• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi, riset aksi sering dikenal dengan PAR (Participatory Action Research). Adapun pengertian riset aksi menurut Corey (1953, dalam Mashita, 2009) adalah proses dimana kelompok sosial berusaha melakukan studi masalah mereka secara ilmiah dalam rangka mengarahkan, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan tindakan mereka.

Pada pelaksanaannya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji tindakan dan fenomena yang sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri yang menjadi persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan berbaikan kearah yang lebih baik. Untuk itu mereka semua melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain yang terkait. Satu hal yang mendasar dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. PAR terdiri dari tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lainnya yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Artinya hasil riset yang telah dilakukan secara partisipatif kemudian diimplementasikan kedalam aksi.

3.2. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan bentuk kata-kata (analisis) dan data deksriptif. Menurut Creswell (2017), penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah orang atau

(2)

30

kelompok berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Dalam penelitian ini melibatkan upaya-upaya yang penting seperti mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisa dan menafsirkan makna data tanpa berupa angka-angka atau perhitungan. Gaya dalam penelitian ini menerapkan cara pandang yang induktif, berfokus pada makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan khususnya kasus kekerasan dalam pacaran pasca berpisah dari pasangannya.

3.3. Unit Amatan dan Unit Analisis

Hamidi (2005) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Dengan demikian unit analisis bisa diartikan adalah apa yang ingin dianalisis dalam penelitian. Sedangkan mengenai unis amatan, menurut Ihalauw (2003) dalam Aristiani (2002) unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memeroleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis. Dengan kata lain unit amatan adalah apa yang diamati atau sumber data-data yang kemudian dianalisis.

Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah pelaku dan/ korban kekerasan dalam berpacaran yang berdomisili di Jawa Tengah. Sedangkan satuan analisis dari penelitian ini adalah perilaku, pemikiran, dan perasaaan (aspek kognisi, konasi, dan afeksi) dari unit amatan (pelaku dan korban kekerasan dalam berpacaran di Jawa Tengah, dalam lingkup proses penerimaan diri yang dialaminya setelah berpisah dengan pasangannya.

(3)

31 3.4. Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian dalam penelitian ini adalah individu yang merupakan korban kekerasan dalam berpacaran berjumlah 1 (satu) orang beserta peer groupnya sebanyak 3 (tiga) orang, yang berdomisili di Jawa Tengah khususnya di Kota Salatiga dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian melalui data wawancara dan data observasi.

3.4.1 Teknik Penentuan Partisipan Penelitian

Teknik penentuan partisipan yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposive sampling atau sampel bertujuan. Dalam teknik purposive sampling sampel yang diambil tidak berdasar pada populasi melainkan disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga dapat dikatakan sebagai sampel bertujuan (Moleong, 2010).

Untuk bisa menemukan partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan, dilakukan pendekatan Focus Group Discussion (FGD). Melalui pendekatan tersebut memungkinkan peneliti menemukan partisipan baru yang sesuai kriteria melalui diskusi bersama pakar, korban dan atau pelaku KDP (vocal point).

Disamping itu tentunya peneliti juga mengenali atau mencari informasi-informasi terkait partisipan penelitian melalui peer group sebagai informan. Dalam hal ini penggunaan informan yang bertujuan untuk membantu peneliti mendapatkan model penanganan KDP.

Selain itu dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam, dan menemukan peer groupnya sebagai triangulasi data. Tidak hanya sebatas itu saja, lewat sharing, partisipan bersama peer group akan di evaluasi melalui sharing sebagai pengukuran data perilaku. Pada kesempatan yang lain, partisipan dan peer group melakukan refreshing, kegiatan yang menarik untuk membangun makna hidup yang lebih baik bagi partisipan dan

(4)

32

mencegah dampak terjadinya KDP atau regenerasi KDP bagi peer group atau orang sekitarnya, juga regenerasi pacaran yang sehat.

3.4.2 Karakteristik Partisipan

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka karakteristik sumber partisipan adalah :

1. Individu yang menjadi korban kekerasan dalam berpacaran dan telah berpisah dengan pasangannya. Alasan dipilihnya sumber data dengan karakteristik demikian sudah dijelaskan di bagian latar belakang dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Subjek merupakan perempuan yang tengah memasuki usia dewasa awal. Hal tersebut sesuai yang diuraikan Santrock (2007) bahwa masa ini adalah masa untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Selain itu, individu pada usia dewasa awal tentunya telah melewati tahap perkembangan operasional konkret.

2. Peer Group atau teman sebaya seperti definisinya adalah kelompok kecil yang memiliki anggota yang relatif umur atau maturasi yang sama, mereka menjalin keakraban (kurang lebih 2 tahun relasi pertemanan), pernah melihat KDP itu terjadi atau tahu kondisi psikologis subyek, berdomisili dalam kota yang sama dan pernah mengalami KDP (korban maupun pelaku).

