• Tidak ada hasil yang ditemukan

97. Belumlah pernah ia mengecilkan hati orang ‘merendahkan’ 98 Sambil ia berkata-kata itu bercucuranlah air matanja ‘menangis’.

4.2 Implikasi temuan

Secara teoretis telah diungkapkan bahwa salah satu unsur metafora adalah kemiripan dan kesamaan tanggapan pancaindra. Struktur metafora utama yang utama ialah (1) topik yang dibicarakan; (2) citra atau topik kedua; (3) titik kemiripan atau kesamaan. Hubungan antara topik atau citra dapat bersifat objektif

dan emotif. Berdasarkan pilihan citra dibedakan atas empat kelompok, yakni (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke konkret, (4) metafora bercitra sinestesia atau pertukaran tanggapan/persepsi indra (rujuk Lampiran 1).

Dari hasil analisis ditemukan keempat kelompok metafora bercitra tersebut di atas dengan variasi jumlah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Metafora bercitra antropomorfik merupakan satu gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau tubuh mereka sendiri. Metafora antropomorfik dalam banyak bahasa dapat dicontohkan dengan mulut botol, jantung kota, bahu jalan, dan lain-lain (rujuk Lampiran 3).Metafora bercitra hewan, biasanya digunakan oleh pemakai bahasa untuk menggambarkan satu kondisi atau kenyataan di alam sesuai pengalaman pemakai bahasa. Metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman. Metafora dengan unsur binatang juga dikenakan pada manusia dengan citra humor, ironi, peyoratif, atau citra konotasi yang luar biasa, misalnya, fable dan lain- lain.Dalam metafora bercitra hewan diungkapkan bahwa manusia disamakan dengan sejumlah takterbatas binatang (rujuk Lampiran 6). Metafora bercitra abstrak ke konkret, adalah mengalihkan ungkapan-ungkapan yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkret. Seringkali pengalihan ungkapan itu masih bersifat transparan tetapi dalam beberapa kasus penelusuran etimologi perlu

Metafora bercitra sinestesia, merupakan salah satu tipe metafora berdasarkan pengalihan indra, pengalihan dari satu indra ke indra yang lain (rujuk Lampiran 5).

Metafora dalam Hikayat Abdullah didominasi oleh metafora bercitra sinestesia 46,8 %. Kemudian secara berturut-turut besarnya persentase metafora lainnya adalah Antropomorfik = 45,8 %; Abstrak = 6,72; dan Hewan = 0,48. Berkaitan dengan makna yang terkandung dalam metafora, keseluruhan metafora yang ada dalam teks Hikayat Abdullah merujuk pada makna leksikal yang dikandung dalam tiap-tiap metafora. Sebagai contoh di sini untuk mendapatkan makna yang tersirat dalam metafora dipertimbangkan juga konteks kata tersebut dengan kata lain yang terdapat pada kalimatnya. Pada data (193) misalnya Maka barang siapa mencium akan dia, sukalah hatinja dan segarlah tubuhnja dan manislah mukanja...Di sini metafora manislah mukanjabermakna ‘merasa puas’ karena berkaitan dengan dua frasa yang muncul sebelumnya, yaitu sukalah hatinja dansegarlah tubuhnjaakibat melakukan kegiatan yang menyenangkan (mencium akan dia).

Contoh lain, data (194) Ini semuanja tahi angin Inggris....metafora tahi anginInggrisbermakna ‘isu/kabar burung berkaitan dengan berita tentang bangsa Inggris’. Sama halnya dengan data (195) Sekarang Baba sendiri sudah tau bagaimana rasanja limau manis Inggris...‘hasil/pendapatan yang diperoleh dari pemerintahan Inggris’.

Selain hasil analisis mengenai metafora bercitra, makna yang terkandung di dalam masing-masing metafora dan dominasi pemakaiannya, analisis selanjutnya menjawab permasalahan penelitian empat yaitu mengenai fitur-fitur sintaksis yang terdapat pada teks Hikayat Abdullah.

Dari hasil investigasi diperoleh 5 fitur konstruksi sintaksis metafora, antara lain metafora berkonstruksi (1) Kalimat (K), (2) Frasa Verba (FB), (3) Frasa Nomina, (4) Frasa Ajektiva, dan Frasa Depan dengan variasi jumlah yang ada. Analisis yang dilakukan untuk menentukan fitur konstruksi ini dengan mengidentifikasi unsur-unsur sintaksis (konstituen) berdasar pada fungsi (inti) dan kategorisasinya (nomina, verba, ajektiva, kata depan). Tidak menutup kemungkinan dijumpai metafora dalam bentuk kalimat lengkap (sebanyak 3,6%).

Analisis fitur sintaksis dalam konstruksi kalimat (K) dilakukan dengan cara mengidentifikasi konstituen kalimat kemudian ditentukan funsi dan kategorisasinya. Sementara metafora dengan fitur sintaksis frasa verba, frasa nomina, frasa ajektiva, dan frasa depan unsur yang pokok yang menjadi titik perhatian adalah inti (head) dalam sebuah frasa.

