3 METODOLOG
3.2 Metode Penelitian
3.2.2 Indepth-interview
Wawancara Mendalam (indepth-interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam metode ini terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis.
Interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas (Patton dalam Poerwandari, 1998).
Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang baik terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. Pembukaan wawancara adalah kata-kata tegur sapa, seperti nama ibu siapa, alamatnya dimana, berapa anaknya, umurnya berapa dsb. Isi wawancara sudah jelas, yaitu pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian (Lampiran 2). Sedangkan, penutup adalah bagian akhir dari
suatu wawancara. Bagian ini dihias dengan kalimat-kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya kira cukup sampai disini wawancara kita, terimakasih atas bantuan bapak, bapak sudah banyak membantu saya, dsb. Pada penelitian ini melibatkan 27 responden yang berasal dari nelayan dan 1 responden berasal dari Subdinas Perikanan dan Kelautan dan 7 responden berasal dari perangkat desa.
3.3 Analisis Data 3.3.1 Deskripsi
Analisis secara deskriptif digunakan untuk mengkaji keragaan teknis unit penangkapan ikan di Surabaya dan kegiatan operasi penangkapan ikan. Analisis ini meliputi kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian penangkapan ikan.
Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjabarkan permasalahan perikanan tangkap di Surabaya. Informasi yang digunakan berasal dari wawancara mendalan (in-depth interview).
3.3.2 Analisis SWOT
Penentuan kebijakan alternatif dianalisis menggunakan SWOT. Tahap pertama dalam analisis ini adalah pembuatan tabel internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (ancaman dan peluang) yang mempengaruhi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap. Faktor-faktor yang akan diisi pada tabel internal dan eksternal didasarkan pada kondisi sebenarnya yang diupayakan sekuantitatif mungkin. Informasi yang dipakai dalam melakukan analisis SWOT berasal dari kuisoner, in-depth interview, dan data sekunder.
Tabel 3 Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal Faktor Eksternal
Kekuatan ... ... Ancaman ... ... Kelemahan ... ... Peluang ... ... Sumber : Rangkuti (2005)
Tahap kedua yaitu pembuatan matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan eksternal (EFAS). Pembuatan matriks dilakukan sebagai berikut ( Rangkuti 2005):
1) Pada kolom satu diisi dengan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (matriks internal) serta peluang dan ancaman (matriks eksternal); 2) Beri bobot pada masing-masing faktor pada kolom 2, dimulai dari 0,0 (tidak
penting) hingga 1,0 (sangat penting) bobot ditentukan berdasarkan penilaian antara faktor horizontal dan vertikal beri nilai 1 apabila faktor vertikal lebih besar pengaruhnya dari faktor horizontal, beri nilai 2 apabila faktor horizontal dan vertikal memberikan pengaruh yang seimbang dan beri nilai 3 bila faktor horizontal memberikan pengaruh lebih besar dari faktor vertikal;
3) Pada kolom tiga diisi rating dari masing-masing faktor, dimulai dari 4 (pengaruhnya sangat besar) sampai 1 (pengaruhnya sangat kecil). Untuk ancaman dan kelemahan adalah sebaliknya. Apabila ancaman dan kelemahan sangat besar, maka diberi nilai 1 sedangkan apabila ancaman dan kelemahannya sangat kecil maka nilainya 4 ;
4) Pada kolom 4 diisi perkalian antara bobot dengan rating; 5) Jumlahkan total skor yang didapatkan dari kolom 4.
Nilai total tersebut menunjukkan bagaimana reaksi suatu organisasi atau instansi terhadap faktor internal dan eksternal. Perhitungan nilai dimulai dari 1-4. Kriteria nilai adalah sebagai berikut:
1) Penentuan kebijakan yang akan diambil sangat sulit dilakukan karena faktor internal dan eksternal sangat tidak mendukung;
2) Penentuan kebijakan sulit dilakukakan karena masih banyak faktor yang belum mendukung dalam penentuan kebijakan;
3) Penentuan kebijakan lebih mudah dilakukan karena banyaknya faktor pendukung dalam penentuan kebijakan meskipun masih ada beberapa faktor yang kurang mendukung;
4) Penentuan kebijakan sangat baik untuk dilakukan karena faktor internal dan eksternal sangat mendukung dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil.
Tabel 4 Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x
Rating 1. Kekuatan (hal 34,point 2
IFAS) (hal 34, point 3 IFAS) (perkalian antara bobot dengan rating) ... ... 2. Kelemahan ... ... Sumber: Rangkuti (2005)
Tabel 5 Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating 1. Peluang (misal: 0,1) (misal: 4) (misal: 0,1x4 =
0,4) ... ... 2. Ancaman ... ... Sumber : Rangkuti (2005)
Faktor-faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE dan EFE, jumlah nilai terbobot dapat berkisar antara 1,0 yang terendah hingga 4,0 yang tertinggi dan 2,5 sebagai rata-rata. Total nilai terbobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi organisasi kuat secara internal. Tahap ketiga adalah analisis data yang dilakukan dengan pembuatan tabel strategi SWOT.
Tabel 6 Tabel SWOT IFAS EFAS Strengths (S) ... ... Weaknesses (W) ... ... Oportunities (O) ... ... Strategi SO (Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Strategi WO (Srategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) Threats (T) ... ... Strategi ST (Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) Strategi WT (Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman) Sumber: Rangkuti (2005)
Strategi-strategi yang dihasilkan merupakan suatu langkah yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan terbaik yang dapat dilaksanakan. Matriks internal-eksternal (IE) didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE dan EFE yang diberi bobot. Sumbu X adalah total nilai IFE yang diberi bobot dan sumbu Y adalah total nilai EFE yang diberi bobot. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu :
1) Divisi yang masuk dalam sel I, II dan IV merupakan kondisi tumbuh dan membangun. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi kedepan, integrasi kebelakang dan integrasi horizontal).
2) Divisi yang masuk dalam sel III, V dan VII merupakan strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang banyak digunakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Divisi yang masuk dalam sel VI, VIII dan IX merupakan kondisi yang tidak menguntungkan. Strategi yang digunakan adalah strategi defensif (divestasi dan likuidasi).
Sumber: David (2003)
Gambar 3 Matriks internal-eksternal (IE)
Sumber : David (2003)
Gambar 3 Matriks internal – eksternal (IE) 3.3.3 Matriks QSPM
Langkah-langkah dalam membuat matriks QSPM adalah sebagai berikut : 1) Buatlah daftar peluang/ancaman eksternal kunci dan kekuatan/kelemahan
internal kunci di kolom kiri QSPM.
2) Berilah bobot pada setiap faktor internal dan eksternal kunci.
3) Periksalah matriks-matriks pencocokan dan kenalilah strategi-strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
4) Tentukan nilai daya tarik (AS). Cakupan daya tarik adalah : 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar menarik; 4 = sangat menarik.
5) Hitunglah nilai total daya tarik (WS). Total nilai daya trik didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot dengan daya tarik di masing-masing baris. 6) Hitunglah jumlah total nilai daya tarik. Jumlahkan total nilai daya tarik di
masing-masing kolom strategi QSPM, jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan strategi yang paling menarik (David, 2003).
I IV VII II V VIII III VI IX Kuat 3.0-4.0 Rata-rata 2.0-2.99 Lemah 1.0-1.99 Tinggi 3.0-4.0 Sedang 2.0-2.99 Rendah 1.0-1.99 Tota l ni lai EF E ya ng diber i bobot
3.4 Pengambilan Keputusan
Pada analisis SWOT, semakin tinggi nilai total (bobot x rating) yang diperoleh maka kebijakan yang ditetapkan semakin baik. Hal ini memberikan pengertian bahwa kebijakan tersebut dapat mengatasi adanya kelemahan dan ancaman yang ada. Sebaliknya, bila semakin kecil nilai totalnya, maka kebijakan yang dilaksanakan kemungkinan besar akan memberikan dampak yang tidak memuaskan bagi objek yang menjadi sasaran pelaksanaan kebijakan.