3.5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Juni 2017. Tempat penelitian dilakukan di Kota Salatiga dan/atau Jawa Tengah. Pemilihan tempat ini karena pertimbangan :

1. Angka kekerasan terhadap perempuan dan angka kekerasan dalam berpacaran di Jawa Tengah terus meningkat dari tahun ke Tahun.

(5)

33

2. Selama beberapa tahun terakhir, Jawa Tengah beberapa kali telah menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah angka kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

3. Selama 3 tahun terakhir, Semarang beberapa kali telah menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah angka kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan dalam berpacaran di wilayah Jawa Tengah.

4. Dukungan dari Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UKSW yang berlokasi di Salatiga. Karena PSGA telah banyak bergerak dalam penanganan kasus kekerasan terhadap wanita, dan anak.

3.6. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini menurut Sugiyono (2010) adalah :

3.6.1. Data primer

Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari korban kekerasan dalam berpacaran khususnya korban yang telah berpisah dengan pasangannya. Selain itu serta orang-orang terdekat atau peer group korban kekerasan dalam berpacaran yang datanya diperoleh berdasarkan informasi dari subyek sebanyak 4 orang dan usianya sebaya dengan subyek.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari berbagai literatur mengenai kekerasan dalam berpacaran, pengambilan keputusan berpisah oleh korban kekerasan dalam berpacaran terhadap pasangannya. Disamping data tersebut, data sekunder lainnya yang juga digunakan adalah data-data mengenai berbagai kajian dalam penelitian ini, kajian peer group, dan kajian lainnya yang dirasa relevan.

(6)

34

3.7. Rancangan Model Penangganan Kekerasan dalam Pacaran.

Melalui kajian peer group, diketahui bahwa setiap elemen yang terikat dalam sistem masyarakat turut membentuk proses mental dalam diri setiap individu. Individu berdiri sebagai bagian dari sistem yang menerima dan memberikan pengaruh bagi sistem-sistem lain yang berada di sekitar dirinya. Individu secara mandiri memproses berbagai informasi berupa nilai-nilai agama, moral, etika yang diajarkan, kebiasaan yang diturunkan, pendidikan, pengalaman yang dimaknai secara subyektif dan membentuk persepsi, perasaan, dan perilaku individu tersebut dalam sistem masyarakat. Baik persepsi, perasaan, dan perilaku yang ditunjukkan oleh individu membentuk suatu proses mental yang cenderung menetap. Seperti yang diungkapkan oleh Santrock karena peranan peer group sangat penting untuk mendukung dalam hal pemberian informasi sesuai dengan kemampuan kognitif mereka dalam pemecahan masalah serta pengalaman memperoleh pengetahuan dan juga memberikan dukungan secara emosional sehingga subyek dapat merasakan bahwa keberadaan peer group, individu merasa menemukan dirinya atau jati diri serta dapat mengembangkan rasa sosial sejalan dengan perkembangan kepribadiannya.

Peer Group terdekat dengan individu dan bersentuhan langsung dengan penanaman nilai, moral, kebiasaan, pembentukan persepsi, perasaan, dan perilaku. Melalui pemetaan masalah, ditemukan bahwa teman sebaya atau peer group sebagai bagian dari mikrosistem yang berpengaruh langsung dalam tumbuh kembang proses mental seorang individu juga perlu mendapat perhatian khusus karena peranan peer group mengambil alih sebagian besar peran pendampingan orang tua. Melalui dukungan peer group untuk memudahkan sosialiasi remaja terkait perilaku berpacaran yang sehat, manajemen konflik, bagaimana menjadi teman yang suportif, bagaimana dapat membantu teman yang sedang bermasalah, dan lain sebagainya.

(7)

35

Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini rancangannya adalah : 1. Penentuan subyeknya melalui informasi dari daerah sekitar kota

Salatiga yang dimana subyek adalah korban KDP yang telah berpisah dengan pasangannya.

2. Pengambilan data awal. Data yang diambil adalah data mengenai subyek, personal subyek, masa dalam pacaran hingga berpisah dengan pasangannya.

3. Data selanjutnya adalah data peer group yang didapatkan berdasarkan informasi dari subyek. Yakni mereka yang mengenal subyek lebih dari 2 tahun atau berteman dengan subyek, memahami dan mengenal subyek dari masa lalu (dalam masa pacaran subyek). 4. Setelah pengambilan data, awal rancangan adalah pertemuan dan

pengenalan peer group subyek dan membuat janji dan kontrak peer group dan kesediaan partisipan sebagai partisipan dalam penelitian ini.

5. Pertemuan subyek dan peer group dilakukan 2 (dua) kali dalam seminggu. Terdiri dari beberapa kegiatan yakni kegiatan implementasi (inti) sepeti sharing, refreshing, dan evaluasi.

6. Sharing dilakukan pada penelitian ini dalam bentuk sharing bersama yang melibatkan subyek dan peer group subyek dengan menggali, mengenal, memahami pentingnya subyek bagi peer groupnya dan pentingnya peer group bagi subyek. Disamping itu sharing bersama subyek dan peer groupnya mengenai apa yang akan dicapai atau dilakukan mereka untuk membantu subyek dan peran peer group dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi subyek. Sedangkan evaluasi ini juga terdapat kegiatan sharing dan komunikasikan kegiatan atau permasalahan yang ada terjadi selama seminggu setelah kegiatan implementasi.

(8)

36 3.8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang valid dalam penelitian dan menunjang tujuan penelitian adalah:

1. Observasi: Peneliti mengamati perilaku partisipan selama proses penelitian berlangsung. Lewat kegiatan-kegiatan yang di rancang terhadap korban dan peer group korban dalam waktu yang ditentukan. 2. Wawancara: Dalam penelitian ini yang mengajukan pertanyaan adalah

peneliti, sedangkan yang memberikan jawaban adalah korban dan pelaku kekerasan dalam berpacaran, juga beberapa orang yang berhubungan dekat dengan mereka. Hasil wawancara digunakan peneliti sebagai sumber data utama dalam penelitian ini.

3. Metode Dokumentasi: Dokumen dalam penelitian ini dapat berupa daftar jumlah korban kekerasan, khususnya kekerasan dalam berpacaran, gambar ataupun foto, rekaman, dan dokumen lainnya yang dapat membantu mempercepat proses penelitian.

3.9. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang ditentukan, maka data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan cara mendeskriptifkan secara menyeluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan subjek dan informan lain (Prabowo, 2013).

Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat transkrip hasil wawancara. Transkrip wawancara dapat dibuat antara lain dengan cara memutar kembali rekaman wawancara kemudian menuliskan kata- kata yang sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara ke dalam transkrip, selanjutnya peneliti membuat

(9)

37

kategorisasi data dan reduksi data dengan mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.

Data hasil wawancara dalam penelitian ini merupakan sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2010) pengolahan data dilakukan antara lain dengan :

- Triangulasi: Cara untuk memanfaatkan penggunaan sumber dalam rangka membandingkan dan mengecek kembali (cross check) derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan informan (Poerwandari, 2007). Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data yang diberikan oleh pendapat orang lain yang mengenal subjek seperti orangtua, sahabat, serta keluarga, juga sahabat dari pelaku kekerasan. Selain itu juga dapat dilakukan member check untuk melihat kesesuaian apa yang dituliskan oleh peneliti dalam verbatim wawancara dengan apa yang dimaksudkan oleh subjek.

- Reduksi: Merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas (Prabowo, 2013). Pada proses reduksi data ini, peneliti melakukan pengategorian data-data yang berfokus pada tiga hal pokok, yaitu: latar belakang kekerasan dalam berpacaran yang pernah dialami subjek, proses pengambilan keputusan subjek untuk berpisah dari pasangan yang merupakan pelaku kekerasan dalam berpacaran, dan hal-hal yang dapat dikaji dalam kajian peer group dalam proses pengambilan keputusan berpisah tersebut.

- Penyajian Data: Penyajian data adalah pengelompokan data sesuai dengan sub bahasan masing-masing dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

(10)

38

- Penarikan Kesimpulan: Setelah menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari suatu peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk

Pewangi Laundry Rejang Lebong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI TARGET MARKET PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Mama tercinta Yeni Susantiningsih, Ayah tercinta Muhammad Asli dan Adik Tercinta Muhammad Ade Rio Irwan yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, kesabaran, do’a

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING LANGKAH KAKI DENGAN SENSOR MPU6050 BERBASIS ANDROID beserta seluruh isinya

Strategi pemasaran yang dilakukan Antiplaque seharusnya sesuai dengan kondisi pasar, seperti melakukan pembaharuan kemasan pasta gigi, mengedukasi konsumen agar dapat mehami

 Kemampuan perawat melakukan komunikasi Kemampuan perawat melakukan komunikasi verbal akan menentukan kualitas asuhan yang. verbal akan menentukan kualitas

Dalam menemukan analisis pengeluaran orang tua untuk biaya sekolah peserta didik di sekolah dasar, dengan unsur-unsur pokok yang ditemukan sesuai dengan

Bahwa Ketua Pengadilan Negeri Tasikmalaya dalam menentukan limit telah menggunakan jasa penilai yang independen yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor :