• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1433 H/ 2012 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1433 H/ 2012 M"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SD SEKACAMATAN PENGARUH SE-BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan seminar proposal Guna menyusun skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

QAMARIA. K 105 19123110

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1433 H/ 2012 M

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Pendidikan dan latihan sertifikasi... 7

B. Kinerja guru... 13

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis penelitian... 23

B. Variabel penelitian... 23

C. Defenisi operasional variabel... 23

D. Lokasi dan objek penelitian... 24

E. Populasi dan sampel... 24

F. Instrumen penelitian... 27

(3)

G. Tehnik pengumpulan data... 28

H. Tehnik analisis data... 30

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 31

A. Gambaran umum lokasi penelitian... 31

B. Bentuk aplikasi kinerja guru pendidikan agama islam di SD se-kecamatan bontonompo selatan pasca pendidikan dan latihan sertifikasi... 31

C. Faktor-faktor yang menjadi tantangan dan peluang kinerja guru pendidikan agama islam di SD se kecamatan Bontonompo pasca pendidikan dan latihan sertifikasi serta solusinya... 44

D. Pengaruh pendidikan dan latihan sertifikasi terhadap kinerja guru pendidikan agama islam di SD se-kecamatan Bontonompo kabupaten Gowa ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 50

B. Implikasi penelitian... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara jujur diakui bahwa pada masa ialu profesi guru kurang memberikan rasa bangga diri. Bahkan ada guru yang malu disebut sebagai guru. Rasa inferior terhadap potensi lain masih melekat di hati banyak guru.

Kurangnya rasa bangga itu akan mempengaruhi motivasi kerja dan citra masyarakat terhadap profesi guru. Banyak guru yang secara sadar atau tiak sadar mempromosikan kemiderannya kepada masyarakat. Ungkapab cukuplah saya sebagai guru" sering terdengar dari mulut guru.

Ungkapan ini Ialu diterjemahkan sebagai profesi yang kurang menjanjikan masa depan yang kurang cerah. Masa depan itu sering didendangkan secara berlebihan solah-olah profesi termalang di bumi Indonesia.

Selama ini pilihan lulusan SMTA studi di lembaga pendidikan tenaga kependidikan masih belum merata mencerminkan pilihan utama yang sadar.

Banyak di antara mereka yang memilih jurusan keguruan atau kependidikan karena tidak lulus pada pilihan lain. Akibatnya jika mereka menjadi guru tentu tidak sepenuh hati memahami dan menghayati makna profesi dan keguruan.

Mereka menjadi guru bukan karena panggilan hati nurani atau ingin mengabdikan diri mentransfer ilmunya kepada orang lain, melainkan hanya karena ingin menerima gaji, itu pun karena tidak ada pilihan lain.

(5)

Secerca harapan timbul ketika pemerintali mulai memperhatikan keadaan guru. Kesejahteraan guru mulai menjadi bahan perbincangan, baik di kalangan guru, pemerintah, bahkan masyarakat yang tidak berkecimpun di dunia pendidikan pun turut mebicarakan masalah kesejahteraan guru.

Kebijakan pemerintah juga menarik minat orang banyak untuk menjadi guru.

Akhir-akhir ini, calon mahasiswa banyak yang mendafar di perguruan tinggi dengan memilih jurusan keguruan. Begitu juga dengan para alumni berlomba-lomba mencari tempat mengajar, meskipun masih menjadi tenaga honorer.

Hal ini menandakan bahwa minat menjadi guru sebahagian besar dipicu oleh kebijakan yang menjanjikan prospek masa depan yang cerah.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adafah antara fain program sertifikasi guru.

Banyak kalangan yang menengarai bahwa diterbitkannya Undang- Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagai indikasi keseriusan pemeritah dalam menanggap aspirasi pendidik yang akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pada gilirannya, Undang-Undang guru dan dosen menjadi landasan hokum sebuah kebijakan pendidikan yang begitu popular sekarang ini, yakni kebijakan sertifikasi pendidik.

Sebagaimana dalam Undang-Undang guru dan dosen, bahwa sertifikasi pendidik diartikan sebagai pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen (pasal 1 ayat 1), sementara sertifikat pendidik yang didefinisikan

(6)

sebagai bukti formal atas pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional (pasal 1 ayat 12). Setiap guru dan dosen diwajibkan memiliki sertifikat pendidik. Namun pemberian sertifikat tersebut tidak diberikan secara gratis, melainkan guru tersebut wajib memenuhi segala persyaratan formal yang sudah ditentukan (pasal 11 ayat 1 dan pasal 47 ayat 1).

Pemerintah daerah/kota berasumsi bahwa di balik kebijakan serifikasi pendidik, bermaksud untuk meningkatkan profesionalisme pendidik. Kalau seorang pendidik masuk kategori pendidik professional sebagaimana dipersyaratkan pemerintah melalui perundang-undangan tersebut, maka ia akan mendapatkan tunjangan profesi yang cleh pemerintah dianggap representasi dari peningkatan kesejahteraan pendidik. Satu kali gaji pokok adalah tunjangan yang akan dibayarkan pada pendidik bila pendidik yang bersangkutan telah mendapatkan label tersertifikasi.

Selain mengatasnamakan kesejahteraan pendidik, pemerintah juga berewgumen bahwa kebijakan ini dimaksudkan sebagai sarana untuk peningkatan profesionalisme guru demi tercapainya mutu pendidikan.

Salah satu persyaratan untuk lulus sertifikasi adalah mengikuti pendidikan dan latihan sertifikasi. Pada pendidikan dan latihan ini, peserta dilatih untuk menjadi guru yang profesional dan mampu menunjukkan kinerja yang baik. Sebahagian besar guru di Kecamatan Bontonompo merealisasikan telah mampu mengaplikasikan apa yang diperoleh selama

(7)

mengikuti pendidikan latihan sertifikasi. Namun, sebahagian juga masih salah menempatkan niat, yakni hanya ingin menambah kesejahteraan tetapi tidak berusaha meningkatkan kinerja.

Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang kinerja guru sebagai imbas dari sertifikasi dengan mengankat judul sebagai berikut "Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) terhadap Peningkatan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD sekecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada 'atar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk aplikasi kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Selatan pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG)?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi tantangan dan peluang kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) serta bagaimana solusinya?

3. Bagaimana pengaruh Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo Kabupa'en Gowa?

(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk aplikasi kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Selatan pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG).

