• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KELURAHAN KEBON WARU

INDIKATOR KEBERHASILAN KUBE

KUBE

HPMBK- 1 HPMBK- 2 HPMBK- 3

1. Anggota mampu memenuhi kebutuhan : - Pangan - Sandang - Pendidikan v v v v v - v v - 2. Tercipta ikatan kebersamaan antar

anggota dalam melakukan tindakan kolektif untuk mengembangkan KUBE

v - -

3. Kelompok mampu berperan dalam

memecahkan masalah anggota v - -

4. Terjalin kerjasama antar anggota KUBE mapun dengan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan usaha

v - -

5. Usaha anggota dapat berkelanjutan v v v 6. Berkembangnya jenis usaha anggota

KUBE - - -

7. Pendapatan anggota meningkat v v v 8. Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS)

dapat dilaksanakan - - -

KUBE dikatakan maju apabila memenuhi delapan indikator keberhasilan sebagaimana telah disebutkan. Tabel 12 menjelaskan bahwa dari delapan indikator keberhasilan, KUBE HPMBK-1 telah memenuhi enam indikator. Hal ini menunjukkan bahwa KUBE ini lebih maju daripada KUBE HPMBK-2 dan HPMBK-3. Dari Tabel tersebut juga terlihat bahwa dalam beberapa aspek, KUBE

HPMBK-1 telah mencapai keberhasilan, tetapi dalam aspek perkembangan jenis usaha dan pelaksanaan IKS belum tercapai. Iuran Kesejahteraan Sosial tidak dilakukan oleh kelompok. Dana bantuan kepada anggota atau keluarganya apabila sakit atau meninggal dunia dilakukan dengan iuran spontan secara sukarela.

Pada Tabel 12 terlihat bahwa pada KUBE HPMBK-1 jenis usaha yang dilakukan anggota belum berkembang. Sebagian besar anggota menjalankan satu jenis usaha. Namun demikian, usaha yang dilakukan dapat berkelanjutan yang dibuktikan dari tidak ada satupun anggota yang mengalami kebangkrutan atau menghentikan usahanya. Dari jenis usaha yang dilakukan ini telah memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan pendapatan. Pendapatan dari usaha yang dilakukan dapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan makan sehari- hari dan membantu pembiayaan sekolah anak-anaknya. Sedangkan untuk mengembangkan usaha atau menambah permodala n dan membayar IKS masih kurang, tetapi modal awal dapat kembali.

Pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3, dari delapan indikator keberhasilan, baru mencapai tiga indikator, yaitu meningkatnya kemampuan memenuhi kebutuhan pangan, usaha dapat berkelanjutan dan meningkatnya pendapatan anggota. Sebagian besar anggota KUBE HPMBK-2 dan HPMBK-3 menyatakan bahwa usaha mereka telah memberikan keuntungan, namun jumlahnya masih sedikit dan hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan (membeli beras). Modal usaha tidak digunakan untuk konsumsi dan dapat digulirkan kembali untuk usaha, yang terlihat dari semua anggota dapat mengembalikan pinjaman dan usaha mereka tetap berjalan. Demikian pula dalam keberlanjutan usaha, semua anggota dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan.

Dari kajian terhadap tingkat perkembangan KUBE mengacu pada tipologi perkembangan tersebut, maka tipologi KUBE HPMBK di Kebon Waru dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. KUBE HPMBK-1 telah memenuhi kriteria sebagai KUBE berkembang, sedangkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 bertipologi tumbuh. Namun demikian, baik KUBE tipologi tumbuh maupun berkembang sama- sama belum pernah mengikuti pelatihan dan belum melaksanakan IKS.

70 2. Dalam beberapa aspek (enam dari delapan indikator keberhasilan), KUBE

HPMBK-1 telah mengalami kemajuan, namun perkembangan jenis usaha dan pelaksanaan IKS masih perlu dibangun agar KUBE ini lebih maju.

3. Pada KUBE tumbuh (HPMBK-2 dan HPMBK-3), dari delapan indikator keberhasilan, baru mencapai tiga indikator, yaitu anggota dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari- hari, usaha dapat berkelanjutan dan pendapatan anggota meningkat.

4. Usaha yang dilakukan anggota baik pada KUBE HPMBK-1 (tipologi berkembang) maupun KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPBMK-3 (tipologi tumbuh) dapat berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok. Namun demikian, pendapatan anggota KUBE tipologi tumbuh baru dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan untuk KUBE tipologi berkembang telah dapat digunakan untuk membantu membiaya i pendidikan anaknya.

5. Dalam pencapaian keberhasilan, baik KUBE HPMBK-1 bertipologi berkembang maupun KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 bertipologi tumbuh sama-sama belum bisa mengembangkan jenis usaha dan belum bisa melaksanakan IKS. Hal ini terkait dengan keuntungan yang masih sedikit.

