• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metafora Melayu klasik dalam hikayat Abdullah Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metafora Melayu klasik dalam hikayat Abdullah Chapter III VI"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian kualitatif. Analisis isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan. Sesuai tujuannya, maka metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian ini dengan isi sebuah teks (Bell, 2001:13).

(2)

isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoretis yang tinggi.

Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan adalah: research technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication (John W., 2003).

Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Analisis isi yang termasuk di dalammessage content analysis memiliki karakter sebagai berikut: quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis of texts, di mana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader (Klaus, 1991).

Analisis isi dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis bentuk teks hikayat Abdullah bersifat buku dokumentasi. Alasan menggunakan analisis isi dalam penelitian ini berkaitan dengan :

a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri atas bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan

(3)

3.2 Data dan Sumber Data

Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan maupun tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984). Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan:

(1) Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkah laku yang diamati dalam teks hikayat Abdullah;

(2) Kutipan langsung dari pernyataan penganalisis terdahulu dan pemerintah setempat, pengalaman, sikap, keyakinan, dan pemikiran Abdullah Bin Abdul kadir Munsyi dalam periode tahun 1796– 1854;

(3) Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan dokumen, surat-menyurat, rekaman, dan kasus sejarah.

Dalam pengumpulan data, unsur nomor tiga di atas yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku dengan judul Hikayat Abdullah yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsji (1953 – diterbitkan lagi dengan anotasi R.A. Datoek Besar dan Dr. R. Roolvink, Jakarta/Amsterdam: Djambatan). Data yang dianalisis berupa petikan satuan lingual berupa kata, phrasa, klausa dan kalimat yang terdapat pada sumber data yang mengandung unsur metafora. Pada prinsipnya, apapun yang tertulis dapat dijadikan sebagai data dan dapat diteliti dalam analisis isi.

3.3 Tahapan Penelitian

(4)

(1) menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode),

(2) menentukan kode sampling,

(3) menentukan variabel dan menyusun kategori pengkodean, dan (4) mengklasifikasikan dan menganalisis.

Tahapan penelitian itu dapat diilustrasikan dalam bagan di bawah ini:

Bagan 3.1. Tahapan Penelitian

Proses mengkodekan isi dengan menentukan variabel (variables) dan nilai Metafora Melayu

Klasik

Kategorisasi menentukan unit analisis (misalnya jumlah teks yang

ditetapkan sebagai kode)

Variabel-Variabel (menentukan sampling)

Klasifikasi

(menentukan variabel dan menyusun kategori pengkodean)

Reliabilitas

Validitas Menarik kesimpulan

(5)

Range warna, posisi dalam sebuah halaman teks). Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena nilai-nilai tersebut mempunyai kelas yang sama. Nilai yang didefensisikan dalam stiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis isi berupa perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations) yang digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/isi.

3.4 Reliabilitas dan Validitas Analisis Isi

Pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk metode Analisis Isi, memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat diulang (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Tingkat keandalan (reliability) metode Analisis Isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih pengkode (coders) dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik. Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengkaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk butir yang relevan, oleh pengkode yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh pengkode yang sama dalam saat yang berbeda (infra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti harus,

(6)

(ii) melatih pengkode dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai.

(iii) mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih pengkode menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa.

Dalam penelitian ini, analisis isi tidak berpotensi untuk menunjukkan bagaimana pengamat memahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar. Analisis Isi hanya menunjukkan apa yang diberikan prioritas atau dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas pada Analisis Isi ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas merujuk pada konsistensi internal dari metode Analisis Isi, maka validitas merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait. Analisis Isi bisa menyajikan deskripsi dimensi-dimensi kuantitatif dan representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map)dari representasi teks itu. Setelah menggunakan Analisis Isi, (Bell, 2001: 24) menyarankan peneliti dapat menginterpretasikan teks dengan metode kualitatif, seperti metode Semiotik atau interpretasi teks individual.

3.5 Prosedur Analisis

(7)

mulai awal ditentukannya topik penelitian hingga diperoleh jawaban permasalahan yang telah dirancang. Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan permasalahan penelitian diperlukan teori yang tepat agar jawaban yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Bagan 3.1 mengenai alir penelitian dapat dilihat di bawah pada akhir bab ini.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian metafora dalam Hikayat Abdullah dilakukan dengan memotret dan memaparkan apa adanya sesuai denga sifat dan karakteristik metafora didasarkan teori Kovecses (2006) dan Parera (1997). Langacker (2008), Lakoff dan Johnson (1980). Hal itu berarti penekanan analisis sesuai dengan tujuan penelitian bertumpu pada cara memandang temuan data metafora pada sumber data sebagai ciri utamanya dan tidak mempertimbangkan benar atau salah struktur bahasanya.

Setelah pencatatan, kemudian dilakukan dengan beberapa langkah kerja menganalisis dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain:

(1) memilih dan menentukan data penelitian yang sesuai dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan untuk dijadikan objek penelitian

(2) menentukan jumlah data metafora yang terdapat di sumber data untuk dianalisis

(3) mentranskripsikan data

(4) menerjemahkan BS ke BT secara harafiah

(8)

(7) menyimpulkan hasil temuan.

Bilamana jumlah data sumber terbatas dimungkinkan sebuah data digunakan sebagai objek pada dua analisis, baik pada bentuk, fungsi, dan makna maupun untuk analisis makna.

Dalammenganalisis metafora pertama sekali dilakukan adalah mengidentifikasi semua kalimat dalam teks yang mempunyai muatan metafora. Kalimat-kalimat tersebut didaftarkan kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenis dan tipenya. Kemudian tiap-tiap kelompok metafora tersebut dianalisis satu per satu. Sebagai contoh dapat dilihat berikut ini.

1. Dalam hikayat ini peristiwa-peristiwa besar terbayang pada benih-benih yang disebarkan sebelumnya.[hal.12 baris ke 9]

Kata benih memiliki arti (1) 'biji atau buah di tanaman yang disediakan untuk ditanam atau disemaikan'; (2) 'bibit atau semaian yang akan ditanam'; (3) sperma untuk bibit pengembangbiakan'; (4) 'yang menjadi sebab, asal mula'. Dari empat arti kata benih di atas, tak satupun secara semantis cocok ditempatkan dalam ujaran (1) tersebut. Metafora jenis ini dapat digolongkan ke dalam metafora antropomorfik. [benih = metafora antropomorfik]

2. ...maka disuruh oleh raja membaca surat hikajat, karena ia pandai membawa lagu dan suaranya pun baik. [hal.54 baris ke 2]

(9)

metafora jenis ini dapat digolongkan ke dalam metafora fungsi hikajat= metafora fungsi.

3.7. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

(10)

Bagan 3.2: Alir Penelitian Dominasinya (Parera , 2004)

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Pendahuluan

Data dalam penelitian ini adalah sejumlah klausa yang terdapat dalam buku Hikayat Abdullah. Diperoleh sebanyak 195 klausa yang mengandung unsur metafora. Keseluruhan klausa yang mengandung unsur metafora itu dapat dilihat pada Lampiran 1 hal ... disertasi ini. Keseluruhan metafora dianalisis dengan dua pendekatan yaitu (1) metafora sebagai bagian dari bahasa figuratif (makna citra-dalam kajian sastra) dan (2) metafora sebagai hasil kajian linguistik=semantik kognitif (makna kognitif) dan konstruksi yang membangun metafora tersebut (dalam analisis sintaksis).

(12)

Frasa Verba (FV), (2) Frasa Nomina (FN), (3) Frasa Ajektiva (FA), dan (4) Frasa Depan (FD).

4.1.1 Kelompok Metafora Bercitra

Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama, yaitu metafora bercitra apasajakah yang terdapat pada Hikayat Abdullah, diperlukan uraian sebagai berikut. Pada 2.2.1.2 dinyatakan bahwa metafora dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke konkret, dan (4) metafora bercitra sintesa atau pertukaran tanggapan/persepsi indra. Dari hasil penelitian diperoleh keempat kelompok metafora tersebut. Berikut ini adalah analisis masing-masing kelompok metafora Melayu Klasik yang terdapat dalam Hikayat Abdullah.

4.1.1.1 Metafora Bercitra Antropomorfik

(13)

angin sebagai benda mati digambarkan sebagai benda-benda hidup yang memiliki anggota tubuh seperti kaki, tangan, badan, dan mata.

Dalam Hikayat Abdullah, dapat diidentifikasi metafora kelompok ini. Uraian berikut ini adalah contoh sebahagian analisis metafora yang dapat dikategorisasikan ke dalam metafora bercitra antropomorfik (klausa 1 sampai dengan 20).

