingness to Pay (WTP) masyarakat, bukan Willingness to Accept (WTA). Untuk kasus barang publik, sulit untuk menentukan siapa yang wajib mengeluarkan kompensasi dan siapa yang berhak mendapatkan kompensasi