• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Behaviour

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-43)

4.3.2.2 Indikator Behaviour

Corporate Identity atau identitas perusahaan adalah perwujudan visual dari perusahaan yang disampaikan melalui nama, logo, motto, produk, pelayanan, bangunan, seragam serta barang lainnya yang dibuat oleh perusahaan dan dikomunikasikan kepada publiknya, baik internal maupun eksternal (Argenti, 2007, p. 66). Corporate identity adalah perwujudan strategis dari visi dan misi perusahaan yang diimplementasikan dalam operasinya (Melewar, 2005, p. 847). Operasi disini mengacu pada budaya perusahaan atau disebut behaviour.

Behaviour berhubungan dengan budaya perusahaan, yaitu core value atau nilai inti yang dipegang dan diterapkan oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan akan menunjukkan identitasnya melalui inisiatif-inisiatif yang didukung melalui sikap yang diberlakukan. Sikap atau aksi merupakan hal terpenting untuk mengungkapkan identitas perusahaan itu sendiri. Sebuah perusahaan akan lebih

67

Universitas Kristen Petra mudah mengklaim dirinya “inovatif” namun lebih sulit bagi perusahaan untuk menunjukkan inovasi (Van Riel&Fombrum, 2007, p. 67-68). Maka dari itu, sikap atau aksi yang diberlakukan perusahaan sesuai dengan identitasnya sangat penting. Dalam kata lain, behaviour merupakan elemen dimana perusahaan mengimplementasikan nilai-nilai, visi, misi, strategi yang merupakan identitas diri perusahaan tersebut dalam aksi nyata yaitu dalam bentuk budaya perusahaan (Van Riel&Fombrum, 2007, p. 67-68).

Tabel 4.13 Tingkat pengetahuan responden mengenai behaviour X

No. Pernyataan Jumlah Total Mean

STS TS N S SS %

5

Anda mengetahui bahwa nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang peduli, yaitu menunjukkan

perhatian, menghargai serta melayani dengan sepenuh hati 0 0% 0 0% 10 13,7% 28 38,4% 35 47,9% 73 100% 4,33 6

Anda mengetahui bahwa nilai inti X adalah tekad menjadi yang terbaik, yaitu semangat mencapai

keunggulan dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan 0 0% 0 0% 2 2,7% 36 49,3% 35 47,9% 73 100% 4,44 7

Anda mengetahui bahwa nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang cepat, yaitu sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertindak dan beradaptasi

0 0% 0 0% 4 5,47% 29 39,7% 40 54,7% 73 100% 4,47 8

Anda mengetahui bahwa nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang berjiwa muda, yaitu enerjik,

dinamis dan berani menjadi penggerak perubahan 0 0% 0 0% 0 0% 30 41,09% 43 58,90% 73 100% 4,58

68

Universitas Kristen Petra 9

Anda mengetahui adanya smart-time yaitu konsep jam kerja yang bebas dan bertanggung jawab 11 15,1% 21 28,8% 15 20,5% 18 24,7% 8 11,0% 73 100% 2,88 10

Anda mengetahui bahwa konsep behavior yang hendak disampaikan corporate identity X melalui smart-time adalah nilai kepercayaan yaitu berpikir positif, konsisten dalam perkataan dan perbuatan yang terpuji serta dapat diandalkan 8 11,0% 11 15,1% 13 17,8% 21 28,8% 20 27,4% 73 100% 3,47 11

Anda mengetahui adanya I-work yaitu konsep bekerja tidak harus secara fisik berada di kantor, namun karyawan dapat bekerja selama terdapat gadget dan koneksi internet 11 15,1% 21 28,8% 15 20,5% 7 9,6% 19 26,0% 73 100% 3,03 12