(1) Orang jang bebal jang tiadaberbatu-udjilditangannja,....(data 2)

Klausa (1) mengandung unsur metafora antropomorfik. Verba berbatu-ujil mempunyai makna dasar ‘mempunyai banyak batu-batuan’ (Pusat Rujukan Persuratan Melayu (PRPM). Makna berbatu-udjilditangannja yang sebenarnya adalah ‘di tangannya terdapat banyak batu-batuan’. Dalam konteks metafora, verba berbatu-udjilditangannja mengalami perubahan makna yaitu ‘mempunyai peruntungan,’. Sehingga klausa (1) secara metaforis klausa tersebut bermakna

Orang jang bebal jang tiada ‘mempunyai peruntungan.’ Sehingga klausa (1) secara metaforis klausa tersebut bermakna orang jang bebal jang tiada ‘mempunyai peruntungan.’

(2) Seumpama sebatang buluh berdiri, maka pada sangkanja inilah sebatangkaju jang baik lagi lurus,...(data 3)

(14)

keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (2) memenuhi persyaratan metafora antropomorfik ini. Dalam konteks ini, makna (i) dan (ii) tidak dapat melakukan kegiatan berdiri seperti yang dilakukan makhluk hidup sehingga makna frasa buluh berdiri mengalami perubahan secara metaforik yang berarti ‘sesuatu yang dapat berdiri tegak (meskipun dianggap sulit untuk dilakukan)’.

(3) Maka ia itu turun dari jaman kebawah angin,....(data 11)

Kata jaman (zaman) (i) bersinonimdengan ‘jangka masa’: ‘tempoh’

‘masa’,’era’,(ii) ‘kala’: ‘ketika’, ‘waktu’, ‘masa’(PRPM). Kata jaman

adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (3) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Dari konteks klausa (3) kata jaman (zaman) masih memiliki korelasi makna yang sama, tetapi tidak tepat untuk disandingkan dengan frasa kebawah angin. Secara metaforis klausa (3) bermakna ‘Maka ia itu turun dari masa/waktu tertentu yang tak dapat diingat lagi’.

(4) Maka ia itu turun dari jaman kebawah angin. Maka bahwasanja adalah bapaku kepada zaman itu umpamanja seperti seekor tikus jang djatuh kedalam gedung beras,...(data 13)

Kata gedung dalam klausa (4) mempunyai dua makna(i) ‘tempat bermesyuarat’;

(15)

suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (4) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Makna kata gedung dalam konteks klausa (4) tidak mengalami perubahan makna, yakni bangunan besar untuk berkumpulnya orang-orang tertentu. Tetapi dengan adanya kata beras yang mengikutinya maka secara metaforis menggambarkan jumlah besar (limpahan) beras (sebagai bahan makanan) dengan konsep gambaran kata gedung yang menunjukkan tempat yang besar dan luas.

(5) Ku-turut2rupa huruf sedikit2... (data 20)

Klausa (5) juga mengandung unsur metafora antropomorfik. Kata rupa mempunyai makna dasar (i) ‘paras: muka, wajah, roman, raut, tampang muka, air muka’,(ii) ‘bangun: bentuk, tokoh’, dan (iii) ‘jenis: macam, bangsa, bagai’(PRPM). Dari ketiga jenis makna di atas kata rupa selalu dikaitkan dengan orang atau benda hidup terutama yang menyangkut hal yang berkaitan dengan bentuk rupanya. Secara metaforis, klausa (5) menunjukkan rupahuruf bermakna bentuk detil huruf yang dimaksud.

(6) Adapun 'ilmu dan kepandaian itu mendjadi tangga kepada pangkat kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran. (data 21)

(16)

lain seperti suatu gejala semesta. Makna dasar tersebut berubah menjadi ‘alat’ yang menunjukkan fungsi dari nomina tersebut, yaitu yang berkaitan dengan sifat menaik lebih tinggi. tangga kepada pangkat kekajaansecara metaforis bermakna bahwa 'ilmu dan kepandaian itu mendjadiatau sebagai alat kepada pangkat kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran.

(7) Masing2 adalah dengan harga kejayaannya, jaitu dapat dinilaikan oleh manusia; (data 22)

Kata harga dalam klausa (7) mempunyai makna dasar (i) ‘bayaran: belanja,perbelanjaan, kos, caj, tambang, yuran, nilai, tol, kadar’, (ii) ‘faedah: kualiti mutu, manfaat, guna, kepentingan, erti, makna’(PRPM). Makna kata harga dalam klausa (7) tidak berkaitan dengan makna dasar tersebut. Oleh sebab itu klausa ini memenuhi persyaratan klausa bermetafora antropomorfik.

(8) Maka djikalau demikian, bahwa 'ilmu itulah tangganja akan menaiki segala perkara jang tersebut itu. (data 25)

Sama dengan klausa (6) di atas bahwa kata tangga di sini tidak merujuk pada bentuk benda tangga, melainkan sebagai ‘alat untuk mencapai posisi yang lebih tinggi’.

(17)

Kata perkakas mempunyai arti dasar (i) ‘perkakasan: alat, alatan, peralatan, kelengkapan, mesin, radas, peranti, jentera’,(ii)‘perkakasan; almari, rak buku, kerusi, meja, katil’ (PRPM). Perkakas adalahbenda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (9) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Penggunaan kata perkakas pada klausa (9) di atas secara metaforis menunjukkan kerasnya hukuman dan siksa.

(10) Karena berpikirlah tuan2, maka djikalau kiranja ada benihjang demikian telah tertjampak barang dimana...(data 30).

Makna dasar kata benih adalah (i) ‘biji daripada buah kecil (seperti padi dan lain-lain) yang akan ditanam, bibit: padi yang baik itu disimpan untuk dijadikan

benih’; (ii) ‘ benda yang akan menjadi benda hidup (tumbuh): sperma atau benih

(18)

(11) Maka dalam sedikit hari demikian itu, maka tiba2petjahlah chabar dalam Malaka mengatakan Inggeris (data 31)

Kata petjah (pecah) memiliki arti dasar (i) cerunyas : pecah-pecah, hancur: ia menggigit-gigit pangkal cerutunya yang memang telah ~. (ii) ripuk : patah, pecah (remuk), rosak; runtuh ~ hancur sama sekali. Merekah,

pecah-pecah (buah-buahan, kulit, dan lain-lain); mencekah 1. = bercekah; 2. Memecahkan (dengan mengapit kedua-dua belah tangan): ~. (iii) cekah : buah manggis; 3. Melebarkan (membuka) sudut (kangkang dan lain-lain), membelah, menguakkan: cekahlah tulang itu dan dedahkan alat-alat pembiakannya; ~ buah durian, dan (iv) rabik : pecah, robek (di tepi), cabik-cabik, rabak; carik ~ = robak-~ koyak-koyak (pecah-pecah); rabit(PRPM).

Dari makna yang ada, kata petjah umumnya untuk benda padat, seperti buah, kain, dan cerutu. Pada klausa (11) kata petjah diperuntukkan benda abstrak (chabar).

(12) Setelah satu muka kitab itu kubatja maka kemudian dari pada itu Kubatjalah....(data 37)

(19)

Bahagian sebelah muka, muka, depan: wang tembaga zaman dahulu sama sahaja ~ belakangnya; seratus penjajap di kanan, seratus penjajap di kiri, seratus penjajap di ~, seratus penjajap di belakang; 2. Arah atau hala tujuan; hidupnya sekarang satu ~ sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) tidak berbuat sesuatu apa pun; semua pendapat mereka satu ~ sahaja satu sahaja, dan lain-lain (PRPM).

Pada klausa (12) kata muka dalam muka kitab dinyatakan sebagai metafora jenis antrifomorfik karena umumnya muka lebih cenderung bermakna wajah manusia.

(13) Tuan, sahaja makan gadji bukannja mau buat salah. (data 41)

Verba makan bersinonim dengan (i) santap: menjamah, merasa, meratah, membaham, mencaruk, melahap, membedal, menyental, membalun, membantai, menggasak, menalak, mengisi perut, menyekang perut, memamah, menggigit, mengerkah, mencatuk, meragut, mengganyang, mendahar, menjilat; (ii) tembus : telap, lut, mempan, kena, ayap, masuk; (iii) Dalam konteks nasihat, kata makan bermakna menerima, mengikut, menurut, mendengan, mematuhi, mentaati (PRPM).

(20)

(14) Maka apabila masaklah sudah perdjandjian itu, maka baharulah pulang ke Malaka(data 43)

Kata ajektiva masak mempunyai makna dasar (i) dalam konteks buah bermakna tua, matang, ranum; (ii) dalam konteks daging bermakna empuk, lembut, lunak; (iii) dalam konteks usia bermakna berpengalaman, tua, berumur, dewasa, tua (PRPM). Dalam konteks klausa (14) frasa masaklah sudah perjanjian itu dapat dikatakan sebagai metafora berjenis antropomorfik karena kata masaklah tidak lazim dalam konteks tersebut.

