• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksionisme Simbolik dalam Sistem Tanda Semiotika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Paradigma Kajian

2.1.3. Interaksionisme Simbolik dalam Sistem Tanda Semiotika

George Herbert Mead adalah salah seorang Pelopor Konstruksi Sosial didunia komunikasi. Dia pulalah yang pertama kali memperkenalkan konsep – Interaksi-Simbolik, dimana pola pikir, konsep diri, dan komunitas sosial yang kita miliki dibentuk melalui komunikasi. Interaksi simbolik itu sendiri memiliki makna sebagai sebuah proses berkelanjutan baik berupa bahasa maupun tingkah laku(nonverbal) sebagai antisipasi dari reaksi yang diberikan oleh orang lain. Salah seorang murid Herbert, Herbert Blummer mengembangkan teori sebelumnya dan menambahkan 3 prinsip dasar dari interaksi simbolik yang berhubungan dengan pesan, bahasa, dan pola pikir dan mengarah pada pembentukan konsep “diri” yang dimiliki individu serta pola sosialisasi (pengenalan nilai dan norma) dalam masyarakat.

1. Pesan: Dasar Dari Realitas Sosial(Meaning: The Construction Of Social Reality)

Blummer berpendapat bahwa setiap individu berperilaku kepada masyarakat atau objek berdasarkan apa yang mereka pahami secara mendasar mengenai masyarakat atau objek tersebut (human act toward people or things on the basis of the meaning they assign to those people or things). individu bertindak sesuai dengan apa yang dia maknai di situasi/ moment tersebut. Dalam hal ini interpretasi yang kita hasilkan mengenai seseorang ,situasi dan objek-lah yang membentuk pola perilaku kita.

Universitas Sumatera Utara

2. Bahasa: Sumber Dari Makna/Pesan (Language: The Source Of Meaning)

Teori kedua yang diangkat oleh blumer adalah “makna tumbuh melalui interaksi sosial diantara individu”. Dengan kata lain, makna tersebut tidak terbentuk dari satu pihak komunikasi, malainkan hasil dari negosiasi antar individu dalam bahasa.

3. Berpikir Proses Pengambilan Peran Orang Lain. (Thinking: The Process Of Taking

The Role Of Other)

Teori ketiga yang diangkat Blummer ialah “interpretasi individu mengenai symbol (nonverbal signs) dibentuk oleh pemikirannya sendiri .dalam hal ini, konsep minding yaitu proses dialog dalam diri individu untuk memilah, “melatih” dan mengantisipasi tindakan (verbal dan nonverbal) Yang akan dilakukan sebelum memberikan respon terhadap individu lain atau situasi dan objek.

Blumer dalam teorinya yang ketiga menggambarkan manusia sebagai individu yang memiliki kapasitas untuk “mengambil peran dari orang lain” yang berarti proses dimana kita secara sadar menilai diri sendiri melalui pandangan orang lain. Kita menciptakan sebuah standar yang harus dicapai oleh diri kita- ksuksesan, kebahagiaan, dll- dan dalam tahap tertentu kita berusaha membayangkan apa yang orang lain pikirkan jika melihat diri kita- sukseskah kita dimata mereka? Bahagiakah kita?, normalkah? Dll-. Proses tersebut ikut membentuk konsep mengenai diri individu.

E-Self: Bayangan Di Cermin (E-Self, Reflection In The Mirror)

Mead menegaskan bahwa konsep diri dibentuk oleh masyarakat sosial serta merupakan hasil dari “Asimilasi Pandangan Kelompok Inti/ Significant Others”. Dengan kata lain, “Self”/ diri individu tidak muncul dari lahir, melainkan hasil dari interaksi dengan orang lain. Sebagai contoh,seorang anak yang selalu

Universitas Sumatera Utara dibesarkan secara positif oleh orang tuanya, selalu beri kata-kata positif bahwa ia disayangi, dicintai, dll akan tumbuh menjadi individu positif yang memiliki konsep diri yang baik pula. (Jurnal http://reviewkomunikasi.blogspot.com/)

Teori interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang yang merespon makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka. Mead dan pengikutnya menggunakan banyak konsep untuk menyempurnakan cara lahirnya makna melalui interaksi dalam kelompok sosial. Contohnya berbicara tentang simbol signifikan dengan makna yang sama, aksi yang terkoordinasi adalah tidak mungkin. Konsep penting lainnya dalam interaksionisme simbolik adalah orang lain yang signifikan yaitu orang yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang, lalu orang lain yang digeneralisasikan yakni konsepnya tentang bagaimana orang lain merasakannya dan tata cara yang dipakai yaitu pembentukan perilaku setelah perilaku orang lain. (Ardianto, 2007: 136). Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur sosial serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara, serta diubah dalam penggunaanya. ( Bugin, 2008: 250)

Bagi Blumer Interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka

2. Makna tersebut berasal dan “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”

Universitas Sumatera Utara Blumer menyatakan bahwa bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu. Tindakan-tidakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain. (Poloma,2000: 259)

Menurut Mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi-simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol terpenting dan melalui isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada dalam proses yang kontinu. Dalam interaksi orang belajar memahami simbol-simbol yang konvensional, dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakannya sehingga mampu memahami peranan aktor-aktor lainnya. (Poloma,2000: 257)

Teori dramatisme (Dramatism theory) dimana teori dramatisme ini merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik, dan tokoh yang menggemukakan teori ini adalah Kenneth Burke (1968). Teori ini memfokuskan pada diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang memainkan peran mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu (Ardianto. 2007: 148).

Dari semua perspektif yang diterapkan dalam studi komunikasi manusia, barangkali yang bersifat manusiawi adalah teori interaksionisme simbolik. Perspektif ini menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas nilai pengaruh yang lainnya. Manusia di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, bersosialisasi dengan msyarakat, dan menghasilkan buah pikiran tertentu. Tiap

Universitas Sumatera Utara bentuk interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Inilah karateristik utama dari seluruh perspektif ini (Ardianto, 2007: 40)

2.2 Kajian Pustaka

Dokumen terkait