• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Makna Lesbianisme Dalam Pesan Novel Gerhana Kembar Karya Clara Ng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Makna Lesbianisme Dalam Pesan Novel Gerhana Kembar Karya Clara Ng"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro dan Q-Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Atmaja, Jiwa. 1986. Notasi Tentang Novel dan Semiotika Sastra. Denpasar: Nusa Indah. Bungin, Burhan. 2008. SOSIOLOGI KOMUNIKASI: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop. Cangara, Hafied. 2006. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT raja grafindo persada Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta

Fananie, Zainuddin.2001. Telaah Sastra.Surakarta: Muhammadiyah University Press. Friedman S, Howard dan Schustack W, Miriam. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan

Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Nevid, S Jeffrey, Rathus, A Spencer, Greene, Beverly. 2002. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Nurudin. 2004. komunikasi massa. Yogyakarta: Pustaka pelajar Yogyakarta. Poloma .M, Margaret. 2000. SOSIOLOGI KONTEMPORER . JAKARTA: PT Raja

Grafindo Persada.

Siahaan, Jokie. 2009. Perilaku Penyimpangan: Pendekatan sosiologi. Jakarta: PT Malta Pritindo.

Sobur, Alex.2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex.2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(2)

Suyanto, Bagong dan Sutinah.2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Indeks Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi

Konseptual. Bojongkerta,Ciawi : Ghalia Indonesia

Wibowo, Indiwan. 2011. Semiotika Komunikasi.Jakarta: Mitra Wacana Media.

Zamroni, Mohammad. 2009. Filsafat Komunikasi Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sumber Lain

(http://percikanku.multiply.com/journal/item/68) diakses pada tanggal 15 Februarui 2013 pukul 21:45

dari-positivistik-post-positivistik-interpretif-hingga-hermeneutika.html) diakses pada tgl 25/02/2013 pukul 23:35.

(Jurnal

(3)

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode Penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data. (Soehartono, 1995:9)

Melalui pendekatan kualitatif penemuan Penelitiannya tidak berdasarkan prosedur statistik atau kuantifikasi lainnya. Peneliti menggunakan metode Penelitian analisis semiotika Roland Barthes, yaitu Penelitian yang mencari makna penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada.

3.2 Objek Penelitian

Objek dalam Penelitian ini adalah Novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Terdiri dari 358 halaman, panjang buku 20 cm. Penelitian ini menggunakan cetakan kedua maret 2008 yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.

3.3 Subjek Penelitian

(4)

BAB KETERANGAN

Prolog ini adalah awal dari cerita panjang antar Fola dan Henrietta, pertemuan yang tidak diduga-duga oleh kedua insan sejenis tersebut. Awal dari permulaan cerita cinta yang akan dirajut oleh Fola dan Henrietta.

3 Bab ini adalah awal dari hubungan dari Fola dan Henrietta yang dimulai dengan kata “persahabatan” membina hubungan yang seolah-olah normal saja, namun dalam paparan Bab ini Penulis sudah menunjukkan identitas dari seorang Henrietta dilanjutkan oleh kenyamanan yang didapatkan oleh Fola dari perlakuan Henriettaatta.

4 Hubungan yang sudah terjalin diantara dua insan sejenis ini mulai dituturkan dalam Bab ini, hubungan yang terjalin dengan perasaan yang aneh diantara kedua insan ini. Dalam Bab ini diperlihatkan bahwa sudah ada hubungan yang terjalin antara dua insan ini meskipun Fola masih meragukan apa yang dirasakan. Henrietta adalah sosok yang sadar akan perjalanan hubungan yang sedang dijalin, sedangkan Fola masih memiliki pandangan kabur mengenai hubungan dan perasaan yang ia jalani, hingga akhirnya Henriettaatta mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Fola. (dalam Bab ini penulis masih menunjukkan bahwa Fola sebenarnya adalah sosok normal dalam suatu hubungan yang seharusnya terjadi)

(5)

8 Hubungan yang mulai kembali dijalin oleh Fola dan Henrietta, hubungan yang berbeda ketika mereka pertama kali merasakan ada perasaan yang berbeda diantara mereka. pada bab ini ada hubungan yang “saling” diantara mereka, Fola sudah memberikan hatinya untuk Henrietta. Hubungan yang baru, berbeda dan penuh perasaan cinta.

10 Proses kelahiran Eliza anak dari Erwin dan Fola, juga cerita masa lalu antara Erwin dan Eliza.

12 Hubungan yang lebih intim telah di jalin oleh Fola dan Henrietta, tidak ada lagi keraguan akan perasaan yang ada, pertandingan cinta sudah mulai di lukiskan dalam bab ini, keinginan dan hasrat ingin bersama dan mimpi-mimpi yang sudah dilukiskan dalam gambaran keadaan. Hubungan Henrietta dan Fola sudah dijalin dengan penuh perasaan dan cinta, meskipun sudah ada gejolak-gejolak dari hambatan yang akan dihadapi.

13 Penggambaran hubungan intim yang lebih jelas antara Fola dan Henrietta, hubungan yang tidak sekedar hubungan rasa cinta namun juga perasaan ingin memiliki antara satu dengan yang lainnya. Namun penulis juga memperlihatkan sisi manusiawi dari Fola, perasaan bersalah yang mendalam terhadap suami dan dirinya sendiri. Namun penggambaran akan keinginan Fola akan kepuasan rasa dan kedamaian yang ada di dalam diri Henrietta lebih besar dari rasa bersalah yang ada di dalam dirinya. Bab ini juga menceritakan mengenai masa lalu Fola mengenai Erwin seseorang yang tidak dicintainya harus dinikahinya agar membahagiakan ibunya. Penulis menggambarkan bagaimana Fola merasakan kerinduan yang mendalam kepada Henrietta setelah mereka tidak bertemu, dan harus berkorban dan menikah dengan Erwin untuk membahagiakan ibunya yang sedang sakit.

(6)

tidak seharusnya dilakukan. Juga dengan Henrietta, keinginan memiliki sangat besar namun keraguan akan ke-egoan itu diperlihatkan menjadi penghambat akan hubungan mereka.

17 Bab ini adalah bab yang menuturkan ketidaknyataan akan cinta yang ingin dimulai oleh Henrietta dan Fola, penulis memperlihatkan perasaan sulit bagi Fola sebagai ibu dari Eliza dan kekasih dari Henrietta. Namun seberapa kuatnya keinginan Fola untuk bisa bersama dengan Henrietta harus benar-benar ditahan dan perasaan itu berusaha dikubur oleh Fola karena cintanya yang besar kepada putrinya Eliza. Bab ini mengisahkan perpisahan yang harus dialami oleh kedua insan itu dengan tidak adanya kesepatakan akan rasa dan tujuan yang akan dibawa, cinta yang terlalu besar diantara mereka, namun juga yang terlalu lebar yang memisahkan mereka. jurang perasaan bersalah, jurang cinta Fola pada Eliza sehingga cinta itu harus dikorbankan, ego harus dilepaskan dari diri mereka.

20 Perjalanan panjang yang dilalalui Fola dan Henrietta, Bab ini menceritakan bagaimana Henrietta meminta Fola untuk datang selama sepuluh tahun perpisahan mereka setelah peristiwa dimana Fola tidak bisa pergi bersama Henrietta karena Eliza. Keinginan Fola untuk pergi kepelukan Henrietta kembali luluh lantah karena Erwin mengidap penyakit kanker, Fola harus menahan diri untuk tidak meninggalkan Erwin dalam kondisi sakit parah. Kembali lagi terlihat Fola digambarkan sebagai wanita yang tidak egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia mengubur dalam-dalam keinginnya untuk bersama orang yang dikasihinya untuk kebahagiaan orang-orang yang mencintainya.

(7)

23 Bab ini adalah akhir dari perjalanan cinta dari Diana ( Fola) dan Selina ( Henrietta), pertemuan yang mengesankan diakhir hayat Diana, cinta yang utuh hingga ajal menjemput. Cinta yang tetap bertahan selama tujuhpuluh tahun hidup mereka, cinta yang tidak egois yang memikirkan perasaan orang-orang yang mencintai mereka.

(8)

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis adalah dasar pemikiran dari Peneliti (argumentasi Peneliti) yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah Penelitian. Kerangka pemikiran yang baik akan mampu menjelaskan operasional fenomena-fenomena Penelitian dalam Penelitian kualitatif, serta akan melahirkan asumsi-asumsi yang dapat digunakan dalam memperkirakan kemungkinan hasil Penelitian yang akan dicapai.

Adapun kerangka analisis dalam Penelitian ini adalah memakai analisis Semiologi Roland Barthes signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi dan konotasi. Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai tanda. Unsur-unsur yang terdapat di dalam isi novel tidak bisa secara gamblang “bercerita” melainkan harus dimaknai oleh pembacanya. Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca (reader), peran di sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna denotasi ataupun konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang ada nantinya akan dicari makna riil-nya (denotasi), kemudian hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicari makna tersirat di dalamnya (konotasi).

Signifikasi Dua Tahap Barthes

Reality signs culture

(Sobur,2004:127)

Second Order First order

connotation

Signifier ---

signified Denotation

(9)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Data Primer, yaitu di mana data unit analisa dari teks-teks yang tertulis pada novel Gerhana Kembar.

b. Data Sekunder, yaitu melalui Penelitian kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan literatur serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung Penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis semiotika Roland Barthes. Analisis data merupakan bagian yang amat penting selain pengumpulan data, karena proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun jenis Penelitian analisis semiotika, menggunakan model Roland Barthes, yaitu model sistematis dalam menganalisis makna dengan tanda-tanda. Fokus perhatiannya tertuju pada signifikasi dua tahap (two order of signification).

Signifikasi pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified. Dalam sebuah tanda tahap realitas eksternal Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna penting nyata dari sebuah tanda. Sedangkan signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya, disebut sebagai konotasi dan juga memasukkan unsur Mitos didalamnya.

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian ini adalah Novel yang berjudul Gerhana Kembar karya Clara Ng. Penelitian akan dilakukan pada setiap bab yang membahas mengenai 2 tokoh yang memerankan peran sebagai lesbian yaitu Fola dan Henrietta dalam naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy. Peneliti akan fokus pada paragraf-paragraf di mana ada bagian yang merepresentasikan gaya, bahasa dan tatacara yang dilakonkan oleh kedua tokoh yang memerankan peran sebagai lesbian tersebut, namun meskipun demikian peneliti tidak akan melepaskan peran dari paragraf-paragraf sebelumnya dalam naskah tersebut meskipun tidak memiliki sangkut paut terhadap representasi dari lesbian, karena peneliti menganggap bahwa peran dari paragraf-paragraf tersebut tetap penting untuk mendukung peneliti mengerti bagaimana kondisi dan keadaan yang seharusnya dilihat secara keseluruhan untuk melihat pesan yang direpresentasikan makna dalam setiap teks yang ada.

(11)

bagaimana penulis merepresentasikan makna lesbianisme dalam pesan novel tersebut.

Dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti, peneliti akan mencari literatur-literatur, buku, bahkan akan melakukan pembandingan dengan novel yang lain dengan kasus yang sama untuk membantu peneliti untuk bisa melihat secara luas makna yang seharusnya disajikan oleh peneliti dalam rangka melihat tanda-tanda yang digunakan dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti.

4.2 Pembahasan

Dalam pembahasan, peneliti melakukan penelitian pada bab yang berhubungan dengan Naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy, akan ada 12 Bab yang akan diteliti penambahan prolog dan lampiran yang hilang. Penelitian akan menggunakan semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap dari tataran pertama denotatif dan tataran kedua konotatif dan dalam hal ini tidak akan mengindahkan peran pembaca dalam hasil yang akan diperoleh dan akan menyertakan Mitos yang merujuk pada tataran kedua atau konotatif. Peneliti akan melihat bagaimana pesan yang dipaparkan oleh penulis untuk mempengaruhi pembaca dalam merepresentasikan mengenai lesbianisme tersebut.

1. PROLOG (gerhana kembar, prolog jakarta,1960)

Tataran Denotatif

“... Fola merengut. “jadi kenapa saya tidak pernah melihat anda disini?” (Halaman 16)

(12)

besar seperti jendela dunia, memandang Fola dengan tatapannya yang bening. Dia mengenakan kemeja wanita dan rok yang panjangnya selutut. “Jangan beranda-anda. Panggil saja namaku.” Henrietta, singkatnya.

Dalam dialog tersebut di atas, terjadi proses komunikasi antarpribadi antara Henrietta dan Fola. Proses komunikasi tersebut membuat perkenalan di antara mereka berakhir dengan sedikit keakraban.

Tataran Konotatif

Dalam paragraf ini penulis menekankan fokus perhatian pada Henrietta sebagai objek yang memberikan perhatian pada Fola. Menatap Mata Fola.. pertemuan pertama merupakan kesan pertama yang didapat dalam sebuah perkenalan. Namun ketika kata menatap mata di utarakan dalam kalimat itu penulis sedang menekankan bahwa Henrietta sedang berusaha membangun hubungan yang lebih intim daripada sekedar hanya sebagai perkenalan saja, ada penekanan yang berbeda yang diutarakan pada kalimat tersebut. Memandang Fola dengan tatapan yang bening.. ada perhatian khusus yang diberikan Henrietta ketika dia berkenalan dengan Fola. “jangan beranda-anda. Panggil saja namaku. Henrietta, singkatnya kalimat ini akhirnya memperlihatkan bahwa Henrietta menunjukkan kesungguhannya untuk memandang perkenalan tersebut tidak hanya sebagai perkenalan biasa namun ada keinginan untuk membangun hubungan yang lebih dalam lagi.

Mitos

(13)

Tataran Denotatif Halaman 17

Henrietta berpaling kearah Fola seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Dia malah mengulurkan tangannya. “kita belum berjabat tangan tadi. Bukankah kalau berkenalan perlu berjabat tangan? Namaku Henrietta.”

Dalam percakapan yang dilakukan oleh Fola dan Henrietta ada tersirat komunikasi non-verbal yang akhirnya bisa dilihat dengan sebuah makna perkenalan yang lebih intim.

Tataran Konotatif

Dari paragraf ini penulis memperlihatkan kesungguhan Henrietta akan hubungan yang akan dijalinnya dengan Fola. Henrietta berpaling kearah Fola seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Terlihat ada keragu-raguan akan suatu tindakan, hal ini memperlihatkan kegugupan seseorang ketika menghadapi sesuatu. Adalah suatu hal yang janggal jika ditelisik lebih dalam lagi bahwa tidak ada alasan bagi Henrietta untuk gugup dalam hal ini, namun disini penulis memperlihatkan akan keinginan yang ingin dicapai Henrietta, hingga dalam kalimat selanjutnya Henrietta mengulang perkenalan yang sebelumnya sudah dilakukannya, ada penekanan hubungan yang ingin dijalin Henrietta dalam hal ini. Mitos

(14)

Tataran Denotatif Halaman 17

Fola bergerak-gerak tak yakin akan apa yang didengarnya tepat. Dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini biasanya yang tertarik mengenal guru lebih dekat dan akrab adalah orang tua murid khususnya ibu.

Terjadi komunikasi non-verbal dalam kalimat diatas, Fola memberikan syarat dan tanda akan jalinan komunikasi yang mereka sudah lakukan sebelumnya.

Tataran Konotatif

Dalam paragraf tersebut terlihat kegugupan dari Fola dengan perlakuan khusus yang diberikan Henrietta kepadanya, kalimat tersebut juga menegaskan bahwa Fola tersanjung dengan perlakuan Henrietta hal itu terlihat dari bagaimana pembandingan sikap yang dilakukan Henrietta kepadanya.

Mitos

Fola bergerak-gerak.. ketika seseorang bergerak-gerak dengan suatu alasan yang tidak pasti, bisa dipastikan bahwa seseorang itu sedang tidak mengerti akan apa yang sedang dihadapinya, berada dalam keadaan yang tidak nyaman, gugup dan cenderung akan terbawa kearah salah tingkah, atau sedang ingin memastikan sesuatu.

Tataran Denotatif Halaman 18

Tatapannya tajam kepada Fola, memberi waktu bagi Fola menyambut uluran tangannya. Menyambut uluran persahabatan dan hubungan lain yang kelak tumbuh diantara mereka.

(15)

Tataran Konotatif

Tatapan dari Henrietta membuat Fola akhirnya gugup dan tidak tau harus berbuat apa. Dalam kalimat ini penulis juga menegaskan adanya keterikatan emosional yang terjalin antara Henrietta dengan Fola, hal ini dipertegas oleh penulis dengan pandangan kedepan akan hubungan yang akan terjalin antara mereka berdua. Mitos

Tatapan tajam adalah ungkapan yang diberikan seseorang, jika orang itu memiliki maksud, keingintahuan lebih, rasa penasaran, dan juga menaruh kepercayaan akan orang yang ditatapnya.

TIGA (Gerhana Kembar, bab 1 1960)

Tataran Denotatif Halaman 49-50

Henrietta bertanya apakah kau masih tinggal di sekolah? ... Kau akan pulang?..

Dimana Rumahmu? Mari pulang bersamaku.

Terjadi komunikasi antar pribadi atau komunikasi tatap muka antara Fola dan Henrietta untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dan pengenalan yang lebih intim.

Tataran Konotatif

(16)

mendalam kepada Fola dan berusaha membuat Fola nyaman akan sikap yang ia tunjukkan.

Mitos

Pertanyaan yang dilontarkan seseorang (X) dengan bertubi-tubi kepada orang lain(Y) dan pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan dimana fokusnya adalah Y maka bisa dipastikan bahwa si X memiliki ketertarikan terhadap si Y atau ingin membuat si Y tertarik pada si X. Karena pada dasarnya orang cenderung sangat suka jika membicarakan dirinya sendiri kepada orang lain.

Tataran Denotatif Halaman 50-51

Fola mengabaikan segalanya, tatapannya hanya terpaku pada Henrietta, sementara pikirannya mengembara. Sejujurnya tidak ada perasaan aneh yang mengganjal ketika bersama-sama dengan perempuan itu..

Henrietta justru membuatnya merasa nyaman. Tatapan perempuan itu terlihat tulus dan jujur...

Dia tidak mau membiarkan Henrietta lama menunggunya..

Terjadi komunikasi intrapersonal dalam diri Fola dalam memandang hubungan yang sedang ia jalin bersama Henrietta. Akhirnya bisa terlihat bagaimana penulis menampilkan sosok dari Fola dengan lebih baik.

Tataran Konotatif

(17)

Fola menunjukkan Respect yang besar akan kehadiran Henrietta sehingga dia berusaha semaksimal mungkin tidak membuat Henrietta merasa tidak nyaman Dia tidak mau membiarkan Henrietta lama menunggunya.

Mitos

Ketika seseorang terpaku terhadap orang lain, ada alasan dibalik keterpakuan. Alasan ketika seseorang terpaku adalah kagum, terkejut, dan penasaran. Jika diperhatikan dari kalimat yang ditulis oleh si Penulis Fola bisa dikatakan kagum terhadap Henrietta.

Tataran Denotatif Halaman 51

Tatapannya terpaku pada Fola. Ada sesuatu yang menarik tentang perempuan ini, Henrietta tidak dapat menjabarkan perasaanya

.... Henrietta menyadari dirinya menatap rambut itu dengan penuh kekaguman. Sedetik kemudian, ia memalingkan wajah untuk menjernihkan pandangannya.

Komunikasi intrapribadi terjadi didalam diri Henrietta dalam menyimak dan memperhatikan Fola. Proses yang membuat seseorang dapat memikirkan sesuatu lebih baik dan lebih dalam lagi. Bisa dikatakan bahwa Henrietta sedang bermain dengan fikirannya sendiri dalam mengagumi Fola.

Tataran Konotatif

(18)

perhatian Henrietta yang tertuju pada setiap apa yang Fola lakukan dan apa yang ada di dalam diri Fola. Hingga rambut pun dijadikan objek kekaguman bagi Henrietta, hal ini biasanya terjadi pada seorang lelaki yang sedang menyukai perempuan. Kekaguman terhadap mata, bibir, dagu termasuk rambut. Karena bagi seorang lelaki rambut adalah keindahan bagi seorang wanita, wajar jika itu adalah salah satu objek yang dikagumi oleh seorang lelaki.

Mitos

Penulis disini memilih rambut jadi objek yang dikagumi oleh Henrietta. Kemungkinan karena rambut adalah mahkota bagi seorang perempuan, bagian yang sangat menarik perhatian lawan jenis. Salah satu bagian vital yang membuat wanita semakin menarik.

Tataran Denotatif Halaman 52

Mereka saling memandang untuk pertama kalinya dibawah guyuran hujan. Ada sesuatu yang mengguncang hati Fola; mengguncangnya sehingga membuatnya takut. Tapi keadaan itu justru meningkatkan rasa nyaman yang tidak terhingga. Henrietta balas menatap Fola, merasakan daya tarik kuat yang menyeretnya ke pusaran utama perempuan itu. Bagaimana menggambarkan kedalaman cara memandang mereka dengan tepat? Ada pengharapan, kehati-hatian, rasa malu-malu, penasaran, takjub, serta kewaspadaan teraduk menjadi satu.

Fola dan Henrietta menunjukkan gaya bahasa dan tingkah laku, seperti tatapan mata, gestur tubuh dan lainnya untuk menunjukkan perasaan yang mereka sedang rasakan satu dengan yang lainnya.

Tataran Konotatif

(19)

hal ini seorang Fola masih sadar bahwa perasaan yang dimilikinya sudah berbeda dan seharusnya tidak terjadi, itu yang membuat Fola akhirnya takut, namun ia tidak dapat memungkiri perasaan nyaman yang ada di dalam dirinya. Penulis disini menunjukkan feedback yang baik yang diberikan Fola kepada Henrietta, sehingga Henrietta dapat merasakan ketertarikan yang sama yang diberikan Fola. Keinginan, perasaan damai, keutuhan rasa ada di dalam diri mereka “serta kewaspadaan teraduk menjadi satu”. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berdua paham akan kondisi dan posisi yang sedang mereka hadapi. Seharusnya mereka tidak perlu waspada jika mereka hanya ingin menjalin suatu persahabatan, namun keadaan yang mereka sedang jalani ada suatu perasaan yang lebih yang sedang mereka jalin dalam hubungan mereka.

Tataran Denotatif Halaman 52-53

Tangannya digenggam erat-erat oleh Henrietta. Fola berusaha menenangkan fikirannya selama berlari, tapi jantungnya malah berdebar dua kali lebih kuat. Fola sangat menyukai sentuhan tangan itu.

Henrietta menggenggam tangan Fola karna harus berlari agar tidak ada yang tertinggal, jantungnya berdebar efek dari mereka harus berlari dan Fola suka dengan sentuhan dari tangan Henrietta.

Pesan dari komunikasi nonverbal yang sedang dilakukan oleh Fola dan Henrietta menciptakan suatu hubungan yang lebih dalam lagi hingga sampai kedalam perasaan mereka masing-masing. Dari pemaparan nonverbal itu penulis menunjukkan komunikasi nonverbal lebih memperlihatkan hubungan yang lebih intim terjadi daripada komunikasi verbal.

Tataran Konotatif

(20)

karna sentuhan adalah bentuk rasa sayang seseorang. Namun, hal ini tidaklah sesederhana itu, penulis menuturkan keadaan yang tidak sekedar menyukai sentuhan tapi memiliki harapan yang lebih dari sentuhan yang ia rasakan.

Mitos

Ketika jantung berdebar dua kali lebih cepat dari yang seharusnya ada beberapa kemungkinan yang sedang terjadi, yang pertama adalah karena Fola sedang berlari maka hal itu adalah hal yang biasa terjadi pada jantung karena jantung harus memompa darah lebih cepat dari yang seharusnya karena dalam keadaan lelah, yang kedua adalah jika dalam keadaan terkejut, yang ketiga adalah dalam keadaan jatuh cinta/ memiliki perasaan lebih pada seseorang (hal inilah yang terjadi pada Fola saat itu), yang keempat perasaan takut atau was-was.

Tataran Denotatif Halaman 53

Fola mengamati Henrietta yang mengibas-ibaskan tangan ke bajunya... pemandangan itu membuat Fola berdiri kaku dengan perasaan bergejolak. Sejak kapan tindakan sederhana yang remeh seperti itu menarik perhatian Fola?

Penulis memperlihatkan komunikasi nonverbal dari perasaan yang membuatnya kaku antara Henrietta dan Fola untuk menciptakan ketertarikan antara satu dengan yang laiinya.

Tataran Konotatif

(21)

Tataran Denotatif Halaman 54

Fola telah lupa apa yang mereka bicarakan. Yang teringat adalah betapa lembutnya kulit Henrietta saat bersentuhan dengan kulitnya. Yang teringat adalah tawa manis Henrietta yang terdengar sangat merdu di telinganya.

Penulis menuliskan terjadi komunikasi intrapersonal dari Fola untuk menciptakan kenyamanan dalam dirinya mengenai Henrietta dari setiap kejadian yang sudah mereka jalani bersama.

Tataran Konotatif

Ingatan akan suatu peristiwa adalah suatu hal yang wajar di dalam diri seseorang, namun disini penulis menunjukkan kondisi yang berbeda dalam ingatan Fola, ikatan emosional yang menjadi pacuan utama yang ada di dalam dirinya dan menjadi kenyamanan tersendiri di dalam ingatan Fola. Dari sini bisa dilihat bahwa Fola sudah memiliki ikatan emosional dan perasaan yang lebih kepada Henrietta. Tataran Denotatif

Halaman 56-57

Bibir Fola tersenyum. Dia tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum. Tentu saja Fola tidak keberatan menghabiskan hari Sabtu-nya dengan berbelanja. Bukan hanya tidak keberatan, Fola juga tidak sabar menanti hari sabtu tiba.

(22)

Bahasa tubuh Fola menunjukkan ketertarikannya yang mendalam kepada Henrietta, ditambah dengan pemaparan yang dilakukan oleh penulis dari respon bahasa tubuh dari Fola.

Tataran Konotatif

Kalimat awal yang dituturkan penulis, bahwa tidak ada keengganan yang direspon oleh Fola ketika diajak oleh Henrietta, namun ada perasaan sukacita yang mendalam. Hal itu adalah bentuk dari ikatan yang semakin mendalam yang ia rasakan terhadap Henrietta, menjadikan hari kebersamaan adalah suatu hal yang sangat istimewa dengan orang yang istimewa. Fola sengaja berdandan ini adalah suatu hal yang sedikit aneh yang terjadi antara dua orang wanita, dimana ia ingin menonjolkan kecantikannya pada seorang wanita, bukan dengan harapan persaingan namun ketertarikan yang ingin diciptakan. Sejenak mata mereka bertabrakan bisa dikatakan bahwa antara Henrietta dan Fola sudah saling memperhatikan satu dengan lainnya sehingga hal itu bisa terjadi. Tidak bisa dipungkiri dari hal ini bisa dilihat perhatian yang mendalam dan hubungan timbal balik yang mereka ciptakan di dalam diri mereka masing-masing.

Mitos

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mata bertabrakan yaitu, ketidaksengajaan, dua orang yang sudah saling memperhatikan sehingga satu waktu mata mereka bisa bertabrakan, bentuk kecurigaan seseorang tidak bisa dipungkiri ketika seseorang sedang mencurigai orang lain hal yang paling sering dilihat adalah mata dari orang itu.

Tataran Denotatif Halaman 59

Fola ingin Henrietta tidak hanya menepuk punggung tangannya, tapi juga menyentuh dan menggenggam tangannya seperti ketika mereka berlari di bawah hujan.

(23)

Dari kalimat diatas Fola menyadari bahwa bahasa tubuh dari Henrietta sebelumnya menciptakan kenyamanan dalam dirinya dan akhirnya Fola menghendaki Henrietta bisa menunjukkan perasaannya dengan bahasa tubuh dari Henrietta lebih dalam lagi.

Tataran Konotatif

Sikap yang ditunjukkan Henrietta adalah sikap perhatian yang penuh kasih sayang. Dia memperlakukan Fola seperti seorang putri. Dari kalimat ini sudah bisa diprediksikan penempatan sosok dari kedua wanita itu dalam hal suatu hubungan. Pelindung dan penerima lindungan, Pemimpin dan penolong, penyentuh dan suka sentuhan. Henrietta sebagai sosok Pria dan Fola sebagai sosok wanita dalam suatu hubungan yang “normal”.

EMPAT (Gerhana Kembar, bab 2 1961)

Tataran Denotatif Halaman 62-63

Henrietta, Perempuan yang berdiri di depanya maju dua langkah, masuk ke ruang kelas. Dia memandang sekelilingnya. “warnanya sudah kusam. Diding kelas sudah perlu di cat baru.

... kasihan murid-muridmu belajar dalam ruangan yang muram seperti ini.

... Fola menertawakan ucapan Henrietta” sejak kapan kau perhatian kepada murid-muridku? “sejak ada ibu guru cantik yang mengajar di ruangan kelas ini”

(24)

Tataran Konotatif

Dalam kalimat yang pertama terlihat bahwa Henrietta memperhatikan sesuatu yang menjadi pekerjaan Fola dan kesenangan Fola. Kalimat selanjutnya, ada pujian “gombal” yang diutarakannya mengenai wanita cantik. Peran dari Henrietta semakin dipertegas disini dalam hubungan yang sedang mereka jalin, bahkan kata-kata dan perlakuan yang ia tunjukkan untuk Fola. Peran sebagai seorang yang memperhatikan dan melindungi seorang wanita cantik.

Tataran Denotatif Halaman 66

Mereka berdua berdiri berimpitan. Nafas Henrietta menggelitik tengkuk Fola. Tangannya kokoh memegangi tangan Fola. Sentuhan Henrietta pada kulit tangannya diam-diam membuat Fola senang. Dia membiarkan Henrietta menuntunnya melakukan gerakan berulang-ulang yang sebenarnya sangat mudah. Bau cat memenuhi paru-paru Fola, tapi aneh, dia tak merasakannya sebagai suatu hal yang mengganggu.

… aku membayangkan mengecat pelangi kata Henrietta di telinga Fola.

… udara yang mengalir dari mulut Henrietta terasa hangat dan nyaman.

Penulis memparkan kondisi dan perasaan dari kedua insan tersebu dengan bahasa tubuh mereka masing-masing. Ada terjadi komunikasi non-verbal yang mereka ciptakan dalam penuturan tersebut.

Tataran Konotatif

(25)

mengganggu akan cat yang sedang digunakan. Tindakan Henrietta membisikkan sesuatu ketelinga adalah isyarat sentuhan yang lebih dalam dari ikatan emosional yang sudah terjalin antara mereka.

Mitos

Bagi wanita tengkuk dan belakang telinga adalah bagian yang sangat sensitif terhadap sentuhan. Dalam suatu “hubungan” antara pria dan wanita bagian ini adalah bagian yang akan membuat wanita merasa sangat nyaman dan agresif. Tataran Denotatif

Halaman 67-68

kau manis kalau sedang digoda seperti itu. … Henrietta tak berhenti memandangi Fola.

… alis Fola bergerak naik, merasa jengah dengan hujan tatapan Henrietta. Jantungnya melompat-lompat tak terkendali menunjukkan rasa senang yang sangat aneh.

Penulis memperlihatkan bagaimana komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh Fola akhirnya dapat mengindikasikan perasaannya kepada Henrietta yang sudah berbeda.

Tataran Konotatif

(26)

Tataran Denotatif Halaman 68

Wajah Henrietta bergerak kedepan. Matanya memberikan isyarat sesuatu kepada Fola. Sekejap mata Fola menutup, memejam dengan waswas. Lima detik berlalu. Tidak ada kejadian apa-apa. Di depannya, Henrietta menunggu Fola membuka mata, membiarkan kebimbangan hatinya mereda.

Kembali disini penulis memperlihatkan bagaimana komunikasi nonverbal dapat memberikan pesan kepada orang lain yang melihatnya (dari bahasa tubuh yang mereka tunjukkan)

Tataran Konotatif

Dari paragraf sebelumnya bisa dilihat bahwa masih ada keraguan di hati Fola dengan apa yang sedang ia kerjakan dan ia rasakan. Namun perasaannya menutupi keraguan itu. Isyarat yang diberikan oleh Henrietta disambut baik oleh Fola sekejap mata Fola menutup ketika ada isyarat yang diberikan dihadapan seseorang dan yang menjadi objek menutup mata itu adalah isyarat pasrah dari objek tersebut. Fola sedang mempercayai sepenuhnya Henrietta dengan menutup mata, ada harapan Fola dari Henrietta apakah itu sentuhan, ciuman atau apa pun itu yang pasti dia dalam keadaan pasrah.

Mitos

(27)

Tataran Denotatif Halaman 70

Lalu tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangan ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola tepat di ubu-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta tidak ingin berhenti. Malah bibir Henrietta bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya dengan ringan dan santai. Setelah itu dia melepaskan Fola dan membiarkan Fola berputar untuk mundur tiga langkah menjauhinya.

… napas Fola sedikit bergemuruh bukan karena ketakutan, tapi karena gairah aneh yang tidak dapat ia mengerti.

Paparan diatas bisa dilihat bagaimana Henrietta memperlihatkan perasaannya kepada Fola dengan bahasa tubuh yang ia tunjukkan kepada Fola.

Tataran Konotatif

(28)

Tataran Denotatif Halaman 71

“aku tahu,” bisik Fola lirih. “ini.. ini salah. Kau..”

Ucapan Fola membingungkan dirinya sendiri. Seharusnya dia berlari meninggalkan kelas ini dan segera memutuskan hubungan dengan Henrietta. Seharusnya dia memaki Henrietta, menudingnya memanfaatkan dirinya untuk kepuasan pribadi yang sesat. Seharusnya dia menampar Henrietta mengatakan apa yang dia lakukan adalah dosa. Tapi Fola tidak melakukan apa-apa. Dia malah menerawang, memandangi deretan perdu bunga di birai jendela. Kalimat yang akhirnya terlontar keluar dari bibir Fola tadi pun keluar tanpa dibarengi air muka penyesalan atau kesungguhan rasa bersalah.

Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola menunjukkan bagaimana ia menanggapi Henrietta akan apa yang dilakukan Henrietta padanya.

Tataran Konotatif

(29)

Tataran Denotatif Halaman 72

Maafkan aku,” bisiknya. “Aku sunguh-sungguh menyukaimu.. aku kira.. aku kira.. kau pun.. menyukaiku dengan rasa yang.. sama. Fola tergagap. “tidak, bukan seperti itu. Aku menyukaimu tapi..

“pulanglah,” sergah Henrietta sambil memunggungi Fola. Tangannya melambai seakan tidak pernah ada kejadian apa-apa di antara mereka. … “Tunggu! Jangan begitu! Kau tidak mengerti.. Fola membutuhkan jeda untuk menenangkan diri.

… keheningan yang begitu lantang sehingga ingin sekali rasanya Fola menjerit sekeras-kerasnya.

Komunikasi antarpersonal antara Fola dan Henrietta memeberikan satu kesimpulan dalam hubungan mereka atas apa yang sudah mereka jalani selama ini.

Tataran Konotatif

(30)

TUJUH (Gerhana Kembar, bab 3 maret 1963) Tataran Denotatif

Halaman 107

… erwin meremas bahu Fola tapi istrinya mendorong tangan itu menjauh. “jangan menyuruhku tenang atau jangan marah-marah. Aku sudah capek diatur-atur sama mama sedari dulu.” Dan aku juga tidak bahagia dengan pernikahan ini. tapi kalimat itu tidak diucapkan Fola keras-keras. Dia menyimpannya dalam hati.

Perpaduan antara komunikasi verbal, nonverbal dan komunikasi intrapersonal antara Fola dan Henrietta dapat dilihat dari percakapan yang mereka lakukan bagaimana Fola menunjukkan kekesalannya kepada Erwin.

Tataran Konotatif

Disini Fola sudah menjadi istri dari seorang dokter tampan Erwin, namun sebenarnya Fola tidak bahagia dengan pernikahannya ditambah lagi ibu erwin yang kurang respect pada Fola. Ketidakharmonisan hubungan Fola dan mertuanya membuat dia seringkali “menyesali” keberadaanya sebagai istri dari Erwin. Dia tidak pernah mengungkapkan ketidakbahagiaan dalam pernikahannya dia menyimpan dalam hati. Orang yang menyimpan ketidaksukaannya akan sesuatu dalam hatinya dalam waktu lama membuat seseorang itu akan sangat kurang menikmati perjalanan hidupnya. Hal itulah yang ditunjukkan penulis mengenai kondisi Fola dalam mahligai Rumah Tangganya, ketidakharmonisan dan ketidakbahagiaan dalam hatinya.

Tataran Denotatif Halaman 111

(31)

hubungan buruk dengan mertuanya membuatnya semakin dilanda emosi tinggi.

Penulis menunjukkan bahasa tubuh dari Fola akan apa yang ia rasakan selama ini dengan Erwin. Dan akhirnya komunikasi intrapersonal dalam dirinya menyadarkan Fola akan apa yang sebenarnya ia rasakan dalam pernikahnnya.

Tataran Konotatif

Ada sesuatu yang kurang yang dirasakan oleh Fola di dalam dirinya meskipun dia sudah menikah dengan Erwin. Ada kegelisahan yang mendalam akan hubungan suami istri yang sedang dia jalani. Dia merasa kehilangan sesuatu penulis disini menunjukkan kehampaan yang dirasakan oleh Fola di dalam hidupnya. Karena kehampaan yang paling menyedihkan adalah ketika kita tidak tau apa yang menjadi kegelisahan dan kekosongan dalam diri kita. Ketidaktauan itu membuat jiwa bertanya-tanya dan tidak ada yang mampu menjawab. Itulah kekosongan yang paling luar biasa yang terjadi di dalam hidup seseorang, dan hal itulah yang dirasakan oleh Fola. Dalam pernikahannya pun tidak mampu menutupi kekosongan itu karna banyak peristiwa buruk yang terjadi di dalam kehidupannya. Sehingga jiwa akan mencari ruang dan tempat berdiam kedalam kehampaan yang sudah ada. Fola tidak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya dan dengan pernikahannya dengan Erwin, karena sebenarnya masih ada yang mengganjal dihatinya.

Mitos

(32)

Tataran Denotatif Halaman 113

Fola memaksakan diri tersenyum. Dia tidak dapat menghentikan hantaman kegelisahan yang terus menerus memilin jantungnya. Dibunuhnya perasaan itu. Bodoh, apalagi yang kurang? Dia menikah dengan suami yang pandai, lembut, dan cerdas, dokter yang disegani. Lelaki yang tampan. Kurang apalagi? Sambil menekan perasaan anehnya, Fola berjalan menuju pintu. Dia melambai kepada Erwin.

Komunikasi intrapersonal kembali terlihat dari kalimat diatas bagaimana Fola menyimpan banyak hal dalam dirinya akan hubungan yang ia jalin dengan Erwin. Tataran Konotatif

Dalam setiap kalimat yang dipaparkan sipenulis adalah bahwa Fola sebenarnya tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam pernikahanya. Setiap kalimat yang sedang diucapkan oleh Fola adalah pembenaran diri baginya untuk bisa bertahan dalam zona nyaman yang sedang membantunya dibelakang. Namun Fola sama sekali tidak dapat memungkiri perasaanya yang kosong dengan kondisi-kondisi yang ada yang sedang dia hadapi. Kurang apalagi? Sebenarnya ketika seseorang melakukan pembenaran seperti yang dilakukan oleh Fola, itu adalah tembok pertahanan untuk membuat Fola tetap nyaman dengan kondisi yang ada.

Tataran Denotatif Halaman 113-114

Fola tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan, ketika seseorang berjalan dari arah berlawanan datang begitu saja.

“Fola?! ...

(33)

Fola tidak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan itu. Perasaan damai yang menjalari seluruh tubuhnya membuat Foa merasa nyaman.

Komunikasi nonverbal yang diperlihatkan oleh Fola dapat ditangkap dan menunjukkan bagaimana ia memiliki perasaan yang lebih terhadap Henrietta. Tataran Konotatif

Dari kalimat diatas penulis menuliskan betapa Fola sangat mengenal sosok yang ditemuinya dijalan tersebut, ditunjukkan ketika ungkapan “kerutan kecil yang tampak diujung matanya” Fola sangat bisa mengingat dan memperhatikan bahkan hal terkecil yang ada pada sosok tersebut. Kerinduan mendalam, kenyamanan yang tidak terhingga bahkan hanya ketika ia bisa melihat sosok itu didepannya. Ikatan emosional mereka berdua masih terjalin erat meskipun sudah beberapa tahun tidak ada komunikasi.

Tataran Denotatif Halaman 114

Henrietta pasti menebak dari pakaian yang dikenakan Fola; gaun hamil sederhana dengan sandal. Rambut yang disisir sekenanya. Ya Tuhan, Fola ingin sekali berlari ke dalam rumah dan merapikan penampilannya sekarang juga.

Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola terjadi ketika ia menyadari keberadaan dirinya, dan akhirnya bagaiaman ia dapat menanggapi dirinya.

Tataran Konotatif

(34)

Tataran Denotatif Halaman 117

Saat Fola hendak mengeluarkan kunci pagar, tak sengaja bahunya bersentuhan dengan bahu Henrietta. Fola merasakan getaran ini, tapi rasanya getaran itu datang dari relung terdalam dirinya.

... “Kau tinggal di sini sendirian?” “sendirian?” Fola terkekeh, berusaha terlihat tenang “ Aku selalu mengharapkan hal itu”

... “Erwin nama suamimu?” Fola mengangguk malas

Komunikasi nonverbal dari Fola memperlihatkan bahwa ia memiliki perasaan lebih terhadap Fola dan bagaimana komunikasi itu memberikan efek terhadap dirinya dan perasaannya.

Tataran Konotatif

Ada perasaan yang disimpan oleh Fola terhadap Henrietta, sentuhan adalah sesuatu yang wajar diantara perempuan, karena sentuhan adalah ungkapan persahabatan diantara perempuan. Namun, ketika Fola merasakan suatu getaran yang berbeda ketika bersentuhan dengan Henrietta, dari hal itu terlihat bahwa ada ikatan emosional antara Fola dan Henrietta lebih dari sekedar ungkapan teman, ada perasaan yang disimpan Fola kepada Henrietta.

(35)

Tataran Denotatif Halaman 118

Ragu-ragu Fola duduk di kursi piano. Henrietta berdiri persis dibelakangnya. Dia merasa malu, tapi juga bergairah secara bersamaan. Bayi yang berada di dalam perutnya tiba-tiba melonjak. Jantung Fola memukul-mukul dada. Seluruh jemarinya mengepal erat, seakan-akan tak dapat diluruskan.

Keberadaan Henrietta membuat respon yang berbeda dari dalam diri Fola. Terjadi komunikasi nonverbal ( bahasa tubuh) dalam diri Fola.

Tataran Konotatif

Malu dan bergairah perasaan seseorang yang bertemu dengan “artis” kesayangannya. Ada perasaan yang memuncak ketika bertemu dengan seseorang yang sangat dikagumi. Hal itu dirasakan Fola ketika bertemu dengan Henrietta ada perasaan yang sangat bergejolak di dalam dirinya, sehingga merasakan getaran yang luar biasa. ketika kita bertemu dengan seseorang dan merasakan getaran dalam diri kita, itu adalah bahagian yang luar biasa bagi orang itu.

Tataran Denotatif Halaman 119

“ Kenapa malah diam saja?” wangi tubuh Henrietta semakin meracuni indra penciuman Fola. Jika dia bergerak sedikit saja, punggungnya akan bersinggungan dengan panggul Henrietta.

Bau-bauan juga ditampilkan penulis disini, dimana terjadi psikologi komunikasi antara Fola dan Henrietta. Terlihat bagaimana Fola masih bisa mengingat wangi parfum dari Henrietta.

Tataran Konotatif

(36)

yang akhirnya meracuni penciuman Fola. Kalimat tersebut lebih kepada penegasan bahwa Fola sangat menikmati bau tubuh dari Henrietta dan mengenal bau tubuh itu.

DELAPAN (Gerhana Kembar, bab 4 April 1963)

Tataran Denotatif Halaman 125

Henrietta menepuk punggung Fola. “ Tidak, ambillah buatmu. Aku sungguh-sungguh memberikan pisau itu untukmu”. Fola menoleh. Wajah Henrietta terbingkai di matanya dengan sempurna. ... dengan susah payah Fola berusaha menahan debaran jantungnya.

Komunikasi verbal yang terjadi antara Fola dan Henrietta membuat Fola semakin merasakan kedekatan dan ikatan yang lebih mendalam diantara mereka berdua. Tataran Konotatif

(37)

Tataran Denotatif Halaman 126

Mereka berpandangan untuk waktu yang lama. Mata Henrietta berbinar seperti obor dalam kegelapan.

“ Aku senang bertemu denganmu lagi.” Tiba-tiba Fola tersadar tentang keberadaan mereka berdua. Mereka duduk sangat dekat di ranjang. Tidak ada orang lain dikamar ini.

Komunikasi nonverbal (kedekatan) membuat Fola dan Henrietta merasakan hubungan yang lebih spesial terjadi diantara mereka berdua.

Tataran Konotatif

Sebenarnya tidak ada yang harus dipermasalahkan ketika dua perempuan duduk berdekatan, tapi penulis menggambarkan perbedaan diantara kedua wanita ini. penulis menggambarkan seolah-olah ketika mereka berdekatan itu adalah hal yang tidak wajar, karena sebenarnya ada hubungan yang tidak wajar diantara mereka berdua.

Tataran Denotatif Halaman 126

Mengapa Fola merasakan getaran yang kini ia rasakan? Apakah getaran ini berbeda dengan rasa yang dia curahkan untuk Erwin, suaminya? Fola merasakan luapan perasaan ini, luapan perasaan janggal yang mengembus bagai angin puting beliung dari dalam dirinya.

(38)

Tataran Konotatif

Kalimat yang hampir sama seperti ini sudah berulang-ulang dituliskan oleh penulis, dengan seolah-olah sampai batas saat ini Fola belum mengerti pasti apa yang ia rasakan, padahal tanpa ia sadari ia seringkali memikirkan Henrietta dengan perasaan yang berbeda dari yang seharusnya dirasakan oleh seorang wanita kepada wanita lain

Mitos

Getaran adalah suatu pertanda pernyataan lebih dari seseorang apakah itu kasih sayang, kekaguman, rasa respect yang tinggi pada orang lain. Kata getaran lebih cenderung dihubungkan dengan perasaan positif terhadap orang lain.

Tataran Denotatif Halaman 127

Henrietta mengusapkan bibirnya dengan lembut ke bibir Fola. Sama seperti dulu, hanya saja kali ini Fola sungguh mendamba. Ia mendekatkan dirinya pada Henrietta. Tubuh itu terasa mungil dan kecil, berbeda ketika dia bersentuhan dengan lelaki. Henrietta memeluknya erat-erat seakan Fola barang yang sangat berharga.

Komunikasi verbal ( ciuman) yang diberikan Henrietta pada Fola memberikan pesan bahwa ia mencintai Fola.

Tataran Konotatif

(39)

Tataran Denotatif Halaman 127

Mereka bergenggaman selama beberapa menit. “kau gemetaran”. “ aku gemetar karena terlalu bahagia”. Henrietta mengangkat tangan Fola lalu menciumnya. Itu membuat Fola merasa sangat dihargai, seakan dia adalah seorang putri, bukan sekedar perempuan hamil berperut gendut dan berpenampilan tak menarik.

Bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh Henrietta terhadap Fola membuat Fola merasakan kenyamanan yang lebih terhadap Henrietta. Dan bagaimana Henrietta memberikan pesan melalui bahasa verbal yang menarik.

Tataran Konotatif

Jika dilihat dari beberapa kasus yang telah dibahas sebelum-sebelumnya, sebenarnya Fola adalah sosok yang masih “kebingungan” dengan semua hal yang sedang dia jalani, namun perhatian dan cara Henrietta memperlakukan Fola lah yang akhirnya membuat Fola merasakan perlakuan yang berbeda yang memang di damba oleh semua wanita. Perasaan yang akhirnya timbul, tidak bisa diidentifikasikan dengan pembawaan yang sudah ada sejak Fola lahir. Perlakuan itu yang seringkali akhirnya membuat Fola memberikan hatinya untuk Henrietta. Tataran Denotatif

Halaman 128

(40)

lagi dengan cinta yang tidak mempunyai tempat dimana pun. Kurasa sekarang pun kita harus berpisah.”

Fola berputar, merengkuh Henrietta. “Jangan,” bisiknya. “ jangan lagi lari dariku”

Dari setiap pemaparan komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh Fola memperlihatkan dia sudah memberikan hatinya untuk Henrietta.

Tataran Konotatif

Jika dikaji lebih dalam lagi pertanyaan yang diajukan oleh Henrietta adalah sebuah pertanyaan “menjebak”, yaitu pertanyaan untuk meyakinkan dirinya bahwa Fola sudah berada dalam “genggamannya” keinginan untuk menciptakan ruang pada dirinya sendiri bahwa Fola bersungguh-sungguh mencintainya. Pertanyaan yang membuat Henrietta ingin yakin bahwa dia dibutuhkan oleh Fola. Kemudian Henrietta mengukuhkannya dengan pernyataan tidak ingin menyakiti orang lain sebenarnya Henrietta juga tidak akan sanggup untuk melepas Fola begitu saja, namun ia ingin meyakinkan dirinya bahwa dia sudah mendapatkan Fola dan ingin Fola sendiri yang menunjukkan ketergantungannya kepada Henrietta. Hingga akhirnya tujuan dari Henrietta dapat terpenuhi kalimat “ jangan lagi lari dariku” kata “lagi” disini menegaskan bahwa ketika Henriettea pergi pada saat pertemuan pertama ada penyesalan dalam diri Fola akan kepergian dari Henrietta tersebut.

Tataran Denotatif Halaman 128

(41)

dengan hati perempuan ini. Henrietta merenggangkan pelukan dan mencium mata Fola. Dia membelai pipi perempuan itu, menghapus air mata yang meleleh turun.

Dari setiap tindakan dan bahasa tubuh yang dilakukan oleh Fola dan Henrietta ada indikasi yang menunjukkan rasa dan keinginan yang mendalam dari keduanya akan hubungan yang sedang mereka jalani.

Tataran Konotatif

Ada dua arti dari air mata yaitu kesedihan dan kebahagiaan. Dan air mata yang mereka tunjukkan lebih cenderung keperaasaan bersalah daripada kebahagiaan, namun perasaan itu ditutupi dengan hasrat yang mendalam akan rasa yang ada di dalam diri mereka. terkadang penulis seringkali mengungkapkan sesuatu yang berbeda dari yang seharusnya di ungkapkan. Misalnya ada kolam kepedihan namun diikuti dengan ingin menyerahkan seluruh jiwanya kepada Henrietta,disini terlihat bahwa penulis sedang menekankan arti dari sebuah kata dan perasaan cinta yang tidak bisa difikirkan bahkan diungkapkan dengan kata-kata dengan sebuah realita akan perasaan bersalah dengan suatu jalinan yang sedang dijalani. Mitos

Air mata adalah simbol dari kebahagiaan, kesenangan, terharu, kesedihan, ungkapan rasa sayang.

SEPULUH (Gerhana Kembar, bab 5 april 1963)

Tataran Denotatif Halaman 143

... Nyonya sedang tidak ada dirumah “ kemana Nyonya pergi?” “ke rumah sakit” Henrietta terlonjak. Matanya membelalak. “ke rumah sakit?”

(42)

Mengapa Nyonya berada di Rumah sakti? Tanya Henrietta cepat. Napasnya menderu. Cuping hidungnya kembang kempis.

Ketika setiap pertanyaan dari Henrietta ia lontarkan dia menunjukkan bahasa tubuh yang sangat khawatir akan kondisi dari Fola.

Tataran Konotatif

Dibeberapa bagian yang sudah dibahas sebelumnya penulis seringkali menunjukkan kalimat-kalimat dimana kita sebagai pembaca novel ini akan mengerti peran dari Fola dan Henrietta dalam sebuah hubungan. Peran sebagai “pria” dan peran sebagai “wanita”. Dalam bagian ini pun bisa dilihat peran Henrietta. Setiap kalimat yang dipaparkan jika hanya dilihat sekilas tidak menggambarkan sesuatu yang aneh karena setiap orang akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Henrietta. Namun dengan latar belakang dan cerita yang sebelumnya bisa dilihat lebih dalam lagi bahwa penulis disini sangat menekankan peran dari Henrietta sebagai seorang “pelindung” bagi Fola.

DUA BELAS (gerhana kembar, bab 6 1964)

Tataran Denotatif Halaman 168

Henrietta menoleh ke arah Fola, membiarkan lengan mereka beradu. Fola mencari tangan Henrietta yang tidak menggendong Eliza. Jemari mereka saling terkait. Mereka berpegangan tangan..

Fola menatap Henrietta dengan muram. “ Seandainya aku dapat berada di sana.” Henrietta tak mampu menjawab dengan tangkas. “ sebenarnya,” bisiknya mengaku, “ aku ingin sekali jika kau dapat pergi bersamaku.”

(43)

Tataran Konotatif

Dalam kalimat ini penulis sudah mulai menekankan hubungan yang lebih intim diantara mereka dengan mengerti satu dengan yang lain dengan perasaan yang sama. Meskipun dalam setiap kalimat penulis berusaha menampilkan keresahan antara mereka berdua. Keresahan akan keingianan untuk bersama namun sulit untuk mewujudnyatakan karena ada jurang yang tidak berjembatan yang memisahkan mereka.

Tataran Denotatif Halaman 169

Fola berbalik, menatap Henrietta. Bertumpu pada sikunya “ Kau rela terbang jauh mencari diriku?” Henrietta membungkuk ke depan, meraih Eliza, menciumnya lembut. Lalu lengannya menarik Fola, mencium pipi perempuan itu ringan.

Setiap bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh Henrietta mengindikasikan perasaannya yang mendalam terhadap Fola.

Tataran Konotatif

(44)

Tataran Denotatif Halaman 170

Henrietta mengusap bibir Fola. “ Aku tidak ingin mendengar sesuatu yang buruk. Jika aku berada di ketinggian langit menembus awan, aku selalu membayangkan seperti inilah dunia di bawahku. Biru menenangkan, hening, dan tak rumit.

... aku bertanya-tanya terus dengan penuh harap, sampai terbentuk dalam ingatanku tentang apa rasanya menjalani hidup normal.. “ dengan normal.” Decak Fola sendu. “seperti pasangan lainnya, “balas Henrietta. “ Betapa menyenangkan.” “ pasti menyenangkan.” Fola tersenyum.

Komunikasi antapersonal diantara mereka menciptakan suatu tukar pikiran akan rasa dan keinginan mereka akan masa depan yang akan mereka jalani.

Tataran Konotatif

Kalau dilihat pernyataannya sekilas percakapan mereka berdua dalam setiap kalimat diatas adalah pernyataan sederhana yang tidak punya arti lebih. Namun Biru menenangkan, hening, dan tak rumit ada harapan yang diinginkan dari Henrietta. Biru adalah warna ketenangan. Ada harapan yang lebih dari Henrietta akan penerimaan terhadap hubungan mereka berdua dari lingkungan mereka. Penulis jelas menggambarkan bahwa mereka sama sekali tidak mendamba perubahan dalam diri mereka atau “ketidaknormalan” yang sedang mereka jalani namun mendamba bahwa apa yang sedang mereka jalani tidak dipandang dunia sebagai sesuatu yang salah, karena mereka saling mencintai.

Tataran Denotatif Halaman 174

(45)

Tangan mereka bersentuhan sejenak, mengalirkan sentakan listrik di seluruh tubuh Fola. Dia langsung mundur, tak sanggup berbicara. Henrietta tidak menanggapi reaksi Fola, masih asyik membelai-belai bayinya. Fola memejamkan mata, takut membiarkan dirinya memeluk Henrietta.

Pemaparan yang ditunjukkan penulis diatas membuat setiap orang yang merasakan bahwa ikatan emosional dari mereka berdua terjalin dari bagaimana bahasa nonverbal dari mereka menghasilkan efek yang berbeda dari seharusnya. Tataran Konotatif

(46)

Mitos

Sentakan listrik adalah ungkapan terhadap dua orang atau lebih yang telah memiliki keterikatan emosional antara satu dengan yang lain. dan hal ini paling sering terjadi antara pria dan wanita yang sedang menjalin hubungan asmara. Tataran Denotatif

Halaman 176

Bagi Fola, Henrietta adalah perempuan paling sempurna yang merampas perhatiannya.

... Bagaimana kabarmu?” kabar seperti apa yang hendak dia ceritakan kepada Henrietta? Pikir Fola mengejutkan dirinya sendiri. Dia perempuan bersuami yang mempunyai anak. Henrietta juga perempuan sama seperti dirinya. Dalam Fisik dan segala hal, Fola sama dengan Henrietta, tapi mengapa dia merasa mereka bagaikan tarian siang dan malam yang saling menggenapi dalam lingkaran kehidupan?

Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola terjadi untuk menjawab pertanyaan dari Henrietta, bagaimana Fola bermain kata-kata dengan dirinya sendiri.

Tataran Konotatif

(47)

TIGA BELAS ( Gerhana Kembar Bab 7 1963)

Tataran Denotatif Halaman 180

... Beberapa belas menit berlalu dalam keheningan. Keheningan yang membuat suasana nyaman. Henrietta bersedia menukarkan apa saja dalam hidupnya untuk sekali mendapatkan suasana seperti ini. Dia duduk terpaku, tak bergerak menatap Fola dan bayinya.

Tataran Konotatif

Perasaan puas dalam diri Henrietta dimana ada keinginan untuk memiliki Fola untuk dirinya saja, kepuasaan yang ia dapatkan jika hanya bersama dengan Fola. Sosok Henrietta di gambarkan lebih bebas oleh penulis karena tidak perlu terlalu memikirkan orang lain dalam perjalanan hubungan yang sedang ia jalani.

Tataran Denotatif Halaman 181

... Dia langsung terlelap tidur sedetik ketika kepalanya menyentuh bantal. Rasanya dia baru tertidur beberapa saat ketika ada tekanan lembut di bibirnya. Seketika itu juga, kantuk yang menguasai dirinya langsung lenyap. Mulanya dia tidak sadar berada dimana, tapi karena gerakan bibir itu semakin bertautan di bibirnya, kini Fola ingat dimana dirinya berada. Di pondokan kamar Henrietta. Tubuh perempuan itu berada di sampingnya, seperti guling yang siap dipeluk.

Bahasa nonverbal yang diperlihatkan bisa diterjamahkan kedalam hubungan yang lebih intim didalam diri mereka masing-masing.

Tataran Konotatif

(48)

kedua belah pihak. Keagresifan Henrietta akan hubungan fisik lebih ditonjolkan oleh penulis. Dan jika diperhatikan lebih lanjut perasaan bersalah lebih cenderung singgah dalam benak Fola daripada Henrietta.

Tataran Denotatif Halaman 182

Dia mencondongkan wajahnya ke arah hidung Henrietta, lalu perlahan-lahan menciumnya. Ini baru baginya, memulai lebih dulu. Fola merasa takut dan berdebar-debar setiap kali berdekatan dengan Henrietta, apalagi menciumnya. Henrietta mengambil tangan Fola dengan lembut dan meletakkan tangan itu di dadanya. Pipi Fola merona merah. Ini dada yang berbeda dari dada biasa dia sentuh. Dada Erwin datar dan keras, tapi dada Henrietta terasa kenyal dan lembut. Fola merasakan detak jantunng Henrietta yang berdegup keras.

Hubungan percintaan yang dilakukan oleh sesama jenis ini menunjukkan gerak isyarat, bahasa tubuh, sentuhan dalam setiap hubungan yang mereka coba jalin. Tataran Konotatif

Respon Fola dengan sentuhan fisik yang dimulai oleh Henrietta baik dan akhirnya respon itu ditindaklanjuti dengan tindakan memulai duluan. Dan kembali lagi dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh mereka berdua penulis selalu cenderung dan condong memperlihatkan respon, pemikiran dan perasaan Fola akan apa yang mereka lakukan. Sebenarnya akhirnya bisa dilihat ketertekanan Fola dengan semua yang dilakukannya meskipun akhirnya dia tidak sanggup melawan hasratnya untuk bisa bersama-sama dengan Henrietta. Perasaannya seringkali membunuh ketidakmengertiannya.

Tataran Denotatif Halaman 183

(49)

Jantung Fola berdebar-debar liar; pipinya terasa panas membara. Dada mereka berdempetan rapat, sehingga semakin terasa kelembutan yang ditimbulkannya. Henrietta memainkan rambut Fola yang terurai di bantal. Lalu tangan satunya tanpa sengaja menyentuh payudara Fola. Mata Fola membelalak, lalu kepalanya menggeleng. “ Henrietta,” Bisiknya ragu-ragu. “ aku.. eh, sedang menyusui.”

Penulis lebih menonjolkan bahasa nonverbal dalam hubungan antara Fola dan Henrietta tersebut diatas.

Tataran Konotatif

Hubungan fisik yang lebih intim sudah terjalin dalam paragraf ini, Henrietta tetap mengambil bagian yang lebih dominan dalam hubungan yang mereka jalin. Tidak ada keraguan, kontroversi fikiran, atau kekakuan. Berbeda dengan Fola dia menikmati apa yang sedang dia lakukan namun hatinya tetap seringkali merasakan pergejolakan yang terkadang ia pun tidak dapat mengerti akan apa yang sedang dia fikirkan. Ada keragu-raguan, ketidaknyamanan meskipun dia mulai menikmati apa yang dia lakukan. Jelas terlihat bahwa Fola tetap melihat sudut pandang yang lain ketika ia melakukan hubungan fisik yang sedang dia lakukan, ketertekanan dalam banyak sisi, sedangkan Henrietta berbeda dengan Fola ia menikmati hubungan dan rasa yang ia sedang jalani.

Tataran Denotatif Halaman 183-184

(50)

Henrietta menekankan tubuhnya penuh-penuh kepada Fola. Fola menutup mata. Dia membiarkan tangannya melakukan gerakan berdasarkan naluri. Dia membiarkan pinggulnya terangkat, mulutnya mendesah dan seluruh tubuhnya bereaksi terhadap semua sentuhan itu. Dia membiarkan air matanya menggenang, lalu mengalir turun di pipinya. Dia membiarkan tubuhnya menyerah sepenuhnya kepada Henrietta dalam suatu kepasrahan yang indah.

Penulis lebih memperlihatkan komunikasi nonverbal dalam setiap paparan diatas dan bagaimana mereka menunjukkan cinta mereka dari setiap gerakan yang mereka lakukan dalam hubugan intim tersebut.

Tataran Konotatif

Hubungan fisik yang seharusnya dilakukan oleh lelaki dan wanita akhirnya dilakukan oleh Fola dan Henrietta dalam sentuhan yang sama. Jika dilihat dalam setiap kalimat yang dipaparkan oleh penulis Henrietta adalah sosok yang mengambil bagian yang sangat banyak dalam hubungan yang mereka jalin. Henrietta mengambil posisi dominan dan mengambil alih seluruh bagian dalam hubungan tersebut, seolah-olah dia sudah mengerti dengan baik bagaimana seharusnya tindakan yang harus diambil. Sedangkan Fola mengambil alih sebagai objek dari Henrietta meskipun dia tetap saja menikmati apa yang dilakukan oleh Henrietta. Kalimat Dia membiarkan air matanya menggenang, lalu mengalir turun di pipinya bisa saja memperlihatkan kebahagian akan rasa yang dia rasakan, namun juga bisa berarti kepasrahan dalam rasa bersalah yang selama ini ia rasakan namun ia tak mampu membendung hasratnya kepada Henrietta.

Tataran Denotatif Halaman 184

(51)

meledak. Bagaikan bom yang meledak dalam hutan rimba. Ini adalah tarian, walaupun tidak dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian.

Penampilan dari bahasa nonverbal dalam kalimat diatas memperlihatkan bagaimana mereka menunjukkan cinta mereka antara satu dengan yang lainnya. Tataran Konotatif

Dalam setiap kalimat, Henrietta tetap mengambil posisi dominan dalam hubungan fisik yang mereka jalin. Dan tidak dapat dipungkiri “Dia merasa tubuhnya meledak” Tingkat orgasme yang sama Fola rasakan ketika dia berhubungan dengan seorang wanita. Ia merasakan sentuhan rasa gejolak yang sama, yang seharusnya ia rasakan ketika dia berhubungan dengan lelaki. Dalam hal ini penulis menunjukkan bahwa para lesbian juga bisa menikmati hubungan seks mereka dalam tingkat emosional yang sama, sama seperti hubungan seorang laki-laki dan wanita.

Tataran Denotatif Halaman 184-185

Setelah selesai, Henrietta bergelung disampingnya, mengusap pipi Fola yang lembab oleh air mata. Fola mendorong jari Henrietta dari pipinya. “mengapa”? tanya Henrietta sendu, merasakan perubahan dalam diri Fola. “tidak apa-apa,” bisik Fola. Dalam hati, dia ingin mengatakan bahwa dia punya sejuta apa-apa yang dapat diutarakan dari dalam dirinya. Dia merasa bersalah, sangat bersalah sehingga seluruh tubuh dan jiwanya sakit.

(52)

pertama kalinya, Fola mementingkan dirinya sendiri diatas kepentingan semua orang, dan tak terkecuali kebahagiaan bayinya.

Sikap, bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh Fola memperlihatkan bahwa ia merasa bersalah dengan segala hal yang ia telah lakukan dengan Henrietta.

Tataran Konotatif

Fola digambarkan seorang sosok yang sangat mementingkan orang lain diatas kepentingan dirinya sendiri. Dan hal ini juga tetap berlaku dalam hubungannya dengan Henrietta, ia tidak dapat memungkiri perasaan bersalahnya dengan semua hal yang ia lakukan bersama Henrietta. Perasaan bersalah ini adalah tindaklanjut dari keraguan Fola selama ini akan semua hal yang ia rasakan, lakukan dan nikmati dengan Henrietta. Ia tetap menganggap dirinya adalah seorang yang sudah tidak normal atau menyimpang dari yang seharusnya. Penulis seringkali menggambarkan sosok Fola yang sebenarnya adalah wanita normal yang hanya saja salah bertemu dengan Henrietta yang memiliki sikap manis dan pelindung bagi Fola. Dan sejak awal, Henrietta memang sudah memiliki perasaan kepada Fola sehingga ia dengan mudah saja dapat menebak dan melakukan apa saja untuk kesenangan seorang Fola agar bisa mendapatkannya. Keraguan Fola ini tetap saja membentengi dirinya untuk tidak merasa bersalah, ia tetap saja merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu kesalahan besar yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Tataran Denotatif Halaman 188

(53)

Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola menunjukkan dia merasa tertekan dengan segala hal yang sudah ia lakukan dibelakang Erwin.

Tataran Konotatif

Penggambaran sosok Fola kembali dipaparkan dalam paragraf ini, perasaan bersalah dan rasa yang salah yang ia rasakan kepada Henrietta. Fola merasa berhianat kepada suaminya. Seorang lesbi yang mempunyai rasa yang lebih kepada orang lain namun tetap memikirkan perasaan orang lain, untuk tidak mengecewakan orang yang dikasihinya meskipun dia harus mengorbankan perasaan pribadinya. Penulis menekankan bahwa sosok Fola bukanlah sosok yang selama ini digambarkan dalam kehipan nyata, ia tetap saja tidak bisa memikirkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan orang lain.

Tataran Denotatif

Halaman 189,190, 192, 194

Fola ingat bagaimana ibunya dulu mati-matian memperkenalkan dirinya dengan Erwin.

... “Ibu panggil Fola putus asa. “ saya tidak ingin dijodohkan.” “ini bukan penjodohan! Seru ibu. “ Berapa kali ibu harus mengatakan itu? Ibu hanya menganjurkan kau mencoba menimbang-nimbang lelaki ini. Ibu mengenal keluarga Erwin.

... Ternyata ibu menderita infeksi liver. Umurnya mungkin tidak lama lagi, demikian kata dokter menghakimi hidup seseorang.

... “saya akan menikah dengan Erwin.”

(54)

Tataran Konotatif

Fola tidak bisa memungkiri bahwa ia tidak pernah mencintai Erwin, namun untuk kebahagiaan ibunya untuk yang terakhir kalinya ia akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Erwin. Kembali disini Fola adalah sosok yang sangat santun, bertanggungjawab dan sangat mencintai orang-orang yang ada disekelilingnya. Bahkan ia melakukan sesuatu yang akan membuatnya kehilangan kebahagiaannya seumur hidup dengan menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya, dan kembali lagi kali ini karena orang yang sangat dikasihiya. “ibunya”

Tataran Denotatif Halaman 195

Aku memang perempuan yang pantas menyandang gelar sebagai orang paling pengecut sedunia. Kau tahu, hari ini aku membaca tulisan tentang homoseksual di koran dan aku sangat takut untuk melihat artikel itu, bahkan meliriknya pun aku tak berani. Seakan-akan ada sejuta orang berada di belakang punggungku, mengetahui apa yang kubaca dan kurasa. Aku merinding. Padahal perasaan yang kumiliki kepadamu begitu manis dan sangat indah. Membaca kata homoseksual membuatku bingung pada rasa yang kumiliki kepadamu. Bersamamu aku belum pernah merasakan hal yang begitu alamiah dan benar. Sangat, sangat, sangat benar.

Media memberikan gambaran akan diri Fola saat itu, dan media itu berhasil untuk memberikan gambaran kepada Fola akan homoseksual hingga Fola merasa tertekan dengan kenyataan yang ia hadapi.

Tataran Konotatif

(55)

bersama orang yang ia cintai. Namun semua itu tetap tidak dapat membuat dia merasakan bahwa bukan hanya Henrietta dapat mengisi ruang kosong dalam dirinya Bersamamu aku belum pernah merasakan hal yang begitu alamiah dan benar.

Mitos

Homoseksual adalah orang yang memiliki penyimpangan dan berbahaya karena menyalahi aturan agama, adat dan budaya. Homoseksual diidentikkan orang yang egois yang akan berusaha melakukan apapun untuk dapat mencapai hasrat dirinya dan biasanya homoseksual akan dijauhi dan diasingkan dari masyarakat. Dan para homoseksual cenderung mencari komunitas dan cenderung tertekan dalam kehidupannya.

LIMA BELAS (Gerhana Kembar, Bab 8 1969)

Tataran Denotatif Halaman 215

... “kita akan menjadi kakek dan nenek jika anak kita telah tumbuh dewasa. Fola menoleh ke arah Eliza yang masih menggerak-gerakkan kakinya dengan penuh semangat. Ucapan Erwin membuatnya semakin tidak nyaman. Terkadang pada saat-saat seperti ini, Fola bertanya-tanya apakah dia bisa bertahan bersama Erwin sampai kakek nenek. Bagaimana rasanya menjadi kakek nenek bersama Erwin? Fola menutup mata, membayangkan satu gambaran yang berbeda dari yang dia harapkan di sudut hatinya yang terdalam.

(56)

Tataran Konotatif

Fola tidak pernah menikmati kebersamaanya dengan Erwin sehingga ketika dia harus memikirkan harus tua bersama Erwin pun dia tidak dapat membayangkannya, karena ia sama sekali tidak pernah mencintai Erwin. Erwin adalah sosok yang datang ke kehidupan Fola setelah Fola bertemu dengan Henrietta. Dan penulis sama sekali tidak pernah menunjukkan indikasi bahwa Fola adalah Lesbian sejak awal, namun penulis selalu menunjukkan ketidakmengertian Fola dengan rasa yang ia miliki bersama Henrietta. Namun hati Fola sudah diikat dengan baik oleh Henrietta dengan segala hal yang ia berikan kepada Fola. Sehingga ketika Erwin seorang lelaki yang sempurna pun hadir tidak mampu membuat Fola melupakan Henrietta.

Tataran Denotatif Halaman 216

Fola ingat lagi perkataan Erwin. Erwin menginginkan kebersamaan sampai usia tua. Betapa sedihnya membayangkan hal itu. Padahal tadi Fola sedang berusaha menguatkan hatinya untuk mengatakan satu kebenaran kepada suaminya. Satu kebenaran yang sederhana. Tentang apa yang menjadi perasaan dan keinginannya. Fola ingin bercerai dengan Erwin! Dia ingin mengatakan terus terang bahwa dia tidak dapat mencintai Erwin, sekuat apa pun usahanya untuk belajar menyayanginya sebagai seorang istri.

Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola membuat dia merasakan ketertekanan akan rasa yang sedang ia hadapi dan membuat dia merasa bersalah akan setiap hal yang ia lakukan.

Tataran Konotatif

Gambar

Gambar Peta tanda Roland Barthes

Referensi

Dokumen terkait

1 Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi - a Keuntungan revaluasi aset tetap - b Pengukuran kembali atas program imbalan pasti - c Bagian

a. Apakah warna buku ini? c. Apakah buku ini punya warna? b. Warna apakah buku itu? d. Warna buku ini sangat indah?.. I) Blue in Indonesian is biru II) Yellow in Indonesian is

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2012 tentang Penanganan Laporan Pengaduan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan kertas lakmus,

3 1 Rahfendika Berninanto Sidomulyo, RT 24/01, Ngembat Padas, Gemolong, Sragen SMK Akuntansi 003. 4 8 Yuanita Komalasari Karang, RT 011, Karanganyar, Plupuh, Sragen SMK

(2) model pembelajaran dan perangkat pembelajarannya mempunyai kelayakan yang sangat baik menurut penilaian ahli dan praktis; (3) model pembelajaran IPA IPA SD

Selain itu, pada pasal 1 ayat 13 dinyatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana

Dari rancangan prototype ini dianalisis apakah sesuai kebutuhan yang telah ditetapkan, dari proses ini akan didapatkan gambaran bagian-bagian yang dibutuhkan oleh pengguna,