Anda mengetahui bahwa konsep behavior yang hendak disampaikan corporate identity X melalui I-work adalah bagian dari transformasi digital, kebebasan,

kepercayaaan, dan jaringan data yang kuat

5 6,8% 27 37,0% 11 15,1% 19 26,0% 11 15,1% 73 100% 3,05 13

Anda mengetahui bahwa konsep behavior corporate identity X yang

disampaikan melalui smart-time dan I-work adalah untuk menunjukkan bahwa X adalah perusahaan yang fleksibel dan inovatif 5 6,8% 14 19,2% 19 26,0% 16 21,9% 19 26,0% 73 100% 3,41

69

Universitas Kristen Petra 14

Anda mengetahui bahwa bahwa konsep behaviour corporate identity X yang baru yaitu melalui

panggilan pelanggan dengan ‘Sahabat X’ dan sapaan ‘Hai, Apa Kabar?” adalah bagian dari misi untuk memperlakukan pelanggan sebagai sahabat

0 0% 4 5,5% 2 2,7% 32 43,8% 35 47,9% 73 100% 4,34

Mean total Behaviour 3,80

Sumber: Olahan Peneliti, 2017

Berdasarkan tabel indikator behaviour dari corporate identity X yang baru, pada pernyataan nomor 5 nilai rata-rata adalah 4,33. Kemudian pernyataan nomor 6 dengan nilai rata-rata 4,44. Pernyataan nomor 7 dengan nilai rata-rata 4,47. Pernyataan nomor 8 dengan nilai rata-rata 4,58 yang merupakan pernyataan dengan nilai rata-rata paling tinggi pada tabel indikator behaviour ini. Kemudian disusul dengan pernyataan nomor 9 dengan nilai rata-rata 2,88 yang merupakan pernyataan dengan nilai rata-rata terendah pada tabel indikator behaviour ini. Pernyataan nomor 10 dengan nilai rata-rata 3,47. Kemudian pernyataan nomor 11 dengan nilai rata-rata 3,03. Lalu pernyataan nomor 12 dengan nilai rata-rata 3,05. Pernyataan nomor 13 dengan nilai rata-rata 3,41 dan yang terakhir pernyataan nomor 14 dengan nilai rata-rata 4,34.

70

Universitas Kristen Petra Tabel 4.14

Nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang peduli, yaitu menunjukkan perhatian, menghargai serta melayani dengan sepenuh hati

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Netral 10 13.7 13.7 13.7

Setuju 28 38.4 38.4 52.1

Sangat Setuju 35 47.9 47.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 5

Behaviour adalah cara perusahaan menunjukkan identitasnya melalui inisiatif-inisiatif yang didukung dengan sikap yang diberlakukan. Hal ini berhubungan juga dengan nilai-nilai inti perusahaan dan budaya perusahaan (Van Riel&Fombrum, 2007, p. 67-68). Dalam tabel di atas pernyataan nomor 5 mengenai apakah responden mengetahui nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang peduli, yaitu menunjukkan perhatian, menghargai serta melayani dengan sepenuh hati mendapatan nilai rata-rata 4,33.

Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden yang menjawab netral sebanyak 10 orang atau 13,7%. Sedangkan yang menjawab setuju adalah sebanyak 28 orang atau 38,4%. Kemudian responden yang menjawab sangat setuju adalah sebanyak 35 orang atau 47,9%. Maka dapat dikatakan bahwa mayoritas jawaban adalah sangat setuju pada pernyataan ini. Tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju maupun tidak setuju pada pernyataan ini.

Menurut Wasesa dan Macnamara (2010) fungsi public relations internal adalah membantu peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan dan juga membantu terciptanya budaya yang sesuai dengan visi misi dan nilai inti organisasi. Dalam mencapai tujuannya, perusahaan harus menanamkan budaya perusahaan di lingkungan anggotanya. Perusahaan harus mengkomunikasikan nilai-nilai inti perusahaan tersebut kepada anggota yang berada di dalamnya. Nilai-nilai inti perusahaan tersebut merupakan pedoman perilaku bagi para anggotanya (Sashkein dan Kisher dalam Tika, 2006, p. 36).

