• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi pada Kebijakan

Dalam dokumen BAB 1 KENYAMANAN TERMAL (Halaman 102-109)

TERAPAN TAMAN DAN KENYAMANAN TERMAL

C. Implikasi pada Kebijakan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan jumlahnya mengalami penurunan, hal ini terkait dengan adanya pergeseran peruntukan lahan sehingga terjadi perubahan fungsi lahan dari ruang terbuka hijau menjadi fasilitas-fasilitas lain yang terkait dengan peningkatan kebutuhan ekonomi masyarakat. Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya melalui Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 yang dipublikasikan melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya,

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

menentukan luas RTH Kota Surabaya sebesar 20 % dari seluruh luas wilayah daratan, dan apabila luas wilayah Kota Surabaya 326,36 km2, maka seharusnya luas RTH sekitar 652,72 ha.

Kasus perkembangan RTH di Kota Surabaya sejak tahun 2001 tercatat seluas 218,34 ha dan tahun 2007 meningkat menjadi 269,29 ha sehingga masih kurang 10 % lebih bila dibandingkan dengan ketentuan Perda No 3 Tahun 2007. Upaya percepatan peningkatan kuantitas RTH di Kota Surabaya diantaranya dilakukan melalui program Surabaya

Green and Clean. Program Surabaya Green and Clean dicanangkan

sejak tahun 2005 yang awalnya untuk mengatasi masalah sampah di Kota Surabaya, selanjutnya dilakukan kemitraan dengan dunia usaha (PT. Unilever) dan melibatkan masyarakat, maka digelar program penghijaun (green) dan kebersihan (clean) melalui pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri dengan menggunakan slogan Surabaya

Green & Clean (SGC).

Memotivasi masyarakat pada kegiatan Surabaya Green and Clean dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penghijauan halaman rumahnya, maka program dikemas dalam bentuk lomba penghijauan dan kebersihan tahunan tingkat RW se-Kota Surabaya dengan fasilitas dari Pemerintah Kota Surabaya berupa bantuan bibit tanaman sayur. Keterlibatan masyarakat atau kelompok masyarakat khususnya dalam hal penghijauan diantaranya adalah Budidaya dan Pembibitan Tanaman Sayur, melalui : 1) berkebun Sayur di halaman rumah, 2) cara budidaya tanaman pada lahan sempit, 3) cara menanam sayur dengan menggunakan polybag atau pot; dan 4) budidaya tanaman sayur secara

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

terkait dengan penghijauan tidak semuanya bisa dilaksanakan disebabkan kurangnya informasi teknologi dan pembiayaan, khususnya pada budidaya tanaman sayur secara vertikultur.

Pelaksanaan bantuan bibit tanaman sayur kepada masyarakat, biasanya diberikan dalam bentuk tanaman sayur buah maupun tanaman sayur daun yang di distribusikan melalui Camat dan dibagikan kepada masyarakat melalui RW, (masing-masing kepala keluarga mendapatkan 15 tanaman sayur dalam wadah polybag). Pemberian bantuan bibit tanaman sayur ini berdasarkan permohonan masyarakat secara kolektif melalui RW kepada Pemerintah Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan tidak menyadari bahwa tidak semua warga masyarakat Kota Surabaya siap menerima bantuan bibit sayur untuk ditanam di halaman rumahnya, terutama dari ketersediaan lahan pekarangan dan minimnya informasi teknologi dan pembiayaan, sehingga banyak terjadi bibit tanaman ditempatkan di pinggir jalan (kampung) atau di pinggir kali/saluran sehingga mengganggu akses orang maupun kendaraan sebagaimana yang terjadi pada beberapa wilayah perkampungan di Kota Surabaya (Gambar 30).

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

Gambar 30.(a) Gambar 30. (b)

Penempatan tanaman di tepi jalan/sungai Penempatan tanaman menempel dinding Secara horisontal mengganggu akses akan merusak struktur dinding akibat sisa Pejalan kaki maupun kendaraan. Penyiraman.

(Hasil survey di Wilayah Rungkut Kidul) (Hasil survey di wilayah Jambangan)

Gambar 30. Contoh penempatan tanaman yang kurang optimal.

Hasil penelitian, peningkatan kenyamanan termal melalui penataan taman sayur yang dilakukan di Surabaya (Santoso, 2014), diharapkan akan membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam pencapaian program penghijauan kota Surabaya Green and Clean, dengan cara memberikan solusi penataan tanaman sayur secara

vertikultur yang disusun pada rak pada lahan sempit di Kota Surabaya,

sehingga akan membentuk taman sayur vertikultur (Santoso, 2014), sebagaimana Gambar 31. Dengan cara ini akan diperoleh berbagai manfaat taman pada lahan pekarangan sempit di perkotaan baik dari aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

Gbr. 31 (a). Rak tanaman secara vertikultur. Gbr. 31 (b). Taman sayur vertikultur.

Gambar 31. Taman sayur vertikultur (Santoso, 2014).

D. Penutup

Penataan taman sayur secara horisontal dapat menurun kan radiasi matahari indoor antara 84 – 174 W/m2, sedangkan penataan taman sayur secara vertikal dapat menurunkan radiasi matahari antara 37 – 143 W/m2. Penurunan radiasi matahari karena adanya penataan taman sayur secara vertikal dan horisontal belum dapat meningkatkan kenyamanan termal sesuai standar ASHRAE.55

Penataan taman sayur secara horisontal dapat menurunkan suhu udara indoor sampai 2,7 ºC, sedangkan secara vertikal dapat menurunkan suhu udara indoor sampai 1.1 ºC. Penurunan suhu udara

indoor pada belum dapat meningkatkan kenyamanan termal sesuai

standar ASHRAE.

Penataan taman sayur, baik secara vertikal maupun secara horisontal mampu nenurunkan kelembaban udara indoor , namun belum bisa meningkatkan kenyamanan termal sesuai standar kenyamanan ASHRAE 55.

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

tidak dapat meningkatkan kenyamanan termal sesuai standar ASHRAE 55, tetapi mampu meningkatkan kualitas udara yaitu mengurangi kadar CO2 sebesar 5,33 – 6,93 ppm dan meningkatkan kadar O2 sebesar 0,14 – 1,01 %. Penataan taman sayur secara horisontal tidak dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruang dibawahnya. Peningkatan kualitas udara tidak mampu meningkatkan kenyamanan termal sesuai standar ASHRAE 55

Persepsi responden dengan indek kenyamanan antara agak dingin (-1) dan sedikit hangat (+1) masih bisa merasakan kenyamanan dalam ruang, sehingga penilaian subjektif menunjukkan bahwa kenyamanan termal masih dalam batas toleransi responden, meskipun kondisi tersebut masih dibawah batas persyaratan/zona kenyamanan termal ASHRAE 55. Standar kenyamanan termal internasional yaitu standar ASHRAE 55 untuk bisa diterapkan di Indonesia sulit untuk dicapai hanya dengan mengandalkan sistim penghawaan alami.

Suhu netral atau kenyamanan termal indoor tidak dapat tercipta secara maksimal karena tidak adanya variabel kecepatan udara dalam ruang. Perubahan suhu udara dan kelembaban udara dapat meningkatkan suhu yang disyaratkan ASHRAE. Kenyamanan termal hasil penelitian dapat memenuhi standar Webb. Auliciems, MOM, dan LPMB-PU dengan suhu normal (temperatur efektf) sekitar 20 – 27 ºC TE

Penataan taman sayur baik secara vertikal maupun horisontal akan dapat meningkatkan kualitas udara, apabila antara taman sayur dan ruang yang dikondisikan tidak terdapat pembatas masif ( taman sayur dengan ruang yang dikondisikan berhubungan langsung).

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

Diterimanya suhu diluar kenyamanan yang disyaratkan oleh responden, menunjukkan bahwa standar ASHRAE 55 tidak mutlak berlaku pada pengaruh penataan taman vertikal/horisontal pada kenyamanan termaldan iklim tropis lembab di Indonesia. Kajian ini menunjukkan berbagai kenyamanan yang lebih leluasa dari iklim di Indonesia untuk diusulkan oleh standar internasional, bahwa Indonesia dapat diaklimatisasi terhadap suhu lingkungan yang lebih tinggi.

Penomoran halaman akan diedit oleh editor

Dalam dokumen BAB 1 KENYAMANAN TERMAL (Halaman 102-109)

Dokumen terkait