• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis keragaman terhadap indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar maupun liar edibel sebagai berikut.

Tabel 18. Nilai p hasil Anova indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar dan liar edibel untuk setiap tingkat pertumbuhan

Kategori Tingkat

Pertumbuhan Tumbuhan Liar Tumbuhan Liar Edibel

Bawah 0.001* 0.000*

Pancang 0.005* 0.498

Tiang 0.004* 0.035*

Pohon 0.001* 0.036*

Keterangan : *) berbeda nyata berdasarkan taraf nyata 5%

Tabel 18 menunjukkan, bahwa berdasarkan tipe ekosistem, indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar maupun tumb uhan liar edibel berbeda nyata terhadap semua tingkat pertumbuhan, kecuali tumbuhan liar edibel untuk tingkat pancang tidak berbeda nyata.

Tabel 19. Rata-rata indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar dan liar edibel untuk setiap tingkat pertumbuhan pada setiap tipe ekosistem

Tumbuhan Liar Tumbuhan

Tipe

Ekosistem Bawah Pancang Tiang Pohon Bawah Pancang Tiang Pohon H.Alam 3.335 2.800 2.676 2.781 2.365 1.358 2.676 1.330 H.Produksi 2.990 2.025 1.132 1.169 2.123 0.970 1.132 0.565 Tegalan 3.354 1.514 1.320 1.905 2.718 1.012 1.320 1.289

Semak 3.231 - - - 2.232 - - -

H.Alam H.Produksi Semak Sawah Tegalan Ekosistem 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

(bawah) H A l a m H Produksi Tegalan Ekosistem 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

(pancang)

Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar tingkat bawah relatif sama antara ekosistem. Indeks keanekaragaman tingkat pancang pada hutan alam lebih tinggi dibandingkan tegalan. Indeks keanekaragaman pada hutan produksi relatif sama dengan hutan alam, demikian halnya tegalan relatif sama dengan hutan produksi (Gambar 14).

Gambar 14. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar tingkat bawah (a) dan tingkat pancang (b) pada setiap tipe ekosistem yang dinyatakan dalam rata-rata (•), ± galat baku (?) dan ± 95% simpangan baku (- ).

Indeks keanekaragaman tingkat tiang antar ekosistem relatif sama, demikian halnya dengan hutan alam dan hutan produksi. Indeks keanekaragaman jenis tingkat pohon pada hutan alam lebih tinggi dibandingkan hutan produksi. Indeks keanekaragaman pada tegalan relatif sama dengan hutan produksi maupun hutan alam (Gambar 15).

Gambar 15. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan tingkat tiang (a) dan tingkat pohon (b) pada setiap tipe ekosistem yang dinyatakan dalam rata-rata (•), ± galat baku (?) dan ± 95% simpangan baku (- ).

a b

H Alam H Produksi Tegalan

Ekosistem -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

(tiang)

H Alam H Produksi Tegalan

Ekosistem 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

H.Alam H.Produksi Semak Sawah Tegalan Ekosistem 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

Edibel (bawah)

H Alam H Produksi Tegalan

Ekosistem 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

Edibel (tiang)

H Alam H Produksi Tegalan

Ekosistem -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Liar

Edibel (pohon)

Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar edibel tingkat bawah pada sawah tertinggi dibandingkan ekosistem lainnya, kecuali dengan tegalan relatif sama. Indeks keanekaragaman jenis pada tegalan lebih tinggi dibandingkan hutan produksi, tetapi relatif sama dibandingkan ekosistem yang lainnya. Sedangkan untuk tingkat tiang relatif sama antara ekosistem (Gambar 16).

Gambar 16. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar edibel tingkat bawah (a) dan tingkat tiang (b) pada setiap tipe ekosistem yang dinyatakan dalam rata-rata (•), ± galat baku (?) dan ± 95% simpangan baku (- ).

Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar edibel tingkat pohon relatif sama antara ekosistem hutan alam, hutan produksi, dan tegalan (Gambar 17).

Gambar 17. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar edibel tingkat pohon pada setiap tipe ekosistem yang dinyatakan dalam rata-rata (•), ± galat baku (?) dan ± 95% simpangan baku (- ).

Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar untuk tingkat bawah di setiap ekosistem termasuk dalam kategori tinggi (3<H’<4), kecuali pada hutan produksi termasuk kategori sedang (2<H’<3).Tingkat pancang pada hutan alam dan hutan produksi termasuk dalam kategori sedang (2<H’<3), pada tegalan termasuk kategori rendah (H’<1).Tingkat tiang pada hutan alam termasuk dalam kategori sedang (2<H’<3), hutan produksi dan tegalan termasuk kategori rendah (1<H’<2).Tingkat pohon pada hutan alam termasuk dalam kategori sedang (2<H’<3), hutan produksi dan tegalan termasuk kategori rendah (1<H’<2). Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan liar edibel tingkat bawah untuk semua ekosistem termasuk dalam kategori sedang, kecuali pada sawah termasuk dalam kategori tinggi. Untuk tingkat pancang, tiang, dan pohon pada masing- masing ekosistem termasuk dalam kategori rendah, kecuali tingkat tiang pada hutan alam termasuk dalam kategori sedang. Menurut Barbour at al. (1987), kriteria nilai indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener sebagai berikut : jika H’<1 dikategorikan sangat rendah, 1<H’=2 kategori rendah, 2=H’=3 kategori sedang (medium), 3=H’=4 kategori tinggi, dan jika H’>4 kategori sangat tinggi. Menurut Djufri dkk. (2005), keanekaragaman jenis yang tinggi pada suatu komunitas akan dapat bertahan apabila terdapat gangguan secara teratur dan periodik. Komunitas yang sangat stabil, meluas secara regional dan homogen akan memperlihatkan keanekaragaman spesies lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem berbentuk mozaik atau secara regional diganggu pada waktu tertentu. Biasanya setelah gangguan berlalu, maka akan terjadi peningkatan spesies sampai pada suatu titik dimana dominasi sedikit spesies yang hidup lama dan berukuran besar, sehingga dapat membalikkan kecenderungan keanekaragaman menjadi menurun.

Tumbuhan tingkat bawah di daerah terbuka seperti sawah cenderung menunjukan indeks keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan ekosistem yang ternaungi baik tegalan, hutan produksi maupun hutan alam. Hal ini disebabkan tingkat gangguan pada sawah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem yang lain. Kegiatan petani dalam mengolah lahannya, baik dalam bentuk pambajakan, pemupukan, atau introduksi jenis-jenis tanaman baru dapat menambah keanekaragaman tumbuhan pada areal sawah. Rata–rata indeks keanekaragaman tumbuhan tingkat pancang, tiang ma upun tingkat pohon paling tinggi di hutan alam

dan terendah di hutan produksi. Hal ini sangat berhubungan erat dengan jumlah jenis yang ditemukan di masing- masing ekosistem, semakin tinggi jumlah jenis maka akan semakin tinggi indeks keanekaragaman suatu jenis. Keanekaragaman jenis yang tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu lingkungan pertumbuhan, dengan kata lain hutan alam merupakan tempat tumbuh yang mempunyai stabilitas lingkungan paling tinggi bagi pertumbuhan tingkat pancang, tiang maupun pohon dibandingkan tegalan dan hutan produksi. Menurut Odum (1993) bahwa keanekaragaman akan menjadi tinggi pada komunitas yang lebih tua dan rendah pada komunitas yang baru terbentuk. Kestabilan yang tinggi menunjukan tingkat kompleksitas yang tinggi, hal ini disebabkan terjadinya interaksi yang tinggi pula sehingga akan mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam menghadapi gangguan terhadap komponen-komponennya.Selanjutnya Walter (1971) menyatakan, bahwa di dalam lingkungan yang tidak menunjukkan adanya faktor khusus, maka komunitas yang menduduki lingkungan yang bersangkutan akan menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi. Disini nampak jelas, bahwa faktor fisiografi telah bertindak sebagai faktor khusus yang mempengaruhi keanekaragaman jenis tumbuhan yang hidup di atasnya.

Dokumen terkait