Dalam pernyataan ini ada 10 orang yang menjawab netral. Hal ini berarti sejumlah 10 orang karyawan masih merasa ragu pada nilai inti perusahaan yang

71

Universitas Kristen Petra menunjukkan perhatian, menghargai serta melayani dengan sepenuh hati. Dalam hasil wawancara dengan salah satu karyawan yang menjawab netral, dikatakan bahwa memang ia kurang memahami nilai inti X. Hal ini dikarenakan corporate identity yang sudah digitalisasi, yang dapat diakses baik lewat gadget ataupun desktop, sehingga karyawan mengaku sering lupa dan jarang mengakses corporate identity tersebut (perempuan, 32 tahun, divisi sales administration). Padahal, menurut wawancara dengan Heru Wahyudi selaku marketing communication X, digitalisasi ini seharusnya memberikan kemudahan bagi karyawan untuk mengakses dan dari hal itu diharapkan pemahaman karyawan yang tinggi mengenai corporate identity perusahaan (Heru Wahyudi, marketing communication, 2017, hasil wawancara pribadi).

Tabel 4.15

Nilai inti X adalah tekad menjadi yang terbaik, yaitu semangat mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Netral 2 2.7 2.7 2.7

Setuju 36 49.3 49.3 52.1

Sangat Setuju 35 47.9 47.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 6

Pernyataan nomor 6 yaitu mengenai apakah responden mengetahui bahwa nilai inti X adalah tekad menjadi yang terbaik, yaitu semangat mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan memiliki nilai rata-rata 4,44. Dalam tabel di atas sejumlah 2 responden atau 2,7% memilih menjawab netral. Kemudian sejumlah 36 responden atau 49,3% menjawab setuju. Sedangkan sejumlah 35 responden atau 47,9% menjawab sangat setuju. Dapat dikatakan mayoritas jawaban pada pernyataan nomor 6 ini adalah sangat setuju.

Menurut teori Van Riel dan Fombrum, elemen corporate identity bukan hanya visual tetapi core value atau nilai inti yang dipegang dan diterapkan

72

Universitas Kristen Petra perusahaan. Hal ini berhubungan dengan budaya perusahaan (Van Riel&Fombrum, 2007, p. 68).

Menurut salah satu karyawan yang menjawab sangat setuju pada nilai inti tekad menjadi yang terbaik, yaitu semangat mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan ini, sangat terlihat dari komunikasi perusahaan kepada karyawan melalui poster-poster visual yang dipajang untuk memotivasi karyawan untuk terus menjadi lebih baik lagi dan perubahan X setelah diakuisisi merupakan salah satu wujud perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk kesadaran diri untuk bersaing dan menonjol di antara perusahaan provider lain (perempuan, 36 tahun, divisi Human Resource Departement). Hal ini didukung pula oleh teori menurut Robbin (2001) dimana budaya perusahaan adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui yang dapat membedakan perusahaan dari perusahaan lainnya. Dapat dikatakan bahwa poin nilai inti ini memang benar diakui oleh anggota perusahaannya.

Tabel 4.16

Nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang cepat, yaitu sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertindak dan beradaptasi

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Netral 4 5.5 5.5 5.5

Setuju 29 39.7 39.7 45.2

Sangat Setuju 40 54.8 54.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 7

Pernyataan nomor 7 mengenai apakah responden mengetahui nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang cepat, yaitu sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertindak dan beradaptasi mendapatkan nilai rata-rata 4,47. Dalam tabel di atas sebanyak 4 responden atau 5,4% menjawab netral, kemudian sebanyak 29 responden atau 39,7% menjawab setuju, dan sebanyak 40 atau 54,7% responden menjawab sangat setuju. Dapat dikatakan mayoritas jawaban pada pernyataan ini adalah sangat setuju. Hal ini didukung dengan teori menurut Deal & Kennedy (dalam Tika, 2006, p. 16) bahwa nilai-nilai inti adalah

73

Universitas Kristen Petra keyakinan yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap perusahaan memiliki nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga atau anggotanya. Jika nilai inti ini dipahami dengan baik maka perusahaan bersama anggotanya dapat mencapai tujuan inti organisasi. Sebanyak 40 atau 54,7% responden menjawab sangat setuju pada pernyataan ini berarti dapat dikatakan bahwa nilai inti X menjadi perusahaan yang cepat, yaitu sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertindak dan beradaptasi dianut oleh para karyawan pedoman berpikir dan bertindak dalam interaksinya dengan publik eksternal perusahaan.

