• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Implikasi penelitian

Besar harapan bahwa setelah penelitian berlangsung, akan terjadi dampak positif, antara lain :

1. Hendaknya dilengkapi sarana dan prasarana yang berhubungan dengan bidang studi Pendidikan Agama Islam.

2. Pihak sekolah hendaknya menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah atau donator, masyarakat sekitar, dan orang tua siswa.

ABSTRAK

QAMARIA.K, NIM : 105 19 1231 10. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo Kab. Gowa. (Abd. Rahim Razaq dan Mawardi Pewangi).

Skripsi ini merupakan suatu studi yang bertujuan untuk mengetahui bentuk aplikasi kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Selatan pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG). Faktor-faktor yang menjadi tantangan dan peluang kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) serta solusinya. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang selanjutnya dianalisis dengan cara kualitatif. Adapun populasi pada penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 12 orang dan siswa SD se-Kecamatan Bontonompo sebanyak 2.247. sampel dalam penelitian untuk guru ini ditentukan dengan penelitian populasi karena kurang dari 100, siswa ditentukan teknik Random Sampling sederhana, yakni sebanyak 10 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 236 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca PLPG cukup baik.

Intensitas kehadiran dalam kelas setiap jam pelajaran, adanya kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa, memberikan materi pelajaran dengan baik, dan disiplin dalam melaksanakan tugas. Tantangan peningkatan kinerja guru antara lain sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya minat siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam, serta kurangnya alokasi waktu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain menjadi peluang bagi guru menjadikan tantangan sebagai cambuk dalam menambah semangat kerja, sarana dan prasarana dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin, mengalokasikan dana BOS dan Dana Pendidikan Gratis untuk menambah sarana dan prasarana pendidikan, menarik perhatian dan minat siswa, guru bekerja sama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang

bermanfaat, memaksimalkan dan mengefesienkan waktu yang tersedia.

PLPG sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo. Setelah mengikuti dan lulus PLPG, guru-guru tersebut lebih giat menjalankan tugas, baik dalam hal mendesain atau menyusun persiapan mengajar maupun pelaksanaan pembelajaran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

1. Pengertian Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

Pendidikan dan latihan merupakan dua buah kata yang mempunyai perbedaan arti, namun memiliki hubungan yang signifikan.

Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris "education" berakar dari bahasa Latin "educare", yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth) jika diperluas, arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara teoritis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pada umumnya pendidikan berlangsung sejak 25 (dua puluh lima) tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat diartikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunannya. Secara praktis ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia individual pendidikan dimulai sejak bayi lahir, dan bahkan sejak masih ada di dalam kandungan.

Mempertimbangkan kedua pendapat itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat pada dan di dalam diri manusia sepanjang zaman.

Ahmad D. Marimba dalam Abuddin Nata (2003: 10), mengemukakan pengertian pendidikan secara sempit, yaitu "Bimbingan yang diberikan kepada anak-anak mulai dari buaian hingga dewasa".

Selanjutnya Ngalim Purwanto (2007: 10) mengemukakan bahwa, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat".

Kemudian, Muzayyin Arifin (2008: 12) menyatakan bahwa :

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga berlangsungnya, secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.

Sementara itu, M. Natsir Ali dalam Abuddin Nata (2003: 10-11) mengemukakan pengertian pendidikan secara luas, yaitu:

"Segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yakni upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat".

Jadi, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan oleh orang dewasa si pendidik (orang dewasa) terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak (si terdidik) menuju terbentuknya kepribadian yang utama agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.

Sedangkan latihan merupakan bentukan dari kata dasar ‘latih' yang berarti telah biasa, karena belajar atau diajar (Desi Anwar, 2003: 257).

Latihan dapat diartikan sebagai pembiasaan diri atau membelajarkan diri untuk bersikap atau melakukan suatu perbuatan.

Jadi, pendidikan dan latihan merupakan usaha yang dilakukan untuk membelajarkan diri agar mampu mengembangkan pribadi, menjadi orang pandai, berubah menjadi baik, dan berguna bagi masyarakat.

Pada pembahasan ini, peneliti akan meguraikan pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG). Sesuai dengan namanya, PLPG dirancang sebagai media untuk memberikan latihan dan tempat pendidikan lebih lanjut bagi para guru yang tidak lolos dalam penilaian portofolio. Selanjutnya, meningkatkan kemampuan guru ke arah tingkatan profesionalisme sesuai dengan ketetapan Undang-Undang adalah tujuan utama dari PLPG.

Pemaparan tentang PLPG disampaikan oleh Nasrum (2010: 71 - 72) sebagai berikut:

Pada awal implementasi PLPG, terlebih dahulu kemampuan guru akan diuji berdasarkan bidang studi yang diampunya. Para guru peserta sertifikasi akan menerima pendalaman materi yang

mencakup empat aspek penting selama mengikuti diklat profesi ini.

Keempat aspek tersebut antara lain, yaitu : paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Di akhir pelatihan, seluruh peserta akan diuji kembali dengan ujian tertulis dan praktek mengajar. Selain ujian itu peserta juga akan diberi kesempatan melakukan penilaian terhadap rekan sejawat berdasarkan pengalaman mereka selama mengikuti pelatihan. Penilaian ini dikategorikan dalam ranah kepribadian dan kompetensi social peserta. Prinsipnya semua peserta akan diuji keahlian dan bidang yang ditekuninya. Agar bisa mendapatkan sertifikat pendidik dan tidak mengulang dalam diklat profesi, maka guru harus bersungguh-sunguh dalam mengikuti diklat ini.

Jadi, PLPG merupakan ujian kemampuan guru dan pendalaman materi yang mencakup aspek paedagogik, profesional, kepribadian, dan social.

Selanjutnya, akan diuraikan penjelasan tentang sertifikasi. Nasrum (2003: 52) mengatakan bahwa :

Sertifikasi guru adalah program yang dirancang untuk melihat kelayakan guru dalam berperan sebagai agen pembelajaran yang dapat mewujudkan pendidikan nasional. Guru yang telah menerima sertifikat pendidik maka ia memiliki kualifikasi mengajar sebagaimana yang dijelaskan dalam sertifikasi tersebut.

Nasrum (2010: 21) mengemukakan bahwa:

Guru-guru yang bisa mengikuti program sertifikasi adalah guru-guru yang telah mengajar pada jenjang pendidikan tertentu, baik pendidikan usia dini, pendidikan dasar maupun pendidikan menengah yang berada di bawah payung Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama/ Kementerian Agama Rl. Peserta sertifikasi harus sudah memenuhi standar sekurang-kurangnya S1 atau D IV pada bidang yang ditekuninya.

Selain itu, guru harus memiliki kompetensi yang didasarkan atas wawasan teoretis. Meskipun telah memiliki kompetensi yang didasarkan atas wawasan teoretis, seorang guru masih juga belum bisa langsung menjadi profesional. Profesi menurut proses pengakuan kompetensi. Proses ini disebut dengan sertifikasi.

Suparta dan Aly (2002: 9) mengatakan bahwa :

Ada dua badan yang memiliki otoritas untuk memberikan sertifikat bahwa seseorang memiliki kompetensi untuk menjalani suatu profesi.

Pertama, badan pemerintahan yang menjamin kepentingan umum bahwa orang yang direkrut benar-benar memiliki kompetensi. Dalam hal ini, pemerintah dapat meminta orang yang menekuni profesi untuk menjadi tenaga ahli dalam rekrutmen. Kedua, organisasi

profesi itu sendiri. Organisasi ini tentunya akan berhati-hati dan bersikap selektif dalam melakukan rekrutmen, kesalahan dalam hal ini tidak hanya akan merugikan kepentingan umum, tetapi juga para praktisi itu sendiri akan kehilangan prestise dan kepercayaan publik.

Semua guru yang memenuhi syarat berhak mengikuti sertifikasi, baik PNS maupun non-PNS. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bab I pasal 14 ayat 1 tahun 2005 diuraikan tentang hak dan kewajiban guru, yaitu:

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social;

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sessuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. Memperoieh perlindungan dan melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. Memperoieh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. Memperoieh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada

peserta didik sesuai dehgah kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

j. Memperoieh kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

k. Memperoieh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;

l. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi daiam bidangnya. (Kementrian Agama Rl, 2006: 90).

Selanjutnya, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen pada bab I pasal 16 ayat 1 dijelaskan bahwa :

Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Lahirnya Undang-Undang pasal nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen membawa angin segar bagi guru dan dosen di seluruh penjuru tanah air. Diberiakukannya Undang-Undang tersebut akan dapat meningkatkan taraf financial bagi mereka yang telahh dinyatakan lulus sertifikasi nantinya yang merupakan realisasi perjuangan para guru dan doesn untuk mendapatkan perhatian lebih serius dari pemerintah.

Namun demikian, untuk mendapatkan status sertifikasi tersebut membutuhkan waktu dan pengorbanan lainnya. Tetapi setidaknya semua guru dapat berlega hati karena nantinya akan mendapat kesempatan.

Perlu diketahui, untuk mendapatkan hak sertifikasi tidaklah mudah.

Guru harus memiliki kualifikasi akademik yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi sarjana dan diploma empat. Selain itu, harus mempunyai empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Zainal Umuri (2010: 15) menuturkan bahwa :

Kalaupun ada masalah yang menyangkut sertifikasi tak lain adalah persoalan keterbatasan anggaran yang disiapkan oleh pemerintah.

Tetapi penyelesaian persoalan ini bukan ranah tanggung jawab kita.

Tetapi jika Anda ingin sedikit bersabar untuk menunggu giliran Anda akan merasa nyaman dalam nelaksanakan tugas di sekolah.

Kegairahan untuk mendapatkan sertifikasi hendaknya berbanding lurus dengan perfomansi Anda di depan kelas. Lakukan masa penantian sertifikasi dengan rasa nyaman dan senang, bukan diselimuti rasa iri hati dan kedongkolan yang dapat membuat Anda tidak produktif.

B. Kinerja Guru

Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar

"kerja" yang menerjemahkan kata dari bahasa asin prestasi, bisa juga berarti hasil kerja. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai, yang diperlihatkan dalam kemampuan kerja. (Desi Anwar, 2003)

Hasibuan (2003: 69) menjelaskan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Kata "kinerja" ini juga diidentikkan dengan kata performance.

Suyadi Prawirasentono menulis arti performance berdasarkan The Scribner dalam Rusyan dan M. Sutisno (2008: 38), terdapat keterangan bahwa kata tersebut berasal dari akar kata to perform yan mempunyai beberapa enty, yaitu :

1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan

2. Memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar 3. Menggambarkan suatu karakter dalam suatu permainan 4. Menggambarkannya dengan suara atau alat musik 5. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab 6. Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan 7. Memainkan pertunjukan musik

8. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin

Berdasarkan keterangan tersebut, Suyadi menjabarkan arti dalam performance atau kinerja sebagai hasil kerja dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pada dasarnya masalah kinerja telah diuraikan dalam ayat-ayat Alquran, di antaranya QS. Al-Ashr (103) ayat 1-3 sebagai berikut:



Terjemahnya :

(1) Demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Kementerian Agama Rl, 2010: 1099)

Dari uraian tersebut di atas, menjelaskan bahwa dalam pencapaian kinerja/prestasi kerja oleh seseorang hanya dapat dicapai bila memanfaatkan waktu dan kesempatan yan sebaik-baiknya. Penggunaan waktu yang tepat merupakan salah satu factor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baikya dalam melakukan pekerjaan dengan benar.