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi tantangan dan peluang kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) serta solusinya.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan llmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah pengetahuan dalam pengembangan ilmu pendidikan khususnya Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) dan kinerja guru di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gows.\

(9)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi para guru Pendidikan Agama Islam dan orang-orang yang berkepentingan dengan dunia pendidikan, khususnya di Kecamatan Bontonompo agar Iebih termotivasi meningkatkan kinerja setelah mengikuti pendidikan dan latihan sertifikasi demi peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang.

(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca PLPG cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan intensitas kehadiran dalam kelas setiap jam pelajaran, adanya kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa, memberikan materi pelajaran dengan baik, dan disiplin dalam melaksanakan tugas.

2. Tantangan peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo antara lain sarana dan prasarana pendidika belum memadai atau masih kurang, kurangnya minat siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam, serta kurangnya alokasi waktu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sedangkan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk menjadikan tantangan sebagai cambuk dalam menambah semangat kerja. Adapun sarana dan prasarana yang belum lengkap atau belum memadai hams

(11)

dimaksimalkan dan dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin, mengalokasikan Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Dana

Pendidikan Gratis untuk menambah sarana dan prasarana pendidikan, mencari cara bagaimana menarik perhatian dan minat siswa. Misalnya, memberikan materi pembelajaran dengan berbagai metode dan variasi. Selain itu, guru bekerjasama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa harus memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang bermanfaat, serta memaksimalkan dan mengefisienkan waktu yang tersedia.

3. PLPG sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo. Setelah mengikuti dan lulus PLPG, guru-guru tersebut lebih giat menjalankan tugas, baik dalam hal mendesain atau menyusun persiapan mengajar maupun pelaksanaan pembelajaran.

B. Implikasi Penelitian

Besar harapan bahwa setelah penelitian berlangsung, akan terjadi dampak positif, antara lain :

1. Hendaknya dilengkapi sarana dan prasarana yang berhubungan dengan bidang studi Pendidikan Agama Islam.

2. Pihak sekolah hendaknya menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah atau donator, masyarakat sekitar, dan orang tua siswa.

(12)

ABSTRAK

QAMARIA.K, NIM : 105 19 1231 10. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo Kab. Gowa. (Abd. Rahim Razaq dan Mawardi Pewangi).

Skripsi ini merupakan suatu studi yang bertujuan untuk mengetahui bentuk aplikasi kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Selatan pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG). Faktor-faktor yang menjadi tantangan dan peluang kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) serta solusinya. Pengaruh Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang selanjutnya dianalisis dengan cara kualitatif. Adapun populasi pada penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 12 orang dan siswa SD se-Kecamatan Bontonompo sebanyak 2.247. sampel dalam penelitian untuk guru ini ditentukan dengan penelitian populasi karena kurang dari 100, siswa ditentukan teknik Random Sampling sederhana, yakni sebanyak 10 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 236 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca PLPG cukup baik.

Intensitas kehadiran dalam kelas setiap jam pelajaran, adanya kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa, memberikan materi pelajaran dengan baik, dan disiplin dalam melaksanakan tugas. Tantangan peningkatan kinerja guru antara lain sarana dan prasarana belum memadai, kurangnya minat siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam, serta kurangnya alokasi waktu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Solusi untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain menjadi peluang bagi guru menjadikan tantangan sebagai cambuk dalam menambah semangat kerja, sarana dan prasarana dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin, mengalokasikan dana BOS dan Dana Pendidikan Gratis untuk menambah sarana dan prasarana pendidikan, menarik perhatian dan minat siswa, guru bekerja sama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang

(13)

bermanfaat, memaksimalkan dan mengefesienkan waktu yang tersedia.

PLPG sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo. Setelah mengikuti dan lulus PLPG, guru-guru tersebut lebih giat menjalankan tugas, baik dalam hal mendesain atau menyusun persiapan mengajar maupun pelaksanaan pembelajaran.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

1. Pengertian Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

Pendidikan dan latihan merupakan dua buah kata yang mempunyai perbedaan arti, namun memiliki hubungan yang signifikan.

Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris "education" berakar dari bahasa Latin "educare", yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth) jika diperluas, arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara teoritis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pada umumnya pendidikan berlangsung sejak 25 (dua puluh lima) tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat diartikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunannya. Secara praktis ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia individual pendidikan dimulai sejak bayi lahir, dan bahkan sejak masih ada di dalam kandungan.

Mempertimbangkan kedua pendapat itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat pada dan di dalam diri manusia sepanjang zaman.

(15)

Ahmad D. Marimba dalam Abuddin Nata (2003: 10), mengemukakan pengertian pendidikan secara sempit, yaitu "Bimbingan yang diberikan kepada anak-anak mulai dari buaian hingga dewasa".

Selanjutnya Ngalim Purwanto (2007: 10) mengemukakan bahwa, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat".

Kemudian, Muzayyin Arifin (2008: 12) menyatakan bahwa :

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga berlangsungnya, secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.

Sementara itu, M. Natsir Ali dalam Abuddin Nata (2003: 10-11) mengemukakan pengertian pendidikan secara luas, yaitu:

"Segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yakni upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat".

(16)

Jadi, pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan oleh orang dewasa si pendidik (orang dewasa) terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak (si terdidik) menuju terbentuknya kepribadian yang utama agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.

Sedangkan latihan merupakan bentukan dari kata dasar ‘latih' yang berarti telah biasa, karena belajar atau diajar (Desi Anwar, 2003: 257).

Latihan dapat diartikan sebagai pembiasaan diri atau membelajarkan diri untuk bersikap atau melakukan suatu perbuatan.

Jadi, pendidikan dan latihan merupakan usaha yang dilakukan untuk membelajarkan diri agar mampu mengembangkan pribadi, menjadi orang pandai, berubah menjadi baik, dan berguna bagi masyarakat.

Pada pembahasan ini, peneliti akan meguraikan pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG). Sesuai dengan namanya, PLPG dirancang sebagai media untuk memberikan latihan dan tempat pendidikan lebih lanjut bagi para guru yang tidak lolos dalam penilaian portofolio. Selanjutnya, meningkatkan kemampuan guru ke arah tingkatan profesionalisme sesuai dengan ketetapan Undang-Undang adalah tujuan utama dari PLPG.