Namun tetap ada 4 orang atau 5,4% responden menjawab netral pada pernyataan ini. Salah satu karyawan yang menjawab netral menjelaskan bahwa ia memang tidak mengingat isi nilai inti X secara detail, namun ia mengatakan bahwa ia tetap menunjukkan kinerja yang terbaik dalam melakukan tugas-tugasnya (laki-laki, 28 tahun, divisi Technical Engineering). Padahal menurut teori yang dikemukakan di atas bahwa nilai inti menuntun cara berpikir dan bertindak anggota perusahaan sehingga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (Deal&Kennedy, dalam Tika, 2006, p. 16), sehingga standar ‘melakukan yang terbaik’ menurut karyawan yang menjawab netral tersebut belum tentu sesuai dengan yang diharapkan perusahaan melalui nilai intinya.

Tabel 4.17

Nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang berjiwa muda, yaitu enerjik, dinamis dan berani menjadi penggerak perubahan

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 30 41.1 41.1 41.1

Sangat Setuju 43 58.9 58.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 8

Pernyataan nomor 8 dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 4,58 mengenai mengetahui bahwa nilai inti X adalah menjadi perusahaan yang berjiwa muda, yaitu enerjik, dinamis dan berani menjadi penggerak perubahan. Dalam tabel di atas jumlah responden yang menjawab setuju yaitu sebanyak 30 responden atau

74

Universitas Kristen Petra 41% sedangkan yang menjawab sangat setuju adalah sebanyak 43 responden atau 58,9%. Dalam pernyataan ini tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju maupun netral.

X memiliki 5 nilai inti dalam corporate identity nya. yaitu Terpercaya yaitu berpikir positif, konsisten, dalam perkataan dan perbuatan yang terpuji serta dapat diandalkan, peduli yaitu menunjukkan perhatian, menghargai serta melayani dengan sepenuh hati, tekad menjadi yang terbaik yaitu semangat mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan, cepat yaitu sigap dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, bertindak dan beradaptasi dan yang paling terakhir adalah nilai inti berjiwa muda yaitu enerjik, dinamis dan berani menjadi penggerak perubahan. Nilai inti Berjiwa Muda ini sejalan dengan poin misi X dalam corporate identity nya yang baru dimana penempatan pelanggan yang lebih akrab dengan sapaan ‘Sahabat’. Perubahan sebutan panggilan dari yang formal seperti ‘Pelanggan Yang Terhormat’ ke yang informal seperti ‘Sahabat’ merupakan perubahan yang sangat signifikan. Sehingga kemudian hal ini menjadi hal yang sangat mengena kepada para karyawan. Selain itu, menurut wawancara dengan karyawan bahwa sapaan tersebut tidak hanya ditujukkan kepada pelanggan, tetapi juga kepada publik internal perusahaan yaitu karyawan. Pernyataan ini sesuai dengan wawancara dengan marketing communication Heru Wahyudi yang mengatakan bahwa sapaan ‘Sahabat’ juga digunakan untuk menyebut publik internal perusahaan.

Kemudian hal ini juga didukung dengan kecenderungan jawaban responden pada pertanyaan terbuka yang tersedia di kuesioner. Dalam pertanyaan terbuka ini, responden diminta untuk menjelaskan secara singkat mengenai corporate identity X yang baru. Dalam jawaban pertanyaan terbuka tersebut banyak ditemukan penjelasan responden mengenai corporate identity yang baru degan kata-kata seperti “berjiwa muda”, “young feeling”, “lebih fresh”, “lebih muda dan dinamis”, dan “lebih anak muda”. Hal ini sesuai dengan teori dimana corporate identity merupakan perwujudan visi misi dan nilai organisasi (Melewar, 2005, p. 847). Salah satu nilai inti X adalah berjiwa muda, hal ini sejalan dngan implementasi sapaan ‘Sahabat’ sebagai salah satu wujud corporate identity behavior atau budaya perusahaan. Karena adanya sapaan ‘Sahabat’ yang

75

Universitas Kristen Petra ditujukan kepada publik internal atau karyawan juga sehingga memudahkan karyawan untuk mengingat nilai inti ini. Hal ini sesuai dengan teori dimana corporate identity harus berkesan. Corporate identity yang sukses harus memiliki dua aspek yaitu suggestiveness atau pengusulan dan recall atau pengingat (Napoles, 1988, p. 23-25).

Tabel 4.18

Adanya smart-time yaitu konsep jam kerja yang bebas dan bertanggung jawab Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 11 15.1 15.1 15.1

Tidak Setuju 21 28.8 28.8 43.8

Netral 15 20.5 20.5 64.4

Setuju 18 24.7 24.7 89.0

Sangat Setuju 8 11.0 11.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 9

Pada pernyataan nomor 9 mengenai adanya smart-time yaitu konsep jam kerja yang bebas dan bertanggung jawab dengan nilai rata-rata 2,88 merupakan pernyataan yang nilai rata-rata nya terendah. Dapat dilihat pada tabel di atas sebanyak 11 responden atau 15% menjawab sangat tidak setuju, sebanyak 21 responden atau 28,8% menjawab tidak setuju, sebanyak 15 responden atau 20,5% menjawab netral, sebanyak 18 responden atau 24,7% menjawab setuju dan yang terakhir sebanyak 8 responden atau 11% menjawab sangat setuju. Dari jumlah responden pada pernyataan ini mayoritas jawaban adalah tidak setuju.

Smart-time adalah suatu implementasi corporate identity X yang baru dimana karyawan diberikan kepercayaan oleh perusahaan untuk mengatur jam kerja. Jam kerja yang dimaksud disini adalah waktu datang dan waktu pulang karyawan (Heru Wahyudi, marketing communication, 2017, hasil wawancara pribadi). Corporate identity harus dikomunikasikan kepada seluruh publik perusahaan. Karyawan harus benar-benar mengimplementasikan nilai yang dipegang bersama dalm interaksinya sehari-hari. Karyawan juga harus bertindak secara harmonis dengan nilai-nilai corporate identity karena identitas yang kuat akan menghasilkan identifikasi perusahaan yang kuat pula (Van Riel&Fombrum,

76

Universitas Kristen Petra 2007, p. 62). Namun kenyataannya, pada poin pernyataan mengenai smart-time ini karyawan malah lebih banyak yang menjawab tidak setuju. Jumlah responden yang menjawab sangat setuju hanya 8 responden atau hanya 11% dari total karyawan. Hal ini tentu bertentangan dengan teori mengenai corporate identity yang harus dihayati oleh karyawan.

Smart-time merupakan konsep yang diberlakukan sebagai budaya perusahaan atau corporate behaviour X sebagai perwujudan transformasi digital dan kepercayaan (Heru Wahyudi, marketing communication, 2017, hasil wawancara pribadi). Maka, budaya perusahaan smart-time ini tidak diyakini sebagai nilai budaya yang diterapkan perusahaan sesuai dengan coroporate identity-nya oleh karyawan. Menilik dari teori yang dikemukakan menurut Van Riel&Fombrum di atas, berarti sebuah nilai yang diyakini oleh karyawan akan sangat berpengaruh pada tindakan atau aksi yang akan dilakukan karyawan. Sedangkan jika tindakan karyawan tidak sesuai dengan identitas perusahannya, maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai.

Salah seorang karyawan yang menjawab tidak setuju pada pernyataan ini mengatakan bahwa ia tidak tahu mengenai smart-time dikarenakan sangat kurangnya sosialisasi mengenai konsep smart-time itu sendiri. Ia mengatakan mungkin saja ketika sosialisasi smart-time ia sedang tidak berada di kantor sehingga ia melewatkan informasi mengenai smart-time tersebut (perempuan, 31 tahun, divisi indirect sales). Salah satu karyawan yang menjawab netral pada penyataan ini mengaku tahu mengenai smart-time tetapi tidak tahu persis mengenai mekanisme smart-time tersebut (laki-laki, 29 tahun, divisi IT). Sedangkan salah satu karyawan yang menjawab setuju pada pernyataan ini mengatakan bahwa ia mengetahui smart-time dan tahu bahwa smart-time memang merupakan implementasi dari nilai corporate identity yang baru yang memberikan kebebasan untuk karyawan mengatur waktu kerja (perempuan, 36 tahun, divisi Human Resource Department).

Smart-time merupakan konsep budaya perusahaan digital yang diusung oleh X untuk memudahkan karyawan. Dengan kebebasan memilih sendiri jam kerja kantor, karyawan diharapkan memiliki tanggung jawab akan jam kerjanya masing-masing. Perusahaan menginginkan adanya kedisiplinan yang tumbuh dari

77

Universitas Kristen Petra dalam diri karyawan sendiri dan bukan paksaan dari eksternal (Heru Wahyudi, marketing communication, 2017, hasil wawancara pribadi).

Tabel 4.19

Konsep behaviour yang hendak disampaikan corporate identity X melalui smart-time adalah nilai kepercayaan yaitu berpikir positif, konsisten dalam perkataan dan perbuatan

yang terpuji serta dapat diandalkan

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 8 11.0 11.0 11.0

Tidak Setuju 11 15.1 15.1 26.0

Netral 13 17.8 17.8 43.8

Setuju 21 28.8 28.8 72.6

Sangat Setuju 20 27.4 27.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 10

Pernyataan nomor 10 dengan nilai rata-rata 3,47 mengenai konsep behavior yang hendak disampaikan corporate identity X melalui smart-time adalah nilai kepercayaan yaitu berpikir positif, konsisten dalam perkataan dan perbuatan yang terpuji serta dapat diandalkan. Pada tabel di atas dapat dilihat, sebanyak 8 responden atau 11% menjawab sangat tidak setuju, sebanyak 11 responden atau 15% menjawab tidak setuju, kemudian sebanyak 13 responden atau 17,8% menjawab netral. Sedangkan jawaban setuju dijawab oleh 21 responden atau 28,8% dan jawaban sangat setuju dijawab oleh 20 responden atau 27,4%.

Seperti yang telah dijelaskan smart-time adalah konsep yang membebaskan karyawan untuk mengatur waktu jam kerja, yaitu waktu datang dan waktu pulang. Selain membebaskan, konsep ini juga disertai dengan tuntutan tanggung jawab karyawan dalam mengatur waktunya. Menurut wawancara dengan Heru Wahyudi selaku marketing communication, smart-time juga melatih kedisiplinan waktu karyawan terhadap dirinya dan jam kerjanya sendiri. Menurut Theo Haimann, disiplin adalah suatu kondisi yang tertib, dengan anggota organisasi yang berperilaku sepantasnya dan memandang peraturan-peraturan organisasi sebagai perilaku yang dapat diterima (Haimann, 1982, p. 326). Disiplin

78

Universitas Kristen Petra akan menghasilkan kinerja yang baik dari karyawan dan jika karyawan memberikan kinerjanya yang terbaik maka akan membantu tercapainya tujuan perusahaan (Haimann, 1982, p. 326).

Menurut Terry (2006, p. 342) ada dua jenis disiplin kerja yaitu command discipline dan self discipline. Command discipline adalah kedisiplinan yang bukan timbul dari diri sendiri karena perasaan ikhlas, namun timbul akibat paksaan, perintah, kekuasaan serta hukum dari pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi. Sedangkan self discipline adalah kedisiplinan yang timbul dari dalam diri sendiri atas kesadaran dan bukan karena paksaan. Disiplin timbul karena karyawan merasa kebutuhannya telah terpenuhi serta telah merasa menjadi bagian dari organisasi. Smart-time merupakan peruwujudan pesan corporate identity X yaitu nilai kepercayaan, berpikir positif, konsisten dalam perkataan dan perbuatan yang terpuji serta dapat diandalkan. Maka, smart-time sendiri dapat dikatakan sesuai dengan teori self-discipline dimana karyawan diberikan kepercayaan oleh perusahaan dan perusahaan mengharapkan karyawan memiliki kesadaran untuk mendisiplinkan dirinya sendiri.

Menurut hasil wawancara dengan karyawan yang menjawab tidak setuju pada pernyataan ini, ia mengaku bahwa smart-time memang tidak disosialisasikan dengan jelas. Sehingga ia sendiri tidak tahu guna dari smart-time karena menurutnya, jam kerja kantor adalah jam kerja umum yaitu mulai pukul 09.00 sampai dengan 17.00 (laki-laki, 35 tahun, divisi finance). Sedangkan menurut hasil wawancara dengan karyawan yang menjawab netral, ia merasa ragu bahwa smart-time bisa benar-benar dijalankan karena jam kerja akan menjadi tidak adil bagi setiap karyawan karena semunya berbeda-beda (perempuan, 29 tahun, divisi operational supervisor).

79

Universitas Kristen Petra Tabel 4.20

Adanya I-work yaitu konsep bekerja tidak harus secara fisik berada di kantor, namun karyawan dapat bekerja selama terdapat gadget dan koneksi internet

Frekuensi Persentase Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 11 15.1 15.1 15.1

Tidak Setuju 21 28.8 28.8 43.8

Netral 15 20.5 20.5 64.4

Setuju 7 9.6 9.6 74.0

Sangat Setuju 19 26.0 26.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Sumber: Pertanyaan kuesioner nomor 11

Pernyataan nomor 11 dengan nilai rata-rata 3,03 yang berisi mengenai apakah responden mengetahui adanya I-work yaitu konsep bekerja tidak harus secara fisik berada di kantor, namun karyawan dapat bekerja selama terdapat gadget dan koneksi internet. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 11 responden atau 15% menjawab sangat tidak setuju. Kemudian 21 responden atau 28,8% menjawab tidak setuju. Sebanyak 15 responden atau 20,5% menjawab netral. Kemudian 7 orang responden atau 9,6% menjawab setuju dan yang terakhir sebanyak 19 responden atau 26% menjawab sangat setuju pada pernyataan ini.

Seperti teori yang telah dikemukakan di atas, bahwa behaviour adalah budaya perusahaan yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri sesuai dengan identitasnya dan diimplementasikan melalui inisiatif-inisiatif yang mendukung sikap yang diberlakukan (Van Riel&Fombrum, 2007, p. 67-68). Salah satu inisiatif yang dilakukan X adalah memberlakukan budaya I-work dimana karyawan tidak harus secara fisik berada di dalam kantor. I-work sendiri ingin menonjolkan aspek jaringan atau koneksi internet yang dimiliki oleh X kepada karyawan. Sesuai dengan wawancara dengan marketing communication Heru Wahyudi, bahwa visi X adalah menjadi perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia. I-work juga merupakan budaya yang berusaha diimplementasikan perusahaan yang sesuai dengan salah satu misi perusahaan yaitu jaringan data yang kuat (Heru Wahyudi, 2017, hasil wawancara pribadi).

80

Universitas Kristen Petra Menurut hasil wawancara dengan salah satu karyawan yang menjawab tidak setuju pada pernyataan ini, mengatakan ia masih asing dengan konsep

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-43)

Dokumen terkait