• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis konsentrasi pasar digunakan untuk menganalisis struktur empat perusahaan besar kopi olahan di Indonesia.

Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif

Analisis deskriptif yaitu analisis kasus, kondisi sosial, perilaku manusia dan sebagainya dengan cara memberikan penjelasan secara naratif. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan menjabarkan kondisi secara umum agribisnis kopi Indonesia dari hulu ke hilir. Selain itu, akan di deskripsikan juga hasil pengolahan analisis data kuantitatif berupa interprestasi hasil. Data yang dianalisis secara deskriptif di narasikan dalam bentuk alinea.

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di pasar dunia.

Dalam penelitian ini nilai RCA di definisikan bahwa jika pangsa ekspor komoditi kopi di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi kopi didalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi kopi.

Tujuan penggunaan indeks RCA dalam penelitian adalah untuk mengetahui posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara produsen kopi lainnya di pasar kopi internasional. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah (Indonesia) yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor kopi dunia terhadap total nilai ekspor dunia. RCA dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) kopi Indonesia Xij = Nilai ekspor komoditas i (kopi)negara j tahun ke t i Xij = Total nilai ekspor seluruh komoditas negara j

j Xij = Total nilai ekspor komoditas i (kopi) dunia ij Xij= Total nilai ekspor untuk seluruh komoditas dunia

Bila suatu negara memiliki nilai RCA lebih besar dari satu (RCA>1), maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produk yang terkait dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari 1 mengindikasikan kerugian komparatif dalam produk terkait dengan kata lain menunjukkan daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCA-nya maka semakin tangguh daya saingnya. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

Indeks RCA

Dimana :

RCA t = nilai RCA tahun sekarang (t)

RCA t -1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja kopi Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja kopi Indonesia di pasar internasional sekarang lebih rendah dari pada tahun sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan RCA atau kinerja kopi Indonesia di pasar internasional sekarang lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya.

Keunggulan metode RCA adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif yang jelas suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk - produk yang berpotensi di masa yang akan datang.

Analisis Konsentrasi Pasar

Untuk menganalisis tingkat konsentrasi pasar yang dihadapi perusahaan kopi olahan di Indonesia dapat dilakukan dengan alat analisis Concentration Ratio

(CR). Concentration Ratio digunakan untuk mengukur persentase pangsa pasar. Nilai concentration ratio yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 yang merupakan output pasar yang dihasilkan oleh 4 atau 8 produsen terbesar dalam industri. Dalam penelitian ini, rasio konsentrasi pasar yang digunakan adalah CR4 yang dipegang oleh (dikonsentrasikan dalam) empat perusahaan kopi nasional dengan pangsa pasar terbesar. Rasio konsentrasi pasar (CR4) di rumuskan sebagai berikut:

CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4 Dimana,

CR4 = Nilai konsentrasi pasar 4 perusahaan kopi terbesar di Indonesia Sij = Pangsa pasar perusahaan kopi olahan di Indonesia

Berdasarkan rasio konsentrasinya, struktur pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Struktur pasar persaingan sempurna (perfect competition) ditunjukkan dengan rasio konsentrasi yang sangat rendah.

2. Struktur pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi untuk empat produsen terbesar (CR

3. Struktur pasar oligopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat produsen terbesar (CR

4) di atas 40 persen.

4. Struktur pasar monopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat produsen (CR

4) mendekati 100 persen.

Teori Berlian Porter

Dalam penelitian ini dianalisis kondisi kopi Indonesia ke dalam enam komponen yang terdapat dalam teori Belian Porter.Enam komponen itu adalah : (1) Kondisi Faktor, (2) Kondisi Permintaan Domestik, (3) Industri terkait dan Industri Pendukung, (4) Struktur, Persaingan dan Strategi, (5) Peran Pemerintah dan (6) Peran Kesempatan. Deskripsi enam faktor ini berdasarkan berbagai literatur dan wawancara dengan pihak yang dianggap memahami kondisi agribisnis kopi Indonesia yaitu pengusaha kopi, Peneliti dari Pusat Sosial Ekonomi Bogor dan Kebijakan Pertanian dan Balai Besar Industri Agro Bogor. Setelah diketahui faktor-faktor dalam Sistem Berlian Porter. Enam komponen ini nantinya akan digunakan untuk merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang nantinya digunakan dalam strategi SWOT.

Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal (IFAS dan EFAS)

Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Strategy) digunakan untuk mengetahui fakor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan misalnya dari aspek manajemen keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi atau operasi (Rangkuti, 2000).

Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Strategy) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan dipasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternalnya berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Menurut Rangkuti (2000) sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi eksternal dan internal (EFAS dan IFAS) :

1. Susunlah dalam kolom satu (lima sampai dengan sepuluh peluang dan ancaman, kekuatan dan kelemahan). Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom dua, mulai dari 1.0 (sangat penting sampai dengan 0.0) (tidak penting). 2. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari empat (outstanding) sampai dengan satu (poor). Pemberian nilai rating untuk faktor peluang dan kekuatan bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman dan kelemahan adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, rating-nya adalah satu. Sebaliknya, jika ancamannya sedikit rating-nya empat.

3. Kalikan bobot pada kolom dua dengan rating pada kolom tiga, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom empat.

5. Jumlahkan nilai pembobotan (pada kolom empat) untuk memperoleh total nilai pembobotan bagi perusahaan bersangkutan. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespons dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman dipasar industrinya. Sementara itu, skor total sebesar 1.0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Nilai bobot adalah 0.20 adalah sangat kuat, 0.15 diatas rata-rata, 0.10 adalah rata-rata-rata, 0.5 adalah di bawah rata-rata.

Analisis SWOT

Matriks SWOT (Rangkuti, 2000) merupakan alat pencocokan strategi yang dilakukan berdasarkan pengembangan empat jenis strategi, yaitu SO Strategy

(Strategi Kekuatan-Peluang), ST Strategy (Strategi Kekuatan-Ancaman), WO

Strategy (Strategi Kelemahan-Peluang), dan WT Strategy (Strategi Kelemahan-Ancaman).

SO Strategy memanfaatkan kekuatan internal dari sistem agribisnis kopi untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. ST Strategy menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. WO

Strategy memperbaiki kelemahan sistem agribisnis kopi dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. WT Strategy merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan sistem agribisnis kopi serta menghindari ancaman eksternal (David 2006). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyusun Matriks SWOT :

a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal kunci agribisnis kopi Indonesia.

b. Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman eksternal agribisnis kopi Indonesia.

c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategis agribisnis kopi Indonesia.

d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan SO

Strategy.

e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan ST

Strategy.

f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan WO Strategy.

g.

Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan WT Strategy.

Dokumen terkait