Allah Swt. berfirman mengenai balasan yang akan diterima manusia dalam berbuat dan bekerja, sebagaimana dalam QS. Al- Zalzalah (99) ayat:

599:

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Kementerian Agama Rl, 2010: 599)

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa apa pun yang dilakukan oleh seseorang namun tetap dihargai sebagai sebuah karya dan diawasi oleh Allah Swt., sehingga senantiasa memotivasi dirinya untuk berbuat yang terbaik terhadap suatu pekerjaan yang dilaksanakannya. Kaitannya dengan ini, Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Lail (92) ayat 4-7, sebagai berikut:

4. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. 5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), 7. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Kementerian Agama Rl, 2010: 595)

Demikian usaha yang dilakukan oleh setiap orang berbeda-beda, namun pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan pahala

dari sisi Tuhannya. Hal ini memberikan keyakinan akan kemudahan pelaksanaan suatu tugas jika didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan jangka pendek selama hidup di dunia, namun jauh lebih penting dari harapan yang besar adalah perolehan amal shaleh di kemudian hari (akhirat). Komitmen tersebut senantiasa didasarkan pada firman Allah Swt. dalam QS. Ghasyiyah (88)

8. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, 9. Merasa senang Karena usahanya. (Kementerian Agama Rl, 2010: 592)

Ayat tersebut mangisyaratkan pentingnya setiap orang berlaku tekun dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai pahala pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai pahala dari sisi Tuhannya, sehingga juga diharapkan senantiasa termotivasi melakukan pekerjaan dengan baik dan berhasil guna. pekerjaan dengan baik dan

berhasil guna. Setelah mengetahui pengertian kinerja, selanjutnya akan dibahas tentang pengertian guru.

Menurut Abdurrahman (1994: 57) bahwa :

"Guru adalah seorang anggota masyarakat yang berkompeten (cakap, mampu dan wewenang), dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembgaa luar sekolah.

Dalam pengertian di atas, maka dapatlah dipahami bahwa pada dasarnya guru adalah anggota masyarakat yang memiliki kecakapan, kemampuan dan wewenang dari masyarakat untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah. Zakiyah Darajat (1992: 39) mengatakan bahwa guru bukan saja sebagai pengajar, melainkan juga sebaga pendidik. Dengan demikian, maka istilah guru honor dan guru negeri hanyalah terletak pada yang memberikan wewenang tersebut. Kalau wewenangnya berasal dari pemerintah, maka ia disebut guru negeri, sedangkan kalau wewenangnya berasal dari masyarakat, maka ia disebut guru honor yang dapat dipercaya untuk mendidik anak-anak (siterdidik).

Agama Islam sangat mengahargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka sejalan yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup (Zakiyah Darajat, 1992:40).

Firman Allah dalam Q.S Al-Mujadilah (58) ayat 11, sebagai berikut:



Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Kementerian Agama Rl, 2010: 910)

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia, namun untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah mudah, artinya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yakni yang paling utama adalah ilmu pengetahuan yang harus dimiliki sebagaimana penjelasan di atas, di samping itu seorang guru juga harus memiliki kemampuan serta keterampilan mempengaruhi siterdidik untuk melakukan apa yang disyaratkan oleh guru tersebut.

Dalam UU Rl No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab I pasal I ayat 1 dikemukakan bahwa :

"Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, meiatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah."

(Kementerian Agama Rl, 2006: 1)

Dalam rangka mengoptimalkan kinerja guru tersebut, seorang guru hams mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum melaksanakan tugasnya dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.

Setelah mengetahui penjelasan tentang kinerja dan guru, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil yang suatu hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tuas-tugasnya sebagai tenaga pendidikyang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan perbincangan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Sorotan tersebut lebih bermuara pada ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh pada permasalahan tersebut.

Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Perlu dilihat sisi lemah pendidikan nasional, dengan gonta-ganti kurikulum pendidikan maka secara langsung akan berdampak kepada guru itu sendiri. Perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat

dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak halnya guru profesional.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yan diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya.

Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyaiitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metodologi yang akan digunakan, termasuk media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja guru dari hah ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus belajar. Tanpa itu, maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselarasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada di era globalisasi ini, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.

Menurut Hamid Darmadi (2009: 61) bahwa :

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan

nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik dari kinerja hari kemarin dan tentunya kinerja kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.

Guru sebagai tenaga pendidikan secara substantif memegang peranan tidak hanya melakukan pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan

Dokumen terkait