(15) Tuan dan lagi sahaja inipun waris djuga akan tempat ini. (data 45)

Kata waris yang berasal dari bahasa Arab bersinonim dengan (i) penama : penerima harta, penerima pusaka, anggota keluarga, darah daging, adik beradik, sanak saudara, kemanakan; (ii) pejaga : pengasuh, penyelenggara, pemelihara (PRPM). Waris djuga akan tempat ini dalam klausa (15) dapat dikatakan sebagai metafora karena adanya perubahan makna dari kata waris tersebut.

(16) Adapun dahulunja tempat itu busung pasir, jaitu pasir bertimbun...(data 51)

(21)

busung kerana penyakit pd gelembung kencing; ~ muka muka bengkak (bakup);

membusung 1. Menjadi busung, menggembung: perutnya ~ akibat penyakit itu(PRPM).

Pasir adalahbenda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (16) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. Kata busunglebih kerap dipakai untuk hal yang berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh berisinya rongga tubuh dengan cairan. Oleh sebab itu busung pasir dapat dikatakan sebagai metafora karna kata busung itu sendiri tidak tepat diikuti dengan kata pasir sebagai benda padat yang tak berongga.

(17) Musim Bugis datang...(data 53)

Kata musim dalam klausa (17) di atas mempunyai arti dasar ‘masa’, ‘waktu’, ‘tempoh’, ‘jangka masa’, ‘jangka waktu’(PRPM). Meskipun salah satu makna

kata musim adalah ‘waktu’, namun dalam konteks musim Bugis datang lebih mengarah pada makna emosi yang dapat diinterpretasikan ‘senang’ dan bisa juga ‘tidak senang’ atas kedatangan suku Bugis tersebut. Oleh sebab itu bentuk

tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai metafora.

(18) Ia datang kemari mengambil-ambil angin; seribu dokter di sebelah sini boleh sama dengan dia,... karena dia sangat pandai, banjak kerja ajaib-ajaib dia sudah buat (data 100/120)

(22)

memungut sesuatu yang ada di bawah: Ia membongkok lalu ~ buku yang di

atas lantai itu; (2) menggunakan sesuatu kepunyaan orang (dengan kebenaran ataupun tidak: Kalau aku tidak silap, adikmulah yang ~ topi kamu tadi; (3)

memerlukan; memakan: Kerja itu akan ~ masa dua bulan; (4) mendapatkan sesuatu (seperti sukatan, bacaan) dengan menyukat atau dengan mengukur: Ketika aku terlantar di rumah sakit dahulu, jururawat datang ~ suhu badanku

dua kali sehari; (5) menerima orang untuk bekerja dan sebagainya: Firma tersebut akan ~ beberapa orang pekerja baru pada tahun hadapan. ~ anak

menerima dan membela anak orang sebagai anak sendiri. ~ angin keluar bersiar-siar untuk menyedut udara nyaman. ~ bahagian turut menyertai

sesuatu perkara. ~ berat memberi perhatian dengan sunguh-sungguh; mempedulikan. ~ gambar membuat gambar dengan kamera. ~ hati memikat

hati. ~ ingatan membuat sebagai peringatan. ~ keputusan membuat keputusan. ~ kesempatan (peluang) menggunakan sesuatu kesempatan atau peluang. ~

langkah a. mula melangkah (berjalan). b. mula bertindak. ~ peperiksaan (ujian) menyertai sesuatu peperiksaan atau ujian. mengambilkan mengambil

utk: Ia ~ anaknya makanan yang tersimpan di dalam almari itu. ambilan yang diambil. pengambilan perbuatan atau hal mengambil. pengambil orang atau

(23)

Kegiatan mengambil atau kegiatan dengan menggunakan verba (1) sampai dengan (5) di atas tidak dapat dilakukan untuk benda angin sebagai benda tanpa wujud (gas). Oleh sebab itu mengambil-ambil angindapat dikatakan sebagai metafora.

(19) Maka sangka jang demikian itu sekali-kali tiada betul, karena ia belum mengetahui jalan bahasa Melaju dan belum ia termasuk kedalam belukar bahasa Melaju itu (data 117)

Kata belukar bermakna dasar(i)‘tanah yang ditumbuhi pokok-pokok kecil, hutan kecil; hutan ~ hutan kecil; (ii) peribahasa: (1) ~ sudah menjadi rimba ‘kesalahan yang tidak dapat diperbaiki lagi’; (2) bersesapan ~ ‘pekerjaan yang tidak

sempurna’(PRPM). Kata belukar dalam konteks klausa (19) berubah maknanya

dari makna dasar yang dimilikinya. Oleh karenanya, belukar bahasa Melaju dikatakan sebagai metafora.

(20) Setelah sampai muka hutan itu kubatja jampi maka kemudian dari pada itu Kugegas masuk.... (hal. 122)

(24)

(iii) hadap; 1. Bahagian sebelah muka, muka, depan: wang tembaga zaman dahulu sama sahaja ~ belakangnya; seratus penjajap di kanan, seratus penjajap di kiri, seratus penjajap di~, seratus penjajap di belakang; 2. Arah atau hala tujuan; hidupnya sekarang satu ~ sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) tidak berbuat sesuatu apa pun; semua pendapat mereka satu ~ sahaja satu sahaja, danm lain-lain (PRPM).

Padakalimat (12) kata muka dalam muka hutan dinyatakan sebagai metafora jenis antrifomorfik karena umumnya muka lebih cenderung bermakna wajah manusia.

(21) Bunji suara Keling bagai petir berteriak,...(data 125)

Kata keling bermakna (i) slang: panggilan bagi orang (pedagang, pelayar) yang berasal dari Kalinga dan Telingana yang datang ke Tanah Melayu seawal abad ke-3: adapun pada masa itu Holanda dan orang Cina dan orang ~ pun semuanya datang persembahkan segala permainannya berbagai-bagai rupanya dan lakunya; (ii) orang India yang beragama Islam; ~ pelikat orang India yang beragama Islam(PRPM). Apakah faktanya suara orang-orang dari suku tersebut bagaikan suara petir kalau berteriak, ini masih dipertanyakan.

(25)

Kata taruh dalam bahasa Melayu klasik bermakna (3). menaruh menempatkan, meletakkan, membubuh: tempat ~ basikal; (4). menaruh menyimpan: saya ada ~ satu bungkusan surat kepunyaan saudara saya; ~ beras dlm padi prb menyimpan rahsia baik-baik; ~ mata melihat, memerhatikan, meng-awasi; ada beras ~ dlm padi, ada ingat ~ dlm hati prb kalau ada sesuatu cita-cita yang diingin-kan tidak perlulah dikhabarkan kpd orang sebelum dikerjakan; tidak dapat ~ muka malu melihat (dilihat) orang(PRPM). kutaruh dalam hatikupada klausa (21) dapat dikatakan sebagai metafora sepanjang masih ada kata-kata yang tepat bersanding dengan kata hati misalnya menempatkan atau menyimpan.

(23) Kumulailah diriku berjinak-jinakandengan segala kitab-kitab jang tersebut namanja dalam risalatku itu(data 127)

(26)

berusaha supaya menjadi ramah: mereka nampaknya berebut-rebut ~ diri mereka; kejinakan perihal (sifat atau keadaan) jinak: kami leka dengan ~ burung-burung itu; penjinakan perbuatan (usaha dan sebagainya) menjinakkan (binatang): mengikut kajian sejarah, ~ binatang yang ada sekarang ini kebanyak-annya berlaku di benua Asia dan Eropah; penjinak orang yang menjinakkan binatang. (PRPM).

Kitab adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (22) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. berjinak-jinakandengan segala kitab-kitab dalam klausa (22) dapat dinyatakan sebagai metafora karena

kata jinak tidak dapat diselaraskan pemakaiannya dengan segala kitab.

(24) dan perihal bagaimana besar dosanja bagi ibu bapak jang menaruh percintaan dan dukacita dan meratap dengan berbiji sabuk itu dan jang ada pula berlaku dengan berbagai-bagai kelakuan jang ditengahkan oleh sjar dan sebagainja. (data 128).

Kata berbiji dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1)mempunyai biji. (2)seperti ada biji; terasa keras seperti biji: Dipegangnya bahagian lengannya yang ~ itu. Kata sabuk dalam bahasa Melayu klasik bermakna ‘ikat pinggang yang dibuat daripada kain (sutera dan lain-lain), bengkung: maka diurainya ~nya, diikat-kannya pd pinggang Tun Menida sekerat’.(PRPM).

berbiji sabuk pada klausa (23) dapat disebut sebagai metafora karena

(27)

(25) Maka hatikupun tergeraklah hendak pergi ke Singapura (data 129).

Kata hati dalam bahasa Melayu klasik bersinonim

dengan batin,perasaan, jiwa, roh, emosi; dan kata dasar tergerak bermakna ‘bergerak dengan tiba-tiba’; ‘telah digerakkan’: ~ di hati timbul perasaan.(PRPM).