Pemaparan tentang PLPG disampaikan oleh Nasrum (2010: 71 - 72) sebagai berikut:

Pada awal implementasi PLPG, terlebih dahulu kemampuan guru akan diuji berdasarkan bidang studi yang diampunya. Para guru peserta sertifikasi akan menerima pendalaman materi yang

(17)

mencakup empat aspek penting selama mengikuti diklat profesi ini.

Keempat aspek tersebut antara lain, yaitu : paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Di akhir pelatihan, seluruh peserta akan diuji kembali dengan ujian tertulis dan praktek mengajar. Selain ujian itu peserta juga akan diberi kesempatan melakukan penilaian terhadap rekan sejawat berdasarkan pengalaman mereka selama mengikuti pelatihan. Penilaian ini dikategorikan dalam ranah kepribadian dan kompetensi social peserta. Prinsipnya semua peserta akan diuji keahlian dan bidang yang ditekuninya. Agar bisa mendapatkan sertifikat pendidik dan tidak mengulang dalam diklat profesi, maka guru harus bersungguh-sunguh dalam mengikuti diklat ini.

Jadi, PLPG merupakan ujian kemampuan guru dan pendalaman materi yang mencakup aspek paedagogik, profesional, kepribadian, dan social.

Selanjutnya, akan diuraikan penjelasan tentang sertifikasi. Nasrum (2003: 52) mengatakan bahwa :

Sertifikasi guru adalah program yang dirancang untuk melihat kelayakan guru dalam berperan sebagai agen pembelajaran yang dapat mewujudkan pendidikan nasional. Guru yang telah menerima sertifikat pendidik maka ia memiliki kualifikasi mengajar sebagaimana yang dijelaskan dalam sertifikasi tersebut.

(18)

Nasrum (2010: 21) mengemukakan bahwa:

Guru-guru yang bisa mengikuti program sertifikasi adalah guru-guru yang telah mengajar pada jenjang pendidikan tertentu, baik pendidikan usia dini, pendidikan dasar maupun pendidikan menengah yang berada di bawah payung Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama/ Kementerian Agama Rl. Peserta sertifikasi harus sudah memenuhi standar sekurang-kurangnya S1 atau D IV pada bidang yang ditekuninya.

Selain itu, guru harus memiliki kompetensi yang didasarkan atas wawasan teoretis. Meskipun telah memiliki kompetensi yang didasarkan atas wawasan teoretis, seorang guru masih juga belum bisa langsung menjadi profesional. Profesi menurut proses pengakuan kompetensi. Proses ini disebut dengan sertifikasi.

Suparta dan Aly (2002: 9) mengatakan bahwa :

Ada dua badan yang memiliki otoritas untuk memberikan sertifikat bahwa seseorang memiliki kompetensi untuk menjalani suatu profesi.

Pertama, badan pemerintahan yang menjamin kepentingan umum bahwa orang yang direkrut benar-benar memiliki kompetensi. Dalam hal ini, pemerintah dapat meminta orang yang menekuni profesi untuk menjadi tenaga ahli dalam rekrutmen. Kedua, organisasi

(19)

profesi itu sendiri. Organisasi ini tentunya akan berhati-hati dan bersikap selektif dalam melakukan rekrutmen, kesalahan dalam hal ini tidak hanya akan merugikan kepentingan umum, tetapi juga para praktisi itu sendiri akan kehilangan prestise dan kepercayaan publik.

Semua guru yang memenuhi syarat berhak mengikuti sertifikasi, baik PNS maupun non-PNS. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bab I pasal 14 ayat 1 tahun 2005 diuraikan tentang hak dan kewajiban guru, yaitu:

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social;

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sessuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. Memperoieh perlindungan dan melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. Memperoieh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. Memperoieh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada

(20)

peserta didik sesuai dehgah kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

j. Memperoieh kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

k. Memperoieh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;

l. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi daiam bidangnya. (Kementrian Agama Rl, 2006: 90).

Selanjutnya, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen pada bab I pasal 16 ayat 1 dijelaskan bahwa :

Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

(21)

Lahirnya Undang-Undang pasal nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen membawa angin segar bagi guru dan dosen di seluruh penjuru tanah air. Diberiakukannya Undang-Undang tersebut akan dapat meningkatkan taraf financial bagi mereka yang telahh dinyatakan lulus sertifikasi nantinya yang merupakan realisasi perjuangan para guru dan doesn untuk mendapatkan perhatian lebih serius dari pemerintah.

Namun demikian, untuk mendapatkan status sertifikasi tersebut membutuhkan waktu dan pengorbanan lainnya. Tetapi setidaknya semua guru dapat berlega hati karena nantinya akan mendapat kesempatan.

Perlu diketahui, untuk mendapatkan hak sertifikasi tidaklah mudah.

Guru harus memiliki kualifikasi akademik yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi sarjana dan diploma empat. Selain itu, harus mempunyai empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Zainal Umuri (2010: 15) menuturkan bahwa :

Kalaupun ada masalah yang menyangkut sertifikasi tak lain adalah persoalan keterbatasan anggaran yang disiapkan oleh pemerintah.

Tetapi penyelesaian persoalan ini bukan ranah tanggung jawab kita.

Tetapi jika Anda ingin sedikit bersabar untuk menunggu giliran Anda akan merasa nyaman dalam nelaksanakan tugas di sekolah.

(22)

Kegairahan untuk mendapatkan sertifikasi hendaknya berbanding lurus dengan perfomansi Anda di depan kelas. Lakukan masa penantian sertifikasi dengan rasa nyaman dan senang, bukan diselimuti rasa iri hati dan kedongkolan yang dapat membuat Anda tidak produktif.

B. Kinerja Guru

Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar

"kerja" yang menerjemahkan kata dari bahasa asin prestasi, bisa juga berarti hasil kerja. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai, yang diperlihatkan dalam kemampuan kerja. (Desi Anwar, 2003)

Hasibuan (2003: 69) menjelaskan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Kata "kinerja" ini juga diidentikkan dengan kata performance.