Permasalahan yang Menyebabkan Terjadinya Tingkat Perkembangan KUBE yang Berbeda

Setelah mengkaji perbedaan tingkat perkembangan pada KUBE HPMBK-1 (tipologi berkembang) maupun KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (tipologi tumbuh) serta menghubungkan dengan tingkat keberhasilannya, maka tingkat perkembangan KUBE yang berbeda tersebut menimbulkan permasalahan yang dihadapi masing- masing KUBE. Dengan melihat potensi, kekuatan dan kelemahan pada masing- masing KUBE, maka diperoleh gambaran permasalahan baik secara umum maupun khusus. Secara lebih rinci, permasalahan umum dan khusus pada masisng- masing KUBE tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Masalah Umum dan Khusus pada KUBE HPMBK di Kelurahan Kebon Waru Tahun 2006 MASALAH KUBE TIPOLOGI TUMBUH (HPMBK-2, HPMBK-3) TIPOLOGI BERKEMBANG (HPMBK-1) (1) (2) (3) Umum:

1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam

pengelolaan KUBE

v v

2. Kesulitan mengembangkan usaha terkait dengan:

a. Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha v v b. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain

v v

Khusus:

1. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan

pembagian kerja yang telah ditetapkan

v

2. Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama

v

3. Kurangnya kerja sama antar anggota dalam

mengembangkan KUBE

v

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa permasalahan dirumuskan kedalam dua bagian. Permasalahan umum dihadapi baik oleh KUBE HPMBK-1 (tipologi berkembang) maupun KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (tipologi tumbuh). Permasalahan khusus hanya terjadi pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 yang bertipologi tumbuh. Permasalahan umum meliputi:1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE, 2) Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha, 3) Kurangnya jaringan

72 1) Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan, 2) Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama, 3) Kurangnya kerja sama antar anggota dalam mengembangkan KUBE.

Permasalahan Umum

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE. Hal ini dapat dipahami karena semua anggota KUBE termasuk pengurus tidak pernah menerima pelatihan keterampilan baik teknik maupun manajerial untuk mengelola KUBE, sehingga KUBE dikelola secara sederhana berdasarkan pengalaman yang dimiliki anggota baik dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pembukuan/pelaporan. Dinas Sosial sebagai penanggungjawab program hanya memberikan bantuan modal kepada anggota KUBE tanpa disertai bekal pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola KUBE. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Ap (pendamping sosial) yang menyatakan:

“Baik pengurus maupun anggota pada semua KUBE belum pernah menerima pelatihan keterampilan pengelolaan KUBE dari Dinas Sosial. Jadi bisa dimengerti kalau dalam pengelolaannya dilakukan dengan segala keterbatasan. Semua KUBE disini hanya menerima bantuan modal dan pengelolaannya diserahkan begitu saja, maka saya dampingi terutama dalam membuat pembukuan dan pelaporan walaupun masih sederhana yang penting ada catatan dan ada laporan perkembangannya”.

Dalam membuat pembukuan yang benar, pengurus sering mendapat kesulitan karena ketidaktahuannya. Begitupun dalam penyusunan laporan perkembangan KUBE. Dalam kondisi ini, peran pendamping sosial lebih besar dibandingkan dengan pengurus. Hal ini dijelaskan oleh ketua KUBE HPMBK-1 (Bapak Al) yang mengatakan:

“Terus terang kami pengurus tidak tahu bagaimana pembukuan KUBE yang benar karena kami tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan KUBE. Untuk membuat laporan pengurus sering kebingungan bagaimana caranya. Akhirnya sering diserahkan kepada pendamping untuk membuatkan laporan”.

Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha. Modal yang dimiliki anggota KUBE sangat terbatas tetapi KUBE mendapat kesulitan untuk menambah modal dari luar khususnya dari lembaga keuangan seperti koperasi atau bank karena lembaga ini belum bisa diakses. Begitu juga dengan instansi

pemerintah, seperti program pembinaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) belum menyentuh masing- masing KUBE. Penambahan modal usaha anggota KUBE masih mengandalkan pada bantuan modal bergulir yang dikelola KUBE.

Ketidakmampuan KUBE mengakses koperasi atau bank terkait dengan sulitnya persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut dirasakan sangat memberatkan KUBE, padahal pengurus KUBE telah mencoba mengajukan pinjaman modal dengan didampingi tokoh masyarakat dan pendamping sosial. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Is (tokoh masyarakat) yang menyatakan:

“Kesulitan dalam permodalan merupakan masalah yang dihadapi semua KUBE disini. Padahal pengurus KUBE sudah mencoba untuk mengajukan pinjaman ke koperasi pasar Cicadas dan ke bank BRI yang ada di sekitar wilayah ini tetapi sampai saat ini belum berhasil walaupun pada waktu pengajuannya didampingi oleh tokoh masyarakat dan pendamping sosial”.

Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain.

Ketiga KUBE belum bisa melakukan jaringan kerjasama/kemitraan usaha secara lebih luas dengan pihak lain, terutama untuk memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil produksi. Jaringan kerjasama yang telah dilakukan terbatas hanya dengan satu orang pengusaha lokal berupa penyediaan sembako, padahal di sekitar KUBE banyak terdapat pengusaha dan pedagang menengah ke atas. Apabila sumber-sumber atau potensi tersebut dapat dimanfaatkan oleh KUBE maka dapat mengembangkan usaha anggota KUBE.

Jaringan kerjasama dengan pengusaha lokal dapat terwujud karena adanya dukungan dari tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat mengadakan pendekatan kepada pengusaha lokal untuk meyakinkan agar pengusaha lokal tersebut mau membantu kegiatan usaha KUBE. Pendekatan yang dilakukan tokoh masyarakat baru direspon oleh satu orang pengusaha sehingga sampai saat ini jaringan kerjasama tersebut masih tetap terpelihara.

Kurangnya permodalan dan jaringan kerjasama/kemitraan dengan pihak lain berpengaruh terhadap keuntungan usaha, keuntungan usaha yang diperoleh anggota KUBE terbilang masih kecil. Dengan demikian, dapat dipahami bila ketiga KUBE belum mampu membayar Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan belum bisa mengembangkan jenis usaha (masih satu jenis usaha).

74

Permasalahan Khusus

Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan. Pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 yang bertipologi tumbuh, kepengurusan sudah terbentuk. Kepengurusan KUBE ini terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara, namun dalam pelaksanaan tugas tidak semua pengurus aktif. Walaupun diantara pengurus sudah ada pembagian tugas yang jelas tetapi pada pelaksanaannya masih terjadi perangkapan pada satu pengurus. Kondisi kepengurusan seperti ini hanya menambah beban kerja yang tertumpu pada satu pengurus sedangkan pengurus lainnya tidak melaksanakan tugas, sehingga menghambat pengembangan KUBE.

Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama. Hal ini terlihat dari pertemuan rutin yang dilakukan sebulan sekali sering tidak diikuti anggota secara lengkap bahkan hanya sebagian kecil anggota yang hadir dalam pertemuan tersebut. Akhirnya jadwal pertemuan rutin sering ditunda, sehingga pertemuan rutin tidak dapat dilakukan sebulan sekali tetapi adakalanya menjadi dua bulan sekali bahkan tiga bulan sekali.

Selain hal tersebut, dapat terlihat juga dari masih banyaknya anggota yang tidak tepat waktu dalam mengembalikan cicilan pinjaman modal. Hal ini berkaitan dengan kurangnya kemauan anggota dalam mengembalikan pinjaman modal karena adanya beberapa anggota yang beranggapan bahwa bantuan modal bergulir adalah hibah dari pemerintah sehinggga tidak perlu dikembalikan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Ns selaku Lurah Kebon Waru yang menjelaskan:

“Pengembalian pinjaman modal yang tidak lancar karena kurangnya kemauan dari anggota, hal ini mungkin terpengaruh dengan program- program bantuan terdahulu dimana masyarakat penerima bantuan beranggapan bahwa bantuan modal usaha dari pemerintah merupakan hibah jadi tidak perlu dikembalikan. Inilah yang selalu menjadi masalah untuk kelangsungan usaha”.

Kurangnya kerja sama antar anggota dalam mengembangkan KUBE. Kerjasama diantara anggota kelompok dalam mengembangkan usaha dengan saling membantu untuk meningkatkan usaha tidak dilaksanakan. Anggota cenderung untuk mengurusi usahanya masing- masing. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Ag sebagai ketua KUBE HPMBK-2 yang menjelaskan:

“Kerjasama diantara anggota kelompok masih kurang, kebanyakan anggota menganggap kerjasama tidak begitu penting karena usaha dijalankan sendiri-sendiri. Kondisi seperti ini terjadi karena kurang dipatuhinya kesepakatan untuk bekerjasama padahal anggota sendiri yang membuat kesepakatan”.