Berikut ini perlu penjelasan mengenai penguraian kalimat. Contohnya data metafora (46)dianalisis seperti berikut ini untuk mendapatkan fitur-fitur sintaksisnya agar diperoleh unit-unit sintaksis yang membentuk kalimat tersebut. Penguraian seperti ini dianggap perlu guna mendapatkan analisis yang rinci sesuai dengan kaidah analisisnya. Dengan demikian dapat diperoleh sebuah analisis yang

(K)

(46)Lidah sahaja inisudah tjukup Lidah sahaja inisudah tjukup

FN(N+Part+KT)V

(K)

(63)Hatikurasanja seperti aku kehilangan ibu bapaku.

Hatikurasanja seperti aku kehilangan ibu bapaku. FN(N)

rasanjaseperti aku kehilangan ibu bapaku. FV

sepertiaku kehilangan ibu bapaku Ad K akukehilangan ibu bapaku

FN(N) FV kehilanganibu bapaku

FV (V) FN(N+FN(POS)

Sehingga diperoleh fitur sintaksis metafora data (46) dan (63) adalah sebagai berikut:

(43) K→ FN(N+Part+KT)+V

(63) K→ FN(N)+FV (V)+FN(N+FN(POS)

Sama halnya dengan semua frasa (FV, FN, FA, dan FD). Untuk mendapatkan fitur sintaksisnya diperlukan analisis dengan menggunakan penanda frasa (phrase marker). Dicontohkan di sini fitur metafora Frasa Verba (FV) pada data (44), (47), dan (52) sebagai sampel analisis.

(44) ....membuangkan diri kepulau ... (FV→ V+Part+FN(N)+FD(KD+N) FV

membuangkan diri ke pulau V+Part FN

diri ke pulau N FD

ke pulau KD N

(47)datanglah berkampung kesitu(FV→ V+Part+V+FD(KD+N) FV

datanglah berkampung kesitu V+Part

berkampung kesitu VFD

ke situ KDN

(52)Berkampunglah segala orang-orang putih. (FV→ V+Part+FN(Kbil+FN) FV

Berkampunglah segala orang-orang putih V + PartFN

segala orang-orang putih Kbil FN

Sama halnya dengan frasa-frasa lainnya, untuk mendapatkan fitur-fitur sintaksis metafora, dilakukan analisis mendalam sehingga diperoleh konstituen- konstituen yang membentuk frasa-frasa tersebut.

Di bawah ini dicontohkan juga analisis Frasa Ajektiva (FA) data (23), (29), dan (115) dan Frasa Depan (FD) data (12), (102) dan (169).

Frasa Ajektiva (FA)

(23)teguh setianja(FA→ Ad +A(POS) FA

teguh setianja

Ad A+POS

(29) terlalu mahal (FA→ FA(Ad+A) FA

terlalu mahal AdA

(115) gendut berlipat-lipat (FA→ A+A) FA

gendut berlipat-lipat

Frasa Depan (FD)

(12)kebawah angin (FD→ KD+N) FD

kebawah angin

KD N

(102)dalam ma'lumnja(FD→ KD+FN(POS) FD

dalam maklumnya KD FN(POS)

(169) atas angin sampai kebawah angin,(FD→ FD(KD+N)+Konj+FD(KD+N) FD

atas angin sampai kebawah angin FD

atas angin sampai kebawah angin KDN KonjFD

kebawah angin KD N

Seperti yang telah diutarakan di atas. dari hasil analisis fitur sintaksis metafora pada Hikayat Abdullah diperoleh lima fitur konstruksi metafora, diantaranya (1) fitur konstruksi kalimat (K) sebanyak 7 metafora (3,6%), (2) fitur konstruksi Frasa Verba (FA) sebanyak 111 metafora (58,4%), (3) fitur konstruksi Frasa Nomina (FN) sebanyak 54 metafora (28,4%), (4) fitur konstruksi Frasa Ajektiva (FA) sebanyak 20 metafora (10,4%), dan fitur konstruksi Frasa Depan (FD) hanya 4 metafora (2,1%).

Dapat ditarik simpulan awal, bahwa berdasarkan analisis fitur sintaksis teks Hikaya Abdullah dihiasi oleh mayoritas metafora dengan fitur konstruksi Frasa Verba (FV) (58,4%).

Menjawab permasalahan penelitian yang terakhir, yaitu mengenai fitur- fitur semantik yang terdapat pada teks Hikayat Abdullahdapat dijelaskan sebagai berikut.

Fitur semantik metafora dapat ditandai dengan konsep makna kognitif yang terkandung dalam metafora itu sendiri. Konsep makna kognitif yang disarankan olehLangacker (2008),Kövecses, (1990, 2000a); dan Lakoff dan Johnson(1980) antara lain (1) metafora yang merujuk pada warna; (2)metafora yang merujuk pada cuaca; (3) metafora yang merujuk pada perang;(4) metafora yang merujuk pada kesehatan; (5) metafora yang merujuk pada binatang/fauna; (6) metafora yang merujuk pada makanan; (7) metafora yang merujuk pada perjalanan/pekerjaan;(8) metafora yang merujuk pada sifat; (9) merujuk pada benda alam/tumbuhan/flora; (10) merujuk pada bagian tubuh/badan; dan (11) merujuk pada emosi(marah/senang/sedih).

