• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Implikasi Terhadap Pelestarian

5.3.1 Populasi Labi-labi

Panjang sungai yang diukur dalam dugaan populasi hanya sebagian kecil dari luasan habitat utama labi-labi di Kalimantan Tengah, karena bagian yang diukur hanya panjang sungai lokasi tangkap tidak mencakup anak sungai dan lahan basah lainnya (rawa, danau dan kanal). Estimasi populasi labi-labi panenan yang bisa dihasilkan selama 1 tahun mencapai 6.276 ekor, sedangkan kuota tangkap dalam satu tahun 2.500 ekor. Berdasarkan estimasi yang didapatkan menunjukkan bahwa kuota yang ditetapkan selama ini masih dalam kisaran yang aman untuk pelestarian labi-labi di alam, namun adanya preferensi pada kelas

umur dewasa dapat memberikan implikasi negatif terhadap populasi labi-labi di alam dan juga pemanfaatan di masa mendatang.

Berdasarkan kelas umur, labi-labi panenan di Kalimantan Tengah didominasi oleh kelas umur dewasa (97,98% dari 445 ekor) terbanyak adalah betina dewasa dengan nisbah kelamin 1:1,47. Baik pemancing maupun pengumpul menginginkan labi-labi hasil tangkapan berbobot besar yang termasuk dalam kelas umur dewasa. Labi-labi panenan yang berbobot kurang dari 1 kg oleh pemancing biasanya dilepaskan lagi karena tidak laku di pasar tradisional maupun di pengumpul. Keberadaan individu dewasa dalam suatu populasi labi-labi

merupakan hal yang sangat penting (Heppel 1998 dalam Chacín 2010). Kelas

umur dewasa merupakan umur reproduksi optimal. Reproduksi adalah faktor penentu dalam memelihara keseimbangan populasi maupun untuk meningkatkan jumlah populasi. Keberhasilan reproduksi sangat menentukan perkembangan populasi. Rekomendasi CITES mengenai kisaran berat labi-labi yang dipanen ternyata belum sepenuhnya berhasil diimplementasikan yang tergambar dari karakteristik populasi panenan di Kalimantan Tengah, dimana labi-labi berumur reproduksi optimal (berat 5,1 kg – 15 kg) masih dilakukan pemanenan 11,46% (n=445).

Kuota tangkap hanya mengakomodir 39,83% kemampuan produksi pemancing di Kalimantan Tengah. Kemampuan produksi yang tidak dapat diakomodir kuota tangkap ini memberikan celah bagi pengumpul yang tidak memiliki ijin untuk dapat mengedarkan labi-labi ke wilayah lain, terutama di Kalimantan Selatan. Dari 3 pengumpul yang diukur labi-labinya sebagai sampel morfometri, 2 diantaranya tidak memiliki ijin tangkap dan edar dari BKSDA Kalimantan Tengah. Mereka mengirimkan labi-labi ke Kalimantan Selatan tanpa SATS-DN. Hal ini menyebabkan peluang terjadinya data yang tidak dikatakan (unreported), mengindikasikan bahwa pemanfaatan labi-labi di Kalimantan Tengah melebihi kuota yang ditentukan. Konsistensi penegakan peraturan termasuk perijinan dan jumlah kuota tangkap merupakan salah satu prasyarat untuk pengelolaan sumberdaya alam yang baik sehingga pelestarian populasi labi- labi di habitat alaminya dapat terjamin. Kontrol pemanenan harus dilakukan oleh BKSDA Kalimantan Tengah dengan memberikan pendekatan kepada pengumpul

yang tidak berijin untuk diterbitkan ijin tangkap dan edarnya. Pengumpul wajib melaporkan hasil tangkapan sesuai dengan ijin yang diberikan, yang diverifikasi oleh penerbit ijin.

Penangkapan berkelanjutan (sustainable harvest) merupakan satu konsep

yang memerlukan pemahaman yang mendalam, namun diikuti dengan implementasi secara praktis oleh multi pihak dan digunakan dalam kegiatan

konservasi saat ini (Struhsaker 1998). Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya

labi-labi berhubungan erat dengan kajian pengaturan penangkapan yang ditinjau dari aspek biologi. Charles (2001) mengatakan bahwa produksi berkelanjutan adalah penangkapan hari ini tanpa merusak sumberdaya alam di masa yang datang. Jumlah kuota tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah masih dapat ditingkatkan menjadi 50% estimasi kemampuan produksi pemancing yaitu mencapai ± 3.100 ekor, namun kontrol ukuran panenan harus dilakukan oleh BKSDA Kalimantan Tengah. Ukuran reproduksi optimal labi-labi betina dengan berat 5,1 kg – 15 kg tidak dilakukan pemanenan untuk memberikan kesempatan labi-labi bereproduksi menghasilkan telur. Telur dan tukik tidak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memberikan kesempatan telur menetas menjadi tukik dan berkembang hingga mencapai kelas umur yang sesuai untuk dipanen. Penambahan jumlah kuota juga dimaksudkan untuk mengakomodir labi-labi panenan dari pemancing. Hal ini dimaksudkan agar kontrol peredaran labi-labi dapat berjalan dengan baik.

Upaya pemanfaatan sumberdaya labi-labi yang berkelanjutan memerlukan dukungan dan kerjasama yang baik antara komponen yang terlibat langsung di lapangan. Unsur utama yang terlibat dalam sistem dan mekanisme perdagangan labi-labi ada 3 yaitu pemanfaatan (pemancing; pengumpul), perijinan dan pengawasan. Strategi yang harus dilakukan untuk mendukung upaya pemanfaatan labi-labi berkelanjutan adalah :

a. Penyadartahuan pentingnya tidak mengganggu dan menjaga sarang labi-labi

termasuk telurnya untuk menjaga pertumbuhan populasi labi-labi, dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat pemancing & sekitar sungai.

b. Sosialisasi tata cara perijinan penangkapan dan peredaran tumbuhan dan satwaliar.

c. Mendorong pengembangan budidaya labi-labi (A. cartilaginea) bekerjasama

dengan pihak swasta dan akademisi.

d. Penegakan hukum termasuk perijinan, ukuran tangkap, dan peredaran dengan

keterlibatan aktif dari para pihak dengan pengawasan.

e. Membangun sistem dan koordinasi pengendalian dan pengawasan peredaran

tumbuhan dan satwaliar dengan instansi terkait (Pemda, BKSDA Kalsel, Kepolisian, Karantina, Bandara dan Pelabuhan).

5.3.2 Habitat Labi-labi

Hasil observasi menunjukkan bahwa Kalimantan Tengah mempunyai beragam habitat yang baik untuk labi-labi, mulai dari sungai dataran rendah, rawa gambut, danau, dan kanal. Kalimantan Tengah yang didominasi dataran rendah (92%) memiliki tipe perairan yang disukai labi-labi yaitu sungai dataran rendah berarus lambat, cekungan pinggir sungai yang dalam sebagai tempat persembunyian labi-labi, dasar sungai berlumpur hingga berpasir dan banyak dihuni hewan air (molusca, ikan, crustacea dll) serta permukaan air yang terdapat

banyak tumbuhan air seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), bakung

(Hanguana malayana) dan Hydrilla verticillata. Gangguan utama dari habitat labi-labi di wilayah ini adalah rendahnya kualitas air akibat penambangan emas illegal dan alih fungsi rawa gambut menjadi perkebunan kelapa sawit.

Ancaman yang menggangu habitat labi-labi di perairan Sungai Kahayan adalah terjadinya pencemaran merkuri dikarenakan adanya aktifitas ribuan mesin sedot dari pertambangan emas tanpa ijin (peti) yang menggunakan merkuri dalam proses penyaringannya. Tingkat pencemaran di DAS Kahayan sebesar 2.966 – 4.687 mikro gram per liter. Kandungan merkuri yang terdapat di Sungai Kahayan tergolong tinggi melebihi batas maksimal baku mutu yang ditetapkan sebesar 200 mikro gram per liter. Merkuri merupakan unsur kimia berbentuk logam yang bersifat sangat beracun, sifatnya mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh labi-labi. Pengaruh toksisitas merkuri dapat berupa gangguan pada saraf pusat

menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh labi-labi dan menjadi racun bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Rawa gambut Kalimantan Tengah merupakan habitat labi-labi yang rentan terhadap gangguan. Ekosistem rawa gambut sangat mudah terganggu dan bila sudah rusak sangat sulit untuk dapat kembali lagi seperti kondisi awal. Gambut berfungsi sebagai pengatur sistem hidrologi dataran rendah. Sifat gambut seperti spoon penyimpan air, namun bila air terlepas dari gambut akibat pembangunan kanal maka gambut tidak dapat lagi mengikat air seperti semula. Resiko kekeringan dan kebakaran pada rawa gambut yang rusak menjadi semakin besar, akibatnya labi-labi yang berada di ekosistem ini bisa terancam.

Seleksi habitat oleh satwaliar dipengaruhi oleh variabel biotik dan fisik. Labi-labi adalah satwa yang banyak mengalokasikan waktunya berada di dalam air, sehingga kondisi perairan sebagai habitat labi-labi perlu dijaga. Kondisi perairan harus menjamin kebutuhan hidup baik sumber pakan, cover,dan breeding site. Beberapa langkah pengelolaan habitat yang perlu dilakukan adalah :

a. Menjaga sungai dan lahan basah terutama rawa gambut sealami mungkin

dengan mencegah terjadinya konversi lahan.

b. Habitat tangkap labi-labi banyak ditemukan pada perairan disekitar areal

semak belukar, oleh karena itu perlu perhatian khusus terhadap bagian-bagian tersebut untuk menjaga kelestarian labi-labi.

c. Mengatur musim panen labi-labi sesuai karakteristik wilayah tangkap masing- masing, yaitu di anak Sungai Seruyan dan sekitarnya dilakukan pada musim air dalam, anak Sungai Katingan pada musim menjelang air surut.

d. Melakukan uji laboratorium secara berkala terhadap kondisi air di perairan habitat labi-labi untuk mengetahui kondisi aktual dan perubahan yang dapat mengancam kelestarian labi-labi.

Dokumen terkait