Suyadi Prawirasentono menulis arti performance berdasarkan The Scribner dalam Rusyan dan M. Sutisno (2008: 38), terdapat keterangan bahwa kata tersebut berasal dari akar kata to perform yan mempunyai beberapa enty, yaitu :

1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan

(23)

2. Memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar 3. Menggambarkan suatu karakter dalam suatu permainan 4. Menggambarkannya dengan suara atau alat musik 5. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab 6. Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan 7. Memainkan pertunjukan musik

8. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin

Berdasarkan keterangan tersebut, Suyadi menjabarkan arti dalam performance atau kinerja sebagai hasil kerja dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pada dasarnya masalah kinerja telah diuraikan dalam ayat-ayat Alquran, di antaranya QS. Al-Ashr (103) ayat 1-3 sebagai berikut:



































(24)

Terjemahnya :

(1) Demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Kementerian Agama Rl, 2010: 1099)

Dari uraian tersebut di atas, menjelaskan bahwa dalam pencapaian kinerja/prestasi kerja oleh seseorang hanya dapat dicapai bila memanfaatkan waktu dan kesempatan yan sebaik-baiknya. Penggunaan waktu yang tepat merupakan salah satu factor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baikya dalam melakukan pekerjaan dengan benar.

Allah Swt. berfirman mengenai balasan yang akan diterima manusia dalam berbuat dan bekerja, sebagaimana dalam QS. Al- Zalzalah (99) ayat:

599:





























Terjemahnya :

(25)

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Kementerian Agama Rl, 2010: 599)

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa apa pun yang dilakukan oleh seseorang namun tetap dihargai sebagai sebuah karya dan diawasi oleh Allah Swt., sehingga senantiasa memotivasi dirinya untuk berbuat yang terbaik terhadap suatu pekerjaan yang dilaksanakannya. Kaitannya dengan ini, Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Lail (92) ayat 4-7, sebagai berikut:































Terjemahnya :

4. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. 5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, 6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), 7. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Kementerian Agama Rl, 2010: 595)

Demikian usaha yang dilakukan oleh setiap orang berbeda-beda, namun pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan pahala

(26)

dari sisi Tuhannya. Hal ini memberikan keyakinan akan kemudahan pelaksanaan suatu tugas jika didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan jangka pendek selama hidup di dunia, namun jauh lebih penting dari harapan yang besar adalah perolehan amal shaleh di kemudian hari (akhirat). Komitmen tersebut senantiasa didasarkan pada firman Allah Swt. dalam QS. Ghasyiyah (88) ayat 8-9, sebagai berikut:















Terjemahnya :

8. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, 9. Merasa senang Karena usahanya. (Kementerian Agama Rl, 2010: 592)

Ayat tersebut mangisyaratkan pentingnya setiap orang berlaku tekun dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai pahala pekerjaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai pahala dari sisi Tuhannya, sehingga juga diharapkan senantiasa termotivasi melakukan pekerjaan dengan baik dan berhasil guna. pekerjaan dengan baik dan

(27)

berhasil guna. Setelah mengetahui pengertian kinerja, selanjutnya akan dibahas tentang pengertian guru.

Menurut Abdurrahman (1994: 57) bahwa :

"Guru adalah seorang anggota masyarakat yang berkompeten (cakap, mampu dan wewenang), dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembgaa luar sekolah.

Dalam pengertian di atas, maka dapatlah dipahami bahwa pada dasarnya guru adalah anggota masyarakat yang memiliki kecakapan, kemampuan dan wewenang dari masyarakat untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru, baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah. Zakiyah Darajat (1992: 39) mengatakan bahwa guru bukan saja sebagai pengajar, melainkan juga sebaga pendidik. Dengan demikian, maka istilah guru honor dan guru negeri hanyalah terletak pada yang memberikan wewenang tersebut. Kalau wewenangnya berasal dari pemerintah, maka ia disebut guru negeri, sedangkan kalau wewenangnya berasal dari masyarakat, maka ia disebut guru honor yang dapat dipercaya untuk mendidik anak-anak (siterdidik).

(28)

Agama Islam sangat mengahargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka sejalan yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup (Zakiyah Darajat, 1992:40).

Firman Allah dalam Q.S Al-Mujadilah (58) ayat 11, sebagai berikut:































































Terjemahnya :

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Kementerian Agama Rl, 2010: 910)

(29)

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia, namun untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah mudah, artinya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yakni yang paling utama adalah ilmu pengetahuan yang harus dimiliki sebagaimana penjelasan di atas, di samping itu seorang guru juga harus memiliki kemampuan serta keterampilan mempengaruhi siterdidik untuk melakukan apa yang disyaratkan oleh guru tersebut.

Dalam UU Rl No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab I pasal I ayat 1 dikemukakan bahwa :

"Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, meiatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah."

(Kementerian Agama Rl, 2006: 1)

Dalam rangka mengoptimalkan kinerja guru tersebut, seorang guru hams mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum melaksanakan tugasnya dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.

(30)

Setelah mengetahui penjelasan tentang kinerja dan guru, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil yang suatu hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tuas-tugasnya sebagai tenaga pendidikyang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan perbincangan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Sorotan tersebut lebih bermuara pada ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh pada permasalahan tersebut.

Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Perlu dilihat sisi lemah pendidikan nasional, dengan gonta-ganti kurikulum pendidikan maka secara langsung akan berdampak kepada guru itu sendiri. Perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat

(31)

dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak halnya guru profesional.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yan diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya.

Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyaiitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metodologi yang akan digunakan, termasuk media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja guru dari hah ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus belajar. Tanpa itu, maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselarasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada di era globalisasi ini, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.

Menurut Hamid Darmadi (2009: 61) bahwa :

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan

(32)

nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik dari kinerja hari kemarin dan tentunya kinerja kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.

Guru sebagai tenaga pendidikan secara substantif memegang peranan tidak hanya melakukan pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan Mecormick, yang diterjemahkan Pandji Anoraga, menyatakan ada dua macal factor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu :

1. Faktor individual, yaitu factor-faktor yang meliputi sifat-sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, pendidikan, pengalaman kerja, label budaya dan variable- variabel personal lainnya.

2. Faktor situasional

Faktor sosial dan organisasi meliputi kebijaksanaan organisasi, jenis latihan dan pengawasan, system upah, dan lingkungan social

3. Faktor fisik dan pekerjaan

(33)

Meliputi metode kerja guru, desain dan kondisi, aiat-alat kerja, penataan ruang kerja, dan lingkungan (seperti penyinaran, kebisingan, dan ventilasi. (Hasnah, 2011: 21)

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah fiel research, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dengan jalan mengadakan penelitian secara langsung ke lokasi yang menjadi objek penelitian. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi atau tempat penulis mengadakan penelitian yaitu di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Peneliti menetapkan objek dalam penelitian ini yaitu guru sertifikasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD sekecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul yang diajukan :Pengaruh Pendidikan dan Latihan Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD sekecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa", maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah "pendidikan dan latihan sertifikasi sebagai variabel bebas (X) dan kinerja guru sebagai variabel terikat (Y)."

(35)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau interpretasi yang berbeda terhadap variabel penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi operasionalnya.

1. Pendidikan dan latihan sertifikasi yang dimaksud adalah usaha pengembangan profesionalisme guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik.

2. Kinerja guru adalah suatu hasil kerjs yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tuas-tugasnya sebagai tenaga pendidik yang didasarkan atas kecakapan, usaha, dan kemampuan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengaruh pendidikan dan latihan sertifikasi terhadap kinerja guru adalah usaha peningkatan profesionalisme yang mempengaruhi kinerja guru sebagai tenaga pendidik.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Pengertian tentang populasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya menurut Suharsimi Arikunto (1998: 105), mengemukakan bahwa "Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian".

(36)

Selanjutnya menurut M. Ali (1994: 54), populasi ialah keseluruhan objek penelitian, baik berupa manusia, benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi.

Sedangkan Menurut Sutrisno Hadi dalam Arikunto (1998: 115), mengemukakan bahwa populasi adalah "keseluruhan subjek penelitian".

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti dalam rangka menjawab permasalahan yang diajikan dalam penelitian yang dilaksanakan.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa di SD se-Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel I Keadaan Populasi

No Guru dan Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Guru 5 7 12

Siswa 1060 1175 2235

Total 1065 1182 2247

Sumber data : Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Bontonompo, 2012

(37)

2. Sampel

Dalam suatu penelitian lapangan tidak setiap peneliti mampu menyelidiki seluruh objek yang ada. Hal tersebut disebabkan beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh karena itu, perlu adanya sampel sebagai solusi yang dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi.

Menurut Jalaluddin Rahmat (1998: 78), mengemukakan bahwa

"Sampel adalah bagian yang diamati dan dipelajari dari keseluruhan kumpulan objek penelitian."

Moh. Nazir (1988: 325) berpendapat bahwa sampel bagian dari populasi yang akan diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.

Selanjutnya, Wardi Bakhtiar (1997: 83) menyatakan bahwa sampel adalah percontohan yang diambil dari populasi.

Sedangkan Hadi (1998: 221) menyatakan bahwa, "Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi, juga sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat sama, baik kodrat maupun sifat pengkhususan".

Dari beberapa pengertian di atas, maka penults dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah kelompok

(38)

kecil yang dilibatkan dalam penelitian dan dianggap dapat mewakili secara logis dari seluruh objek yang menjadi populasi. Jadi pada hakikatnya sampel adalah sebagian dari populasi.

Cara penarikan sampel untuk mewakili populasi dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling untuk populasi siswa, dan penelitian populasi untuk guru karena tidak cukup 100. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1998: 120) bahwa :

"Bila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10% -15% atau 20%-25% atau lebih. Jadi sampel untuk siswa adalah 2336 x 10% = 234. Untuk lebih jelasnya, keadaan sampel dapat dilihat pada table berikut:

Tabel II Keadaan Sampel

No Guru dan Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Guru 5 7 12

Siswa 106 118 224

111 125 236

(39)

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap suatu objek. Alat ukur dalam melakukan penelitian biasanya disebut instrumaen penelitian.

Instrumen penelitian adalah "suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati".

Instrumen penelitian yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Pedoman wawancara, yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung sacara lisan oleh peneliti dengan orang-orang yang dianggap berkompeten untuk memberikan keterangan. (Joko Subagyo, 2004: 31)

2. Pedoman angket, yakni sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. (Suharsimi Arikunto, 2006: 151)

3. Pedoman observasi ialah kegiatan pengamatan atau perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

(Suharsimi Arikunto, 2006: 152)

4. Catatan dokumentasi ialah cara mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan secara langsung melalui dokumen-dokumen tertulis maupun arsip pada lokasi penelitian.

(40)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Library research, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan beberapa bahan literatur berupa buku-buku, majalah, brosur, serta tulisan-tulisan yang erat kaitannya dengan pembahasan ini.

Untuk penelitian ini penulis menggunakan cara :

a. Kutipan langsung, yakni mengutip isi ataupun pendapat-pendapat suatu karangan tanpa mengadakan perubahan.

b. Kutipan tidak langsung, yakni mengutip isi atau teori ataupun pendapat suatu karangan dengan menyimpulkan, mengatur, dan meringkaskan.

2. Field research, yaitu penelitian lapangan dengan langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini digunakan cara antara lain :

a. Observasi, yakni penulis mengadakan pengamatan langsung ke lapangan.

b. Wawancara, yakni penulis mengadakan wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten untuk memberikan informasi berupa data yang dibutuhkan.

(41)

c. Dokumentasi, yakni metode yang digunakan dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

d. Daftar isian/angket, yakni penelitian yang dilakukan dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang kemudian diedarkan kepada orang tua yang dijadikan sampel guna kepentingan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Data yang penulis kumpulkan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan yang selanjutnya penulis meningkatkan atau mengolahnya dalam suatu bentuk analisis. Untuk mencapai tujuan ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode induktif, yaitu suatu metode pembahasan yang dimulai dari masalah yang bersifat khusus kepada masalah yang bersifat umum.

2. Metode deduktif, yaitu suatu metode penganalisaan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.

3. Metode komparatif, yaitu suatu metode yang penulis gunakan untuk membandingkan suatu data dengan yang lainnya kemudian mengambil suatu kesimpulan.

(42)

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis dan Demografis Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Kecamatan Bontonompo merupakan daerah dataran yang berbatasan sebelah utara Kecamatan Bajeng, sebelah selatan Kabupaten Takalar, sebelah barat dan sebelah timur Kabupaten Takalar. Dengan jumlah desa/ kelurahan sebanyak 9 desa dan dibentuk berdasarkan PERDA No. 7 tahun 2005. Ibukota Kecamatan Bontonompo adalah Kelurahan Tamallaeng dengan jarak sekitar 30 km dari Sungguminasa. Luas wilayah Kecamatan Bontonompo adalah 30,39 km2yang terdiri atas 8 desa dan 2 kelurahan.

Keadaan penduduk di Kecamatan Bontonompo pada umumnya suku Makassar. Dengan kata lain, penduduk yang turun temurun yang mempunyai nenek moyang makassar asli. Di samping itu ada pendatang yang sudah bercampur dengan penduduk asli seperti suku Bugis, suku Jawa yang mengadakan kawin silang, sehingga dengan cara seperti ini dianggap sebagai penduduk yang sudah serumpun.

Sumber penghidupan pokok masyarakat Kecamatan Bontonompo adalah pertanian, di samping usaha-usaha lainnya. Dalam bidang pertanian, sangat menguntungkan masyarakat karena hasii panen dapat dipetik tiga kali

(43)

dalam setahun, yang pertama dan yang kedua.adalah padi, dan yang ketiga adalah palawija seperti kedelai, jagung, dan kacang-kacangan.

Usaha di bidang ini merupakan usaha pokok bagi masyarakat yang hasilnya memuaskan atau mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anaknya, dan juga faktor usaha pertanian ini pula yang merupakan salah satu penghambat yang menyebabkan terputusnya pendidikan anak-anak usia sekolah.

Kecamatan Bontonompo, sebagaimana kecamatan lainnya mempunyai batas-batas wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya.

Kecamatan Bontonompo batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bajeng.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Bontonompo Selatan.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bajeng Barat dan Galesong.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Jumlah penduduk Kecamatan Bontonompo pada tahun 2012-2013 sebanyak 12.268 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 5940 jiwa dan perempuan sebanyak 6328 jiwa, sekitar 98% beragama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

(44)

Tabel III

Keadaan Penduduk Kecamatan Bontonompo Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah persentase

1 Laki-laki 5.940 48

2 Perempuan 6.328 52

Jumlah 12.268 100

Sumber Data : BPS KabupatenGowa, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah pendukuk di Kecamatan Bontonompo lebih banyak perempuan dari pada laki-laki.

2. Keadaan Pendidikan dan Sosial Budaya Masyarakat a. Keadaan Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, sampai SMA/Aliyah, baik itu yang bersatatus negeri maupun swasta. Masalah pendidikan dilihat dari hasil penelitian akhir-akhir ini sudah semakin maju karena adanya bantuan- bantuan dari pemerintah, misalnya Bantuan Operasnional Sekolah (BOS), Dana Pendidikan Gratis, serta bantuan dari pemerintah untuk siswa-siswa miskin (tidak mampu) dan yang berprestasi. Kemajuan di bidang pendidikan

(45)

juga dapat dilihat dari jumlah sekolah yang bertambah, hal tersebut diring dengan bertambahnya jumlah siswa setiap tahunnya.

Secara terperinci lembaga pendidikan di Kecamatan Bontonompo selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV

Keadaan Sarana Pendidikan (Sekolah) di Kecamatan Bontonompo Tahun 2012

No Jenis Sarana Pendidikan Sekolah Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 14

2 Sekolah Dasar (SD) 38

3 SMP/MTs 6

4 SMA/ SMK 3

Jumlah 52

Sumber Data : Cabang Dinas Diknas Kecamatan Bontonompo, 2012

(46)

Tabel V

Keadaan Sarana Pendidikan Luar Sekolah di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

No Jenis Sarana Pendidikan Luar Sekolah Jumlah

1 Taman Pendidikan Alquran 42

2 Pemberantasan Buta Aksara 9

3 SPAS 20

4 Pengajian Rutin 4

5 Pengkaderan 5

6 Majelis Ta'lim 9

7 Jum'at Ibadah 10

8 Pembinaan Tilawah 2

Jumlah 111

Sumber Data : Kantor Kecamatan Bontonompo. 2012

Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa keadaan lembaga pendidikan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sudah cukup bagus dan didukung oleh jalur transpor yang sudah lancar.

(47)

b. Sosial Budaya Masyarakat

Berikut ini akan diuraikan sifat-sifat kegiatan sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat Bontonompo sekaligus menggambarkan ciri khas kebersamaan masyarakat tersebut. Pada kenyataannya masyarakat Bontonompo menyatu dengan kehidupan manusia dalam suatu masyarakat, karena sosial budaya berasa! dari manusia itu sendiri selaku makhluk social.

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasarakat tentu saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, yang tidak terlepas dari kepentingan umum atau masyarakat untuk hidup lebih rukun dan saling mengisi. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu kala masyarakat Bontonompo menganut suatu kebiasaan sampai sekarang, yaitu gotong-royong.

Pelaksanaan gotong royong ini menurut Ibu Rabasia selaku pegawai kantor Kecamatan Bontonompo bahwa :

"Gotong-royong ini dalakukan setiap hari ahad, karena pada hah itu semua masyarakat, baik pegawai maupun bukan pegawai lebih mudah dikumpulkan untuk memperbaiki jalan atau bangunan yang perlu dibenahi, misalnya sarana ibadah, sarana pendidikan, atau rumah panggung penduduk yang hendak diangkat, dibalik atau dipindahkan." (Wawancara, 28 September 2012)

pemerintah setelmat atas dirinya atau kelompok masyarakat tefnpat ia berada. Juga dari kebiasaan di atas, dapatiah dikatakan bahwa rasa sosial di

(48)

Kecamatan Bontonompo ini semakin baik. Demikian pula karena rasa saling menghargai, hormat menghormati sesame masyarakat terjaiin baik dan harmonis.

Berbicara masalah budaya tentu tidak terlepas dari manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang dapat berpikir dan merasa. Dari pikiran dan perasaan itulah mereka menciptakan suatu budaya yang turun temurun dan akhirnya menjadi tradisi yang sulit dihapus.

3. Kepercayaan dan Kehidupan Beragama Masyarakat

Masyarakat Kecamatan Bontonompo mayoritas beragama Islam.

Pembangunan di bidang agama tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan lajunya pendidikan guna membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat bertanggung jawab, baik sebagai persorangan maupun sebagai masyarakat. Demikian pula telah dibangun beberapa sarana peribadatan pada tiap desa dan kelurahan.

Adapun keadaan sarana ibadah di Kecamatan Bontonompo dapat dilihat pada tabel berikut:

(49)

Tabel VI

Keadaan Sarana Ibadah di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

No Desa/ Kelurahan Jumlah

1 Kelurahan Bontonompo 5

2 Kelurahan Tamallayang 4

3 Kelurahan Kalase'rena 5

4 Bontobiraeng Utara 2

5 Bontobiraeng Selatan 3

6 Barembeng 5

7 Kalebarembeng 4

8 Bontolangkasa Utara 2

9 Bontolangkasa Selatan 2

10 Katangka 3

11 Bategulung 3

12 Manjapai 6

13 Romanglasa 3

14 Bulogading 2

Jumlah 49

Sumber Data : Kantor Urusan Agama Kecamatan Bontonompo, 2012

(50)

Dari tabel tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa sarana peribadatan untuk umat Islam di Kecamatan Bontonompo cukup memungkinkan bagi masyarakat untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt.

B. Bentuk Aplikasi Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo Selatan Pasca Pendidikan dan Latihan Sertifikasi

Salah satu tujuan dilaksanakannya Pendidikan dan Latihan Pengembangan Profesi Guru (PLPG) adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Kesadaran guru dalam meningkatkan kinerja merupakan realisasi dari PLPG tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan sebagai imbas dari PLPG tersebut, yakni meningkatkan kesejahteraan dengan cara memberikan gaji atau tunjangan professional kepada setiap guru yang telah mengikuti PLPG.

Abd. Rahman, (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Balaburu), mengatakan bahwa :

Tidak ada lagi alasan untuk bermalas-malasan menunaikan tugas sebagai guru. Selama ini mungkin banyak di antara kita yang kurang

(51)

bersemangat mengajar, disebabkan minimnya pengetahuan atau pemahaman tentang metode, variasi, serta pendekatan dalam mengajar. Akan tetapi, pada PLPG kita betul-betul dilatih agar professional, sehingga kita mampu mengaplikasikan apa yang didapatkan dari PLPG. (Wawancara, 26 Nopember 2011)

Pada kesempatan lain, Sabaruddin (Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri Bontorikong) mengatakan bahwa :

Kami sebagai guru merasa berkewajiban untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas mulia. Sebelum kami mengikuti PLPG, kami masih sering memberikan pembelajaran seadanya. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami tentan cara-cara mengajar. Akan tetapi, setelah kami mengikuti PLPG, Alhamdulillah semangat mengajar kami semakin meningkat. PLPG bukan hanya menambah pengetahuan guru, tetapi juga menambah kesejahteraan guru. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Pendapat tersebut bukan sekadar pengakuan, melainkan sesuatu yang konkrit. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban siswa terhadap angket yang disebarkan oleh peneliti. Untuk lebih jeiasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

(52)

Tabel VII

Kerajinan Guru hadir dalam Kelas pada Jam Pelajaran

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat rajin 175 74%

2 Rajin 61 26%

3 Kurang rajin - -

4 Tidak pernah - -

Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 1

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 34 responden, sebanyak 175 orang atau 74% yang mengatakan bahwa guru sangat rajin hadir dalam kelas pada jam pelajaran, sebanyak 61 orang atau 26% yang mengatakan guru rajin hadir dalam kelas pada jam pelajaran, dan tidak ada satu pun yang mengatakan guru kurang atau tidak pernah hadir dalam kelas pada jam pelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo selalu hadir dalam kelas untuk melaksanakan tugas mengajar.

Kesadaran guru untuk meningkatkan kinerja tidak hanya ditandai dengan kehadirannya dalam kelas, tetapi juga disertai dengan kepeduliannya

(53)

terhadap hasil belajar siswa-siswanya. Untuk mengetahui tingkat kepedulian guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo terhadap hasil belajar siswa-siswanya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VIII

Kepedulian Guru terhadap Hasil Belajar siswa

No Altematif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat Peduli 144 61%

2 Peduli 71 30% '

3 Kurang peduli 21 9

4 Tidak peduli -

Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 2

Tingkat kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa merupakan cambuk atau motivasi untuk lebih giat melaksanakan proses belajar mengajar. Para guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dapat dikatakan orang yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang mengatakan sangat peduli sebanyak 144 orang atau 61%, yang mengatakan peduli sebanyak 71 orang

(54)

atau 31%, yang mangatakan kurang peduli sebanyak 21 orang atau 9%, dan tidak ada responden yang mengatakan tidak peduli.

Jawaban tersebut dikuatkan oleh Muh. Syukri (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Anassappu) yang mengatakan bahwa:

Sebagai seorang guru, kami berkewajiban untuk mengontrol hasil belajar siswa-siswa. Hal ini akan menjadikan kami" lebih mengetahui tingkat keberhasilan kami dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan apa saja yang hams dibenahi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo sangat peduli terhadap hasil belajar siswa-siswanya.

Selain kehadiran dan tingkat kepedulian guru terhadap hasil belajar siswanya, masih ada hal lain yang menjadi tolok ukur kesadaran peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo, di antaranya adalah penjelasan materi pelajaran. Untuk mengetahui bagaimana guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dalam memberikan materi pelajaran, dapat dilihat pada tabel berikut:

(55)

Tabel IX

Pemberian Materi Pelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat baik 66 28%

2 Baik 125 53%

3 Kurang baik 45 19%

4 Tidak baik -

Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 3

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pemberian. materi pelajaran oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo sudah baik. Dari 236 responden, sebanyak 66 orang atau 28%

yang mengatakan sangat baik, 125 orang atau 53% yang mengatakan baik, 45 orang atau 19% yang mengatakan kurang baik, dan tidak ada yang mengatakan tidak baik.

Selanjutnya, kesadaran untuk meningkatkan kinerja juga ditandai dengan tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh guru. Kedisiplinan yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo relatif,

(56)

bergantung pada situasi yang dihadapi. Untuk lebih jelasnya, kesadaran berdisiplin guru Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel X

Kedisiplinan Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo

No Alternatif Jawaban Frekuensi persentase

1 Sangat disiplin 57 24%

2 Disiplin 132 56%

3 Kurang disiplin 42 18%

4 Tidak disiplin 5 2%

Jumlah 236 100%

Sumber Data: Hasil olahan angket poin 4

Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika dalam pelaksanaannya ditanamkan kedisiplinan. Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo dalam menjalankan tugasnya memiliki kedisiplinan. Hal ini dapat diketahui dari tabulasi di atas, bahwa sebanyak 57 orang atau 24% yang menjawab "guru sangat disiplin", 132 orang atau 56%

yang menjawab "disiplin", 42 orang atau 18% yang menjawab "kurang

(57)

disiplin", dan 5 orang atau 2% yang menjawab "tidak disiplin". Jadi. dapat disimpulkan bahwa guru di MTs Muhammadiyah Likuboddong memiliki kedisiplinan dalam menjalankan tugas.

Jawaban angket tersebut juga dikuatkan oleh Hj. Aminah, sebagai guru Pendidikan Agama Islam, bahwa :

Setelah kami mengikuti PLPG, kami berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kedisiplinan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran kami bahwa tanggung jawab sebagai pendidik sangat besar, seharusnya mampu memberikan contoh kepada peserta didik agar senantiasa berdisiplin. (Wawancara, 27 Nopember2012)

Jadi dapat disimpuikan bahwa kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca PLPG cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan intensitas kehadiran dalam kelas setiap jam pelajaran, adanya kepedulian guru terhadap hasil belajar siswa, memberikan materi pelajaran dengan baik, dan disiplin dalam melaksanakan tugas.

C. Faktor-faktor yang Menjadi Tantangan dan Peluang Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SD se-Kecamatan Bontonompo pasca Pendidikan dan Latihan Sertifikasi serta Solusinya

(58)

Dalam rangka meningkatkan peluang kinerja guru, tidak sedikit tantangan yang dihadap. Namun, di balik tantangan tersebut juga masih banyak peluang serta solusi yang ditemukan. Tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam merupakan bahan pemikiran oleh berbagai pihak terutama pelaku pendidikan dan penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah, orang tua peserta didik, dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran proses pendidikan. Selain itu, tantangan juga dapat dikategorikan sebagai alat ukur. Jika segenap elemen yang terkait dengan pendidikan mampu melewati dan menemukan solusi atau menjawab tantangan tersebut, maka boleh dikatakan berhasil.

Menurut Hamzah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Bontosallang), bahwa :

Jika berbicara soai tantangan, maka itu tidak akan pernah habis. Di antaranya yang sering kami hadapi adalah sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum lengkap, perpustakaan belum ada, buku-buku paket masih kurang, Alquran dan buku penunjang sebagai pelengkap pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih terlalu sedikut. (Wawancara, 27 Nompember 2012)

(59)

Informasi yang diberikan oleh salah seorang guru Pendidikan Agama Islam perlu mendapatkan perhatian. Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung kelancaran proses pendidikan.

Selanjutnya, ditambahkan pula oleh Hj. Rahmatiah yang mengatakan bahwa:

Tantangan yang kami hadapi dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai guru antara lain banyaknya siswa yang kurang bahkan tidak berminat mempelajari Pendidikan Agama Islam. Akhir-akhir ini perhatian siswa lebih banyak dialihkan ke hal-hal yang bersifat hiburan, teknologi canggih terkadang menjadikan mereka cenderung malas untuk belajar agama, sehingga kami sebagai guru Pendidikan Agama Islam kadang-kadang tidak tau harus berbuat apa.

Lebih lanjut Hj. Subaedah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Alerang) mengatakan bahwa:

Tantangan yang kami hadapi dalam upaya meningkatkan semangat kerja antara lain alokasi waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang masih kurang. Materi yang hams diberikan kepada siswa beserta praktek-prakteknya cukup banyak, sedangkan alokasi waktu yang ditetapkan terlalu sedikit bila dibandingkan dengan mata pelajaran umum.

(60)

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Demikian halnya dengan tantangan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kinerja. Menurut Murni (Guru Pendidikan Agama Islam SD Inpres Ta'buakkang), bahwa :

Tantangan yang dihadapi oleh guru pendidikan Agama Islam tidak boleh menjadikan semangat kerja kita surut. Akan tetapi, sebaliknya itu yang seharusnya kita jadikan sebagai cambuk untuk lebih meningkatkan semangat kerja. Sarana dan prasarana yang kurang memadai harus dimaksimalkan dan diusahakan agar bertambah.

Setiap sekolah mendapatkan Dana Bantuan Operasional dan pendidikan gratis. Dari dana tersebut bisa dialokasikan untuk menambah sarana dan prasarana. Selain itu, pihak pengelola sekolah harus pandai-pandai mencari bantuan dari pemerintah serta mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Selanjutnya, ditambahkan pula oleh Mardiah (Guru Pendidikan Agama Islam SD Barembeng) yang mengatakan bahwa :

Jika banyak siswa yang kurang berminat belajar Pendidikan Agama Islam, maka tugas kita sebagai pendidik adalah mencari cara

(61)

bagaimana menarik perhatian dan minat siswa. Misalnya, memberikan materi pembelajaran dengan berbagai metode dan variasi. Selain itu, guru bekerjasama dengan pimpinan dan dewan guru yang lain serta orang tua siswa harus memberikan penekanan kepada siswa agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang kurang bermanfaat. Misalnya, membatasi atau melarang siswa membawa Hand Phone, membatasi siswa menggunakan motor. Untuk alokasi waktu, guru menggunakan waktu yang tersedia semaksimal dan seefisien mungkin. (Wawancara, 27 Nopember 2012)

Berdasarkan informasi dari responden, dapat disimpulkan bahwa tantangan peningkatan kinerja guru Pendidikan Agama Islam di SD se- Kecamatan Bontonompo antara lain sarana dan prasarana pendidikan belum memadai atau masih kurang, kurangnya minat siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam, serta kurangnya alokasi waktu untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sedangkan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk menjadikan tantangan sebagai cambuk dalam menambah semangat kerja. Adapun sarana dan prasarana yang belum lengkap atau belum memadai harus dimaksimalkan dan dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin, mengalokasikan Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Dana Pendidikan Gratis untuk menambah sarana dan prasarana

Gambar

Tabel I Keadaan Populasi
Tabel II Keadaan Sampel
Tabel III
Tabel IV
+6

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh guru dan orang tua ialah : Guru harus memiliki potensi dan keterampilan yang didukung oleh kebijakan sekolah yang mendorong guru terus belajar, agar

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Penggunaan media sosial Instagram dalam proses promosi , Bisnis online adalah sesuatu aktifitas bisnis baik jasa maupun produk yang ditawarkan melalui media

tegangan tarik patah (σp) tertinggi yaitu spesimen tanpa perlakuan sebesar 243,35 MPa, sedangkan nilai tegangan tarik patah (σp) terendah yaitu spesimen dengan

Hasil penelitian menunjukan bahwa formula 4 (dengan konsentrasi Avicel PH101 4%) dapat menghasilkan co-process dengan sifat fisik-mekanik dan kompresibilitas yang

Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti dari membuat hipotesis dan implikasi secara

Mempelajari cara pengolahan data dari hasil kalkulasi citra RoI menggunakan microsoft excel untuk mendapatkan prediksi nilai BMI menggunakan regresi linear dan melihat korelasi

Proses yang telah berlangsung dengan baik dijaga dan dikendalikan agar tetap berada pada batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL) dan dilakukan secara