Sebelas konsep makna sebagai rujukan makna metafora dapat dijumpai dalam penelitian ini. Berikut adalah contoh analisis fitur makna yang diperoleh dalam teks Hikayat Abdullah.

(1) Metafora yang merujuk pada warna Contoh: (23) ...warna mukanja...

(116) ... warna tubuhnja putih kuning .... (152) ...emas kemerah-merahan....

Ditemukan hanya tiga buah metafora dalam jenis ini. (2) Metafora yang merujuk pada cuaca

Contoh: (1) ...tjakap angin... (11) ...jaman kebawah angin, (12) ...kebawah angin... (40) Hudjan berbalik kelangit" (139) ....awanpun mengandunglah

Hanya ada lima metafora yang mempunya makna kognitif merujuk pada cuaca.

(3) Metafora yang merujuk pada perang Contoh: (31) ....petjahlah chabar ...

(32) ....memetjahkan kota .... (33) ....kebun kompeni .... (42)...petjah chabar ....

(81) Mati dengan nama jang baik (4) Metafora yang merujuk pada kesehatan

Contoh :(103)... kuasa obatnja.... (115) .... dalam bahaja ...

(141).. gendut berlipat-lipat, .... .. betisnja seladang,.... ... tiada berperut ...

(5) metafora yang merujuk pada binatang/fauna Contoh: (14) .... bilut,...

(36) ...ber-djinak2an dengan segala hikajat2.... (66) ....binatang hidup

(187) ....anak harimau menjadi anak kucing. (188)....anak kucing itu menjadi harimau (189)....sangka katak di bawah tempurung (6) metafora yang merujuk pada makanan

Contoh:(13) ....gedung beras,.... (173).... limau manis Inggris

(7) metafora yang merujuk pada perjalanan/pekerjaan Contoh: (61) Melangkah lautan....

(62)....terbanglah arwahku (70)....tersangkut dalam hati (71).... mengambil hati orang (94) ....lepas dua laki isteri .... (96) ... berbaliklah pula hatiku (99) .... datang berhimpun .... (107) .... turun ke Singapura (111).... masuk ke perut ibunja.... (8) metafora yang merujuk pada sifat

Contoh: (5) segala adjaib ini ... (6)...tiada sunji diriku... (10)....habislah pikiranku ... (23) ...teguh setianja ... (26)...dilentur...

(9) merujuk pada benda alam/tumbuhan/flora Contoh: (3) ....buluh berdiri...

(18)... memegang kalam ....

(19) membentangkan langit jang sebesar itu dengan tiada bertongkat..

(30) benih....

(34) Berbunji batu berbunjilah dia, .... (59) Menadah akan air hudjan... (117) ....belukar bahasa Melaju .... (161) ... mencucikan laut-laut

(191).. mudanja itu banjaklah dahannja ...tuanja kelak banjaklah buahnja...

(10) merujuk pada bagian tubuh/badan Contoh: (28) ...bermain tangan ...

(37)...muka kitab ....

(46) ....Lidah sahaja ini sudah tjukup.... (56)... masam mukanja...

(71).... mengambil hati orang

(11) merujuk pada emosi(marah/senang/sedih) Contoh : (17) ....seberat bumi ....

(35)....dimakannjalah kapal itu... (89).... terbakar rasanja hatiku .. (105).... kumatikanlah diriku ...

Dari hasil analisis juga diperoleh analisis metafora dari dua bidang yang berbeda, yakni metafora sebagai salah satu bahasa figuratif (kajian sastra) dan metafora sebagai hasil dari kognisi penutur (linguistik – semantik kognitif). Dari segi metafora sebagai bahasa figuratif hasil yang diperoleh adalah teks sinestesia dan antropomorfik masing-masing (46,8% dan 45,8%). Metafora bercitra sinestesia yaitu satu tipe metafora berdasarkan pengalihan indra, pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Metafora antropomorfik lebih menekankan sifat benda mati melekat pada makhluk hidup.

Sementara dari bidang linguistik teks yang sama dianalisis dari fitur semantiknya dikuasai oleh fitur semantik yang merujuk pada perjalanan/pekerjaan MP/P (17,4%), fitur semantik yang merujuk pada bagian tubuh/badan (MB) (17,9%) dan yang merujuk pada benda alam/tumbuhan/flora MB/F (17,4%). Fitur sintaksis yang banyak menghiasi teks tersebut adalah fitur sintaksis dengan konstruks Frasa Verba (FV) (58,5%).

Seluruh hasil analisis secara sistematis dan berurutan disematkan dalam lampiran disertasi ini.

BAB V

Dokumen terkait