Hati adalah benda mati yang keberadaannya disamakan dengan benda hidup atau dalam bentuk lain seperti suatu gejala semesta. Oleh sebab itu klausa (24) memenuhi persyaratan metafora jenis ini. hatikupun tergeraklah dalam klausa (24) adalah bentuk metafora mengingat berdasarkan makna kedua kata yang dimaksud dapat digantikan dengan kata dasar ingin.

(26) Kulihat sungguh-sungguh seperti rupa perempuan Inggris, lagi dengan lemah lembut kelakuannja dan manis mukanjadan perkataannja. (data 130).

(28)

(senang, mewah, dan lain-lain): bagaimana pula dapat aku hidup ~ dengan orang yang demikian?(PRPM).

Kata muka bermakna (1) bahagian kepala di sebelah hadapan dr dahi hingga ke dagu: ~nya penuh dengan jerawat. air ~ a. rupa muka. b. maruah. (2) bahagian yang di hadapan; sebelah hadapan: Ia pergi ke pintu ~ utk melihat siapa yang datang. (3) hadapan: Perkara itu telah dibawa ke ~ pengadilan. (4) = ~ surat halaman (buku, makalah dan lain-lain). (5) = permukaan bahagian yang di sebelah atas bidang yang menutupi sesuatu atau yang di atas sekali: Gunung Tahan tingginya 2,185 meter atau 7,186 kaki dr ~ laut. (6)yang terdahulu; pendahuluan; permulaan: wang (duit) ~ wang (duit) yang dibayarkan pd mulanya; cengkeram. (7)yang akan datang: minggu (bulan, tahun). (PRPM).

Kata perkataan bermakna (1). bunyi atau gabungan bunyi dalam sesuatu bahasa yang disebutkan atau dituliskan dan sebagainyadengan menggunakan huruf-huruf utk menyampaikan sesuatu maksud, kata: ~ bahasa Melayu dapat dieja dengan berpandukan bunyinya; ~ syair berasal daripada bahasa Arab; (2). kumpulan kata (yang diucapkan dan sebagainya), kata(-kata): pengemis itu menolak segala ~ dan dugaan orang yang bermuka cengkung itu; dengan ~ lain dengan kata(-kata) lain; (3). sl cerita, kisah, hal: jikalau dihikayatkan semuanya, jemulah orang mendengar dia, sebab itulah maka kami pendekkan ~nya. (PRPM). manis mukanjadan perkataannjadalam klausa (25) tergolong metafora,

(29)

(27) serta dengan masjgul hatiku,seolah-olah seperti kaca terhempas di atas batu,demikianlah remuk redamnja rasa hatiku, orang karam di laut, aku karam di darat. (data 132)

Kata karam dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1). tenggelam (perahu dan lain-lain): sebelum ~, barang-barang dlm kapal itu dapat diselamatkan; (2). digenangi (air): kampung itu ~ oleh air bah; ~ berdua basah seorang prb dua orang yang melakukan kesalahan tetapi seorang yang kena hukum; ~ di laut habis sekali prb mendapat kesusahan di tempat sendiri, dapat juga meminta bantuan tetapi kalau di tempat orang, putus bicara; ~ di laut boleh ditimba, ~ di hati bilakan sudah. (PRPM).

Dari makna (1) dan (2) di atas kata karam tidak laras makna dengan kata di darat. Oleh sebab itu klausa (26) dapat digolongkan dalam klausa bermetaforis.

(28) Maka tiba-tiba seperti ajam disambar lang gaib daripada mataku. (data 133).

Kata gaib dalam bahasa Melayu klasik bermakna magik’, ‘ ilmu ghaib’ sakti/ghaib. Oleh sebab itu dari makna kata gaib yang ada tidak laras banding dengan kata berikutnya (daripada mataku). (PRPM).Dengan demikian klausa (27) dapat dikatakan sebagai klausa bermetafora.

(30)

Frasa rumah tanggaku dalam bahasa Melayu klasik bermakna ‘perihal rumah dan kehidupan dlm rumah, rumah dengan keluarga yang mendiaminya; berumah tangga(1). mengurus rumahtangga, berkeluarga: pendapatan dan umurnya

sudah cukup utk dia ~; (2). berkahwin (beristeri atau bersuami): sebelum aku mati mahulah aku melihat engkau ~ dulu. Kata porak-parik bermakna ‘porak poranda’(PRPM).. Rumah tanggaku porak parik dalam klausa (28) tergolong metafora dengan makna ‘hancur berantakan’. (PRPM).

(30) Tambahan pula anakku jang baru jadi itu menangisterciar-ciar lapar susu dan harta bendakupuninca-bincalah. (data 136).

Dalam klausa (29) terdapat tiga frasa yang bermakna metaforis: (1) anakku jang baru jadi, (2)menangisterciar-ciar, dan (3)harta bendakupuninca-bincalah.

(1) anakku jang baru jadi, dapat dikatakan metafora karena frasa baru jadi bermakna ‘berhasil’, ‘berjaja’ (PRPM) tidak laras dipasangkan dengan frasa verba berikutnya (2) menangisterciar-ciar yang bermakna ‘terpekik-pekik, terkuak-kuak: anak kecil itu menangis~ kerana lapar susu. (PRPM). Kata inca-binca‘bermakna ‘porak-poranda’ (PRPM)..harta bendakupuninca-bincalah dalam klausa (29) adalah metafora.

(31) Maka berombak-ombaklah dukacita dalam dadaku serta gelap gulitalah alam ini pada mataku. (data 138).

(31)

bergulung-berketak-ketak: Rambut gadis itu panjang dan ~. Kata duka citabermakna

‘masyanghul, (berasa) dukacita, susah hati; kesugulan kemasyanghulan,

perasaan dukacita, kesusahan hati. (PRPM).

berombak-ombaklah dukacita pada klausa (30) adalah bentuk

metafora karena tidak ada keselarasan makna denotatif antara makna kata -kata tersebut.

(32) Maka awanpun mengandunglahhujan, maka tiba-tiba turunlah hujan jang amat lebat. (data 139).

Kata awan dalam bahasa Melayu klasik bermakna wap air (seakan-akan asap rupanya) yang berkelompok-kelompok melayang di udara’; ‘mega: ~-gemawan berbagai-bagai jenis awan. ~ larat a. awanyang kelihatan berpindah-pindah dibawa angin.(PRPM).Klausa (31) dapat digolongkan klausa bermetaforis selama frasa awanpun mengandunglahhujan adalah berbentuk metafora.

(33) Maka adalah dengan pikiran jang demikian itu ada barang sepuluh hari lamanja kurasai tubuhkupun lajulah dan pikirankupun tiada berketahuan. (data 141).

Kata tubuh dalam bahasa Melayu klasik bermakna‘keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan (terdiri daripada kepala, badan dan anggota):

(32)

kecut (daun, bunga, dan lain-lain), tidak berseri atau tidak segar lagi, lisut:

kajang orang kajang berlipat, kajang saya mengkuang ~; (2). ki pucat dan lesu (orang), tidak bergaya, tidak sihat, merana: gadis tua yang sudah ~; ~ bunga

(barang yang) sudah lama tetapi masih elok (kain dan lain-lain); ~ malap terlalu letih’; dianjak ~, dibubut (dianggur) mati = diasak (pindah) ~, dicabut mati perubahan keputusan yang muktamad (tidak dapat diubah-ubah lagi);

melayukan menyebabkan jadi layu (melayurkan, menganggurkan, dan lain-lain): bilamana bunga itu hendak menjadi putik maka datang sahaja panas matahari ~

bunga itu; layu-layuan 1. sesuatu yang layu; 2. = padi ~ ‘padi yang telah mulai kering’; kelayuan 1. keadaan layu; 2. = layuan ki kemangkatan (raja). (PRPM).

Dari makna yang diperoleh, kata layu lebih kerap disandingkan dengan tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu frasa tubuhkupun lajulah dalam klausa (32) digolongkan ke dalam klausa bermetafora.

(34) Kemudian lalu akupun belajarlah datang ke Singapura mencari ikhtiar rumah tempat tinggal. (data 143).

Kata ikhtiar dalam bahasa Melayu klasik bermakna daya usaha yang dilakukan untuk mencapai sesuatu: Bermacam-macam ~ telah dilakukan tetapi penyakitnya

belum juga sembuh. berikhtiar mencari jalan untuk mendapatkan sesuatu; berusaha: Kerajaan sekarang sedang ~ untuk menolong petani-petani.

(33)

berjanji akan ~ pengumpulan wang uatuk membantu pelajar itu meneruskan

pelajarannya. (PRPM).

(35) Adalah seorang sahabatku jang seperti saudaraku menaruh ingatan dan kenangan akan daku. (data 144).

Kata menaruh dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1) meletakkan sesuatu di sesuatu tempat; menempatkan: Rumah ini tempat ~ barang dagangan. (2) meletakkan atau menentukan harga: Harga yang ditaruhnya itu terlalu tinggi. (3) menyimpan wang dalam tabung dan lain-lain; menabung: Murid-murid digalakkan ~ wang di bank. (4) menambahkan sesuatu pada; membubuh; menokok: Sesudah ditaruh asam garam, barulah boleh digoreng. (5) mempunyai perasaan (seperti kasih, sayang): Ada juga yang masih ~ belas kasihan terhadap nasibnya yang malang itu. (PRPM).

Kata-kata ingatan dan kenangan tidak dapat mengikuti kata verba menaruh sepanjang makna kata menaruh (1-4 di atas) hanya diikuti oleh kata benda nyata.

(36) Seperti kerajaan surga dan mulut Allah dan anak Allah(data145).

(34)

banyak ~ banyak cakap, cerewet; ~ bedil lubang laras bedil; ~ berus Kl a) suka membuka rahsia; b) suka mengeluarkan katakata yang kesat; ~ bisa suka mengeluarkan katakata yang pedas; ~ busuk nafas berbau busuk; ~ daun lubang kecil-kecil (untuk pernafasan) pada daun; ~ gatal gemar memperkatakan apa sahaja; ~ gunung lubang kawah gunung berapi; (PRPM).

Dari makna kata mulut (1-3) di atas penggunaannya tidak tepat kalau disandingkan dengan kata Allah (zat yang tanpa wujud). Oleh sebab itu klausa (35) dapat dikatakan klausa bermetaforis.

(37) Pelanduklah lupakan jerat tetapi jerat tiada melupakan pelanduk. (data 147).

Klausa (36) di atas dalam bahasa Melayu klasik bermakna metaforis yaitu ‘orang

yang menyakiti hati orang lain selalu melupakan perbuatannya, tetapi yang tersakiti akan mengingatnya seumur hidupnya’(PRPM)..

(38) Kemudian akupun berpegang tangan dengan dia serta berkabar-kabar dua tiga patah. (data 149).

Kata berkabar dalam bahasa Melayu klasik bermakna berkata-kata’,‘bercerita’, ‘memberitahu’: maka ~lah ia kepada anak-anak perahu mengatakan ada perahu

(35)

(39) Sehingga tembaga itu menjadi seperti cermin cahajanja. (data 151).

Kata cermin dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1) = ~ muka kaca yang digunakan untuk melihat bayang diri sendiri; kaca muka: Ia membawa bedak, sisir dan ~ kecil dlm begnya. (2) benda keras yang mudah pecah dan biasanya jernih, lejas atau lesam dan dapat digunakan untuk membuat penutup tingkap dan sebagainya; gelas; kaca: Bilik pegawai itu berdindingkan ~. (3) = ~ mata kaca yang diberi berbingkai dan dipakai untuk menambah daya penglihatan dan sebagainya; kaca mata. (4) ki sesuatu yang menggambarkan (membayangkan) keadaan sesuatu. Kata cahaja (cahaya) bermakna (1) sesuatu (seperti sinar matahari) yang dapat mewujudkan keadaan terang: ~ matahari. (2) kejernihan atau seri pada muka. (3) kilauan yang terdapat pd emas, intan, berlian dan lain-lain. ~ mata a. sinar pada mata. b. orang yang dikasihi; buah hati. c. anak. ~ muka a. air muka. b. seri pada muka. bercahaya 1 ada atau terdapat cahayanya; memancarkan cahaya; berkilau: Bulan ~. 2 berseri; jernih: Mukanya ~. 3 bergemerlapan; bersinar-sinar. Frasacermin cahajanjadalam klausa (38) bermakna metaforis karena makna bentuk pertama (cermin) dengan bentu kedua berlebihan (pleonastis). (PRPM).

(36)

Kata penuh dalam bahasa Melayu klasik bermakna(1). seluruhnya berisi, tidak sedikit pun kosong (terluang), pepak: tong itu ~ lagi berisi minyak; bas itu sudah ~; ~ sesak (padat, pepak, ruah, tumpat) sangat penuh;(2) banyak berisi (sesuatu), banyak mengandungi (sesuatu): kedai itu ~ dengan kain; (3). ki tidak kurang, cukup: kalau dia sudah sembuh, dia akan mendapat gaji ~; markah ~; sijil ~; (4). banyak (ramai) sekali. Kata sendi bermakna (1) = ~ tulang, = persendian bahagian tempat ruas-ruas tulang berhubung antara satu dengan yang lain: Segenap ~nya terasa sakit-sakit.(2) = persendian bahagian tempat bersambungnya dua benda; sambungan pada sesuatu yang dapatdilipat-lipat; engsel.Sendi tidak bisa diisi dengan heranyang bermakna (1). berasa pelik atau ganjil ketika melihat atau mendengar sesuatu, takjub, kagum: ~ saya melihat orang-orang buta di situ menganyam bakul dengan berbagai-bagai bentuk dan corak; (2). aneh, ajaib, pelik, ganjil: ~ sungguh, mesin itu dapat memberi jawaban kepada masalah itu dengan begitu pantas; ~ bin ajaib aneh sekali, sungguh aneh; menghairani berasa hairan terhadap, mengagumi. (PRPM).Oleh karena itu, klausa (39) dapat digolongkan pada klausa bermetaforis.

(37)

Kata terganggu dalam bahasa Melayu klasik bermakna‘terusik’, ‘tercegah’, ‘terhalang’(PRPM). Frasa terganggu mulutku dalam klausa (39) bermakna

metaforis karena dari ketiga makna tersebut di atas secara denotatif tidak memberikan makna frasa terganggu mulutku yang sebenarnya, yaitu ‘tak mampu menjelaskan’.

(42) Maka terkembanglahhatiku seraja berpikir dalam hatiku. (data 157)

Kata terkembang dalam bahasa Melayu klasik bermakna terbuka menjadi besar’ (bukan payung, layar dan lain-lain); ‘terbentang’. terkembanglahhatiku dalam klausa (41) bermakna metaforis karena kata hatiku sebagai bentuk target tidak dapat dilakukan dengan kegiatan verba bentuk sumber (terkembanglah) (PRPM).

(43) Bahwa besarlah untungnja orang Singapura ini mendapat raja jang baik dan pandai mengambil hati segala rakjatnya (162)

Kata mengambil berarti : 1. Mengambil atau mengutip sesuatu yang ada dibawah (kerana jatuh dll): semua barang lama, tempurung, botol, dllhendaklah dipungut, jangan dibiarkan bersepah-sepah; 2. Memetik atau mengambil buah

(bunga, hasil tanaman, dll): petani gembira ~ hasil tanaman mereka; kanak-kanak yang rajin ~ bunga; 3. Ki mengambil manfaat (faedah, untung, dll): kita

(38)

kalau dapat bolehlah diberikan ubat-ubat itu tanpa ~ bayaran; hasil zakat yang

dapat dipungut tahun ini sungguh memuaskan; 5. Mengutip atau memetik (karangan dll), mengambil atau meminjam kata-kata (drpd bahasa lain): buku ini

mengandungi beberapa cerita yang dipungut drpd beberapa hikayat yg terkenal; 6. = memungutkan ark mengambil akan anak, mengambil (laki-laki) untuk dijadikan menantu, mengambil orang utk dijadikan pembantu rumah tangga:

persatuan untuk ~ anak-anak yang terbiar; akan kupungut anak cucunya; 7. = ~ suara mengundi dgn mengambil suara (anggota, rakyat, dll): cadangannya utk ~

suara seluruh ahli dewan diterima oleh ketua (RPRM). Dari ketujuh makna mengambil yang dicadangkan dalam kamus tersebut tidak ada satupun secara

denotative cocok dengan kata yang hati yang mengikutinya. Kata hati bermakna suatu organ tubuh berfungsi untuk memproduksi sel darah merah. Mengambil hati secara denotativ tidak bisa dilakukan.

(44) Panjang pikiran….(264)

Kata panjang bermakna 1 banyak ukurannya dari hujung ke pangkal; jauh jaraknya; tidak pendek: Sungai mana yang paling ~ di Malaysia? 2 banyak masanya atau tempohnya; tidak sekejap; lama; kalau umur~, klita

(39)

buluh. ~ ekor berani berbuat sesuatu kejahatan atau melanggar peraturan.~

lampai bentuk badan yang kecil tinggi. Sedangkan kata pikiran bermakna minda/akal (PRPM).

(45) Kulihat sungguh-sungguh seperti rupa perempuan Inggris, lagi dengan lemah lembut kelakuannja dan manis mukanja dan perkataanja. (388)

(40)

dgn kasarnya; 5. bagai, jenis, macam: siap sedia segala ~ juadah utk hari raya; mengapa gerangannya hal ini demikian ~:~ bangsa a) kerakyatan, kewarganegaran; b) sifat-sifat (cara hidup dll) bangsa; ~ bumi lukisan atau gambaran bentuk muka bumi pd peta, topografi; ~ taip muka taip; ~ boleh diubah, tabiat dibawa mati prb terlalu susah hendak mengubah tabiat; ~ harimau hati tikus prb nampaknya gagah berani tetapi sebenarnya penakut; bagai ~ orang terkena beragih prb muka masam kerana rugi dll (ketika berbagi barang-barang syarikat); indah khabar dr ~ prb khabar selalunya lebih baik drpd keadaan sebenarnya; rupanya. (PRPM)

4.1.1.2Metafora BercitraHewan

Pada 2.2.1.2 juga sudah dijelaskan mengenaimetafora bercitrakan hewan. Metafora jenis ini biasanya digunakan pemakai bahasa untuk menggambarkan suatu kondisi atau kenyataan di alam sesuai pengalaman pemakai bahasa. Metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman, misalnya lidah buaya, kuping gajah.

Dari hasil penelitian terhadap Hikayat Abdullah ditemukan hanya satu metafora jenis ini, yaitu:

(41)

Kata bilut memiliki arti ‘ikan darat, Ceretoglanis scleronema’(PRPM). Dalam klausa (1) Adrian Kock diibaratkan seekor bilut yang mempunyai ciri licin dan sulit untuk ditangkap.

4.1.1.3 Metafora Bercitra abstrak ke konkret

Metafora bercitrakan abstrak ke konkrit adalah mengalihkan ungkapan-ungkapan yang abstrak ke ungkapan-ungkapan yang lebih konkrit. Pengalihan ungkapan-ungkapan itu masih bersifat transparan tetapi dalam beberapa kasus penelusuran leksikal perlu dipertimbangkan untuk memenuhi metafora tertentu. Contohnya secepat kilat, bermakna ‘kecepatan yang luar biasa’, moncong senjata, bermakna ‘ujung senjata’, leher botol ‘bagian atas botol yang menyerupai leher’, dan lain lain.

Dari hasil penelitian diperoleh 14 klausa yang berisikan metafora jenis ini, antara lain.

(1) Tetapi tjakap angin sahadja... (data 1)

Kata tjakap (cakap) memiliki arti dasar (i) kembur : berkembur, mengembur; cakap ~ cakap angin (percakapan untuk menghabiskan masa sahaja), perbualan

(42)

(2) Dan lagi se-kali2 tiada sunji diriku dari hal bersifat kekurangan dan kelemahan pada tiap2 masa...(data 6)

Kata sunji (sunyi) bermakna (i) tidak kedengaran sebarang bunyi (suara), hening, senyap: (ii) tidak berorang, kosong, lengang, sepi; (iii) bebas daripada, jauh (dari), lepas daripada: manusia di dalam dunia ini tidak ~ daripada tamak dan haloba; bahasa Melayu telah diajarkan dan dipelajari dengan lebih ghairah walaupun tidak ~ daripada masalah; (iv) rindu (akan); bersunyi, bersunyi-sunyimenjauhkan diri daripada orang ramai, mengasingkan diri, menyendiri:

sengaja mereka pilih itu kerana mereka hendak ~-sunyi dan boleh berlamalama di situ(PRPM).

Dari empat arti kata sunji pada klausa (2) di atas, tak satupun secara semantis cocok ditempatkan dalam ujaran tersebut. Oleh sebab itu persyaratan metafora telah terpenuhi dan metafora jenis ini dapat digolongkan ke dalam metafora abstrak ke konkret.

(3) Istimewa pula tatkala beranakkan aku itu keadaannyabergantung dirambut sehelai, ...(data 15)

(43)

hujung rambut (peribahasa) nasib yang tidak tetap; ~ kepada rambut sehelai (peribahasa) dalam keadaan yang amat berbahaya; ~ pada tali rapuh (peribahasa) mengharapkan pertolongan daripada orang dan lain-lain yang lemah; ~ tidak bertali, bersalai tidak berapi (peribahasa)(a) isteri yang ditinggalkan tetapi tidak diceraikan; (b) peri seorang gundik yang tidak sah. (PRPM).

Dalam konteks klausa (3) sepertinya makna kata bergantung (i)‘bersangkut’,‘bergayut’, ‘berpaut’ sangat tidak mungkin dapat dilakukan pada sehelai rambut. Oleh sebab itu frasa bergantung dirambut sehelaidapat dikategorikan sebagi metafora.

(4) Serta dengan keluh kesah, peluhnja berhamburan seperti mutiara...(data 16)

Kata benda peluh bermakna air yang keluar dari lubang-lubang seni pada kulit tubuh, keringat; ~ dingin (sejuk, seni) peluhyang sejuk ketika ketakutan atau sakit tenat; mandi ~ basah oleh peluh; berpeluh (1) mengeluarkan (mengalirkan) peluh, berkeringat; 2. = berpeluh-peluh bekerja kuat: mereka telah bersedia

untuk ~ di luar masa kerja mereka; perpeluhan 1. perihal berpeluh; 2. penge-luaran (pembuangan) air atau wap oleh tumbuhan.(PRPM).

(44)

(5) Aku menanggung seberat bumi dengan langit kasih ibu bapa itu...(data 17)

Kata bumi dan langit bermakna (1) bumi :(i) planet tempat manusia hidup; dunia; jagat: sampai sekarang orang; (ii) planet ke-3 dari matahari; (iii) permukaan dunia. (2) langit: ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang, matahari, dan planet yang lain.( PRPM)

Dari kedua makna kata (bumi dan langit) tersebut di atas, sepertinya sangatlah tidak mungkin untuk bisa diukur berat bobot kedua nomina tersebut. Oleh sebab itu, klausa (5) dapat dikaregorikan klausa yang metaforis.

(6) Tetapi 'ilmu itu bukannja demikian; teramat teguh setianja dan lagi bertjahaja warna mukanja. (data 23)

Kata verba bertjahaja (bercahaya) memiliki makna : terang-benderang, cemerlang: ia mengenang-ngenang zaman ~nya;. kegemilangan keadaan bercahaya terang-benderang, kecemerlangan. Kata warna berarti (i) corak rupa seperti merah, hijau, biru; (ii) rona:dondon, ragi; (iii) ragam:corak, sifat, keadaan. Kata muka berarti ‘air muka, muka paras, roman’ (PRPM). Verba bertjahaya (bercahaya) dan ajektiva warna secara denotatif tidak tepat dipasangkan dengan nomina muka yang bermakna paras atau roman. Oleh sebab itu klausa (6) telah memenuhi unsur klausa yang metaforis.

(45)

Verbabermainbermakna berbuat sesuatu untuk bersenang-senang atau untuk bersuka-suka; melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati atau untuk berehat-rehat: Pergilah keluar ~, apabila kamu telah lama belajar. ~ bola; ~ catur. bermain-main (1) bersenang-senang atau bersuka-suka dengan melakukan

sesuatu: Ketika ibu memasak di dapur, kami ~ di halaman. (2) tidak bersungguh-sungguh; hanya untuk berkelakar saja: Mereka itu ~ saja, bukan berkelahi sungguh-sungguh. memainkan (1) menggunakan sesuatu untuk bermain-main atau untuk bersuka-suka: ~ pedang(PRPM).

Dari makna yang diperoleh, verba bermain cenderung dilakukan untuk kesenangan dan biasanya menggunakan alat bermain. Tangan bukan alat bermain, sehingga klausa (7) dapat memenuhi kriteria klausa metaforis.

(8) Sebermula, adalah pada zaman itu dalam negeri Malaka terlalu mahal orang jang tau menulis dan mengarang barang suatu,

...(data 29)

(46)

Dari makna ajektiva mahal yang ada, sepertinya makna (2) dapat berterima dalam konteks makna metaforis klausa (8), yakni mahal bermakna susah hendak mendapatnya, sukar, tidak mudah, jarang ada.

(9) Berbunji batu berbunjilah dia, sebab sudah kedapatan budi itu. ...(data 34)

Verba berbunyi pada klausa (9) bermakna (1). mengeluarkan bunyi, memberi bunyi: bertepuk sebelah tangan manalah boleh ~; genderang serunai pun ~lah; (2). bacaannya, isinya, lafaznya, ucapannya: surat itu ~ seperti berikut(PRPM);

Dari makna yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa batu sebagai benda padat tidak dapat berbunyi atau mengeluarkan bunyi dengan sendirinya kecuali dibenturkan dengan batu lainnya. Sama seperti makna (1) yang menyebutkan ‘memberi bunyi’. Oleh sebab itu dapat disimpulkan klausa (9) memenuhi unsur

metaforis.

(10) Hudjan berbalik kelangit"...(data 40)

Kata hudjan (hujan) bermakna (1) air yang turun (menitik dengan banyaknya) yang terpeluwap daripada wap di atmosfera: pagi ini ~ turun dengan lebatnya;

musim ~ = ketika ~ musim yang hujan selalu turun; 2. = hari ~ air sedang turun (menitik dengan banyaknya): apabila ~, banyak orang datang lambat ke pejabat;

(47)

jatuh dengan banyak dari udara (apabila gunung berapi meletus dan lain-lain);....

(PRPM)

Dari makna (1) ‘air yang turun (menitik dengan banyaknya) yang terpeluwap daripada wap di atmosfera’ di atas jelaslah bahwa air hujan tidak bisa berbalik ke langit. Oleh sebab itu klausa (10) dapat dikategorikan sebagai klausa metaforis.

(11) Tiada berasa sebab terlalu sedih....(data 68)

Kata berasa mempunyai makna (1) mempunyai atau beroleh rasa (terutama yang dialami oleh badan): Kedua-dua tangannya ~ lenguh. (2) ada rasanya (manis, masin dan lain-lain). (3) mengalami rasa di dalam hati: ~ takut; ~ ngeri. Tiada

berasa berarti ‘tidakmempunyai atau beroleh rasa’ (terutama yang dialami oleh

badan)(PRPM). Terlalu sedih tidak mungkin tubuhnya sampai tidak berasa (mati rasa). Oleh karenanya klausa (11) dapat memenuhi unsur metaforis.

(12) Kapal itu sudah terbakar, habislah segala barang-barang jang di dalamnja, satupun tiada lepas, melainkan tuan Raffles lepas dua laki isteri dengan sehelai sepinggang sahaja. ...(data 94)

Kata lepas bermakna (1) bebas daripada ikatan ate dari tahanan; tidak bersangkut paut atau tidak bertalian lagi: Bagaimanapun ia meronta, tidak juga ~. (2) sudah terjadi atau sudah berlaku: Bahaya yang besar sudah ~. (3) sesudah selesai; sehabis: ~ menggosok gigi dan mandi, barulah dia minum. ~ diri tidak

(48)

segan-segan. ~ pantang sesudah waktu berpantang. ~ sekolah sesudah

bersekolah. ~ tangan a. tidak berpegang pada apa-apa (pada kemudi, pada selusur dan sebagainya). B. tidak masuk campur atau tidak bertanggungjawab

dalam sesuatu hal. Berlepas 1 tidak terikat atau tidak tertambat lagi (bukan binatang). 2 pergi atau berangkat ke sesuatu tempat: Emaknya sudah ~ ke Mekah dengan kapal terbang. Melepas kecewa kerana tidak tercapai apa-apa yang

dicita-citakan; hampa. Melepasi 1 menebus atau menunaikan (niat, janji dan sebagainya); membayar (hutang dan sebagainya).... (PRPM)

Dari makna kata lepas yang ada yang tersebut di atas, tidak ada satupun yang tepat makna dengan satupun tiada lepas dalam klausa (12), dengan demikian klausa tersebut telah memenuhi syarat metaforis.

(13) Melaju itu tiada boleh menghukum anak-anaknja serta dibiarkannja akan dia menghiru birukan rakjatnja...(data 175)

Verba menghiru-birukanbermakna ‘mengacaukan’, ‘merusuh’ (PRPM). Dalam konteks klausa (13) menghiru-birukan rakjatnja dapat dikategorikan sebagai metafora karena verba tersebut memiliki makna tidak hanya sekedar bermakna ‘mengacaukan’ atau ‘merusuh’ tetapi jauh lebih buruk dari kedua makna tersebut.

(14) Maka kurasai manisnja sekarang, terlebih dari pada segala

(49)

Kata perkara bersinonim dengan(1). Fasal: hal, perihal, pokok perbincangan, subjek, tajuk,cerita, soal, aspek, (2) kejadian: peristiwa, hal, insidens, kes…. (PRPM). Frasa perkara jang manisdapat dinyatakan sebagai metafora bercitra sinestesia sepanjang kata targetnya (manis) tidak selaras dengan kata sumber (perkara).

(15) Kita memetjahkan hatinja dan kita mengeluarkan ari-matanja?... (13)

Kata memetjahkan (memecahkan) bermakna (1) menjadikan pecah; merosakkan dan lain-lain hingga pecah: Siapa yang ~ piring itu? (2) menjadi berpisah-pisah atau bercerai-cerai; Mereka telah ~ harta itu kpd tiga bahagian. (3) membuat keputusan atau kepastian ttg sesuatu masalah; menyelesaikan: Bagaimana caranya hendak ~ soal pemogokan ini?. (PRPM). Kata memetjahkan tersebut tidak tepat bersanding dengan kata hatinya karena hati tidak dapat disamakan dengan benda-benda padat (makna 1 dan 2) atau permasalahan (makna 3). Oleh sebab itu kalimat (15) dapat disebut kalimat yang bermetaforis bercitra sinestesia.

4.1.1.4 Metafora Bercitra sinestesia atau pertukaran tanggapan/persepsi indra

(50)

ungkapan enak rasauntuk musik walaupun kata enak selalu dikatakan dengan indra rasa, sedap dipandang mata merupakan pengalihan dari indra rasa keindra lihat.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 93 klausa yang mengandung metafora jenis ini (klausa 103 sampai dengan 195), antara lain.

(1) Maka djikalau kiranja orang jang mempunjai budi nistaja dibelahnjalah dahulu...(data 1)

Kata budi bermakna (1). akal, kebijaksanaan: pendidikan juga bertujuan membentuk ~ manusia; sungguhpun tuan hamba raja, ~ tuan hamba kurang; (2). = ~ pekerti perangai, akhlak, tingkah laku, kelakuan, watak: wah, terlalu sekali ahmak ~ku, karena seorang perempuan, saudaraku kuturunkan dari atas takhta kerajaannya; (3). sifat baik, perbuatan baik, kebajikan: banyak benar ~ emak kpd kami; berhutang (terhutang, makan, tanggung) ~ berasa berterima kasih terhadap kebaikan orang; membalas ~ membalas kebaikan seseorang (dengan memberi bantuan dan sebagainya); menabur ~ sering membuat kebaikan; menanam (bertanam) ~ berbuat kebaikan (jasa dan sebagainya) kpd orang; mengenang ~ tidak lupa akan kebaikan orang; (4). bicara, daya upaya: apa ~ kita utk menentang kekejamannya? ~ bahasa tingkah laku dan pertuturan; ~ bicara a) akal; b) kebebasan membuat pertimbangan yang sewajarnya daripada seseorang yang dianggap berkuasa (berwibawa) dalam sesuatu hal... (PRPM)

(51)

dibelahtidak dapat diterima sehingga klausa (1) dapat disebut sebagai klausa metaforis.

(2) Bermula adapun asalnja segala 'adjaibini terbitnja dari sebab harta dunia ini;...(data 2)

Kata adjaib (ajaib) bermakna (1). sangat menghairankan, aneh, ganjil, pelik (luar biasa atau jarang terdapat dan sebagainya): suatu kejadian yang sungguh ~; barang-barang ~; (2). sl sesuatu yang menghairankan, sesuatu yang aneh (luar biasa); ~-khanah muzium; mengajaibkan (i). menimbulkan rasa hairan, menghairankan, menakjubkan: kejadian itu sungguh ~; (ii). menganggap (memandang sbg) ajaib: tak guna ~ kuasa Tuhan; keajaiban (a). sifat (keadaan dan sebagainya) ajaib, keganjilan, keanehan, keluarbiasaan; (b). sesuatu yang ajaib (menakjubkan), kejadian dan lain-lain yang pelik (aneh dan sebagainya),

keanehan, keganjilan: saya menyaksikan bermacam-macam ~ yang belum pernah saya lihat...(PRPM)

Kata terbit bersinonim dengan (1)

keluar:muncul, timbul, terpacul,terpancar, mencorak, (2). lahir:berbangkit, timbu l, datang,terpancar, (3). tercetak:tersiar,tertulis, tercatat,terakam, terekod, (4). tumbuh:keluar, muncul, timbul, hidup,bercambah, bertunas, terpacul,

(5). berpunca:bermula, berpangkal, berasal,berpokok, timbul, muncul,... (PRPM).

(52)

(3) Aku meminta tolong djuga dengan se-boleh2nja kepadaNja, jang telah membentangkan langit jang sebesar itu dengan tiada bertongkat...

(data 3)

Kata langit bermakna ruang (tempat letaknya bintang dan lain-lain) yang kelihatan berwarna biru dan melingkungi bumi: Pd malam hari, kelihatan beribu-ribu bintang di ~. Sedangkan kata bertongkat bermakna ‘menggunakan atau membawa tongkat’.... (PRPM).

Klausa (3) dapat dikategorikan sebagai klausa metaforiskarena hubungan antara topik (langit dan bertongkat) atau citra dapat bersifat objektif dan emotif.

(4) Dari pada chilaf atau lupa, baik dari pada djalan bahasanja,... (data 4)

Kata jalan bersinonim(1).jalan raya:lebuh, lebuh

(53)

Klausa (4) dapat dikategorikan sebagai klausa metaforiskarena hubungan antara topik (jalan dan bahasa) atau citra dapat bersifat objektif dan emotif.

(5) Kalakian, setelah habislah pikiranku jang demikian...(data 5)

Kata habis bermakna (1) sedikit pun tidak ada yang tinggal lagi kerana sudah digunakan, dimakan dan sebagainya: Barang-barang kemas isterinya ~ digadaikannya. (2) sudah siap dikerjakan dan sebagainya; selesai; berakhir; tamat: Pada akhir bulan ini, ~lah kerja itu. Pertunjukan pertama ~ pada pukul lapan malam. (3). selepas; setelah; sesudah: ~ makan, dia pun pulang ke rumahnya. (4) kesemuanya; sekaliannya; seluruhnya: Kalau aku tak datang nanti, budak-budak itu ~ pulang. (5) kalau begitu; jadi: ~, takkan kita berdiam diri saja! (6) = sehabis teramat sangat; paling: Sedangkan kata pikiran (fikiran) bermakna (1). daya berfikir, akal, ingatan; hilang ~ hilang akal; kurang (panjang, tajam) ~ kurang (panjang, tajam) akal; sakit ~ gila; (2). hasil pemikiran, pendapat, pertimbangan akal, upaya, muslihat: itu bukan ~nya sendiri; apa ~mu sekarang ini, kita sudah kena tipu; mendapat ~ mendapat muslihat; (3). niat, cita-cita, angan-angan: tidak ada ~ hendak bekerja; (4). perhatian, minat: sangat sedikit ~nya pada pelajaran; menaruh ~ menaruh perhatian;

(54)

Kata memetjahkan (memecahkan) bermakna (1) menjadikan pecah; merosakkan dan lain-lain hingga pecah: Siapa yang ~ piring itu?(2) menjadikan berpisah-pisah atau bercerai-cerai: Mereka telah ~ harta itu kpd tiga bahagian. (3) membuat keputusan atau kepastian tentang sesuatu masalah; menyelesaikan: Bagaimana caranya hendak ~ soal pemogokan ini?..(PRPM). Kata memetjahkan tersebut tidak tepat bersanding dengan kata hatinya karena hati tidak dapat disamakan dengan benda-benda padat (makna 1 dan 2) atau permasalahan (makna 3). Oleh sebab itu klausa (6) dapat disebut klausa yang bermetaforis.

(7) Maka kurasai manisnja sekarang, terlebih dari pada segala perkara jang manis. (data 24.)

Kata perkara dalam bahasa Melayu klasik bersinonim dengan (1). fasal: hal,perihal, pokok

perbincangan,subjek, tajuk, cerita, soal, aspek, (2)peristiwa, hal, insidens, kes.Se dangkan kata manis bermakna (1). rasa seperti rasa gula atau madu: kuih ini ~ seperti gula;(2). sangat menarik (muka, percakapan, perawakan, senyuman, dan lain-lain), lemah lembut serta peramah: gadis itu tidak cantik tetapi ~; tutur bahasanya ~; senyum ~; (3). cantik, elok, molek, mongel (gadis, benda, dan lain-lain): gadis itu memang ~; (4). panggilan untuk gadis (wanita) yang cantik manis: ia mendekati si ~ itu tanpa segan-segan lagi; (5). sopan, beradab

(55)

(8) Apabila ia lagi muda, bagaimana kehendak kita boleh dilenturakan dia (data 26).

Kata dilentur dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1). dibengkok atau dikelok (pada barang yang melengkung), lengkok; 2. Id perubahan arah (sinaran cahaya yang masuk ke dlm air dan lain-lain), bias; melentur 1. membengkok atau

melengkung (seperti julai batang buluh, ampaian kain yang tidak tegang, dan lain-lain), kendur: dawai itu menjadi panas dan mengembang panjang dan ~; 2.

boleh (mudah) dilengkungkan atau dilentokkan tetapi tidak mudah patah (tali, dawai, dan lain-lain). Kata ini tidak laras makna dengan kata dia (orang ketiga)

karena secara katalentur itu sendiri digunakan untuk benda-benda padat. Oleh sebab itu klausa (8) dapat dikategorikan ke dalam klausa metaforis.

(9) Maka dalam sedikit hari demikian itu, maka tiba2petjahlah chabar dalam Malaka mengatakan Inggeris (data 31).

Kata petjah (pecah) dalam bahasa Melayu klasik bermakna (1) menjadi berbelah atau kecil-kecil: Pinggannya jatuh ke lantai lalu ~. (2) menjadi retak atau merekah kulitnya: Bibirnya ~-~. (3) terbelah kulitnya dan terkeluar

isinya: Telur itu jangan dipegang kuat-kuat, nanti ~. (4) tidak bersatu lagi; terbahagi kepada beberapa golongan atau kelompok: Sampai di suatu

(56)

tentang sesuatu hal atau kejadian, berita, warta. Kata petjah tidak laras makna

dengan kata khabar karena makna kata petjah (1-4) yang ada secara denotatif diperuntukkan kata benda. Oleh sebab itu klausa (9) dapat digolongkan ke dalam klausa bermetaforis.

(10) Konon hendak memetjahkan kotaMalaka(data 32).

Klausa (10) sama kasusnya dengan klausa (9) tidak larasnya makna kata sumber (pecah) dengan makna kata target (kota Malaka)

(11) Maka dimakannjalah kapal itu(data 35).

(57)

tidak ~ dalam hatinya bahawa tunangnya tidak setia kepadanya; 9. ki menggelapi (wang dan lain-lain), mengambil secara haram (wang). Bentuk pasif dimakan ‘dilakukannya pekerjaan verbamakan’ tidak selaras makna dengan nomina kapal yang bermakna ‘bahtera atau perahu besar yang ada geladak (biasanya digerakkan oleh jentera)’. Oleh sebab itu, klausa (11) memenuhi persyaratan sebagai klausa bermetaforis.

(12) Tuan ber-djinak2an dengan segala hikajat2 bahasa Melaju karena ada dalamnja itu (data 36).

Kata dasar djinak (jinak) dalam bahasa Melayu klasik bermakna1. tidak liar (buas, garang, galak, dan lain-lain): binatang yang ~; 2. bp tidak takut-takut (malu-malu, segan-segan, dan lain-lain), ramah: perempuan yang ~; 3. Id tidak bersemangat, tidak revolusioner. Dari makna yang ada secara denotatif kata berdjinak-djinakan (‘melakukan perbuatan dengan sifat jinak terhadap sesuatu’) tidak selaras makna dengan frasa benda segala hikajat2. Oleh sebab itu, klausa (12) memenuhi syarat klausa bermetaforis.

(13) Ada jang me-rangkak2 membatja.(data 39).

(58)

(14) Maka petjahlah chabar itu. Maka kemudian dari pada itu.... 42.

Klausa (14) ini memiliki permasalahan yang sama dengan klausa (9 dan 10). Dapat dikelompokkan klausa yang bermakna metaforis.

(15) Maka sebab itulah sahaja membuangkan diri kepulau ditengah laut ini,(data 44).

Kata membuangkan dalam bahasa Melayu klasik bermakna membuang utk orang lain’. Dalam klausa (15) frasa verba membuangkan diri kepulau bermakna

metaforis karena secara denotatif verba membuangkan tidak tepat makna dengan frasa nomina diri kepulau.

(16) Apa guna tandah-tangan, Tuan? Lidah sahaja ini sudah tjukup". (data 46).

Kata lidahsecara denotatif dalam bahasa Melayu klasik bermakna1 organ yang lembut di dalam mulut yang digunakan untuk merasa (menjilat atau

berkata-kata). 2 cara bertutur atau cara melafazkan kata-kata; tutur kata: fasih ~nya. 3

bahagian benda yang menyerupai lidah. Klausa (16) dapat digolongkan sebagai

klausa bermetaforis karena kata lidah di sini bermakna ‘ucapan’ atau

‘penjelasan’.

Gambar

Tabel 4.1 : Persentase dan Jumlah Kelompok Metafora
Tabel 4.2 Data Konstruksi Kalimat (K) Metafora dalam HikayatAbdullah
Gambar 4.2 Persentase Konstruksi Metafora FV
Tabel 4.4 Data Konstruksi Frasa Nomina (FN) Metafora dalam HikayatAbdullah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang tidak signifikan dijumpai antara hubungan keluhan utama dengan IL-5 dapat disebabkan oleh karena, yang memiliki peranan dominan dalam reaksi alergi pada RA dan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: membaca, mengidentifikasi, mencatat kata atau frasa yang berkaitan dengan istilah budaya yang terdapat

Berkaitan dengan kesederhanaan prosedur, prosedur yang diterapkan di Kemenag Paluta sudah sangat mudah dipahami oleh masyarakat sesuai dengan yang disampaikan Kepala