Dalam hal kerjasama antar anggota, kerjasama yang dilakukan masih terbatas pada kerjasama yang bersifat personal seperti saling memberikan bantuan sesama anggota kelompok bila ada musibah (misalnya sakit atau meninggal). Kerjasama kelompok untuk bersama-sama mengembangkan usaha dan mengembangkan KUBE sebagai wadah kerjasama tidak dilakukan. Hal ini ditunjukkan dari jarang dilakukan saling tukar pengetahuan dan pengalaman diantara anggota dan pengurus. Pernyataan dari Ketua KUBE HPMBK-3 (Bapak Bn) berikut ini menjelaskan tentang kurangnya kerjasama diantara anggota:

“Kerjasama antara anggota ada, tetapi masih sebatas kalau ada yang sakit atau meninggal, anggota bersama-sama iuran lalu menengok dan memberikan bantuan. Sebenarnya Kami berharap ada kerjasama, saling bantu, saling tukar pengalaman agar usaha anggota berkembang bersama-sama, tetapi bagaimana caranya, kami masih kesulitan mewujudkannya”.

Berdasarkan kajian terhadap permasalahan KUBE sebagaimana dikemukakan, permasalahan yang dihadapi KUBE HPMBK-1 (tipologi berkembang) meliputi: 1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE, 2) Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha dan 3) Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain. Sedangkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (tipologi tumbuh) menghadapi permasalahan yang lebih banyak lagi. Di samping mengalami permasalahan seperti yang dihadapi KUBE HPMBK-1, kedua KUBE baik HPMBK-2 dan HPMBK-3 juga menghadapi permasalahan lainnya: 1) Pengurus tidak

menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan, 2) Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama dan

3) Kurangnya kerjasama antar anggota dalam mengembangkan KUBE. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa KUBE HPMBK-1 menghadapi tiga permasalahan, sedangkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 menghadapi enam permasalahan.

76 Dengan melihat permasalahan secara keseluruhan baik umum maupun khusus yang dihadapi masing- masing KUBE, maka dapat diketahui permasalahan umum merupakan permasalahan yang sama-sama dihadapi oleh ketiga KUBE baik HPMBK-1, HPMBK-2 dan HPMBK-3. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE, disebabkan semua anggota termasuk pengurus pada ketiga KUBE belum pernah menerima pelatihan keterampilan baik teknik maupun manajerial untuk mengelola KUBE. Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha, disebabkan ketiga KUBE belum bisa mengakses sumber/potensi yang ada disekitarnya khususnya lembaga keuangan formal seperti koperasi dan bank. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain, disebabkan ketiga KUBE memiliki keterbatasan sehingga jaringan kerjasama baru dengan satu orang pengusaha lokal.

Sedangkan permasalahan khusus hanya dialami oleh KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3. Permasalahan inilah yang menyebabkan tingkat perkembangan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 berbeda dengan KUBE HPMBK-1, karena permasalahan yang dihadapi KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 ternyata tidak dialami oleh KUBE HPMBK-1. Hal inilah yang menyebabkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 belum bisa mencapai tipologi berkembang tetapi masih berada pada tipologi tumbuh. Alasan mengapa KUBE HPMBK-1 tidak mengalami permasalahan seperti yang dialami KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3, yaitu:

1. Dalam KUBE HPMBK-1 kepengurusan telah berjalan sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan. Kepengurusan yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara telah melaksanakan tugas sesuai dengan kewajibannya.

2. Anggota memiliki motivasi cukup baik untuk bersama-sama mengembangkan KUBE yang ditandai dengan kehadirannya dalam pertemuan rutin yang dilakukan sebulan sekali dan lancarnya pengembalian cicilan pinjaman modal walaupun ada beberapa anggota yang tidak tepat waktu.

3. Dalam KUBE HPMBK-1 sudah terjalin kerjasama antara anggota dalam pengemabangan usaha yang diindikasikan dengan saling bantu baik dalam

bentuk tenaga maupun saling memberi saran/informasi jika ada anggota yang mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya.

Ketiga hal tersebut merupakan potensi/kekuatan pada KUBE HPMBK-1 sehingga dapat mencapai tipologi berkembang. Sedangkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 belum memiliki kekuatan tersebut. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan terjadi karena kepengurusan dalam KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 tidak aktif yang disebabkan ketidakmampuan dan kesibukan dari pengurus itu sendiri sehingga terjadi perangkapan tugas pada satu pengurus, anggota kurang mematuhi aturan yang telah disepakati yang disebabkan kurang adanya kemauan dan kesadaran dari anggota, kurangnya kerjasama antara anggota untuk mengembangkan KUBE yang disebabkan anggota sibuk mengurus usahanya sendiri dan adanya anggapan bahwa kerjasama tidak penting. Melihat kondisi ini, maka untuk KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 diperlukan motivasi agar dapat mencapai tingkat perkembangan relatif sama dengan KUBE HPMBK-1 dan tidak terjadi ketimpangan dalam tingkat perkembangannya.

Permasalahan yang terjadi pada ketiga KUBE perlu dicarikan pemecahannya agar keberhasilan KUBE dapat tercapai baik dari aspek organisasi, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi berupa program untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi masing- masing KUBE.

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN