• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Instrumen penelitian

Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap suatu objek. Alat ukur dalam melakukan penelitian biasanya disebut instrumaen penelitian.

Instrumen penelitian adalah "suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati".

Instrumen penelitian yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Pedoman wawancara, yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung sacara lisan oleh peneliti dengan orang-orang yang dianggap berkompeten untuk memberikan keterangan. (Joko Subagyo, 2004: 31)

2. Pedoman angket, yakni sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. (Suharsimi Arikunto, 2006: 151)

3. Pedoman observasi ialah kegiatan pengamatan atau perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

(Suharsimi Arikunto, 2006: 152)

4. Catatan dokumentasi ialah cara mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan secara langsung melalui dokumen-dokumen tertulis maupun arsip pada lokasi penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Library research, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan beberapa bahan literatur berupa buku-buku, majalah, brosur, serta tulisan-tulisan yang erat kaitannya dengan pembahasan ini.

Untuk penelitian ini penulis menggunakan cara :

a. Kutipan langsung, yakni mengutip isi ataupun pendapat-pendapat suatu karangan tanpa mengadakan perubahan.

b. Kutipan tidak langsung, yakni mengutip isi atau teori ataupun pendapat suatu karangan dengan menyimpulkan, mengatur, dan meringkaskan.

2. Field research, yaitu penelitian lapangan dengan langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini digunakan cara antara lain :

a. Observasi, yakni penulis mengadakan pengamatan langsung ke lapangan.

b. Wawancara, yakni penulis mengadakan wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten untuk memberikan informasi berupa data yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi, yakni metode yang digunakan dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

d. Daftar isian/angket, yakni penelitian yang dilakukan dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang kemudian diedarkan kepada orang tua yang dijadikan sampel guna kepentingan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Data yang penulis kumpulkan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan yang selanjutnya penulis meningkatkan atau mengolahnya dalam suatu bentuk analisis. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode induktif, yaitu suatu metode pembahasan yang dimulai dari masalah yang bersifat khusus kepada masalah yang bersifat umum.

2. Metode deduktif, yaitu suatu metode penganalisaan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.

3. Metode komparatif, yaitu suatu metode yang penulis gunakan untuk membandingkan suatu data dengan yang lainnya kemudian mengambil suatu kesimpulan.

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis dan Demografis Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Kecamatan Bontonompo merupakan daerah dataran yang berbatasan sebelah utara Kecamatan Bajeng, sebelah selatan Kabupaten Takalar, sebelah barat dan sebelah timur Kabupaten Takalar. Dengan jumlah desa/ kelurahan sebanyak 9 desa dan dibentuk berdasarkan PERDA No. 7 tahun 2005. Ibukota Kecamatan Bontonompo adalah Kelurahan Tamallaeng dengan jarak sekitar 30 km dari Sungguminasa. Luas wilayah Kecamatan Bontonompo adalah 30,39 km2yang terdiri atas 8 desa dan 2 kelurahan.

Keadaan penduduk di Kecamatan Bontonompo pada umumnya suku Makassar. Dengan kata lain, penduduk yang turun temurun yang mempunyai nenek moyang makassar asli. Di samping itu ada pendatang yang sudah bercampur dengan penduduk asli seperti suku Bugis, suku Jawa yang mengadakan kawin silang, sehingga dengan cara seperti ini dianggap sebagai penduduk yang sudah serumpun.

Sumber penghidupan pokok masyarakat Kecamatan Bontonompo adalah pertanian, di samping usaha-usaha lainnya. Dalam bidang pertanian, sangat menguntungkan masyarakat karena hasii panen dapat dipetik tiga kali

dalam setahun, yang pertama dan yang kedua.adalah padi, dan yang ketiga adalah palawija seperti kedelai, jagung, dan kacang-kacangan.

Usaha di bidang ini merupakan usaha pokok bagi masyarakat yang hasilnya memuaskan atau mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anaknya, dan juga faktor usaha pertanian ini pula yang merupakan salah satu penghambat yang menyebabkan terputusnya pendidikan anak-anak usia sekolah.

Kecamatan Bontonompo, sebagaimana kecamatan lainnya mempunyai batas-batas wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya.

Kecamatan Bontonompo batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bajeng.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Bontonompo Selatan.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bajeng Barat dan Galesong.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Jumlah penduduk Kecamatan Bontonompo pada tahun 2012-2013 sebanyak 12.268 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 5940 jiwa dan perempuan sebanyak 6328 jiwa, sekitar 98% beragama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel III

Keadaan Penduduk Kecamatan Bontonompo Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah persentase

1 Laki-laki 5.940 48

2 Perempuan 6.328 52

Jumlah 12.268 100

Sumber Data : BPS KabupatenGowa, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah pendukuk di Kecamatan Bontonompo lebih banyak perempuan dari pada laki-laki.

2. Keadaan Pendidikan dan Sosial Budaya Masyarakat a. Keadaan Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, sampai SMA/Aliyah, baik itu yang bersatatus negeri maupun swasta. Masalah pendidikan dilihat dari hasil penelitian akhir-akhir ini sudah semakin maju karena adanya bantuan-bantuan dari pemerintah, misalnya Bantuan Operasnional Sekolah (BOS), Dana Pendidikan Gratis, serta bantuan dari pemerintah untuk siswa-siswa miskin (tidak mampu) dan yang berprestasi. Kemajuan di bidang pendidikan

juga dapat dilihat dari jumlah sekolah yang bertambah, hal tersebut diring dengan bertambahnya jumlah siswa setiap tahunnya.

Secara terperinci lembaga pendidikan di Kecamatan Bontonompo selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV

Keadaan Sarana Pendidikan (Sekolah) di Kecamatan Bontonompo Tahun 2012

No Jenis Sarana Pendidikan Sekolah Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 14

2 Sekolah Dasar (SD) 38

3 SMP/MTs 6

4 SMA/ SMK 3

Jumlah 52

Sumber Data : Cabang Dinas Diknas Kecamatan Bontonompo, 2012

Tabel V

Keadaan Sarana Pendidikan Luar Sekolah di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

No Jenis Sarana Pendidikan Luar Sekolah Jumlah

1 Taman Pendidikan Alquran 42

2 Pemberantasan Buta Aksara 9

3 SPAS 20

4 Pengajian Rutin 4

5 Pengkaderan 5

6 Majelis Ta'lim 9

7 Jum'at Ibadah 10

8 Pembinaan Tilawah 2

Jumlah 111

Sumber Data : Kantor Kecamatan Bontonompo. 2012

Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa keadaan lembaga pendidikan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sudah cukup bagus dan didukung oleh jalur transpor yang sudah lancar.

b. Sosial Budaya Masyarakat

Berikut ini akan diuraikan sifat-sifat kegiatan sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat Bontonompo sekaligus menggambarkan ciri khas kebersamaan masyarakat tersebut. Pada kenyataannya masyarakat Bontonompo menyatu dengan kehidupan manusia dalam suatu masyarakat, karena sosial budaya berasa! dari manusia itu sendiri selaku makhluk social.

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasarakat tentu saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, yang tidak terlepas dari kepentingan umum atau masyarakat untuk hidup lebih rukun dan saling mengisi. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu kala masyarakat Bontonompo menganut suatu kebiasaan sampai sekarang, yaitu gotong-royong.

Pelaksanaan gotong royong ini menurut Ibu Rabasia selaku pegawai kantor Kecamatan Bontonompo bahwa :

"Gotong-royong ini dalakukan setiap hari ahad, karena pada hah itu semua masyarakat, baik pegawai maupun bukan pegawai lebih mudah dikumpulkan untuk memperbaiki jalan atau bangunan yang perlu dibenahi, misalnya sarana ibadah, sarana pendidikan, atau rumah panggung penduduk yang hendak diangkat, dibalik atau dipindahkan." (Wawancara, 28 September 2012)

pemerintah setelmat atas dirinya atau kelompok masyarakat tefnpat ia berada. Juga dari kebiasaan di atas, dapatiah dikatakan bahwa rasa sosial di

Kecamatan Bontonompo ini semakin baik. Demikian pula karena rasa saling menghargai, hormat menghormati sesame masyarakat terjaiin baik dan harmonis.

Berbicara masalah budaya tentu tidak terlepas dari manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang dapat berpikir dan merasa. Dari pikiran dan perasaan itulah mereka menciptakan suatu budaya yang turun temurun dan akhirnya menjadi tradisi yang sulit dihapus.

3. Kepercayaan dan Kehidupan Beragama Masyarakat

Masyarakat Kecamatan Bontonompo mayoritas beragama Islam.

Pembangunan di bidang agama tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan lajunya pendidikan guna membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat bertanggung jawab, baik sebagai persorangan maupun sebagai masyarakat. Demikian pula telah dibangun beberapa sarana peribadatan pada tiap desa dan kelurahan.

Adapun keadaan sarana ibadah di Kecamatan Bontonompo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VI

Keadaan Sarana Ibadah di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

No Desa/ Kelurahan Jumlah

1 Kelurahan Bontonompo 5

2 Kelurahan Tamallayang 4

3 Kelurahan Kalase'rena 5

4 Bontobiraeng Utara 2

5 Bontobiraeng Selatan 3

6 Barembeng 5

7 Kalebarembeng 4

8 Bontolangkasa Utara 2

9 Bontolangkasa Selatan 2

10 Katangka 3

11 Bategulung 3

12 Manjapai 6

13 Romanglasa 3

14 Bulogading 2

Jumlah 49

Sumber Data : Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo, 2012

Dari tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa sarana peribadatan untuk umat Islam di Kecamatan Bontonompo cukup memungkinkan bagi masyarakat untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt.

B. Bentuk Aplikasi Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Selatan Pasca Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

Salah satu tujuan dilaksanakannya Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Kesadaran guru dalam meningkatkan kinerja merupakan realisasi dari PLPG tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan sebagai imbas dari PLPG tersebut, yakni meningkatkan kesejahteraan dengan cara memberikan gaji atau tunjangan professional kepada setiap guru yang telah mengikuti PLPG.

Abd. Rahman, (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Balaburu), mengatakan bahwa :

Tidak ada lagi alasan untuk bermalas-malasan menunaikan tugas sebagai guru. Selama ini mungkin banyak di antara kita yang kurang

bersemangat mengajar, disebabkan minimnya pengetahuan atau pemahaman tentang metode, variasi, serta pendekatan dalam mengajar. Akan tetapi, pada PLPG kita betul-betul dilatih agar professional, sehingga kita mampu mengaplikasikan apa yang didapatkan dari PLPG. (Wawancara, 26 Nopember 2011)

Pada kesempatan lain, Sabaruddin (Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri Bontorikong) mengatakan bahwa :

Kami sebagai guru merasa berkewajiban untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas mulia. Sebelum kami mengikuti PLPG, kami masih sering memberikan pembelajaran seadanya. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami tentan cara-cara mengajar. Akan tetapi, setelah kami mengikuti PLPG, Alhamdulillah semangat mengajar kami semakin meningkat. PLPG bukan hanya menambah pengetahuan guru, tetapi juga menambah kesejahteraan guru. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Pendapat tersebut bukan sekadar pengakuan, melainkan sesuatu yang konkrit. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban siswa terhadap angket yang disebarkan oleh peneliti. Untuk lebih jeiasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VII

Kerajinan Guru hadir dalam Kelas pada Jam Pelajaran

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat rajin 175 74%

2 Rajin 61 26%

3 Kurang rajin -

-4 Tidak pernah -

-Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 1

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 34 responden, sebanyak 175 orang atau 74% yang mengatakan bahwa guru sangat rajin hadir dalam kelas pada jam pelajaran, sebanyak 61 orang atau 26% yang mengatakan guru rajin hadir dalam kelas pada jam pelajaran, dan tidak ada satu pun yang mengatakan guru kurang atau tidak pernah hadir dalam kelas pada jam pelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo selalu hadir dalam kelas untuk melaksanakan tugas mengajar.

Kesadaran guru untuk meningkatkan kinerja tidak hanya ditandai dengan kehadirannya dalam kelas, tetapi juga disertai dengan kepeduliannya

terhadap hasil belajar siswa-siswanya. Untuk mengetahui tingkat kepedulian guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo terhadap hasil belajar siswa-siswanya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VIII

Kepedulian Guru terhadap Hasil Belajar siswa

No Altematif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat Peduli 144 61%

2 Peduli 71 30% '

3 Kurang peduli 21 9

4 Tidak peduli

-Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 2

Tingkat kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa merupakan cambuk atau motivasi untuk lebih giat melaksanakan proses belajar mengajar. Para guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dapat dikatakan orang yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang mengatakan sangat peduli sebanyak 144 orang atau 61%, yang mengatakan peduli sebanyak 71 orang

atau 31%, yang mangatakan kurang peduli sebanyak 21 orang atau 9%, dan tidak ada responden yang mengatakan tidak peduli.

Jawaban tersebut dikuatkan oleh Muh. Syukri (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Anassappu) yang mengatakan bahwa:

Sebagai seorang guru, kami berkewajiban untuk mengontrol hasil belajar siswa-siswa. Hal ini akan menjadikan kami" lebih mengetahui tingkat keberhasilan kami dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan apa saja yang hams dibenahi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo sangat peduli terhadap hasil belajar siswa-siswanya.

Selain kehadiran dan tingkat kepedulian guru terhadap hasil belajar siswanya, masih ada hal lain yang menjadi tolok ukur kesadaran peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo, di antaranya adalah penjelasan materi pelajaran. Untuk mengetahui bagaimana guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dalam memberikan materi pelajaran, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IX

Pemberian Materi Pelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat baik 66 28%

2 Baik 125 53%

3 Kurang baik 45 19%

4 Tidak baik

-Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 3

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pemberian. materi pelajaran oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo sudah baik. Dari 236 responden, sebanyak 66 orang atau 28%

yang mengatakan sangat baik, 125 orang atau 53% yang mengatakan baik, 45 orang atau 19% yang mengatakan kurang baik, dan tidak ada yang mengatakan tidak baik.

Selanjutnya, kesadaran untuk meningkatkan kinerja juga ditandai dengan tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh guru. Kedisiplinan yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo relatif,

bergantung pada situasi yang dihadapi. Untuk lebih jelasnya, kesadaran berdisiplin guru Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel X

Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat disiplin 57 24%

2 Disiplin 132 56%

3 Kurang disiplin 42 18%

4 Tidak disiplin 5 2%

Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 4

Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika dalam pelaksanaannya ditanamkan kedisiplinan. Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dalam menjalankan tugasnya memiliki kedisiplinan. Hal ini dapat diketahui dari tabulasi di atas, bahwa sebanyak 57 orang atau 24% yang menjawab "guru sangat disiplin", 132 orang atau 56%

yang menjawab "disiplin", 42 orang atau 18% yang menjawab "kurang

disiplin", dan 5 orang atau 2% yang menjawab "tidak disiplin". Jadi. dapat disimpulkan bahwa guru di MTs Muhammadiyah Likuboddong memiliki kedisiplinan dalam menjalankan tugas.

Jawaban angket tersebut juga dikuatkan oleh Hj. Aminah, sebagai guru Pendidikan Agama Islam, bahwa :

Setelah kami mengikuti PLPG, kami berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kedisiplinan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran kami bahwa tanggung jawab sebagai pendidik sangat besar, seharusnya mampu memberikan contoh kepada peserta didik agar senantiasa berdisiplin. (Wawancara, 27 Nopember2012)

Jadi dapat disimpuikan bahwa kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca PLPG cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan intensitas kehadiran dalam kelas setiap jam pelajaran, adanya kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa, memberikan materi pelajaran dengan baik, dan disiplin dalam melaksanakan tugas.

C. Faktor-faktor yang Menjadi Tantangan dan Peluang Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Sertifikasi serta Solusinya

Dalam rangka meningkatkan peluang kinerja guru, tidak sedikit tantangan yang dihadap. Namun, di balik tantangan tersebut juga masih banyak peluang serta solusi yang ditemukan. Tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam merupakan bahan pemikiran oleh berbagai pihak terutama pelaku pendidikan dan penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah, orang tua peserta didik, dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran proses pendidikan. Selain itu, tantangan juga dapat dikategorikan sebagai alat ukur. Jika segenap elemen yang terkait dengan pendidikan mampu melewati dan menemukan solusi atau menjawab tantangan tersebut, maka boleh dikatakan berhasil.

Menurut Hamzah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Bontosallang), bahwa :

Jika berbicara soai tantangan, maka itu tidak akan pernah habis. Di antaranya yang sering kami hadapi adalah sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum lengkap, perpustakaan belum ada, buku-buku paket masih kurang, Alquran dan buku penunjang sebagai pelengkap pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih terlalu sedikut. (Wawancara, 27 Nompember 2012)

Informasi yang diberikan oleh salah seorang guru Pendidikan Agama Islam perlu mendapatkan perhatian. Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung kelancaran proses pendidikan.

Selanjutnya, ditambahkan pula oleh Hj. Rahmatiah yang mengatakan bahwa:

Tantangan yang kami hadapi dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai guru antara lain banyaknya siswa yang kurang bahkan tidak berminat mempelajari Pendidikan Agama Islam. Akhir-akhir ini perhatian siswa lebih banyak dialihkan ke hal-hal yang bersifat hiburan, teknologi canggih terkadang menjadikan mereka cenderung malas untuk belajar agama, sehingga kami sebagai guru Pendidikan Agama Islam kadang-kadang tidak tau harus berbuat apa.

Lebih lanjut Hj. Subaedah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Alerang) mengatakan bahwa:

Tantangan yang kami hadapi dalam upaya meningkatkan semangat kerja antara lain alokasi waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang masih kurang. Materi yang hams diberikan kepada siswa beserta praktek-prakteknya cukup banyak, sedangkan alokasi waktu yang ditetapkan terlalu sedikit bila dibandingkan dengan mata pelajaran umum.

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Demikian halnya dengan tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kinerja. Menurut Murni (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Ta'buakkang), bahwa :

Tantangan yang dihadapi oleh guru pendidikan Agama Islam tidak boleh menjadikan semangat kerja kita surut. Akan tetapi, sebaliknya itu yang seharusnya kita jadikan sebagai cambuk untuk lebih meningkatkan semangat kerja. Sarana dan prasarana yang kurang memadai harus dimaksimalkan dan diusahakan agar bertambah.

Setiap sekolah mendapatkan Dana Bantuan Operasional dan pendidikan gratis. Dari dana tersebut bisa dialokasikan untuk menambah sarana dan prasarana. Selain itu, pihak pengelola sekolah harus pandai-pandai mencari bantuan dari pemerintah serta mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Selanjutnya, ditambahkan pula oleh Mardiah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Barembeng) yang mengatakan bahwa :

Jika banyak siswa yang kurang berminat belajar Pendidikan Agama Islam, maka tugas kita sebagai pendidik adalah mencari cara

bagaimana menarik perhatian dan minat siswa. Misalnya, memberikan materi pembelajaran dengan berbagai metode dan variasi. Selain itu, guru bekerjasama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa harus memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang bermanfaat. Misalnya, membatasi atau melarang siswa membawa Hand Phone, membatasi siswa menggunakan motor. Untuk alokasi waktu, guru menggunakan waktu yang tersedia semaksimal dan seefisien mungkin. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Berdasarkan informasi dari responden, dapat disimpulkan bahwa tantangan peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo antara lain sarana dan prasarana pendidikan belum memadai atau masih kurang, kurangnya minat siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam, serta kurangnya alokasi waktu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sedangkan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk menjadikan tantangan sebagai cambuk dalam menambah semangat kerja. Adapun sarana dan prasarana yang belum lengkap atau belum memadai harus dimaksimalkan dan dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin, mengalokasikan Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Dana Pendidikan Gratis untuk menambah sarana dan prasarana

pendidikan, mencari cara bagaimana menarik perhatian dan minat siswa.

Misalnya, memberikan materi pembelajaran dengan berbagai metode dan variasi. Selain itu, guru bekerjasama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa harus memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang bermanfaat, serta memaksimalkan dan mengefisienkan waktu yang tersedia.

D. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Kebijakan pemerintah mengadakan Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selama ini masih banyak guru yang tidak memahami profesinya, juga tidak mampu menjalankan tugas secara professional, sehingga mutu yang dihasilkan juga sangat kurang. Realisasi dari PLPG antara lain peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik, dan yang menjadi harapan bersama adalah kinerja guru semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abd. Rauf (Guru Pendidikan Agama Islam SD Romanglasa), bahwa :

Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) sangat berpengaruh pada peningkatan semangat kerja para guru. Hal ini

Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) sangat berpengaruh pada peningkatan semangat kerja para guru. Hal ini

Dokumen terkait